Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Bau badan, osmidrosis, merupakan fenomena pada populasi postpubertal.


Bromhidrosis mengacu bau badan yang berlebihan atau bau yang tidak
menyenangkan. Bromhidrosis, ditentukan terutama oleh sekresi kelenjar apokrin yang
disebut bromhidrosis apokrin,
Pasien umumnya mengeluh memiliki bau badan yang tidak menyenangkan,
bau ini paling sering disebutkan berasal dari bagian ketiak, meskipun area genital dan
telapak kaki juga dapat menghasilkan aroma yang serupa. Untuk mendiagnosis
keluhan ini digunakan penilaiaan klinis, hal yang menentukan normal atau tidaknya
bau badan seseorang adalah membandingkan dengan variasi bau badan pada suatu
populasi atau etnik tempat individu tersebut tinggal.1
Bromhidrosis apokrin merupakan suatu kondisi kronik dan tanpa remisi.
Pasien dengan bromhidrosis apokrin sering merasa rendah diri dan malu dengan
kondisi mereka dan keadaan ini dapat berkembang menjadi gangguan fungsi
psikososial, sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat untuk mengatasi keluhan ini
dan meningkatkan kepercayaan diri serta fungsi psikososial terhadap mereka yang
memiliki masalah ini. Oleh sebab itu, Untuk menegakkan diagnosis dan terapi yang
tepat, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai bromhidrosis.1

BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi
Bromhidrosis atau bau badan, merupakan fenomena pada individu
postpubertas. Pada beberapa kasus, bromhidrosis dapat bersifat patologis jika
aromanya lebih kuat atau ketika bau badan tersebut telah menggangu
kehidupan psikososial dari penderitanya. Bromhidrosis merupakan kondisi
kronis bau badan yang berlebihan atau bau yang kurang menyenangkan yang
berasal dari kulit. Bromhidrosis sering dihasilkan oleh sekresi kelenjar
apokrin. Secara substansial keluhan ini dapat menyebabkan gangguan kualitas
hidup penderitanya.2

II.

Epidemiologi
Onset dari penyakit paling sering muncul setelah masa pubertas dan
cenderung pada penduduk afrika dan amerika. Tidak ada predileksi geografi,
meskipun pada musim dingin datau panas dapat memeprburuk kondisi ini.
Kebersihan diri juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi.1
Bromhidrosis sering dikeluhkan terutama oleh para pria, hal ini
mungkin merefleksikan lebih banyaknya aktivitas kelenjar apokrin pada pria
dibandingkan pada wanita.2

III.

Patofisiologi
A. Kelenjar sekresi manusia terutama dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:
a. Kelenjar ekrine didistribusikan diseluruh permukaan kulit,
kelenjar ini terlibat dalam termoregulasi oleh alat-alat produksi
keringat.

b. Kelenjar apokrin adalah kelenjar adneksa yang terdapat


di kulit kepala, ketiak, daerah anogenital, kelopak mata
(glandula

Moll),

meatus

akustikus

eksterna

(kelenjar

Ceruminous), dan kelenjar susu. Apokrin Kelenjar juga dapat


ditemukan
pada

dalam

wajah

dan

distribusi
perut.

yang

Embriologis,

lebih

terbatas

kelenjar

apokrin

mengembangkan dari tonjolan atas folikel rambut di akhir


keempat bulan kehamilan, dengan perkembangan lebih lanjut
Selama folikel rambut berkembang. Sebuah kuman epitel primer
(Rambut kuman) tumbuh turun dari epidermis dan bentuk
kelenjar apokrin, kelenjar sebaceous, dan folikel rambut.
Kelenjar
(1)

apokrin

saluran

terdiri

intraepithelial,

dari
(2)

tiga

komponen:

saluran

intradermal,

dan (3) kelenjar di dermis dalam atau di persimpangan dari itu


dermis dan subkutan lemak, yang mengandung sejumlah
sekretori. Sel sekretori kuboid kelenjar keringat apokrin

dikelilingi oleh banyak sel myoepitel yang terletak didasar sel


sekretorik.3
c. Alasan utama sekresi apokrin adalah sebuah proses dimana
apikal porsi dari sel sekretori sitoplasma terpompa dan
memasuki lumen kelenjar. Keringat apokrin terutama terdiri dari
sialomucin. Keringat apokrin lebih kental dan diproduksi dengan
jumlah yang lebih kecil dari keringat ekrin (yang sebenarnya
porsi basah keringat ketiak). Fungsi yang tepat dari kelenjar
apokrin tidak jelas, diduga sebagai pemberi bau badan. Stimulasi
simpatik utama kelenjar apokrin adalah adrenergik.1

d. Kelenjar apokrin merupakan kelenjar keringat yang menjadi jelas


antara usia 8 dan 14 tahun. Secara fungsional dan farmakologi
berbeda. kelenjar apokrin berkontribusi besar pada keringat di
bagian ketiak. Kelenjar ini berkembang selama pubertas dari
aktivitas eccrinelike precursor glands.2
e. temuan histologis menunjukkan bahwa kelenjar ekrin dominan
terdapat di bagian dermis, tetapi sebagian kelenjar apokrin
terletak di jaringan subkutan, meskipun lokasi pasti belum
diketahui.2

B. Pengendalian kelenjar apokrin


Bukti saat ini menunjukkan bahwa kelenjar apokrin manusia
tampaknya berada di bawah kendali saraf simpatik dengan
mekanisme perifer diatur oleh katekolamin. Kehadiran reseptor
purinergic dalam kelenjar juga menunjukkan penggunaan jalur
sudomotor sekunder dengan keterlibatan nukleotida dalam kelenjar
sekresi.2
C. Apokrin bromhidrosis
Apokrin bromhidrosis adalah bentuk paling umum dari
bromhidrosis dan harus dibedakan dari kurang umum ekrin
bromhidrosis. Jumlah komponen yang berasal dari bau yang tidak
nyaman itu disekresi oleh bakteri pada axilla, salah satu yang penting
adalah asam trans-3methyl-2-hexanoic dan bebera rantai pendek
asam lemak dan ammonia. Bahan-bahan ini yang menimbulkan bau
yang tidak menyenangkan. Androgen juga memiliki peran terhadap
timbulnya bau badan tersebut, kelenjar apokrin mengekspresikan
aktivitas 15-reduktase. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi
adalah higienitas,infeksi bakteri dan jamur dan penggunaan baju
yang tidak menyerap keringat.4

Flora bakteri ketiak telah terbukti menghasilkan bau ketiak


yang khas dengan mengubah prekursor nonodoriferous keringat
untuk asam volatil lebih bau-bauan. Yang paling umum ini adalah E3M2H dan (RS) -3-hydroxy-3-methlyhexanoic asam (HMHA), yang
dirilis melalui aksi dari N aminoacylase -alpha-asil-glutamin seng
tergantung

spesifik

(N-AGA)

dari

spesies

Corynebacterium.

Aminoacylase ini telah ditunjukkan untuk juga melepaskan asam


bau-bauan lain dari konjugat glutamin keringat, yang dapat menjadi
dasar dari bau badan seseorang.2

D. Ekrin bromhidrosis
Keringat ekrin biasanya tidak berbau,namun dalam beberapa
keadaan dapat menimbulkan bau. Ekrin bromhidrosis adalah keadaan
seseorang dengan bau yang tidak menyenangkan dihasilkan ketika
flora mikrobia kutaneus merubah komponen dari stratum korneum
yang

lembab

dengan

keringat

untuk

menguapkan

produk

metabolismenya. Ini terjadi pada beberapa kasus hiperkeratotic seperti


eritroderma eksfolatifa pada dermatitis atopic, psoriasis, ichthyosis
lamellar, hiperkeratosis palmaris dan plantaris, dan pitted keratolysis.5
Dalam keadaan tertentu, sekresi ekrin, yang biasanya tidak
berbau, mengasumsikan aroma ofensif dan menyebabkan ekrin
bromhidrosis. Ketika keringat ekrin melembutkan keratin, degradasi
9

bakteri dari keratin yang menghasilkan bau busuk. Menelan beberapa


makanan, termasuk bawang putih, bawang merah, kari, alkohol, obatobatan tertentu (misalnya, penisilin, bromida), dan racun dapat
menyebabkan ekrin bromhidrosis. Terakhir, ekrin bromhidrosis
mungkin hasil dari metabolisme yang mendasari atau penyebab
endogen.2
Peran sekresi ekrin yang berlebihan, atau hiperhidrosis, dalam
patogenesis bromhidrosis jelas. Hiperhidrosis dapat mempromosikan
penyebaran keringat apokrin dan berkontribusi lebih lanjut untuk
bromhidrosis dengan menciptakan lingkungan yang lembab, satu
matang untuk pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Sebaliknya, ekrin
hiperhidrosis dapat menyebabkan penurunan bau karena keringat ekrin
flushes pergi apokrin lebih bau-bauan keringat.2

E. Keterlibatan genetik
Kebanyakan pasien memiliki anggota keluarga yang juga
memiliki bromhidrosis. Pola pewarisan dominan autosomal telah
diusulkan dalam satu studi. Penelitian terbaru telah menemukan
hubungan yang kuat antara bromhidrosis dan kotoran telinga basah
berhubungan dengan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) rs
17.822.931 gen ABCC11. 2

10

IV.

Tanda dan Gejala


Pasien datang dengan keluhan bau badan yang menyengat paling
sering berasal dari daerah ketiak. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi
sebagai genital atau plantar bromhidrosis. Bau tersebut biasanya digambarkan
sebagai bau yang tajam, tengik, apek, atau asam.2
Tidak ada pemeriksaan fisik yang dapat menegakkan diagnosis pada
individu yang secara subjektif telah diduga oleh pemeriksa memberikan bau
badan yang tidak nyaman.1

V.

Pemeriksaan Penunjang
Presepsi olfaktori dari dokter merupakan satu-satunya alat
diagnostik klinik untuk menegakkan diagnosis bromhidrosis.
A. Kromatografi atau spektroskopi dapat membantu mengidentifikasi
zat-zat kimi penghasil bau badan. Namun, identifikasi yang spesifik
dari molekul odorifera ini masih dalam penelitian ditingkat perguruan
tinggi untuk mengungkap cara diagnosis dan terapinya.2
B. Hasil dari kromatografi atau spektroskopi tidak dapat membantu
untuk membedakan bau badan normal dan bau badan yang tidak
normal akibat bromhidrosis. 2

11

C. Pengujian

dengan

iodin

dapat

menunjukkan

area

yang

mengekskresikan banyak keringat namun tidak dapat menentukan


kaitannya dengan aroma yang dihasilkan. 2
D. Semenjak staphylococcus, Micrococcus, Cotynebacterium dan
Propionibacterium dapat diisolasi dari mikroflora

residen pada

orang dengan bromhidrosis, apusan bakteri sepertinya dapat


digunakan untunk menunjang diagnosis dan menuntun pemberian
terapi.6
E. Biopsi kulit jarang diindikasikan pada pasien bromhidrosis. Namun,
tindakan ini dapat digunakan uuntuk mengevaluasi kelenjar apokrin
jika tindakan pembedahan telah dilakukan. 2
F. Hasil

dari

pemeriksaan

histopatologi

pada

pasien

dengan

bromhidrosis masih menjadi perdebatan diantara para peneliti.


Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa pada pasien dengan
bromhidrosis ditemukan jumlah kelenjar apokrin yang lebih banyak
dan kelenjar tersebut memiliki ukuran yang lebih besar.7

VI.

Penatalaksanaan
Untuk mengatasi bromhidrosis telah dilakukan berbagai cara
penanganan dari obat topikal maupun sistemik. Pasien yang gagal diobati
secara konvensional diindikasikan pengobatan dengan cara bedah. 8

12

A. Terapi Non-Medikamentosa
Ada dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan ketika
hendak melakukan penatalaksanaan bromhidrosis, antara lain:
1) Menjaga jumlah bakteri pada kulit semaksimal mungkin. 9
2) Membuat area pada kulit,terutama ketiak pada pasien
bromhidrosis, dalam keadaan kering.9

Pasien dianjurkan untuk sering membilas ketiak, menggunakan


deodoran atau antiperspirant (aluminium chloride), parfum, dan
sering

mengganti

pakaian.

Mencukur

rambut

ketiak

dapat

meminimalisir pertumbuhan bakteri dan akumulasi keringat di


lipatan ketiak. Sabun antibakteri atau antibakteri topikal agen dapat
berguna.1

B. Terapi Medikamentosa
a. Terapi Non-Bedah
Pemberian injeksi toksi botulinum telah dilaporkan
dapat mengobati bromhidrosis axilla dan genital. Jumlahnya
dua kali lipat pada tindakan laser dengan Q-switched Nd:YAG
juga dilaporkan berhasil mengatasi masalah bromhidrosis tanpa
tindakan pembedahan.1

13

Penelitian

membuktikan

bahwa

kelenjar

apokrin

sensitive terhadap kolinergik ataupun stimulasi adrenergic,


sehingga suntikan botox atau anti kolinergik sistemik tidak
dapat secara sempurna menghambat sekresi kelenjar apokrin.
Demikian juga laser, microwave dan bedah beku. Pada
umumnya tidak dapat menghancurkan kelenjar apokrin secara
adekuat. 8

b. Terapi Bedah
Penatalaksanaan bedah merupakan pilihan tindakan
yang efektif,. Namun, tindakan ini memiliki resiko dan
komplikasi yang tinggi termasuk hematoma dan nekrosis.10
Intervensi bedah untuk bromhidrosis aksila dapat
menghasilkan angka kesembuhan terapi yang tinggi dan angka
rekuren yang rendah namun dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti kerusakan pleksus nervus aksila, nyeri
postoperative, perdarahan, edema, hematoma, dan hambatan
pergerakan post operasi. Tindakan bedah ini juga sangat
bergantung dari keterampilan dokter bedahnya.10
Macam-macam teknik operasi pada bromhidrosis,
antara lain :

14

a. Simpatektomi Torakal
b. Pengambilan sebagian kulit serta jaringan subkutan dan
subsisi kelenjar apokrin
c. Eksisi kelenjar apokrin dan fascia superfisialis
d. Kombinasi liposuction kuretase
e. Operasi dengan waterject
Dalam waktu 6 minggu pasca operasi 80-90% terlihat
perbaikan nyata setelah diuji dengan tepung kanji dan iodin.
Beberapa pasien melaporkan hasil maksimal setelah 8 bulan
pasca operasi. Tertundanya hasil ini mungkin oleh karena
fibrosis pasca operasi yang akan merusak kelenjar keringat.8
Sesungguhnya

sedot

lemak

dengan

tumescent

anesthesia sudah terbukti merupakan cara yang aman dan


efektif untuk jangka yang lama.8

15

Bab III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Bromhidrosis merupakan kondisi kronis bau badan yang berlebihan atau


bau yang kurang menyenangkan yang berasal dari kulit.

Berdasarkan sumbernya bromhidrosis terbagi dua bromhidrosis ekrin dan


apokrin.

Untuk mendiagnosa bromhidrosis secara klinis, cukup dibutuhkan


penilaian subjektif dari dokter yang menangani.

Bromhidrosis dapat dicegah dengan menjaga higienitas tubuh.

Penatalaksanaan bromhidrosis yang paling efektif dan tidak menimbulkan


rekurensi adalah tindakan pembedahan

II. Saran
Untuk menghindari keluhan bromhdrosis maka kita perlu menjaga higienitas
diri agar tetap bersih dan terhindar dari kondisi tersebut.

16

Anda mungkin juga menyukai