Anda di halaman 1dari 7

PAPER LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN WABAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyidikan Wabah


Dosen Pengampu : Widya Hary C S.KM., M.Kes (Epid)

Oleh:
Afina Maryam Pratiwi

6411412103

Nining Purnawati

6411412137

Sholekhah

6411412180

Rombel 02 Epidemiologi

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015

A. PENGERTIAN WABAH
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
949/MENKES/SK/VIII/2004 wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi
daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat
menimbulan malapetaka. Menteri menetapkan dan mencabut daerah tertentu
dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah.

Gambar 1. Timbulnya fase epidemik atau wabah


Untuk dapat dikatakan wabah atau kejadian luar biasa, jumlah kasus
tidak harus luar biasa banyak dalam arti absolut, melainkan luar biasa banyak
dalam arti relatif, ketika dibandingkan dengan insidensi biasa pada masa yang
lalu, disebut tingkat endemis. Segelintir kasus bisa merupakan wabah atau
kejadian luar biasa jika muncul pada kelompok, tempat, dan waktu yang tidak
biasa. Ditemukannya dua kasus penyakit yang telah lama absen (misalnya,
variola), atau pertama kali invasi di suatu populasi dan wilayah (misalnya, HIV/
AIDS), dapat dikatakan kejadian luar biasa, dan otoritas kesehatan dapat mulai
melakukan penyelidikan dan pengendalian terhadap wabah itu
B. TUJUAN PENYELIDIKAN WABAH
1. Memastikan diagnosa penyakit
2. Menetapkan KLB
3. Menetukan sumber dan cara penularan penyakit
C. LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN WABAH
1. Identifikasi wabah
2. Investigasi kasus

3.
4.
5.
6.
7.

Investigasi kausa
Langkah pencegahan dan pengendalian
Studi analitik
Komunikasikan temuan
Evaluasi dan meneruskan surveilans

1. Identifikasi wabah atau KLB


Wabah atau KLB adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih
banyak daripada keadaan normal di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang potensi wabah atau KLB
biasanya datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien (kasus
indeks), keluarga pasien, kader kesehatan, atau warga masyarakat. Tetapi
informasi tentang potensi wabah atau KLB bisa juga berasal dari petugas
kesehatan, hasil analisis data surveilans, laporan kematian, laporan hasil
pemeriksaan laboratorium, atau media lokal (suratkabar dan televisi). Hakikatnya
wabah atau KLB merupakan deviasi (penyimpangan) dari keadaan rata-rata
insidensi yang konstan dan melebihi ekspektasi normal. Karena itu wabah atau
KLB ditentukan dengan cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan ratarata jumlah kasus dan variasinya di masa lalu (minggu, bulan, kuartal, tahun).
3. Investigasi kausa
a. Wawancara dengan kasus
Intinya, tujuan wawancara dengan kasus dan nara sumber terkait kasus adalah
untuk menemukan kausa wabah atau KLB. Dengan menggunakan kuesioner
dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien (kasus), dokter, laboratorium,
melakukan wawancara dan doku-mentasi untuk memperoleh informasi
berikut:
(1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada);
(2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan);
(3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa;
(4) Faktor-faktor risiko;
(5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset
gejala untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat
penyakit);

(6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik
hasil investigasi).
Pemeriksaan klinis ulang perlu dilakukan terhadap kasus yang meragukan
atau tidak didiagnosis dengan benar (misalnya, karena kesalahan pemeriksaan
laboratorium). Informasi tentang masing-masing kasus yang diwawancara/
ditemui dimasukkan dalam tabel wabah atau KLB (=line listing). Dalam
tabel wabah atau KLB, variabel-variabel tentang informasi kasus diletakkan
pada kolom, sedang urutan kasus diletakkan pada baris. Ikhtisar informasi
tentang kasus yang dicatat dalam tabel wabah atau KLB berguna untuk
merumuskan teori/ hipotesis tentang sumber, kausa, dan cara penyebaran
penyakit.
b. Epidemiologi deskriptif.
Tujuan epidemiologi deskriptif adalah mendeskripsikan frekuensi dan pola
penyakit pada populasi menurut karakteristik orang, tempat, dan waktu.
Dengan menghitung jumlah kasus, menganalisis waktu, incidence rate, dan
risiko, peneliti outbreak mendeskripsikan distribusi kasus menurut orang,
tempat,

dan

waktu,

menggambar

kurva

epidemi,

mendeskripsikan

kecenderungan (trends) kasus sepanjang waktu, luasnya daerah outbreak, dan


populasi yang terkena outbreak. Dengan epidemiologi deskriptif peneliti
outbreak bisa mendapatkan menduga kausa dan sumber outbreak.
Studi epidemic deskriptif dapat menyajikan data yang diperoleh dengan:
a. Tabulasi.
b. kurva epidemic
c. spot map
D. LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN WABAH AVIAN
INFLUENZA
1. Identifikasi wabah Avian Influenza
Pada Nopember 2003 Sekitar 4,7 juta ayam di Indonesia mati, 40
persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle. Flu
burung (avian influenza) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influensa yang ditularkan olehunggas. Virus influensa terdiri
dari beberapa tipe, antara lain tipe A, tipe B dan tipe C. Influensa tipe A
terdiri dari beberapa strain, antara lain H1N1, H3N2, H5N1 dan lain-lain.

Influensa A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung di Hongkong


Vietnam, Thailand, dan Jepang.
2. Identifikasi kasus wabah Avian Influenza
3. Identifikasi kausa wabah Avian Influenza
Identifikasi kausa dapat digambarkan dengan tabel dan kurva sebagai
berikut:

Kurva Jumlah Konformasi Avian Influenza Tahun 2005-2009

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2005. Rencana Strategis Nasional Pengendalian Flu Burung (Avian


Influenza) Dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza 20062008. Jakarta
Murti, Bhisma. Investigasi Outbreak.
http://fk.uns.ac.id/static/materi/Investigasi_Outbreak_Prof_Bhisma_Murti.
pdf. Diakses pada 17 Maret 2015
Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2004.

Pedoman

Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB).


Jakarta : Menteri Kesehatan republic Indonesia
Pusat Data dan Informasi. 2010. Indikator Kesehatan Indonesia 2005-2009.
Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi

Anda mungkin juga menyukai