MIOPIA-ASTIGMATIS
Pendahuluan
Miopia atau rabun jauh adalah suatu bentuk kelainan refraksi
dimana sinar-sinar sejajar akan dibiaskan pada suatu titik di depan
retina pada mata tanpa akomodasi. Astigmatis adalah bentuk
kelainan refraksi dimana sinar tidak difokuskan pada satu titik
dengan tajam pada retina. Akomodasi adalah kemampuan mata
untuk mengubah daya bias lensa dengan kontraksi otot siliar yang
menyebabkan penambahan tebal dan kecembungan lensa sehingga
bayangan pada jarak yang berbeda beda akan terfokus di retina. 1,2
Epidemiologi
Prevalensi miopia meningkat di usia sekolah dan dewasa muda. Pada
populasi usia pertengahan remaja mencapai 20-25 % dan 25-35 % pada
orang dewasa muda di Amerika Serikat dan negara berkembang.
Prevalensi miopia mengalami penurunan pada populasi di atas usia 45
tahun, mencapai sekitar 20 % di usia 65 tahun. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa prevalensi miopia pada anak yang kedua orang
tuanya menderita miopia adalah sebesar 33-60%. Pada anak yang salah
satu orang tuanya menderita miopia, prevalensinya adalah 23-40%.
Kebanyakan penelitian menemukan bahwa anak yang kedua orang
tuanya tidak menderita miopia, hanya 6-15% yang menderita miopia 3
Prevalensi astigmat adalah sekitar 13 % dari seluruh kelainan refraksi.
Pada populasi usia 5 17 tahun di Amerika Serikat, didapati 28%
menderita astigmat.4
Laporan Kasus
Anamnesis
Identitas Pasien
Nama
: Ny. NSM
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 35 tahun
Pekerjaan
: Bidan
Agama : Kristen protestas
Alamat : Liliba
Bangsa/Suku
: Indonesia/Sabu
Keluhan Utama
Pasien mengeluh kabur pada penglihatan jarak jauh maupun dekat kedua mata.
Sebelumnya pasien pernah memakai kacamata sejak tahun 2009, namun tidak rutin
dipakai, dan sejak pertengahan tahun 2014, kehilangan kacamata sehingga merasa
pengelihatan saat ini kabur, dan ingin mengganti kacamata. Pasien mengeluhkan kepala
sering sakit, pusing untuk melihat terlalu lama, mata terasa berat, kadang berair. Pasien
tidak memiliki keluhan sakit mata lain seperti : mata merah, perih, maupun gatal.
Pasien tidak melihat suatu objek yang bergelombang atau melengkung maupun seperti
ada bagian yang hilang. Saat ini pasien tidak merasakan demam, mual dan muntah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tahun 2009 pasien pernah memeriksakan matanya dan didiagnosis miopia, dan
memakai kacamata lensa sferis negatif (- 0,75), namun tidak digunakan dengan rutin.
Penyakit Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-), Trauma (-), Glaukoma (-).
Riwayat Pengobatan
Pasien belum mengkonsumsi obat-obatan untuk keluhan yang saat ini dialami
pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sedang mengalami atau memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
:
Tekanan darah 110/80 mmHg
Nadi 88 x/menit
Suhu 36.50C
Frekuensi nafas 22 x/menit
Diagnosis Kerja :
Miopia-Astigmatis ODS
Penatalaksanaan :
Kacamata (sferis+silinder negatif)
Pembahasan
Fisiologi
Sumber cahaya masuk ke dalam mata melalui kornea. Saat melewati pupil
akan terjadi daya akomodasi mata sehingga jumlah cahaya yang masuk
dapat diatur banyaknya, selanjutnya cahaya akan dibiaskan oleh lensa ke
retina sehingga terbentuk bayangan yang bersifat nyata, terbalik dan
diperkecil. Sel-sel batang dan kerucut akan meneruskan sinyal cahaya
melalui saraf optik (Nervus II : Nervus optik) menuju otak. Di otak,
bayangan yang diterima oleh retina akan dibalik lagi sehingga objek sesuai
dengan aslinya.2
Dua faktor berperan dalam derajat refraksi; densitas komparatif antara
dua media (semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat
pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua
(semakin besar sudut, semakin besar pembiasan). Pada permukaan yang
melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan,semakin besar
derajat pembiasan dan semakin kuat lensa.1,2
Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata adalah
kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya
sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan paling besar dalam
kemampuan refraktif total mata karena perbedaan densitas antara lensa dan
cairan yang mengelilinginya. Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap
konstan karena kelengkungan kornea tidak pernah berubah. Sebaliknya,
kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan degan mengubah
kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh yang biasa
dikenal dengan istilah akomodasi. Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa
untuk penglihatan dekat. 1,2
MIOPIA
Miopia merupakan mata dengan daya lensa yang lebih kuat sehingga sinar yang
sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan didepan retina. Kelainan ini
diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang
dan diatur dan tepat jatuh di retina.1,2
ASTIGMATIS
Etiologi Astigmat1,4,,5
Astigmat terbagi atas dua, astigmat regular dan iregular. Astigmat regular adalah kelainan refraksi/
astigmat yang terjadi akibat kekuatan pembiasan berubah secara teratur dari satu meredian ke meredian
berikutnya. Penyebab terjadinya astigmat regular adalah :
1. Astigmat korneal sebagai akibat dari kelainan kelengkungan kornea, hal ini merupakan penyebab
tersering dari astigmat.
2. Astigmat lentikular. Jarang terjadi, biasanya disebabkan oleh : kelainan kelengkungan atau
kurvatural lensa, kelainan posisi kemiringan lensa, dan astigmatis akibat kelainan indeks refraksi
lensa yang beragam pada setiap meredian.
3. Astigmat Retinal. Terjadi akibat posisi atau kemiringan dari makula.
Astigmat iregular adalah kelainan refraksi/ astigmat yang terjadi akibat tidak adanya dua meredian yang
saling tegak lurus, sehingga memberikan perubahan kekuatan refraksi yang berbeda pada setiap
meredian. Penyebab terjadinya adalah :
1. Astigmat korneal iregular sebagai akibat dari kelainan kelengkungan kornea, dapat terjadi pada
infeksi kornea maupun penyakit lain yang dapat menimbulkan jaringan parut pada kornea.
2. Astigmat indeks iregular, yang terjadi akibat beragam indeks refraksi yang berbeda pada setiap
permukaan lensa kristalina, dapat terjadi pada beberapa kasus seiring maturasi katarak.
Pemeriksaan keratometri.
Pemeriksaan retinoskopi atau yang dikenal juga dengan skiaskopi
Patofisiologi 5, 7
Pada saat baru lahir, kebanyakan bayi memiliki mata hiperopia, namun saat
pertumbuhan, mata menjadi kurang hiperopia dan pada usia 5-8 tahun
menjadi emetropia. Proses untuk mencapai ukuran emetrop ini disebut
emetropisasi. Pada anak dengan predisposisi berlanjut, mereka menderita
miopia derajat rendah pada awal kehidupan. Saat mereka terpajan pada faktor
miopigenik seperti kerja jarak dekat secara berlebihan yang menyebabkan
bayangan buram dan tidak terfokus pada retina. Miopisasi berlanjut untuk
mencapai titik fokus yang menyebabkan elongasi aksial dan menimbulkan
miopia derajat sedang pada late adolescence.
Permukaan lensa astigmat berbeda dengan permukaan lensa sferis. Lensa
sferis mempunyai permukaan kurvatur yang sama dan oleh karena itu ia
mempunyai tingkat refraksi yang sama pada setiap meridian. Pada satu lensa
astigmat kurvatur bervariasi dari suatu nilai yang terendah ke suatu nilai yang
tertinggi, dimana kedua nilai ini terketak pada meridian dengan perbedaan 90
derajat. Oleh karena ini, terdapat perbedaan tingkat refraksi dari suatu
meridian dengan satunya lagi sehingga sinar cahaya tidak dapat membentuk
suatu titik fokus, tetapi membentuk dua jalur fokus.
Penatalaksanaan
Kacamata maupun lensa kontak
Astigmat Keratotomy
Adalah suatu metode insisi untuk mengurangi
astigmat korneal. Dilakukan pemotongan melintang
atau arcuate untuk meratakan permukaan meredian
kornea yang lebih runcing, dan dilakukan coupling.
Ratio coupling bergantung pada, panjang insisi, jenis
insisi, kedalaman insisi, dan lokasi insisi.
Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus miopia-astigmatis pada wanita usia 35 tahun. Pasien ini
Daftar Pustaka
hgi
Sidarta, Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat. Cetakan ke 3. Jakarta : FKUI.2013. 29, 64 83.
Riodan-Eva P, Witcher JP. Vaughan & Asbury General Op htalmology. Susanto D, editors. 14th ed. Jakarta: EGC; 2012.
382-395.
American Optometric Association (AOA). 2009. OPTOMETRIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINE: CARE OF THE
PATIENT WITH MYOPIA. AOA Consensus Panel on Care of the Patient with Myopia, AOA Clinical Guidelines
Coordinating Committee. Diakses dari : http://www.aoa.org/documents/CPG-15.pdf. [Pada tanggal 27 Februari 2015].
Kaimbo Wa Kaimbo, D. Departement Of Ophthalmology, University of Kinshasa, DR Congo. Astigmatism- Defenition,
Etiology, Classification, Diagnosis and Non-Surgical Treatment. 59-74 Diakses dari :
http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/29985.pdf [Pada tanggal 27 Februari 2015].
Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology Fourth Edition. New Delhi : New Age International Publisher; 2007 p 1949, 548-556
Helveston, EM. Molinari, A. Subrayan, V. Chawla, R ORBIS International. Vision and Refraction. April 2010. 7-14, 3541. Diakses dari : http://www.cybersight.org/data/1/rec_docs/3267_Vision_and_Refraction.pdf [Pada tanggal 28
Februari 2015]
Seyed-Farzad, M. Tahvildari, M. Hadi, ZM. Eye Research Centre, Farabi Eye Hospital, Tehran University of Medical
Sciences Iran. Physiology of Astigmatism. Astigmatism-Optics, Physiology and Management. 3-14. Diakses dari : .
http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/29982.pdf [Pada tanggal 28 Februari 2015]
Anderson, NJ. Davis, EA. Hardten,DR. American Academy of Ophthalmology. Clinical Update. Refractive Surgery for
Myopia, Myopic Astigmatism, and Mixed Astigmatism. 2003. 1-29. Diakses dari :
http://www.aao.org/vp/edu/refract/v1m1/refractive_management_v1m1.pdf [Pada tanggal : 28 Februari 2015]
Villegas, EA. Alcon Encarna, Artal, P. Minimum amount of astigmatism that should be corrected. J Cataract Refract
Surg 2014; 40: 13-19.
Kanski, JJ. Bowling B. Clinical Ophthalmology A Systematic Approach Seventh Edition. China: Elsevier; 2011. 245-7