Makalah PLB3 Di PT Kertas Leces
Makalah PLB3 Di PT Kertas Leces
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
DI PT. KERTAS LECES (PERSERO) PROBOLINGGO
Dosen Pembimbing:
Muhammad Syahirul Alim, MT.
NIP. 19751109 200912 1 002
Disusun Oleh:
Ilman Sahbani
NIM. H1E112043
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya makalah
Pengelolaan Limbah B3 di PT. Kertas Leces (Persero) Probolinggo ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Pengelolaan Limbah B3.
Didalam makalah ini Penulis memaparkan pengelolaan limbah B3 pada umumnya dan
mengidentifikasi limbah B3 yang ada di PT. Kertas Leces serta bagaimana pengelolaan
limbah B3-nya. Dalam penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 2
1.3. Tujuan..................................................................................................................... 2
BAB II
ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Umum Industri Kimia. Pada Bulan Nopember 1958 dengan akta notaris No. 24 diubah
menjadi PT. Kertas Leces (Persero).
PT. Kertas Leces merupakan salah satu industri produk kertas, dimana industri kertas
merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton pulp
dan 278 juta ton kertas dan karton. Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan
antara 2% hingga 3,5% per tahun. Limbah cair industri pulp dan kertas yang terbuang ke
ekosistem di sekitarnya dapat menyebabkan kematian pada ikan, kerang dan invertebrata
akuatik lainnya dan juga menimbulkan resiko terhadap masyarakat oleh buangan zat kimia
berbahaya yang mencemari lingkungan. Dalam percobaan laboratorium, effluen industri
kertas menyebabkan penyimpangan reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang
merupakan prey/mangsa dari ikan, serta menyebabkan kerusakan genetik dan reaksi sistem
kekebalan tubuh pada ikan. Maka dari itu limbah B3 tersebut harus diolah agar mengurangi
dan mencegah semaksimal mungkin ditimbulkannya terjadinya pencemaran lingkungan dan
terganggunya kesehatan manusia.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B3 dan bagaimana cara pengelolaanya?
2. Apa saja limbah B3 yang dihasilkan PT. Kertas Leces?
3. Bagaimana pengelolaan limbah B3 di PT. Kertas Leces?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami apa yang dimaksud dengan limbah B3 beserta cara pengelolaanya.
2. Dapat mengindetifikasi limbah B3 yang dihasilkan dari PT. Kertas Leces.
3. Mengetahui bagaimana pengelolaan limbah B3 di PT. Kertas Leces.
BAB II
ISI
2.1. Limbah B3
2.1.1. Pengertian Limbah B3
Limbah B3 didefinisikan sebagai limbah atau kombinasi limbah yang karena
kuantitas, konsentrasi, atau sifat fisika dan kimia atau yang memiliki karakteristik cepat
menyebar, mungkin yang merupakan penyebab meningkatnya angka penyakit dan
kematian, juga memiliki potensi yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
lingkungan ketika tidak sesuai pada saat diperlakukan, dalam penyimpanan,
transportasi, atau dalam penempatan dan pengolahan. Limbah B3 berdasarkan sumber
dibagi menjadi:
Sumber Tidak Spesifik
Sumber Spesifik
Bahan kimia kadaluarsa; Tumpahan; sisa kemasan; buangan produk yang tidak
memenuhi spesifikasi
Sedangkan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik menurut PP No. 18 tahun 1999
yang hanya mencantumkan enam kriteria, yaitu:
Mudah meledak
Mudah terbakar
Bersifat reaktif
Beracun
Menyebabkan infeksi
Bersifat korosif
Pengelolaan Limbah B3
atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan
pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan fungsinya
kembali.
Misi dalam Pengelolaan limbah B3 adalah untuk mengurangi dan mencegah
semaksimal mungkin ditimbulkannya limbah B3 dan mengolah limbah B3 dengan tepat
sehingga tidak menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan ganggunya
kesehatan manusia. Adapun strategi, program, prinsip, dan peraturan perundangundangan dalam pengelolaan limbah B3 adalah sebagai berikut:
Strategi pengelolaan limbah B3:
1. Mempromosikan dan mengembangkan teknik minimisasi limbah melalui teknologi
bersih, penggunaan kembali, perolehan kembali, dan daur ulang.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat.
3. Meningkatkan kerjasama antar instansi, baik di pusat, daerah maupun
internasional, dalam pengelolaan limbah B3.
4. Melaksanakan dan mengembangkan peraturan perundang-undangan yang ada.
5. Membangun Pusat-pusat Pengelolaan Limbah B3 (PPL-B3) di wilayah yang padat
industri.
Program Pengelolaan Limbah B3:
1.
2.
3.
4.
5.
perundang-undangannya).
6. Peningkatan Kesadaran Masyarakat.
7. Mengadakan Pelatihan-pelatihan.
Prinsip-prinsip Pengelolaan Limbah B3 adalah sebagai berikut:
1. Pollution prevention principle (Upaya meminimasi timbulan limbah).
2. Polluter pays principle (Pencemar harus membayar semua biaya yang
diakibatkannya).
3. Cradle to grave principle (Pengawasan mulai dari dihasilkan sampai
dibuang/ditimbunnya limbah B3).
4. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat mungkin
dengan sumbernya.
5. Non descriminatory principle (Semua limbah B3 harus diberlakukan sama di
dalam pengolahan dan penanganannya).
6. Sustainable development (Pembangunan berkelanjutan).
4
1. Penghasil limbah B3
Penghasil limbah B3 kebanyakan dari industri kimia dan pertambangan sedangkan
sumber penghasil limbah B3 dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
1) Limbah B3 dari sumber yang tidak spesifik, adalah limbah B3 yang berasal
bukan dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pengemasan, dan lain-lain.
2) Limbah B3 dari sumber spesifik, adalah limbah B3 sisa proses suatu industri
atau kegiatan tertentu yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan kajian
ilmiah.
3) Limbah B3 dari bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi atau tidak dapat
dimanfaatkan kembali, maka suatu produk menjadi limbah B3 yang
memerlukan pengelolaan seperti limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga
berlaku untuk sisa kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang
kadaluwarsa.
Untuk mengolah limbah B3 diperlukan teknologi tinggi, sehingga untuk membuat
instalasi pengolahan diperlukan investasi yang cukup besar dan biaya operasional
yang cukup besar pula. Karena biaya pengelolaan yang besar tersebut, setiap
industri selalu berusaha untuk mencari bahan subtitusi agar tidak menggunakan
bahan yang bersifat seperti B3 atau menghasilkan limbah B3. Disamping itu
perusahaan lebih suka menggunakan jasa pihak lain untuk mengolah limbah B3nya, tetapi minimalisasi limbah selalu mendapatkan prioritas utama.
2. Pengumpul dan penyimpan limbah B3
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah
dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah
terlepasnya limbah ke lingkungan, sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanan sebelum
dilakukan penyimpanan, limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat
karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara
yang tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.
3. Pengemasan Limbah B3
Sebelum melakukan pengemasan penghasil/pengumpul limbah B3 harus
mengetahui karakteristik dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh limbah tersebut.
Untuk mengetahui karakteristik limbah dapat dilakukan dengan pengujian
6
Limbah:
Bahan berbahaya dan beracun yang dibuang
Sisa pada kemasan
Tumpahan
Sisa proses
Tidak
Mudah Meledak
Ya
Tidak
Mudah Terbakar
Ya
Tidak
Reaktif
Ya
Tidak
Beracun
Ya
Tidak
Penyebab
Ya
Iritasi
Tidak
Korosi
Ya
Tidak
Tes Toksikologi
Ya
Tidak
Bukan
Limbah B3
Limbah B3
temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari senyawa acuan, maka
bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
2) Limbah mudah terbakar
Limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau
sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar, dan apabila telah nyala
akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. Limbah ini mempunyai salah satu
sifat-sifat sebagai berikut:
Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 601C (1401F) akan
menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala
lain pada tekanan udara 760 mmHg.
Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan
standar (251C, 760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan
apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus. Selain
itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam
pengujian dengan metode Seta Closed-Cup Flash Point Test diperoleh titik
nyala kurang dari 40C.
Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
Merupakan limbah pengoksidasi. Pengujian bahan padat yang termasuk
dalam kriteria B3 pengoksidasi dapat dilakukan dengan metoda uji
pembakaran menggunakan ammonium persulfat sebagai senyawa standar.
Sedangkan untuk bahan berupa cairan, senyawa standar yang digunakan
adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian tersebut, suatu bahan
dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu pembakaran bahan
tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa standar.
3) Limbah yang bersifat reaktif
Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah ini mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai berikut:
Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
LD50 (mg/kg)
n
1
1 - 50
5 - 500
<1
501 - 5.000
10
5001 - 15.000
> 15.000
12
13
Transportasi
Pemanfaat/Pengguna Limbah B3
Sisa Limbah B3
Pengumpul
Transportasi
Transportasi
PENGOLAH LIMBAH B3
Insenerator
LANDFILL
dengan bahan baku jerami yang menggunakan proses soda. Setelah pengambil alihan
manajemen oleh Pemerintah Indonesia pada tahun 1958, PT. Kertas Leces mengadakan
Pengembangan Pabrik Pulp dan Kertas terpadu melalui empat tahap pembangunan, mulai
tahun 1960 sampai dengan 1986. Saat ini kapasitas terpasangnya adalah 640 ton/hari yang
memproduksi berbagai jenis kertas, antara lain:
Kertas Tulis Cetak (HVS, HVO, Photo Copy, dan lain-lain),
Kertas Tissue (facial tissue, toilet tissue, napkin tissue),
Kertas Koran dan Kertas Industri.
Letak PT. Kertas Leces di Desa Sumber Kedawung Kecamatan Leces, Kabupaten
Probolinggo, Jawa Timur, dengan perincian lokasi pabrik sebagai berikut :
Berjarak 112 km sebelah timur Surabaya.
Berjarak 114 km dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang merupakan pelabuhan
ekspor dan impor.
Berjarak 12 km dari Kota Probolinggo dan 14 km dari pelabuhan laut Probolinggo.
Terletak pada jalur lalu lintas Surabaya Banyuwangi.
Alasan- alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi PT. Kertas Leces Probolinggo adalah
sebagai berikut:
a. Dekat dengan sumber air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama pabrik kertas. Kebutuhan air PT. Kertas
Leces berasal dari sumber air Rongggojalu, dengan kapasitas 10.000 m3/jam, yang
berjarak lebih kurang 1,7 km dari pabrik. Di samping itu, air berasal dari sumber air
Kramat dengan kapasitas 850 m3/jam, berjarak 300 km dari pabrik. Kondisi air dari
kedua sumber tersebut sangat bersih sehinga dapat langsung dipakai sebagai air untuk
proses. Tetapi untuk boiler, dilakukan treatment terlebih dahulu sehingga memenuhi
standar desain.
b. Dekat dengan sumber bahan baku
Bagasse yang merupakan bahan baku mudah diperoleh dari pabrik gula yang banyak
terdapat di wilayah Jawa Timur, seperti Semboro dan Jatiroto, yang lokasinya relatif
dekat dengan PT. Kertas Leces. Sedangkan bahan baku afval atau kertas bekas selain
diimpor dari luar negeri, dapat diperoleh dari rumah tangga, bisnis eceran, perkantoran
dan percetakan/konverting.
c. Dekat dengan sarana transportasi
Letak pabrik yang strategis pada jalur lalu lintas Surabaya Banyuwangi, dekat dengan
stasiun kereta api Leces, serta dekat dengan pelabuhan laut Probolinggo, sehingga
memudahkan sistem transportasi untuk produksinya.
d. Tersedianya tenaga kerja
16
Banyak tenaga kerja yang tersedia baik yang terdidik maupun yang belum terdidik,
karena di samping jumlah penduduk yang besar, di Jawa Timur banyak lembaga
pendidikan yang siap menghasilkan tenaga kerja yang terdidik.
e. Iklim yang menguntungkan
Iklim di sekitar pabrik adalah panas dengan curah hujan tinggi (kurang lebih 1.500
mm/tahun atau 60 mm/jam). Suhu sekitar 30oC dengan amplitudo 2oC. Hal ini termasuk
menguntungkan terutama untuk penyimpanan bagasse sehingga tidak merusak bahan
baku.
f. Pengaruh sosial
Dengan adanya pabrik, maka dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat luas
pada umumnya dan masyarakat sekitar pada khususnya, sehingga dapat menaikkan
tingkat kehidupan serta menekan laju urbanisasi.
PT. Kertas Leces merupakan salah satu pabrik kertas di Indonesia yang menggunakan
bahan baku kertas bekas dan bagasse (ampas tebu) yang merupakan modal PT. Kertas Leces
menuju Ecolabeling. Dalam kaitannya dengan kepedulian lingkungan, proses produksi PT.
Kertas Leces menggunakan proses soda yang tidak berbau untuk proses pembuatan pulp, dan
adanya penyempurnaan dengan penambahan Oksigen Delignifikasi, serta didukung dengan
Chemical Recovery Plant dan Mesin Kertas yang menggunakan Alkali Sizing. Selain itu juga
didukung penerapan teknologi tinggi dengan komputerisasi pada mesin kertas berkecepatan
tinggi guna menjamin stabilitas kualitas produksi.
17
Gambar 6. Bagasse
Operasi pada pembuatan kertas pada prinsipnya memiliki 3 tahap, yaitu :
1. Penyiapan Serat
Tahap ini merupakan penyiapan bahan baku yang akan digunakan. Persiapan yang perlu
dilakukan meliputi :
a) Pulp kayu
b) Pulp bagasse
c) Pulp ONP
d) Broke pulp
2. Pengisian, Pembebanan dan Pendarihan
3. Pembentukan Lembaran Kertas
4. Proses Finishing
Secara umum pembuatan kertas dapat dilihat pada Gambar 7.
18
19
20
1. Pengolahan limbah yang mengandung bahan yang masih dapat didaur ulang, dilakukan
di unit Chemical Recovery Plant (CRP).
2. Pengolahan limbah yang tidak mengandung bahan-bahan yang dapat didaur ulang.
Pengolahan limbah jenis ini dilakukan di unit effluent treatment plant (ETP). Penanganan
limbah di unit effluent treatment plant terdiri dari lima tahap:
a. Penyaringan/screening
Dimaksudkan untuk memisahkan limbah dari kotoran-kotoran besar dan dapat
mengganggu pengolahan limbah berikutnya.
b. Pengendapan pertama
Tahap ini dirancang untuk menghasilkan lumpur dengan kepadatan tinggi.
Pengendapan dilakukan dalam clarifier berdiameter 46 m dengan retention time 4,6
jam. Endapan lumpur dipompa dan ditampung pada unit pengentalan lumpur untuk
dipadatkan kemudian dibuang. Sedangkan cairannya secara overflow dikirim ke unit
aerator. Pada pengendapan tahap pertama ini diinginkan BOD turun sekitar 15 ppm.
c. Pengolahan organik
Pengolahan organik dilakukan dalam tangki aerasi. Kapasitasnya 2.850 m3/jam
dengan kandungan zat padat sebesar 460 kg/jam dan BOD5 sebesar 322 mg/liter.
Kebutuhan oksigen teoritis sebesar 2.150 kg/jam dengan waktu resistensi 1 jam.
Pada tahap ini juga ditambahkan unsur nitrogen dan phospor dalam bentuk
diamonium phospat (DAP) serta urea. Selain itu juga ditambahkan flokulan yang
berupa polielektrolit di bagian pengolahan. Selanjutnya suspensi yang terjadi ke unit
pengendapan kedua.
d. Pengendapan kedua
Seperti halnya pengendapan pertama, pengendapan kedua dilakukan di clarifier,
berdiameter 43 m. Waktu tinggal 6,4 jam dengan kecepatan rising 0,66 m3/jam.
Lumpur hasil pengendapan dikirim ke unit pengolahan lumpur sebelum dibuang,
sedangkan cairannya dapat langsung dibuang ke sungai.
e. Pengolahan lumpur
Dalam proses ini, lumpur dikurangi kandungan airnya secara mekanik menggunakan
press wire. Lumpur berasal dari: turbin circulation, pengolahan biologis dan dari
pencucian ampas tebu.
Semua limbah Pabrik diolah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) kemudian dapat
langsung dipergunakan petani untuk pengairan sawah sekaligus dapat meningkatkan hasil
pertanian. Hal ini sebagai wujud tanggungjawab PT Kertas Leces pada pelestarian
lingkungan.
21
BAB III
KESIMPULAN
Limba B3 adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun
yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya, secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan merusak lingkungan hidup, dan dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
2.
3.
4.
PT. Kertas Leces menghasilkan Limbah B3 berupa bahan-bahan kimia dan limbah
cair. Kebutuhan air yang begitu besar dengan jumlah air yang terserap oleh proses hanya
sekitar 5% dari keseluruhan, menunjukkan bahwa jumlah limbah cair yang dihasilkan
besar.
5.
PT. Kertas Leces mengolah limbahnya pada unit Chemical Recovery Plant (CRP) dan
unit effluent treatment plant (ETP). Pengolahan limbah yang mengandung bahan yang
masih dapat didaur ulang di unit Chemical Recovery Plant (CRP), kemudian
dipergunakan kembali menjadi bahan baku. Sedangkan pengolahan limbah yang tidak
mengandung bahan-bahan yang dapat didaur ulang di unit effluent treatment plant (ETP),
kemudian dapat langsung dipergunakan petani untuk pengairan sawah sekaligus dapat
meningkatkan hasil pertanian.
22
DAFTAR PUSTAKA
23