PENDAHULUAN
BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Bromhidrosis atau bau badan, merupakan fenomena pada individu
postpubertas. Pada beberapa kasus, bromhidrosis dapat bersifat patologis jika
aromanya lebih kuat atau ketika bau badan tersebut telah menggangu
kehidupan psikososial dari penderitanya. Bromhidrosis merupakan kondisi
kronis bau badan yang berlebihan atau bau yang kurang menyenangkan yang
berasal dari kulit. Bromhidrosis sering dihasilkan oleh sekresi kelenjar
apokrin. Secara substansial keluhan ini dapat menyebabkan gangguan kualitas
hidup penderitanya.2
II.
Epidemiologi
Onset dari penyakit paling sering muncul setelah masa pubertas dan
cenderung pada penduduk afrika dan amerika. Tidak ada predileksi geografi,
meskipun pada musim dingin datau panas dapat memeprburuk kondisi ini.
Kebersihan diri juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi.1
Bromhidrosis sering dikeluhkan terutama oleh para pria, hal ini
mungkin merefleksikan lebih banyaknya aktivitas kelenjar apokrin pada pria
dibandingkan pada wanita.2
III.
Patofisiologi
A. Kelenjar sekresi manusia terutama dibagi menjadi 2 jenis, antara lain:
a. Kelenjar ekrine didistribusikan diseluruh permukaan kulit,
kelenjar ini terlibat dalam termoregulasi oleh alat-alat produksi
keringat.
Moll),
meatus
akustikus
eksterna
(kelenjar
dalam
wajah
dan
distribusi
perut.
yang
Embriologis,
lebih
terbatas
kelenjar
apokrin
apokrin
saluran
terdiri
intraepithelial,
dari
(2)
tiga
komponen:
saluran
intradermal,
spesifik
(N-AGA)
dari
spesies
Corynebacterium.
D. Ekrin bromhidrosis
Keringat ekrin biasanya tidak berbau,namun dalam beberapa
keadaan dapat menimbulkan bau. Ekrin bromhidrosis adalah keadaan
seseorang dengan bau yang tidak menyenangkan dihasilkan ketika
flora mikrobia kutaneus merubah komponen dari stratum korneum
yang
lembab
dengan
keringat
untuk
menguapkan
produk
E. Keterlibatan genetik
Kebanyakan pasien memiliki anggota keluarga yang juga
memiliki bromhidrosis. Pola pewarisan dominan autosomal telah
diusulkan dalam satu studi. Penelitian terbaru telah menemukan
hubungan yang kuat antara bromhidrosis dan kotoran telinga basah
berhubungan dengan polimorfisme nukleotida tunggal (SNP) rs
17.822.931 gen ABCC11. 2
10
IV.
V.
Pemeriksaan Penunjang
Presepsi olfaktori dari dokter merupakan satu-satunya alat
diagnostik klinik untuk menegakkan diagnosis bromhidrosis.
A. Kromatografi atau spektroskopi dapat membantu mengidentifikasi
zat-zat kimi penghasil bau badan. Namun, identifikasi yang spesifik
dari molekul odorifera ini masih dalam penelitian ditingkat perguruan
tinggi untuk mengungkap cara diagnosis dan terapinya.2
B. Hasil dari kromatografi atau spektroskopi tidak dapat membantu
untuk membedakan bau badan normal dan bau badan yang tidak
normal akibat bromhidrosis. 2
11
C. Pengujian
dengan
iodin
dapat
menunjukkan
area
yang
residen pada
dari
pemeriksaan
histopatologi
pada
pasien
dengan
VI.
Penatalaksanaan
Untuk mengatasi bromhidrosis telah dilakukan berbagai cara
penanganan dari obat topikal maupun sistemik. Pasien yang gagal diobati
secara konvensional diindikasikan pengobatan dengan cara bedah. 8
12
A. Terapi Non-Medikamentosa
Ada dua faktor penting yang perlu dipertimbangkan ketika
hendak melakukan penatalaksanaan bromhidrosis, antara lain:
1) Menjaga jumlah bakteri pada kulit semaksimal mungkin. 9
2) Membuat area pada kulit,terutama ketiak pada pasien
bromhidrosis, dalam keadaan kering.9
mengganti
pakaian.
Mencukur
rambut
ketiak
dapat
B. Terapi Medikamentosa
a. Terapi Non-Bedah
Pemberian injeksi toksi botulinum telah dilaporkan
dapat mengobati bromhidrosis axilla dan genital. Jumlahnya
dua kali lipat pada tindakan laser dengan Q-switched Nd:YAG
juga dilaporkan berhasil mengatasi masalah bromhidrosis tanpa
tindakan pembedahan.1
13
Penelitian
membuktikan
bahwa
kelenjar
apokrin
b. Terapi Bedah
Penatalaksanaan bedah merupakan pilihan tindakan
yang efektif,. Namun, tindakan ini memiliki resiko dan
komplikasi yang tinggi termasuk hematoma dan nekrosis.10
Intervensi bedah untuk bromhidrosis aksila dapat
menghasilkan angka kesembuhan terapi yang tinggi dan angka
rekuren yang rendah namun dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti kerusakan pleksus nervus aksila, nyeri
postoperative, perdarahan, edema, hematoma, dan hambatan
pergerakan post operasi. Tindakan bedah ini juga sangat
bergantung dari keterampilan dokter bedahnya.10
Macam-macam teknik operasi pada bromhidrosis,
antara lain :
14
a. Simpatektomi Torakal
b. Pengambilan sebagian kulit serta jaringan subkutan dan
subsisi kelenjar apokrin
c. Eksisi kelenjar apokrin dan fascia superfisialis
d. Kombinasi liposuction kuretase
e. Operasi dengan waterject
Dalam waktu 6 minggu pasca operasi 80-90% terlihat
perbaikan nyata setelah diuji dengan tepung kanji dan iodin.
Beberapa pasien melaporkan hasil maksimal setelah 8 bulan
pasca operasi. Tertundanya hasil ini mungkin oleh karena
fibrosis pasca operasi yang akan merusak kelenjar keringat.8
Sesungguhnya
sedot
lemak
dengan
tumescent
15
Bab III
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
Untuk menghindari keluhan bromhdrosis maka kita perlu menjaga higienitas
diri agar tetap bersih dan terhindar dari kondisi tersebut.
16