Anda di halaman 1dari 11

CARCINOMA NASOFARING

(KNF)
M. Nauval
H1A 007 042

pendahuluan

Secara global, pada tahun 2000 diperkirakan terdapat


65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang diakibatkan
oleh kanker nasofaring.
Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta saja ditemukan
lebih dari 100 kasus setahun, RS Hasan Sadikin Bandung
rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Palembang
25 kasus, dan 11 kasus di Padang dan Bukit Tinggi
Di Bagian THT Semarang mendapatkan 127 kasus KNF
dari tahun 2000 2002. Survei yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara
pathology based mendapatkan angka prevalensi
karsinoma nasofaring 4,7 per 100.000 penduduk atau
diperkirakan 7000 8000 kasus per tahun di seluruh
Indonesia.

ANATOMI NASOFARING

Etiologi
1. Genetik
Analisis genetik pada populasi endemik menunjukkan orang-orang
dengan kelemahan pada gen HLA memiliki resiko dua kali lebih tinggi
untuk menderita karsinoma nasofaring.
2. Lingkungan
Penelitian-penelitian menunjukkan konsumsi makanan yang
mengandung volatile nitrosamine (misalnya ikan asin), paparan
formaldehide, akumulasi debu kapas, asam, caustic, proses pewarnaan
kain, merokok, nikel, alkohol, dan infeksi jamur pada cavum nasi
meningkatkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring.
3. Virus Ebstein-Barr
Infeksi EBV pada manusia bermanifestasi menjadi beberapa bentuk
penyakit. Virus ini dapat menyebabkan infeksi mononukleosis, limfoma
burkit dan karsinoma nasofaring. Infeksi EBV-1 dan EBV-2 telah
dihubungkan dengan kejadian karsinoma nasofaring di Cina Selatan,
Asia Tenggara, Mediterania, Afrika, dan Amerika Serikat.

Patologi
Bentuk ulseratif
Bentuk ini paling sering terdapat pada dinding posterior dan di
daerah sekitar fosa rosenmulleri. Juga dapat ditemukan pada
dinding lateral didepan tuba eustachius dan pada bagian atap
nasofaring. Lesi ini biasanya lebih kecil disertai dengan jaringan
yang nekrotik dan sangat mudah mengadakan infiltrasi ke
jaringan sekitarnya. Gambaran histopatologik bentuk ini adalah
karsinoma sel skuamosa deengan diferensiasi baik.
Bentuk noduler/lubuler/proliferative
Tumor jenis ini berbentuk seperti buah anggur atau polipoid.
Gambaran histopatologik bentuk ini biasanya karsinoma tanpa
diferensiasi.
Bentuk eksofitikGambaran histopatologik berupa
limfasarkoma.

Manifestasi Klinis

Gejala karsinoma nasofaring dapat


dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu
gejala nasofaring sendiri,
gejala telinga,
gejala mata dan saraf,
Metastasis
Cranial sign.

Stadium
Berdasarkan TNM tersebut, stadium dapat
dibagi menjadi:
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II
: T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1 M0
Stadium IV : T4 N0, N1 M0
T1 T4 N2,N3 M0
T1 T4 N0 N3 M1

DIAGNOSIS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik


Pemeriksaan nasofaring
Radiology imaging
Biopsi nasofaring

Terapi

Supportif
Operatif
Radioterapi
Kemoterapi
Immunoterapi

KOMPLIKASI

Petrosphenoid sindrom
Tumor tumbuh ke atas ke dasar tengkorak lewat
foramen laserum sampai sinus kavernosus
menekan saraf N. III, N. IV, N.VI juga menekan
N.II.
Retroparidean sindrom
Tumor tumbuh ke depan ke arah rongga hidung
kemudian dapat menginfiltrasi ke sekitarnya.
Tumor ke samping dan belakang menuju ke arah
daerah parapharing dan retropharing dimana
ada kelenjar getah bening. Tumor ini menekan
saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII

Prognosis

Faktor terpenting untuk menentukan prognosis


adalah stadium dari kanker. Pada studi tahun 2002
yang menggunakan TNM staging system,
menunjukkan angka harapan hidup 5 tahun untuk
stadium I sebesar 98%, stadium II A-B, 95%, stadium
III 86%, dan stadium IV 73%.
Faktor penting lainnya adalah host. Dimana bila
pasien yang terlena berumur lebih muda (<40
tahun) dan berjenis kelamin wanita, memiliki
prognosis yang lebih baik.
Selain itu tatalaksana yang baik juga merupakan
faktor yang dapat menentukan prognosis dari pasien

Anda mungkin juga menyukai