(BLOK NEUROPSIKIATRI)
SURYA MEKA NOVITA SARI
H1A212058
PENDAHULUAN
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO
Mekanisme presumtif
Cedera kepala
Risiko meningkat
Risiko meningkat
Risiko meningkat
Alterasi neurotransmitter
Cardio-Serebrovaskular disease
Risiko meningkat
Smoking
Estrogen
Aktivasi komplemen
PENYEBAB DEMENSIA
Penyebab
Contoh
Infeksi
Neurosifilis
Tuberculosis
Virus
Hematoma subdural
Tumor otak
Abses otak
Zat-zat toksik
Obat-obatan
Alcohol
Arsen
Penyakit lain
Alzheimers disease
Parkinsons disease
Wilsons disease
Hungtintons disease
Depresi
Cedera kepala
PATOFISIOLOGI
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta
amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di
sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah
fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan
normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam
pertumbuhan dan pertahanan neuron.
APP terbagi menjadi fragmen fragmen oleh protease, salah
satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut.Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel sel glia yang akhirnya membentuk fibril
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu
hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap
stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga
berpengaruh pada AD.Secara neurokimia kelainan pada otak
KLASIFIKASI
Terdapat 2 tipe AD, yaitu:
AD familial
AD sporadik
GAMBARAN KLINIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, NINCDS
dan ADRDA menganjurkan beberapa criteria
diagnosis dari AD, yaitu:
Demensia yang dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan klinis, Mini-Mental Scale, Blessed
Dementia Scale, atau pemeriksaan status mental
lain.
Usia pasien (>40 tahun)
Deficit dari 2 atau 3 area kognitif yang bersifat
progresif, seperti bahasa, persepsi, dan skiil motorik.
Tidak ada gangguan kesadaran.
Kelainan otak lain sudah disingkirkan.
TATALAKSANA
KOMPLIKASI
Pneumonia aspirasi dan masalah lainnya. Kesulitan menelan makanan dan
cairan menyebabkan penderita alzheimer menghirup (menghisap) apa yang
mereka makan atau minum ke dalam saluran pernapasan dan paru, yang dapat
menyebabkan pneumonia. Pengidap alzheimer mudah gamang sehingga bisa
sering terjatuh. Akibat jatuh bisa terjadi luka di kepala, seperti pendarahan
otak. Operasi untuk memeperbaiki luka akibat jatuh juga berisiko. Sebagai
contoh, berbaring dalam waktu lama untuk pemulihan luka akibat terjatuh
meningkatkan risiko pembekuan darah di paru-paru (pulmonary embolism),
yang dapat menimbulkan kematian.
Inkontinensia adalah gejala umum dari tengah dan penyakit tahap akhir
Alzheimer. Pada saat seseorang menderita kerugian total dari fungsi kandung
kemih, kateter urin kadang-kadang digunakan. Kateter dapat memperkenalkan
bakteri ke dalam tubuh menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK). Pasien
dengan penyakit Alzheimer juga tidak bisa ke toilet sendiri sebagai sering atau
dengan penggunaan yang tepat dari kebersihan, yang menghasilkan
pembentukan ISK.
Dekubitus terjadi karena adanya penurunan aliran darah kedaerah yang
mengalami penekanan dan menyebabkan kerusakan pada daerah tersebut. Hal
ini dapat terjadi jika penekanan terjadi dalam waktu yang lama tanpa
pergeseran berat badan (misalnya setelah operasi/cedera).
PROGNOSIS
PENUTUP
Alzheimer disease (AD) merupakan bentuk demensia yang
tersering. AD merupakan penyakit degeneratif dan progresif
pada otak yang menyebabkan defect spesifik pada neuron. Pada
kasus AD terjadi degenerasi neuron dalam jumlah besar yang
disebabkan oleh gangguan pada sinaps, metabolisme dan
perbaikan sel saraf yang sebenarnya hal tersebut tidak terjadi
dalam proses normal.
Pada beberapa kasus, AD juga dapat mengenai korteks serebri
khususnya area yang mengatur bahasa dan pemikiran (area
Broca, Wernick dan Prefrontal), sehingga menyebabkan seseorang
kehilangan kemampuan berbahasa, membuat keputusan dan
timbul perubahan perilaku. Kerusakan ini terjadi secara
progresif, akibatnya ppasien dengan AD akan merasakan emosi
yang meledak-ledak, gangguan perilaku, gangguan tidur,
inkontinensia, kehilangan fungsi komunikasi, dan kehilangan
kemandirian. Progresifitas penyakit sangat cepat. Adapun
pengobatan pada kasus ini bersifat simtomatik.
DAFTAR PUSTAKA
Hotchkiss, Richard, Andreas S, Jonathan EM, et al., 2009. Cell Death:
Mechanisms of Disease. The New England Journal of Medicine. Vol
361;1570-1583
Landgrave-Gomez, Jorge, Octavio MG & Rosalinda GG., 2015. Epigenetic
Mechanism in Neurological and Neurodegenerative Disease. Frontiers in
Cellular Neuroscience. Vol 27 (2);1-11
Machfoed, MH, M. Hamdan, Abdullah M, et al. ed, 2011. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.
Mayeux, Richard., 2010. Early Alzheimers Disease. The New England of
Journal Medicine. Vol 362;2194-2201
Price & Willson., 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC: Jakarta. Pp 1139-1144
Ropper, AH & Robert HB, ed., 2005. Adams & Victor Principles of
Neurology. McGraw-Hill. Pp 910
Rowland & Pedley, Ed., 2010. Merrits Neurology 10 th Edition. Lippincott
Williams & Wilkin..
Querfurth, HW & Frank, ML., 2010. Mechanisms of Disease Alzheimers
Disease. The New Englang Journal of medicine. Vol 362 (4); 392-335