Anda di halaman 1dari 28

ALZHEIMER DISEASE

(BLOK NEUROPSIKIATRI)
SURYA MEKA NOVITA SARI
H1A212058

FAKULTAS KEDOKTERAN UNRAM

PENDAHULUAN

Alzheimer disease (AD) merupakan bentuk


demensia yang tersering. AD merupakan
penyakit degeneratif dan progresif pada otak
yang menyebabkan defect spesifik pada neuron.
Adanya defect ini dapat mengakibatkan
gangguan memori, berpikir, dan tingkah laku

EPIDEMIOLOGI

Alzheimers disease (AD) merupakan penyebab


demensia tersering pada penduduk western. AD
mengenai sekitar 5 juta orang di US dan 17 juta
orang di Dunia. Insiden AD meningkat 1%
diantara populasi yang berusia 60-70 tahun, dan
meningkat 6-8% pada populasi yang berusia >85
tahun. Adapun proporsi pasien dengan AD pada
populasi adalah 30% dan diperkirakan pproporsi
ini akan terus meningkat

ETIOLOGI

Adanya faktor genetic atau riwayat keluarga


dengan demensia merupakan salah satu faktor
risiko dari kejadian AD. Pada beberapa kasus
yang jarang pada keluarga dengan autosomal
dominan untuk gen AD, perkembangan penyakit
terjadi pada usia 30 dan 50 tahun, setengah dari
kasus ini dilaporkan terjadi mutasi pada gen
yang mengkode protein precursor amiloid,
presenilin 1, atau presinilin 2. Beberapa
penelitian tentang genetic menyebutkan bahwa
AD disebabkan oleh generasi dan agregasi dari
peptide amiloid, yang berbentuk plak neuritic

FAKTOR RISIKO

Mekanisme presumtif

Cedera kepala

Risiko meningkat

A beta dan APP pada otak


Usia

Risiko meningkat

Fisiologi aging yang meluas


Depresi

Risiko meningkat

Alterasi neurotransmitter
Cardio-Serebrovaskular disease

Risiko meningkat

Smoking
Estrogen
Aktivasi komplemen

PENYEBAB DEMENSIA
Penyebab

Contoh

Infeksi

Neurosifilis
Tuberculosis
Virus

Defisiensi zat gizi

Defisiensi vitamin B12


Defisiensi Niasin
Defisiensi Tiamin

Lesi desak ruang

Hematoma subdural
Tumor otak
Abses otak

Zat-zat toksik

Obat-obatan
Alcohol
Arsen

Penyakit lain

Alzheimers disease
Parkinsons disease
Wilsons disease
Hungtintons disease
Depresi
Cedera kepala

PATOFISIOLOGI

Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer melibatkan


kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta
penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara
mikroskopik, terdapat perubahan structural dan biokimia pada
neuron neuron
Pada saat otopsi, gambaran patologis yang paing sering terlihat
adalah adanya protein amiloid ekstraseluler pada diffuse plaques
dan pada plak yang mengandung elemnt dari neuron yang
berdegenerasi. Perubahan intraseluler yang diamati adalah
adanya deposit dari tangle neurofibril. Lesi patologis ini awalnya
terletak pada region entorhinal dari hipokampus dan kemudian
akan menyebar ke daerah lainnya. Semakin lama dari onset awal
penyakit, akan terjadi kehilangan dari neuron dan sinaps yang
luas

Perubahan morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada


akhirnya berkembang menjadi degenarasi soma dan atau akson
dan atau dendrit.Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut
dan sebagian besar terdiri dari protein tau.
Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat
pembentuk structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus
dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada
neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari protein tau, secara
kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat
terikat pada mikrotubulus secara bersama sama.
Tau yang abnormal terpuntir masuk ke filament heliks ganda yang
sekelilingnya masing-masing terluka. Dengan kolapsnya system
transport internal, hubungan interseluler adalah yang pertama kali
tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel. Pembentukan
neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak
menyebabkan Alzheimer

MEKANISME PENYAKIT ALZHEIMER BERDASARKAN PENINGKATAN


CSF TAU DAN PLAK AMILOID SERTA NEUROFIBRIL TANGLES

Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri dari beta
amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di
sekeliling neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah
fragmen protein prekusor amiloid (APP) yang pada keadaan
normal melekat pada membrane neuronal yang berperan dalam
pertumbuhan dan pertahanan neuron.
APP terbagi menjadi fragmen fragmen oleh protease, salah
satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut.Gumpalan tersebut akhirnya
bercampur dengan sel sel glia yang akhirnya membentuk fibril
fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut, dan
diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu
hubungan intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah
sehingga mengakibatkan makin rentannya neuron terhadap
stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia dalam SSP juga
berpengaruh pada AD.Secara neurokimia kelainan pada otak

MEKANISME TERJADINYA DISFUNGSI SINAPS PADA ALZHEIMER

KLASIFIKASI
Terdapat 2 tipe AD, yaitu:
AD familial
AD sporadik

Berdasarkan onset kejadian gejala penyakit, AD


diklasifikasikan menjadi:
AD awitan dini (30-65 tahun)
AD awitan lambat (diatas 65 tahun)

GAMBARAN KLINIS

Onset penyakit AD adalah insidious, dan


manifestasinya semakin memburuk seiring
pertambahan tahun. Awalnya akan terjadi
kelemahan memori yang sifatnya masih mild
kemudan akan terjadi kehilangan fungsi kognitif
yang parah

Inisial gejala pada AD adalah adanya


ketidakmampuan untuk mengingat informasi yang
baru terjadi. Seiring dengan progresifitas penyakit,
terjadi gangguan padda beberapa area kognitif, seperti
area bahasa, berfikir abstrak, dan fungsi kognitif atau
pengambilan keputusan dengan berbagai derajat
keparahan.
Penyakit ini juga membuat seseorang menjadi sulit
untuk bekerja atau kesulitan dalam sosial atau
ketidakmampuan dalam melakukan kebutuhan
sehari-hari. Pada dapat pula didapatkan adanya
perubahan emosional.
Pada beberapa pasien diteukan delusi atau gangguan
psikotik, namun merupakan kasus yang jarang.
Adanya psikosis yang mengawali demensia
merupakan panduan untuk mengarah ke diagnosis
lain, yaitu demensia dengan Lewy bodies

Manifestasi klinis penyakit Alzhetmer terdiri


atas manifestasi gangguan kognitif dan
gangguan psikiatrik serta perilaku.
Gangguan kognitif awal yang terjadi adalah
gangguan memori jangka pendek atau memori
kerja. Gangguan ini akan diikuti dengan
kesulitan berbahasa, disorientasi visuospasial
dan waktu, serta inatensi.
Penderita mengalami ketergantungan dalam
melakukan aktivitas sehari-harinya seiring
perjalanan penyakit, akan muncul gangguan
psikiatrik dan perilaku seperti depresi ,
kecemasan, halusinasi, waham, dan perilaku
agitas

ADAPUN PERJALANAN PENYAKIT DARI AD ADALAH


Korsakoff amnesic state
Pada tahap ini, pasien lupa beberapa memori yang baru terjadi, gangguan pada
kemampuan integritas dan kognitif, serta kemudianpasien dapat lupa dengan
mediate memory. Cara pemeriksaan pada tahap ini adalah dengan tes rentetan
huruf. Pada beberapa kasus, pasien dapat melupakan short dan long term memory.
Tahap ini juga ditandai dengan ketidakmampuan recall memory.
Dysnomia
Pada tahap ini, pasien melupakan kata-kata, beberapa nama dan biasanya pasien
baru akan dibawa ke neurologist saat dalam tahap ini. Semakin lama pasien akan
melupakan kata kerja dan kesulitan dalam berkomunikasi. Sindrom pada tahap ini
dinamakan dengan primary progressive aphasia karena pasien juga dapat
mengalami gangguan pada kemampuan membaca, menulis dan menggabungkan
antara intelegensi dan perilaku. Pada pemeriksaan EEG masih dalam batas
normal atau sedikit mengarah ke derajat kerusakan di frontotemporal. Namun
pada MRI dapat ditemukan adanya atrofi fokal pada area bahasa.
Visuospasial disorientation
Pada tahap ini kemungkinan telah terjadi atrofi pada region parieto-oksipital, serig
juga disebut posterior cortical dementia. Pasien ditandai dengan
prosopagnosia (ketidakmampuan mengenali wajah), tidak dapat mengingat jalan,
dan lain-lain.
Paranoia dan gangguan perubahan kepribadian
Pada kasus AD sering terjadi psikosis, paranoid, depresi dan iritabilitas.

PENEGAKAN DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, NINCDS
dan ADRDA menganjurkan beberapa criteria
diagnosis dari AD, yaitu:
Demensia yang dibuktikan dengan hasil
pemeriksaan klinis, Mini-Mental Scale, Blessed
Dementia Scale, atau pemeriksaan status mental
lain.
Usia pasien (>40 tahun)
Deficit dari 2 atau 3 area kognitif yang bersifat
progresif, seperti bahasa, persepsi, dan skiil motorik.
Tidak ada gangguan kesadaran.
Kelainan otak lain sudah disingkirkan.

Pasien dengan gejala demensia sebaiknya


melakukann
serangkaian
pemeriksaan
penunjang, seperti deteksi gangguan gizi,
endokrin, dan infeksi. Pemeriksaan yang sering
dianjurkan adalah darah lengkap, pemeriksaan
untuk sifilis, kadar elektrolit serum, vitamin B
12, serta uji fungsi tiroid. Selain itu dapat pula
dilakukan CT scan untuk menilai apakah
terdapat tumor atau abses otak maupun
hematom subdural

ADAPUN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC YANG DAPAT


DILAKUKAN ADALAH
Antibodi : Kadarnya cukup tinggi (abnormal).
JDL, RPR, elektrolit, pemeriksaan tiroid : Dapat menentukan dan/atau
menghilangkan disfungsi yang dapat diobati/kambuh kembali, seperti proses
penyakit metabolic, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, neurosifilis.
B12 : Dapat menentukan secara nyata adanya kekurangan nutrisi.

Tes deksametason depresan (DST) : Untuk menangani depresi.


EKG : Mungkin tampak normal, perlu untuk menemukan adanya insufisiensi
jantung.
EEG : Mungkin normal atau memperlihatkan beberapa perlambatan gelombang
(membantu dalam menciptakan kelainan otak yang masih dapat diatasi).
Sinar x tengkorak : biasanya normal.
Tes penglihatan/pendengaran : Untuk menemukan adanya penurunan (kehilangan)
yang mungkin disebabkan oleh/kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang
melayang, perubahan persepsi sensori (salah satu gangguan koknitif).
Scan otak, seperti PET, BEAM, MRI : Dapat memperlihatkan daerah otak yang
mengalami penurunan metabolism yang merupakan karakteristik dari DAT.
Scan CT : Dapat memperlihatkan adanya ventrikel otak yang melebar, adanya
atrofi kortikal.
CSS : Munculnya protein abnormal dari sel otak sekitar 90% merupakan indikasi
adanya DAT.
Penyakit Alzheimer yang dihubungkan dengan protein (ADAP) : Pemeriksaan
postmortem terlihat positif lebih dari 80% dari pasien DAT.

TATALAKSANA

KOMPLIKASI
Pneumonia aspirasi dan masalah lainnya. Kesulitan menelan makanan dan
cairan menyebabkan penderita alzheimer menghirup (menghisap) apa yang
mereka makan atau minum ke dalam saluran pernapasan dan paru, yang dapat
menyebabkan pneumonia. Pengidap alzheimer mudah gamang sehingga bisa
sering terjatuh. Akibat jatuh bisa terjadi luka di kepala, seperti pendarahan
otak. Operasi untuk memeperbaiki luka akibat jatuh juga berisiko. Sebagai
contoh, berbaring dalam waktu lama untuk pemulihan luka akibat terjatuh
meningkatkan risiko pembekuan darah di paru-paru (pulmonary embolism),
yang dapat menimbulkan kematian.
Inkontinensia adalah gejala umum dari tengah dan penyakit tahap akhir
Alzheimer. Pada saat seseorang menderita kerugian total dari fungsi kandung
kemih, kateter urin kadang-kadang digunakan. Kateter dapat memperkenalkan
bakteri ke dalam tubuh menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK). Pasien
dengan penyakit Alzheimer juga tidak bisa ke toilet sendiri sebagai sering atau
dengan penggunaan yang tepat dari kebersihan, yang menghasilkan
pembentukan ISK.
Dekubitus terjadi karena adanya penurunan aliran darah kedaerah yang
mengalami penekanan dan menyebabkan kerusakan pada daerah tersebut. Hal
ini dapat terjadi jika penekanan terjadi dalam waktu yang lama tanpa
pergeseran berat badan (misalnya setelah operasi/cedera).

PROGNOSIS

Progresivitas dari penyakit sangat bervariasi.


Harapan hidup dari awitan gejala hingga
kematian berkisar dari 3-20 tahun, dengan ratarata 8 tahun. Walaupun demensia dapat timbul
pada awal decade ke empat puluh, namun AD
primer dapat menyerang seseorang yang berusia
lebih dari 65 tahun. Perkiraan terbaru adalah
dari 10 orang, 1 orang akan menderita AD.
Rentan usia penderita AD adalah 65-85 tahun

PENUTUP
Alzheimer disease (AD) merupakan bentuk demensia yang
tersering. AD merupakan penyakit degeneratif dan progresif
pada otak yang menyebabkan defect spesifik pada neuron. Pada
kasus AD terjadi degenerasi neuron dalam jumlah besar yang
disebabkan oleh gangguan pada sinaps, metabolisme dan
perbaikan sel saraf yang sebenarnya hal tersebut tidak terjadi
dalam proses normal.
Pada beberapa kasus, AD juga dapat mengenai korteks serebri
khususnya area yang mengatur bahasa dan pemikiran (area
Broca, Wernick dan Prefrontal), sehingga menyebabkan seseorang
kehilangan kemampuan berbahasa, membuat keputusan dan
timbul perubahan perilaku. Kerusakan ini terjadi secara
progresif, akibatnya ppasien dengan AD akan merasakan emosi
yang meledak-ledak, gangguan perilaku, gangguan tidur,
inkontinensia, kehilangan fungsi komunikasi, dan kehilangan
kemandirian. Progresifitas penyakit sangat cepat. Adapun
pengobatan pada kasus ini bersifat simtomatik.

DAFTAR PUSTAKA
Hotchkiss, Richard, Andreas S, Jonathan EM, et al., 2009. Cell Death:
Mechanisms of Disease. The New England Journal of Medicine. Vol
361;1570-1583
Landgrave-Gomez, Jorge, Octavio MG & Rosalinda GG., 2015. Epigenetic
Mechanism in Neurological and Neurodegenerative Disease. Frontiers in
Cellular Neuroscience. Vol 27 (2);1-11
Machfoed, MH, M. Hamdan, Abdullah M, et al. ed, 2011. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Saraf. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair: Surabaya.
Mayeux, Richard., 2010. Early Alzheimers Disease. The New England of
Journal Medicine. Vol 362;2194-2201
Price & Willson., 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
EGC: Jakarta. Pp 1139-1144
Ropper, AH & Robert HB, ed., 2005. Adams & Victor Principles of
Neurology. McGraw-Hill. Pp 910
Rowland & Pedley, Ed., 2010. Merrits Neurology 10 th Edition. Lippincott
Williams & Wilkin..
Querfurth, HW & Frank, ML., 2010. Mechanisms of Disease Alzheimers
Disease. The New Englang Journal of medicine. Vol 362 (4); 392-335

Anda mungkin juga menyukai