Oleh
Yuzana Tiarasia
H1A010018
PENDAHULUAN
Skrotum adalah suatu kantong eksternal tipis yang berupa kulit yang membungkus
testis dan terdiri dari dua kompartemen. Setiap kompartemen mengandung satu dari dua
testis, yaitu suatu kelenjar yang memproduksi sperma dan satu epididimis yaitu suatu
tempat dimana sperma disimpan. Fungsi utama skrotum adalah melindungi testis dan
menjaga testis tetap pada suhu 1-8o C dibawah suhu normal tubuh (37o C). 1,2
Kondisi patologis yang timbul pada skrotum akan sangat mungkin menyebabkan
gangguan dalam proses reproduksi laki-laki seperti infertilitas dan disfungsi ereksi jika
kelainan tersebut tidak ditangani dengan baik. Bahkan kematian jaringan testis juga
dapat terjadi yang akan mengakibatkan testis harus dibuang untuk selamanya. Kelainan
yang terkait dengan skrotum sangat beragam yang bisa ditemukan saat lahir (kelainan
kongenital) maupun kelainan yang didapat. Kelainan yang sering terjadi antara lain
adalah hidrokel, epididimitis, torsio testis, orchitis, tumor testis, varikokel, ruptur testis,
neoplasia, lesi kistik dan abses skrotum.3
Hidrokel adalah lesi massa skrotum yang jinak yang paling sering terjadi.
Sedangkan lesi intraskrotal yang sering terjadi adalah epididimitis yang terkait dengan
efek massa dan nyeri. Varikokel atau dilatasi vena pada pleksus pampiniformis dan vena
spermatika interna merupakan massa tersering yang timbul dari spermatic cord.3
Untuk mengetahui perbedaan massa skrotum yang solid atau kistik diperlukan USG
Color Doppler atau transluminasi skrotum. Massa solid memberi kesan neoplasia dan
biasanya dilakukan orchiectomy radikal. Sedangkan massa kistik adalah atipikal untuk
malignansi dan pengobatan yang dapat dilakukan adalah mulai dari observasi hingga
pembedahan eksisi jika massa berukuran besar dan simptomatik. Epididimitis dan
terkait dengan kondisi inflamasi pada skrotum biasanya diobati dengan pengobatan
antibiotik, antiinflamasi, analgesik dan terapi suportif termasuk heating pads dan elevasi
skrotum.2,3
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kelainan pada skrotum sangat penting untuk
dapat dikenali dan didiagnosis serta ditangani segera dalam praktik sehari-hari sehingga
efek yang ditimbulkan seperti infertilitas nantinya dapat dengan cepat dihindari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
di
dalam
tunika
vaginalis
atau
prosesus
vaginalis.
Selama
a. Tatalaksana
Pembedahan dapat dilakukan contohnya pada kasus hidrokel yang tegang
yang dapat mempengaruhi sirkulasi testis dan pada kasus hidrokel yang
berukuran besar sehingga menyebabkan ketidaknyamanan pasien. Hidrokel
pada bayi harus di observasi secara keseluruhan karena dapat terjadi
penutupan prosesus vaginalis secara spontan dan dapat terjadi resolusi
hidrokel. Namun jika hidrokel menetap lebih dari satu tahun kemungkinan
tidak akan terjadi perubahan. Pembedahan pada pasien anak sebaiknya
dilakukan melalui insisi inguinal. Prosesus vaginalis sebaiknya diligasi dan
kantong hidrokel distal harus dieksisi. Sedangkan pada pasien dewasa,
hidrokel memiliki konsekuensi terjadinya inflamasi lokal. Konsekuensinya
adalah harus dilakukan pembedahan melalui insisi scrotum. Kantung hidrokel
didekompresi lalu kemudian dieksisi untuk mencegah terjadinya rekurensi.
2. Torsio testis2,3
Torsio testis terjadi ketika testis berputar dan menjepit aliran darah pada testis
pada tingkat spermatic cord. Torsio testis merupakan suatu kedaruratan medis
yang membutuhkan tindakan pembedahan segera. Torsio yang terjadi pada
periode neonatal dan prenatal adalah torsio ekstravaginal, dimana testis dan
kedua lapisan pada tunika vaginalis berputar. Torsio testis pada neonatus
biasanya tidak menimbulkan gejala dan biasanya akan disadari ketika telah
terjadi atrofi. Sedangkan torsio pada anak dan dewasa merupakan torsio
intravaginal yang dimana testis dan lapisan dalam dari tunika vaginalis berputar.
Torsio intravaginal biasanya terjadi pada usia 12 sampai 18 tahun dengan
kejadian tertinggi pada usia 13 tahun. Pada pasien dengan resiko torsio
invaginalis, tunika terikat lebih tinggi pada spermatic cord (deformitas bell
clapperI) dan otot cremaster menyisip secara oblik ke dalam cord. Sehingga
testis menjadi horizontal ketika pasien berdiri. Kontraksi otot cremaster
dipercaya merupakan karakteristik rotasi yang terjadi pada torsio yang terlihat.
Pada pemeriksaan fisis, testis sebelah kiri pada pasien berputar berlawanan
dengan arah jarum jam dan testis sebelah kanan berputar searah jarum jam.
Torsio pada dewasa biasanya akan menimbulkan gejala nyeri yang hebat.
Diagnosis banding dari torsio testis adalah epididymo-orchitis dan torsio
apendiks testis. Epididymo-orchitis jarang terjadi pada dewasa dan disertai
dengan pyuria. Sedangkan torsio apendiks testis memproduksi nyeri pada area
fokal yang lebih dan sering disertai dengan perubahan warna menjadi kebiruan
pada skrotum. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan torsio adalah manual
detorsi.
a. Pendekatan diagnosis
Anamnesis :
1. Nyeri hebat tiba-tiba pada skrotum, nyeri dapat menjalar ke daerah
inguinal atau perut sebelah bawah. Pada bayi gejalanya tidak khas yakni
gelisah, rewel, atau tidak mau menyusui.
2. Testis yang bersangkutan dirasakan membesar.
3. Terjadi retraksi dari testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus
terpuntir jadi memendek
4. Mual dan muntah, kadang demam
Pemeriksaan Fisik :
1. Testis/skrotum bengkak/hiperemis
Pembedahan yang dilakukan dalam 4 sampai 6 jam dari onset nyeri memiliki
tingkat penyelamatan testis lebih dari 90%.
3. Varikokel4
Varikokel adalah dilatasi pleksus vena pampiniformis dan vena spermatika
interna yang berada di dalam skrotum. Varikokel adalah etiologi yang jelas
penyebab penurunan fungsi testis. Sekitar 15-20% populasi laki-laki yang sehat
diperkirakan memiliki varikokel, namun sebanyak 40% laki-laki yang infertil
mungkin
memiliki
varikokel.
Mekanisme
varikokel
sehingga
dapat
menyebabkan kerusakan struktur, fungsi dan produksi sperma hingga saat ini
belum dapat diketahui. Tetapi banyak peneliti percaya bahwa hal ini terjadi
karena pengaruh dari termoregulasi.
Gambar 4. Beberapa faktor kelainan penyebab varikokel lebih sering terjadi di sebelah
kiri
a. Etiologi
Varikokel sering terjadi pada testis kiri dibandingkan dengan testis kanan
karena faktor anatomi secara umum, yakni contohnya adalah sudut vena
testikular kiri yang masuk ke vena renalis kiri, lalu kurang efektifnya katub
antirefluks pada hubungan antara vena testikular dan vena renalis, dan
karena peningkatan tekanan vena renalis karena adanya kompresi diantara
arteri mesenterika superior dan aorta (nutcracker effect). Varikokel
unilateral biasanya mempengaruhi testis yang berlawanan. Sekitar 35-40%
laki-laki dengan varikokel sinistra yang teraba mungkin memiliki varikokel
bilateral yang akan ditemukan pada pemeriksaan.
b. Patofisiologi
Beberapa teori digunakan untuk menjelaskan efek yang merugikan dari
varikokel dalam kualitas sperma, termasuk adalah efek tekanan, kekurangan
oksigen, trauma panas dan toksin. Tetapi beberapa teori tersebut hingga saat
ini belum terbukti meskipun peningkatan efek panas menyebabkan sirkulasi
yang terganggu dan menimbulkan defek yang reprodusibel. Meskipun belum
terbukti,
varikokel
dapat
menimbulkan
lesi
progresif
yang
dapat
menyebabkan efek destruktif pada fungsi testis. Varikokel yang tidak diobati
terutama jika sudah berukuran besar dapat menyebabkan kerusakan jangka
panjang dalam produksi sperma dan bahkan produksi testosteron. Varikokel
bilateral harus diperbaiki keduanya untuk memperbaiki kualitas sperma.
Manifestasi klinis
c. Pendekatan diagnostik
Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berdiri, pasien diminta melakukan
manuver valsava pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti
kumpulan cacing-cacing di dalam kantung yang berada di sebelah kranial
testis.
Secara klinis varikokel dibedakan dalam 3 tingkatan/derajat :
1. Derajat kecil adalah varikokel yang dapat dipalpasi setelah pasien
melakukan maneuver valsava.
2. Derajat sedang adalah varikokel yang dapat dipalpasi tanpa melakukan
maneuver valsava.
3. Derajat besar adalah varikokel yang sudah dapat dilihat bentuknya tanpa
melakukan maneuver valsava
Auskultasi dengan memakai stetoskop Doppler dapat mendeteksi adanya
peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Selain itu perlu
diperhatikan konsistensi dan ukuran testis yang dapat diukur dengan alat
orkidometer. Pada beberapa keadaan mungkin kedua testis teraba kecil dan
lunak karena telah terjadi kerusakan pada sel sel germinal.
d. Tatalaksana
Ligasi tinggi vena spermatika secara Palomo melalui operasi terbuka atau
bedah laparoskopi.
Varikolektomi cara Ivanisevich.
Secara perkutan dengan memasukkan bahan sklerosing ke dalam vena
spermatika interna.
4. Epididimitis
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis yang merupakan penyebab
morbiditas dan diagnosis urologi tersering kelima pada laki-laki berusia 18-50
tahun. Epididimitis
kedaruratan urologi.
a. Etiologi
Etiologi pasti epididimitis akut belum jelas hingga saat ini. Namun peneliti
percaya bahwa ini dapat terjadi aliran retrograde urin dari uretra prostatik ke
epididimis via duktus ejakulatorius dan vas deferens. Obstruksi prostat atau
uretra dan anomali kongenital juga merupakan faktor predisposisi untuk
terjadinya refluks. Normalnya sudut oblikus pada duktus ejakulatorius
melalui jaringan prostatikus mencegah refluks. Namun 56% laki-laki yang
berusia lebih dari 60 tahun dengan epididimitis menunjukkan terjadinya
obstruksi
pubertas).
Dengan tuberkulosis, epididimitis fokal, sinus drainase atau beading vas
deferens.
Pada anak, didasari dengan anomali kongenital pada traktus urinarius.
Pembesaran dan indurasi testis.
5. Orchitis5,6
Orchitis adalah suatu reaksi peradangan akut pada salah satu atau kedua testis
yang disebabkan oleh infeksi.
a. Etiologi
Orchitis dapat disebabkan oleh patogen seperti bakteri dan virus. Virus yang
paling sering menyebabkan orchitis adalah virus gondongan (mumps).
Berdasarkan suatu studi penelitian, hampir sekitar 15-25% laki-laki yang
menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orchitis.
Orchitis juga ditemukan pada 2-20% pria yang menderita bruselosis. Selain
itu orchitis sering dihubungkan dengan infeksi prostat atau epididimis, serta
merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual (misalnya gonore atau
klamidia).
b. Faktor resiko
Immunisasi gondongan yang tidak adekuat
Infeksi saluran kemih berulang
Kelainan saluran kemih
c. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Terjadi
pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan dan pembengkakan
testis yang terkena.
d. Manifestasi klinis
Pembengkakan skrotum
Gambar 6. Orchitis
e. Tatalaksana
6. Hernia skrotalis5
Hernia skrotalis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui
annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh darah epigastrika
inferior kemudian hernia masuk dari annulus ke dalam kanalis. Jika kantong
hernia mencapai skrotum maka hernia tersebut disebut hernia skrotalis.
a. Faktor penyebab
1) Prosesus vaginalis yang terbuka
2) Peninggian tekanan di dalam rongga abdomen
3) Kelemahan otot dinding abdomen karena faktor usia
b. Patofisiologi
DAFTAR PUSTAKA