Multy Sklerosis
Multy Sklerosis
1. Definisi
Mutiple sklerosis adalah suatu keadaan kronis, penyakit sistem saraf pusat degeneratif
dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis
(Brunner dan Suddarth,2002).
2. Etiologi
Penyebab mutiple slerosis belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan
dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan
factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
a. Kehamilan
b. Infeksi yang disertai demam
c. Stress emosional
d. Cedera
3. Patofisiologi
Pada mutiple sclerosis, demielinasi menyebar tidak teratur keseluruh sistem pada saraf
pusat. Mielin hilang dari silinder aksis dan akson itu sendiri berdegernerasi. Adanya plak
atau potongan kecil pada daerah yang terkena menyebabkan sklerosis, terhentinya alur
impuls saraf dan menghasilkan bervariasinya manifestasi, yang bergantung pada sarafsaraf yang terkena. Daerah yang paling banyak terserang adalah saraf optik, kiasma,
traktus, serebrum, batang otak, serebelum, dan medula spinalis.
4. Penyimpangan KDM
Faktor predisposisi
( virus, respon autoimun,dan geneyik )
Edema dengan degenerasi mielin
Demielinisasi yang mengkerut menjadi mutiple plak
Lesi sklerosis mutiple terjadi pada substansia alba SSP
Demielinasi
Terhentinya alur impuls saraf
Saraf optik serebelum dan batang otak serebrum medula spinalis
Dan khiasma Nistagmus Disfungsi serebral gg.sensorik,
gg.penglihatan Ataksia serebral Hilangnya daya ingat kelamahan
Risiko tinggi trauma/cedera Disartia dan dimensia,gg afek spastik anggot
Perubahan kemampuan merawat diri gerak
integritas kulit
5. Manifestasi klinis
Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
a. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan
proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
b. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor intensional
ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan spatis, kelemahan
otot bicara dan facial palsy.
c. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung,
kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
d. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing, tinnitus,
diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
e. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
f. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut dan inkontinensia.
g. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.
h. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.
6. Pemeriksaan diagnostik
i. Lumbal punction : pemeriksaan elektroforesis terhadap LCS, didapatkan ikatan
oligoklonal yakni terdapat beberapa pita immunoglobulin gamma G (IgG).
j. CT Scan : gambaran atrofi serebral
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data umum
1. Identitas
Nama,umur (lenih sering terjadi pada kelompok dewasa muda, antara umur 18
sampai 40 tahun), jenis kelamin (lebih banyak pada wanita daripada pria,
pendidikan, alamat, suku bangsa, tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan
diagnosis medis.
2. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /
kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
4. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah
menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga
dekat.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehariharinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.adanyaperubahan
hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi
akibat gangguan bicara. Pada pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien
merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak
kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit mutiple
sclerosis adalah adanya gangguan afek, berupa euforia. Keluhan lain yang
melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat dan dimensia.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita
mutiple sclerosis dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan
fungsi pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai
beikut:
Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.
Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien dengan inaktivitas
B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan
pada sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas
biasanya klien mengalami hipotensi postural.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.inspeksi umum didapatkan
berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah laku.
Pengkajian fungsi serebral, status mental : biasanya status mental klien mengalami
perubahan yang berhubungan dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi,
dan penurunan memori, baik jangka panjang. Adanya gangguan afek berupa euforia
merupakan tanda khas pada klien mutiple sclerosis.
Pengkajian saraf kranial ; pada pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I
XII.
Saraf I
Biasanya pada klien mutiple sclerosistidak memiliki kelainan fungsi
penciuman
Saraf II
Tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penglihatan.
Sejumlah besar klien menderita gangguan penglihatan sebagai gejala
awal. Dapat terjadi kekaburan penglihatan, lapang pandang yang
abnormal dengan bintik buta (skotoma) baik pada salah satu maupun
pada kedua matanya.salah satu mata mungkin mengalami kebutaan
total. Gangguan visual ini mungkin diakibatkan oleh neuritis ssaraf
optikus. Lesi pada batang otak yang menyerang nukleus atau serabut
traktus dari otot-otot ekstraokular dan nistagmus (gerakan osilasi bola
mata yang cepat dalam arah horizontal atau vertikal).
Saraf V
Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini
Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII
Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X
Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan
dengan perubahan status kognitif (klien tidak kooperatif)
Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan tra pezius
Saraf XII
Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal
Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki
sebelah terseret maju, serta pengontrolan yang buruk.
Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama jika
klien sedang berada di tempat tidur.
Keadaan spastis yang lebih berat disertai spasme otot yang nyeri.
Pengkajian refleks
Respon plantar berupa ekstensor (tanda babinski). Tanda ini merupakan indikasi
terserangnya lintasan kortikospinal.
B4 (Bladder)
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan
gangguan pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi
yang menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin
itu juga timbul retensi dan inkontinensia.
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang
karena kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan
aktivitas umum klien sering mengalami konstipasi.
B6 (Bone)
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan
untuk beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota
gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota
gerak.merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat
jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolan yang kurang sekali.
Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan
terutama apabila ia sedang berada di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih
berat disertai dengan spasme otot yang nyeri.
2. Diagnosa keperawatan
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan spastisitas.
b. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan.
c. Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene) berhubungan dengan
perubahan kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis.
d. Resiko tinggi kerusakan intergrasi jaringan berhubungan dengan tirah baring lama.
Rasional
1. Mengetahui tingkat
kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas.
8. Untuk memelihara
fleksibelitas sendi sesuai
kemampuan.
9. Peningkatan kemampuan
dalam mobilitas ekstremitas
dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik dari tim
fisioterapi.
Intervensi
Rasional
1. Meminimalkan rangsang
nyeri akibata gesekan
antara fragmen tulang
dengan jaringan lunak di
sekitarnya.
2. Tameng mata atau
kacamata penutup dapat
digunakan untuk memblok
impuls penglihatan pada
satu mata bila klien
mengalami diplopia
(penglihatan ganda).
Kacamat prisma dapat
membantu klien yang
terberbaring di tempat tidur
yang mempunyai kesulitan
membaca dengan posisi
terlentang. Individu dengan
keterbatasan fisik perlu
menghindari bacaan yang
dicetak biasa, hal ini
merupakan pilihan untuk
bebas dari buku-buku yang
berbicara tentang politik
atau dapat diharapkan untuk
memperoleh buku-buku
dengan tipe yang banyak
tersedia di perpustakaan
lokal.
3. Oleh karena penurunan
aktivitas fisik dan
imobilisasi sering terjadi
pada mutiple sklerosis,
maka komplikasi yang
dihubungkan dengan
imobilisasi (tidak
melakukan mobilisasi)
mencakup dekubitus dan
langkah untuk
mencegahnya. Penangan
untuk mencegah komplikasi
berupa pengkajian dan
mempertahankan integritas
4. Pencegahan cedera
dilakukan pada klien
mutiple sklerosis jika
disfungsi motorik
menyebabkan masalah
dalam tidak ada koordinasi
dan adanya kekakuan, atau
jika ataksia ada, klien
berisiko jatuh.
- untuk mengatasi
ketidakmampuan, klien
dianjurkan untuk berjalan
dengan kaki pada ruang luas,
untuk menyediakan dasar yang
luas dan untuk meningkatkan
kemampuan berjalan dengan
stabil.
4. Modifikasi pencegahan
cedera
aktivitas sehari-hari.
Modifikasi lingkungan
1. Kaji derajat
ketidakmampuan pasien,
izinkan sebanyak mungkin
untuk melakukannya secara
otonomi. Anjurkan pasien
memberikan masukan
dalam perencanaan dalam
jadwal perawatan.
Rasional
1. Berpartisipasi dalam
perawatan diri sendiri dapat
meringankan frustasiatas
hilangnya kemandirian yang
dimilikinya. Kualitas hidup
pasien terlihat meningkat
ketika pasien mampu untuk
melakukan kegiatannya
sehari-hari.
2. Kelelahan yang dihadapi
pasien sclerosis mutiple
sangat melemahkan dan
menurunkan kemampuan
untuk berpartisipasi dalam
melakukan aktivitas.
3. Penurunan keterampilan
motorik / spastisitas dapat
menghambat kemampuan
untuk menangani pekerjaan
yang sederhana.
4. Menurunkan kelelahan,
meningkatkan partisipasi
dalam perawatan diri pasien.
1. Observasi kemerahan,
pucat dan ekskoriasi
2. Gunakan krim kulit dua
kali sehari saat setelah
selesai mandi.
4. Diskusikan pentingnya
perubahan posisi sering,
perlu untuk
memeprtahankan aktivitas.
Rasional
4. Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan ketika perawat melakukan kontak dengan
dengan pasien dan melakukan pendokumentasikan proses keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan. Pada tahap pelaksaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih
dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Here and Now). Hubungan saling
percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan. Dimana pada tahap implementasi ini perawat sebaiknya tidak bekerja
sendiri, namun melibatkan tim kesehatan lainnya serta dibutuhkan juga adanya kerjasama
dari pihak keluarga dan terlebih dari klien sendiri.
5. Evaluasi
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mutiple sklerosis adalah suatu keadaan kronis, penyakit sistem saraf pusat degeneratif
dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis.
Penyebab mutiple slerosis belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan
dengan virus dan mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan
factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
a. Kehamilan
b. Infeksi yang disertai demam
c. Stress emosional
d. Cedera
2. Saran
Bagi para pembaca diharapkan agar melalui makalah ini, dapat memeperoleh
pengetahuan dan wawasan serta bermanfaat untuk kita semua tentang mutiple sclerosis.
Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi kami.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody
terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan
berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang
merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.
Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini
belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis
multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi
orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba
tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu
minggu atau bahkan berbulan bulan.
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
1.3.7
1.3.8
1.3.9
BAB II
KONSEP TEORITIS PENYAKIT
2.1 Definisi
Multiple Sclerosis adalah penyakit degeneratif system syaraf pusat (SSP) kronis yang
meliputi kerusakan myelin (material lemak dan protein ). Multiple sclerosis secara umum
dianggap sebagai auto imun dimana system imun tubuh sendiri yang normalnya bertanggung
jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap terhadap virus dan bakteri, dengan alasan yang
tidak diketahui mulai menyerang atau menghancurkan myelin yaitu lapisan pelindung syaraf
yang melindungi syaraf yang berfungsi untuk melancarkan pengiriman pesan dari otak ke
seluruh bagian tubuh. Ditandai dengan remisi dan ekaserbasi periodic. Multiple sclerosis
menghaisilkan berbagai tanda dan gejala tergantung pada lokasi lesi, biasanya disebut sebagai
plaque.
2.2 Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori multiple sclerosis
berdasarkan progresivitasnya adalah :
2.2.1 Relapsing Remitting Multiple Sclerosis
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan keembuhan
semu. Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita
terlihat pulih. Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan tingkat
kepulihan sebelum terkena serangan.sebenarnya kondisinya adalah sedikit demi sedikit
semakin memburuk.jika sebelum terkena serangan hebat pertama penderita memiliki
kemampuan motorik dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya
akan pulih 70-95% saja. Serangan berikut akan terus menurukan kemampuan penderita
sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut berakibat semakin memburuknya kondisi penderita.
Interval waktu antara serangan satu dengan serangan yang selanjutnya sama sekali tidak bisa
diduga, bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun. Hampir 70% penderita MS pada
awalnya mengalami kondisi ini, setelah beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS
ini akan berubah menjadi Secondary Progressiv MS.
2.2.2 Primary Progresssiv Multiple Sclerosis
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat saat penderita tidak mengalami
penurunan kondisi ,namun jenis MS ini tidak mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat
progresivitanya beragam pada tingakatan yang paling parah , penderita Ms jenis ini bisa
berakhir dengan kematian.
2.2.3 Secondary Progressiv Multiple Sclerosis
Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS .Pada jenis ini kondisi penderita
menjadi serupa pada kondisi penderita Primary Progresssiv MS.
2.2.4 Benign Multiple Sclerosis
Sekitar 20% penderita MS jinak ini.Pada jenis MS ini penderita mampu menjalani kehidupan
seperti orang sehat tanpa begantung pada siapapun.Serangan serangan yang diderita pun
umumnya tidak pernah berat,sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya
menderita MS.
2.3 Etiologi
Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan berkaitan dengan virus dan
mekanisme autoimun (Clark, 1991). Ada juga yang mengaitkan dengan factor genetic.
Ada beberapa factor pencetus, antara lain :
Kehamilan
Stress emosional
Cedera
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis yang paling nyata
adalah factor genetik (mirip kanker), tapi perkembangan dunia kedokteran terbaru
membantah kesimpulan ini. Penelitian terbaru membuktikan bahwa Multiple SclerosisFaktor
keturunan tampaknya berperan dalam terjadinya sklerosis multipel.
Sekitar 5% penderita memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita
penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang menderita penyakit ini.
Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Sklerosis multipel hampir
tidak pernah menyerang orang-orang yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana
seseorang tinggal pada 10 tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada
iklim dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya, Meskipun para ahli
menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi (virus) , imunologis, dan factor
genetic serta mengekalkan (menetap) sebagai hasil dari factor intrinsik (contoh kegagalan
imunoregulasi). Hal yang sudah diterima pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua,
ketiga relative pada klien dengan MS. Yang meningkatkan resiko secara perlahan. Multipel
unlinked genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi terdiri dari
terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS masih kontroversi. Ini mungkin
karena asosiasi mereka masih acak dan tidak adanya hubungan sebab akibat disana.
Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi , cedera fisik dan strees
emosional,kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini :
Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi sendi dan
proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah tersinggung, kurang
perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung dan disorientasi.
Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat hilang,
demensia.
Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan refleks
abdomen.
2.5 Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis (bekas
luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi imune,
demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin mendorong virus
secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex:
infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu
memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membuat mielin) hasil
dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih dan penyebab lain yang
menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya mielin, menghilangnya dari
oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak , atau
sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron diotak dan
spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf
tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain
(melaporkan) adanya fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan akson
menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka, dengan bentuk
yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya
kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi
secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan penurunan
fungsisaraf secara progresif.
2.6 Pathway
2.8 Penatalaksaan
Bersifat simtomatik : sesuai dengan gejala yang muncul
Farmakoterapi :
Blok saraf dan pembedahan dilakukan jika terjadi spastisitas berat dan kontraktur untuk
mencegah kerusakan lenih lanjut.
Terapi fisik untuk mempertahankan tonus dan kekuatan otot
2.9 Therapi
2.9.1
Obat
Secara medis tidak ada yang menyembuhkan Multiple Sclerosis 100%. Obat obatan yang
ada hanyalah menghambat interval serangan, sedikit mengurangi tingkat keparahan
serangan,memperlambat progreifitas atau perburukan MS. Obat yang biasa I berikan dokter
adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan satu atau dua gejala saja. Misalnya,
jika gejala yang muncul adalah akit kepala maka dokter akan memberikan obat sakit kepala.
Ada obat yang tidak menyembuhkan namun berfungsi untuk memperlambat kerusakan yaitu
Interferon beta-1a atau kortikosteroid. Interferon bias disuntikan 1-3 kali seminggu secara
teratur seumur hidup. Penggunaan interferon biasanya menimbulkan gejala gejala
influenza, seperti sakit kepala, demam dan myalgia (nyeri otot/sendi). Gejala mirip flu ini
akan timbul 4-6 jam etelah injeksi dan gejala ini akan menetap selama beberapa jam.efek
samping yang lain adalah moon face, wajah terlihat menjadi bulat seperti bulan
,gemuk)badan gemuk,insomnia (sulit tidur),euporia(perasaan gembira berlebihan),dan
perasaan tertekan (depresi ringan).
2.9.2
Bed Rest
Ilmu kedokteran yang terus berkembang membawa harapan besar bagi penderita
MS.Berinduk pada pengalaman penderita MS Amerika yang telah menjalani pengobatan
dengan transplantasi sel induk dari sum sum tulang belakangnya sendiri (sebelum
pengobatan tersebut kehidupan penderita dari amerika terjebak dalam kursi roda lumpuh total
setelah pengobatan meskipun tidak 100% sembuh,ia akhirnya dapat menggunakan kakinya
untuk berjalan).
Pengobatan dengan sel induk ini memang tidak menjajikan kesembuhan 100%,serta
mengharuskan penderita MS rela merogoh sakunya dengan sangat dalam,namun setidaknya
pengobatan ini mungkin dapat menjadi harapan baru bagi sebagian kecil penderita MS.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1
Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi,
terutama pada dewasa muda (20-40th).
3.1.2
Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan
kaku otot, kerusakan penglihatan.
3.1.3
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan
erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
3.1.5
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita
penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.
3.1.6
Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada pola persepsi dan
konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan,mudah marah dan tidak
kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit mutiple sclerosis adalah
adanya gangguan afek, berupa euforia. Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral
dapat berupa hilangnya daya ingat dan dimensia.
3.1.7
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.
Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan
pada klien dengan inaktivitas
3.1.7.3 B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada sistem
kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami
hipotensi postural.
3.1.7.4 B3 (Brain)
3.2.2
3.2.3
Defisit perawatan diri (makan,minum,berpakaian,higiene) berhubungan dengan
perubahan kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis.
3.2.4
Resiko tinggi kerusakan intergrasi jaringan berhubungan dengan tirah baring lama.
Dix 1 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria :
Intervensi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara
teratur fungsi motoric
o
o R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel
sklerosis.
o R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karena
lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak
ada koordinasi.
o R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebut
kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
o R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit
o R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi
jantung dan pernapasan
o R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk
digerakan.
3.3.2
Dix 2 : Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak
tirah baring lama dan kelemahan spastis
Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi
Kriteria :
Intervensi
o R/ tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus
penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda
o R/ oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis, maka
komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka untuk
mencegahnya
o R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motorik
menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia ada,
klien resiko jatuh.
Modifikasi lingkungan
o R/ untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong pada
ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk meningkatkan kemampuan
berjalan dengan stabil
o R/ jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk melihat kaki
sambil berjalan
o R/ terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran
dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian
Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari ( pantau kulit dan membran mukosa terhadap
iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet )
o R/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
o R/ spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentuk
addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut.
o R/ latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan kontraktur
sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps
dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari
Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal / sistemik, sperti
peningkatan nyeri, edema dan demam )
o
3.3.3
Dix 3 : Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan
Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan keteter
Produksi 50 cc/jam
Intervensi
Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang
pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 jam
o R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan interfal
waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di minum setiap 2 jam
dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai dengan
lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjdi pada
umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang tidak
teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas.
Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat
menjaga kesehatannya.
4.2 Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan mahasiswa kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
Sklerosis multipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mc. Graw Hill. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Basic Neurologi. Jakarta. PT:
Ghanesa
Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan
ed 6 vol.2. salemba medical. Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sklerosis multipel adalah suatu penyakit oto imun yang ditandai oleh pembentukan antibody
terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer tidak terkena. Respon peradangan
berperan menimbulkan penyakit dengan menyebabkan pembengkakan dan edema yang
merusak neuron neuron dan menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada mielin.
Sklerosis multipel merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya sampai detik ini
belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang sembuh 100 %. Sklerosis
multipel memang merupakan penyakit yang terasa atau kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi
orang lain tetapi juga bagi penderitanya sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba
tiba dan biasa hilang lagi secara sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu
minggu atau bahkan berbulan bulan.
B. Tujuan Penulisan
Setelah pembahasan asuhan keperawatan klien dengan sclerosis multipel mahasiswa/i
diharapkan mampu :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
C.Metode Penulisan
Dalam makalah ini kami menggunakan metode kajian pustaka dimana kami
menggunakan sumber dari buku-buku serta tambahan sumber dari internet yang terkait
dengan makalah yang kami buat.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
v Sklerosis multipel (MS) merupakan kadaan kronis, panyakit sisten saraf pusat deganeratif
dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medulla spinalis.
( Brunner & suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002) hal 2182 )
v Sklerosis multipel adalah penyakit degenerative system syaraf pusat (ssp) kronis yang
meliputi kerusakan (material lemak dan protein ).
( http://www.womenshealth.gov/fag/sklerosis multipel.cfm )
1. Etiologi
Virus
Respon autoimun
Genetik
( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 ) hal
211 )
1. Klasifikasi
Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill,2000),ada beberapa kategori sklerosis
multipel berdasarkan progresivitasnya adalah :
Ini adlah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir usia belasan atau dua
puluhan tahun diawali dengan suatu erangan hebat yang kemudian diikuti dengan
kesembuhan semu.Yang dimaksud dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat
penderita terlihat pulih.Namun sebenarnya,tingkat kepulihan itu tidak lagi sama dengan
.Primary Progresssiv MS
Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk ada saat saat penderita tidak
mengalami penurunan kondisi, namun jenis sklerosis multipel ini tidak mengenal
istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitanya beragam pada tingakatan yang
paling parah, penderita sklerosis multipel jenis ini biasa berakhir dengan kematian.
1. Patofisiologi
Pada sclerosis multipel, demielinasi menyebar tidak teratur keseluruh sistem saraf pusat.
Mielin hilang dari selinder aksis dan akson itu sendiri berdeganarasi. Adanya plak atau
potongan kecil pada daerah yang terkena menyebabkan sklerosis, terhentinya alur implus
saraf dan menghasilkan berfariasinya manifestasi, yang bergabtubg pada saraf-saraf yang
terkena. Daerah yang paling banyak terserang adalah saraf optik, khiasama, traktus,
serebrum,batang otak, serebelum, dan medulla spinalis
( Brunner & suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002) hal 2183 )
1. Manifestasi klinis
Kelelahan
Lamah
Gangguan penglihatan
Sesak napas
Kelumpuhan tiba-tiba
Kesulitan berbicara
Konstipasi
Dekubitus
Pneumonia
1. Pemeriksaan penunjang
( Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 ) hal
216 )
1. Penatalaksanaan
Medis
Farmakoterapi
modalitas lain ( radiasi, kopolimer, dan kladribin ) sebagai pengobatan yang mungkin
untuk bentuk multipel sclerosis progresif
Keperawatan
o
Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam MRS, no. register, dan diagnosis medis.
Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan medis adalah kelemahan
anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan sensorik, dan penglihatan.
Pada anamesis sering klien mengeluhkan parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati atau
tertusuk-tusuk jarum dan peniti ), kekaburan penglihatan lapang pandang yang makin
menyempit dan klien sering mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara sepontan
terutama apabila ia sedang berada di tempat tidur. Mersa lelah dan berat pada satu tungkai,
dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah terseret maju, dan pengontrolannya
kurang sekali dan sering juga mengeluh retensi akut dan inkontinensial.
Pengkajian yang perlu dikaji meliputi : adanya riwayat infeksi virus pada masa kanak-kanak
yang menyebabkan multipel sklerosis pada waktu mulai menginjak usia pada masa dewasa
muda. Virus campak (rubella) diduga menjadi penyebab penyakit ini.
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan diantara keluarga yang pernah menderita
penyakit tersebut, yaitu kira-kira 5-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.
Pengkajian psikososiospritual
Pangakjianmekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respon emosi klien
terhdap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat
serta respon atau pengarunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kelurga maupun dalam
masyarakat.
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Klien dengan multipel sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya
perubahan pada TTV, meliputi : bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan
berhubungan dengan bercak lesi di medulla spinalis.
1. B1 ( Breathing )
Pada umunya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada system
pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut.
Inspeksi umum
Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan
produksi sputum, sesak napas dan pengguanan otot bantu napas.
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi stridor, rhonki pada klien dengan peningkatan
produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien
dengan inaktivitas.
1. B2 ( Blood )
Pada umumnya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami gangguan pada system
kardiovaskular. Akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien mengalami
hipotensi postural.
1. B3 ( Brain )
Pengkajian B3 atau Brain merupakan pemeriksaan vokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lain. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi akibat dari
perubahan tingka laku.
Status mental : biasanya sttus mental klien mengalami perubahan yang berhubungan dengan
penurunan status kognitif penurunan persepsi dan penurunan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Kelemahan spastik anggota gerak, dengan manifestasi berbagai gejala, meliputi kelemahan
anggota gerak pada satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.
Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas yang
sebekah terseret maju,serta pengontrolan yang buruk.
Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara trauma spontan terutama
jika pasien sedang berada di tempat tidur
Keadaan spastis yang lebih berat disertai spasme otot yang nyeri.
Pengkajian refleks
Gangguan sensorik. Parestesia ( baal, perasaan geli, perasaan mati rasa atau tertususk-tusuk
jarum dan peniti ). Gangguan proprioseptif sering menimbulkan ataksia sensori dan
inkoordinasi lengan. Sensasi getar serigkali menghilang.
1. B4 ( Bladder )
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortikospinalis menimbulkan gangguan
pengaturan sfingter sehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan
berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spastis. Selain itu juga sering menimbulkan
retensi akut dan inkontinensial.
1. B5 ( Bowel )
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan akitfitas umum klien sering
mengalami konstipasi.
1. B6 ( Bone )
Pada beberapa keadaan klien multipel sclerosis bisanya didapatkan adanya kesulitan untuk
beraktifitas karena kelemahan spastik anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada satu sisi
tubuh atau terbagi secara asimetri pada keempat anggota gerak. Resiko dari multipel sklrosis
terhadap system ini berupa komplikasi sekunder, seperti resiko kerusakaan integritas jaringan
kulit ( decubitus ) akibat penekanan tempat dari tirah baring lama, deformitas kontraktur, dan
edema dependen pada kaki.
1. Diagnosis keperawatan
1)
2)
Resiko tinggi kontraktur sendi yang b.d penurunan aktifitas sekunder hambatan
mobilitas fisik
3)
4)
Defisi perawatan diri ( makan, minum, berpakaian , higiene ) yang b.d perubahan
kemampuan merawat diri sendiri, kelemahan fisik spastis
5)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang b.d asupan nutrisi yan tidak
adekuat
6)
Perubahan eliminasi urin dan fekal yang b.d disfungsi medulla spinalis
7)
Resiko tinggi kerusakan integritas jaringan yang b.d tirah baring lama
8)
Perubahan proses pikir ( kehilangan memori, demensia, euphoria ) yang b.d disfungsi
serebral
9)
Kerusakan penataklaksanaan pemeliharaan di rumah yang b.d keterbatasan fisik,
psikologis, dan social
10) Resiko disfungsi seksual yang b.d keterlibatan atau reaksi psikologis terhadap kondisi
1. Perencanaan
Sasaran utama untuk klien mencakup peningkatan mobilitas fisik, menghindari cedera,
pencapaian kontinens kandung kemih dan usus, perbaikan funsi kognitif, perkembangan
kekuatan koping, perbaikan perawatan diri, dan adaptasi terhadap difungsi seksual.
1. Intervensi dan Rasional
Dix 1 : Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria :
Intervensi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara
teratur fungsi motoric
R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien multipel
sklerosis.
R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu singkat, karena
lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak
ada koordinasi.
R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan tersebut
kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada
daerah yang tertekan.
Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit
R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki funsi
jantung dan pernapasan
R/ otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakan.
Intervensi
R/ meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang dengan jaringan
lunak disekitarnya
R/ tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok implus penglihatan
pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan ganda
R/ oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel sklerosis, maka
komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup dekubitus dan langka untuk
mencegahnya
R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi motorik
menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau jika ataksia ada,
klien resiko jatuh.
Modifikasi lingkungan
R/ untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki kosong pada
ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk meningkatkan kemampuan
berjalan dengan stabil
R/ jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk melihat kaki sambil
berjalan
R/ terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam memberi anjuran dan
menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian
Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari ( pantau kulit dan membran mukosa terhadap
iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet )
R/ deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi kerusakan
integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
R/ spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat dalam bentuk
addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul dan lutut.
R/ latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan kontraktur sendi.
Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus, adductor, biseps dan
pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari
Evaluasi tanda / gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal / sistemik, sperti
peningkatan nyeri, edema dan demam )
Produksi 50 cc/jam
Intervensi
R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan perpanjangan interfal waktu
bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang di minum setiap 2 jam dan
mencoba untuk berkemih 30 menit setelah minum.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai dengan
lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang biasanya terjdi pada
umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul karena pola makan yang tidak
teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol, merokok dan kurang beraktifitas.
Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat
menjaga kesehatannya.
1.2 Saran
Pada makalah ini penulis menyarankan setiap petugas kesehatan senantiasa menggunakan
metode proses keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan
Sklerosis multipel serta memberikan pendidikan kesehatan.
REFERENSI
Mutaqin Arif, Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan,( 2008 ),ed 6
vol.2 salemba medical. Jakarta
Brunner & suddarth, keperawatan medikal bedah,(2002),ed 8 vol.3 EGC. Jakarta
http://www.womenshealth.gov/fag/sklerosis multipel.cfm