Anda di halaman 1dari 11

Kesombongan Capung

"Hooi, teman-teman? Nuni Nuri, Kiki Kutilang, Gaga Gagak, hooi, lihat, coba lihat sayapku..,
lihat, indah kan?" kata Caca Capung. Caca Capung, bangga sekali ia dengan sayapnya. Memang indah sih,
tapi"Huuh, coba deh lihat si ulat bulu, teman-teman. Rupanya jelek sekali. Heh, ulat bulu, ngapain kau
lihat-lihat kita. Kau pikir rupamu seindah kami," ujar Caca Capung ketus. Caca Capung menjadi sombong
memiliki sayap yang indah. Bukan hanya ulat bulu yang tidak suka padanya. Tapi, teman-temannya, Nuni
Nuri, Kiki Kutilang, dan Gaga Gagak juga sebal pada Caca Capung. Ulat bulu hanya bisa menahan kesal
saja dalam hati Hmmh.., biarlah Caca Capung berkata apa saja yang ia suka. Suatu hari aku akan beri
kejutan untuknya. Hebat Si Ulat bulu, walaupun diejek, ia tetap tegar. Ia menganggap semua ejekan Caca
Capung angin lalu. "Hai Ulaat, ulaat bulu, ulaat jelek, tampakkanlah wujudmu," sahut Caca Capung. Ada
apa tuh? Caca Capung mau cari gara-gara lagi ya? Sepertinya ia kehilangan Ulat bulu. Sudah beberapa
hari ini, Si Ulat tidak menampakkan diri. Caca Capung kebingungan mencarinya.
Walaupun sering diejek, Caca Capung merasa Ulat bulu adalah satu-satunya binatang yang peduli
dengannya. "Ulaat jelek, ulaat jelek, ulat bulu jelek keluar dong, ayolah keluar, tak usah malu dengan
rupamu yang buruk," sahut Caca Capung yang terbang kesana kemari mencari Ulat bulu. Duh, maunya
apa sih Caca Capung, kerjanya hanya buat onar saja. Eh, eh, tapi, ada apa di sebelah sana? Sepertinya,
penduduk hutan sedang berkumpul. Mereka nampak membicarakan sesuatu. Ada pesta yang sangat
meriah. Nampaknya semua penghuni hutan bergembira. Mereka kedatangan penghuni baru, seekor kupukupu, iya, iya, seekor kupu-kupu yang sangat cantik. "Uuh, siapa tuh, seekor kupu-kupu, indah sekali
sayapnya. Waaah," ujar Caca Capung melihat keindahan sayap kupu-kupu. "Hai Caca, Caca, Caca
Capung. Hihihi" Caca Capung kaget karena mendengar suara yang sepertinya ia kenal. "Hmmm, siapa ya
yang tadi memanggilku, siapa ya, sepertinya aku kenal," kata Caca Capung. Caca, Caca, ayo, kita ikut
berpesta," terdengar suara memanggil. Caca Capung masih penasaran dengan suara itu. Tahu ngga, itu
suara siapa? "Kedengarannya sih seperti suara Si Ulat bulu. Tapi, aku sama sekali tak melihat Si ulat bulu?
Eh, bener ngga sih, itu suara Si Ulat," ujar Caca Capung dalam hati. Hai.. Caca, ini aku, temanmu yang
selalu kau ejek, Si Ulat Bulu. kata Si Kupu-kupu cantik. Benar, suara itu adalah suara Si Ulat Bulu yang
selalu diejek Caca Capung. "Ooh, kok bisa sih?" ujar Caca Capung merasa heran melihat si Ulat Bulu
yang selalu ia ejek dulu. "Bisa dong!
Setelah ulat bulu tertidur panjang dan terbangun, ia akan berubah bukan lagi menjadi ulat, tetapi
menjadi seekor kupu-kupu cantik," ujar si Kupu-kupu. "Ka, Kau, Si Ulat, Si Ulat yang selalu kuejek?" ujar
Caca Capung merasa tidak percaya. Wah, lihat, Caca Capung gelagapan gitu, hihihi.. dia kaget karena
teman yang selama ini diejeknya, menjadi cantik dan indah. "Ma, maaf, ya Ulat bulu, aku janji takkan
sombong lagi," ujar Caca Capung yang menyadari kesalahan yang telah dilakukannya.

Kura-kura dan Angsa


Dahulu kala, di suatu danau di kota Magdha, hidup seekor kura-kura. Dua ekor angsa undan juga hidup di
dekat sana. Mereka bertiga adalah teman yang sangat akrab.
Pada suatu hari, beberapa nelayan tiba di sana dan berkata, Kita akan datang ke sini besok pagi dan
menangkap ikan dan kura-kura.
Pada waktu kura-kura mendengarnya, dia berkata kepada angsa-angsa undan, Apakah kalian dengar apa
yang dikatakan nelayan-nelayan tadi. Apa yang akan kita lakukan sekarang?
Kami akan melakukan apa yang terbaik. Saya sudah pernah melewati waktu yang sangat mengerikan
dahulu, kata kura-kura. Jadi bisakah engkau membantu saya pergi hari ini ke danau yang lain?
Tapi itu tidak aman untuk kamu dengan merangkak ke danau yang lain, kata angsa-angsa undan.
Baik, kamu bisa mengangkat saya ke sana dengan menumpang dua di antara kamu jawab kura-kura
sambil merasa bahagia sekali dengan dirinya sendiri.
Bagaimana kita bisa melakukannya? Tanya angsa-angsa undan.
Masing-masing bisa memegang ujung kayu di paruhmu sementara saya memegang kayu tengahnya di
mulutku. Kemudian jika kamu terbang, saya bisa ikut dengan kamu, kata kura-kura.
Rencana yang bagus sekali, kata angsa-angsa undan. Tapi ini juga sangat berbahaya karena kalau kamu
membuka mulutmu untuk bicara, kamu akan terjatuh.
Apakah kamu mengira saya begitu bodoh? Tanya kura-kura.
Kemudian pada waktu angsa-angsa undan itu terbang sambil mengangkat temannya si kura-kura di kayu,
mereka terlihat oleh beberapa orang penggembala sapi yang berada di bawah.
Karena terkejut, para penggembala itu berkata, Sesuatu yang aneh, lihatlah! Angsa-angsa undan sedang
membawa kura-kura ke suatu tempat.
Wah, kalau kura-kura itu jatuh kita akan memanggangnya, kata salah satu gembala sapi.
Saya akan memotong dia menjadi bagian-bagian kecil dan memakannya kata yang lain.
Mendengar kata-kata yang begitu kasar dari para gembala sapi, kura-kura lupa di mana dia sedang berada
kemudian berteriak dengan marah, Kamu akan makan abu.
Pada saat dia membuka mulutnya, ia kehilangan genggamannya dan dia pun jatuh terpelanting ke tanah
dan langsung disambar oleh gembala sapi kemudian dibunuh.
Angsa-angsa undan dengan sedih melihat kehancuran teman mereka (si kura-kura) dan dengan putus asa
mengharap bahwa dia seharusnya mendengar nasihat mereka untuk tidak membuka mulutnya.
Oleh karenanya, nasehat yang baik itu tidaklah ternilai harganya.

Dua ekor kambing yang serakah

Dua ekor kambing berjalan dengan gagahnya dari arah yang berlawanan di sebuah pegunungan yang
curam, saat itu secara kebetulan mereka secara bersamaan masing-masing tiba di tepi jurang yang
dibawahnya mengalir air sungai yang sangat deras. Sebuah pohon yang jatuh, telah dijadikan jembatan
untuk menyebrangi jurang tersebut. Pohon yang dijadikan jembatan tersebut sangatlah kecil sehingga tidak
dapat dilalui secara bersamaan oleh dua ekor tupai dengan selamat, apalagi oleh dua ekor kambing.
Jembatan yang sangat kecil itu akan membuat orang yang paling berani pun akan menjadi ketakutan.
Tetapi kedua kambing tersebut tidak merasa ketakutan. Rasa sombong dan harga diri mereka tidak
membiarkan mereka untuk mengalah dan memberikan jalan terlebih dahulu kepada kambing lainnya.
Saat salah satu kambing menapakkan kakinya ke jembatan itu, kambing yang lainnya pun tidak mau
mengalah dan juga menapakkan kakinya ke jembatan tersebut. Akhirnya keduanya bertemu di tengahtengah jembatan. Keduanya masih tidak mau mengalah dan malahan saling mendorong dengan tanduk
mereka sehingga kedua kambing tersebut akhirnya jatuh ke dalam jurang dan tersapu oleh aliran air yang
sangat deras di bawahnya.
Lebih baik mengalah daripada mengalami nasib sial karena keras kepala.

Semut dan sang belalang


Pada siang hari di akhir musim gugur, satu keluarga semut yang telah bekerja keras sepanjang musim
panas untuk mengumpulkan makanan, mengeringkan butiran-butiran gandum yang telah mereka
kumpulkan selama musim panas. Saat itu seekor belalang yang kelaparan, dengan sebuah biola di
tangannya datang dan memohon dengan sangat agar keluarga semut itu memberikan sedikit makan untuk
dirinya.
"Apa!" teriak sang Semut dengan terkejut, "tidakkah kamu telah mengumpulkan dan menyiapkan
makanan untuk musim dingin yang akan datang ini? Selama ini apa saja yang kamu lakukan sepanjang
musim panas?"
"Saya tidak mempunyai waktu untuk mengumpulkan makanan," keluh sang Belalang; "Saya sangat sibuk
membuat lagu, dan sebelum saya sadari, musim panas pun telah berlalu."
Semut tersebut kemudian mengangkat bahunya karena merasa gusar.
"Membuat lagu katamu ya?" kata sang Semut, "Baiklah, sekarang setelah lagu tersebut telah kamu
selesaikan pada musim panas, sekarang saatnya kamu menari!" Kemudian semut-semut tersebut
membalikkan badan dan melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan sang Belalang lagi.
Ada saatnya untuk bekerja dan ada saatnya untuk bermain.

Kura-kura dan sepasang itik


Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak
pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha. Ada yang
mengatakan bahwa dewa Jupiter telah menghukum kura-kura karena kura-kura tersebut sangat malas dan
lebih senang tinggal di rumah dan tidak pergi ke pesta pernikahan dewa Jupiter, walaupun dewa Jupiter
telah mengundangnya secara khusus.
Setelah bertahun-tahun, si kura-kura mulai berharap agar suatu saat dia bisa menghadiri pesta pernikahan.
Ketika dia melihat burung-burung yang beterbangan dengan gembira di atas langit dan bagaimana kelinci
dan tupai dan segala macam binatang dengan gesit berlari, dia merasa sangat ingin menjadi gesit seperti
binatang lain. Si kura-kura merasa sangat sedih dan tidak puas. Dia ingin melihat dunia juga, tetapi dia
memiliki rumah pada punggungnya dan kakinya terlalu kecil sehingga harus terseret-seret ketika berjalan.
Suatu hari dia bertemu dengan sepasang itik dan menceritakan semua masalahnya."Kami dapat
menolongmu untuk melihat dunia," kata itik tersebut. "Berpeganglah pada kayu ini dengan gigimu dan
kami akan membawamu jauh ke atas langit dimana kamu bisa melihat seluruh daratan di bawahmu. Tetapi
kamu harus diam dan tidak berbicara atau kamu akan sangat menyesal."
Kura-kura tersebut sangat senang hatinya. Dia cepat-cepat memegang kayu tersebut erat-erat dengan
giginya, sepasang itik tadi masing-masing menahan kedua ujung kayu itu dengan mulutnya, dan terbang
naik ke atas awan.
Saat itu seekor burung gagak terbang melintasinya. Dia sangat kagum dengan apa yang dilihatnya dan
berkata:
"Kamu pastilah Raja dari kura-kura!"
"Pasti saja......" kura-kura mulai berkata.
Tetapi begitu dia membuka mulutnya untuk mengucapkan kata-kata tersebut, dia kehilangan pegangan
pada kayu tersebut dan jatuh turun ke bawah, dimana dia akhirnya terbanting ke atas batu-batuan yang ada
di tanah.
Rasa ingin tahu yang bodoh dan kesombongan sering menyebabkan kesialan.

Sang Kucing yang terlupakan


Di sebuah perumahan elite di pinggiran ibu kota, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama kucing itu
Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu dan memakan tikus-tikus yang suka
mencuri makanan di dapur keluarga Jones.
Molly memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau dan kumisnya
panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat senang bila tubuhnya dibelai.
Namun, tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai Molly. Kedua anak di keluarga Jones kurang
menyukai binatang, sedang nyonya Jones sering membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones
sedang memasak ikan.
Di samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy. Billy adalah anak yang baik dan
sangat menyayangi binatang. Karena itu ia juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat
dari pagar keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai. Alangkah senangnya aku jika Molly ini
kucingku, kata Billy kepada ibunya. Aku ingin memelihara kucing juga, bu! Tetapi ibu Billy tidak
ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun sebenarnya ia juga suka kepada Molly.
Pada suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat, anak-anak keluarga Jones
berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak pergi berlibur selama sebulan.
Setelah memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones berangkat. Molly pasti diajak juga,
pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga
Jones. Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. Pasti ada orang yang diberi tugas untuk merawat
dan memberi makan Molly setiap hari, kata ibu Billy.
Molly bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia menggaruk-garuk pintu dapur
dengan cakarnya berharap dibukakan pintu. Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu
memeriksa kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi ternyata semua jendela
terkunci rapat.
Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore.
Tetapi setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai merasa kelaparan. Ia juga
kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah
karena kehujanan. Molly mulai sakit.
Dua hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang ditemukannya dan juga
daun-daun kering yang ada disekitar rumah. Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.
Pada hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir tidak bisa berjalan karena sangat
lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya
makanan.
Ia lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy hampir tidak mengenalinya lagi.
Astaga!, kaukah itu Molly? seru Billy terkejut. Ia berlutut dan membelai Molly. Oh kasihan, kau sangat
kurus, pasti kau kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk memberimu makan?
Billy segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. Oh kasihan, kata ibu Billy. Untuk sementara biar
saja ia tidur di dapur kita.
Molly sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak di dapur ibu Billy. Billy
bahkan memberinya tempat tidur dari kotak kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena
beberapa hari tidur di semak-semak.
Malamnya, Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali tikusnya. Maka ia pun
menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin membalas kebaikan Billy dan ibunya.

Keesokan harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang telah ditangkap oleh Molly.
Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi semakin disayang di keluarga itu.
Sebulan kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari Billy mengantar Molly pulang
ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah
Billy. Molly tahu bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga Jones yang tega
menelantarkannya.
Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun memberikan kucing itu
kepada Billy.
Akhirnya Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia karena selalu disayang dan
dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya menjadi bebas dari gangguan tikus.

Sang Rajawali Cerdik


Suatu hari di suatu tempat yang panas seekor rajawali sangat haus dan ingin minum. Sungai amat jauh dan
sangat melelahkan jika terbang ke sana untuk minum. Ia tidak melihat kolam air di mana pun. Ia terbang
berputar-putar. Akhirnya ia melihat sebuah buyung di luar rumah. Rajawali terbang turun ke buyung itu.
Di sana ada sedikit air di dasar buyung. Rajawali memasukkan kepalanya ke dalam buyung tetapi ia tidak
menggapai air itu. Ia memanjat ke atas buyung. Ia memasukkan lagi kepalanya ke dalam buyung tetapi
paruhnya tidak bisa mencapai air itu.
Kemudian ia mencari akal.
Rajawali itu terbang tinggi dan kemudian turun menuju ke buyung untuk memecahkannya dengan
paruhnya tetapi buyung itu amat kuat. Ia tidak dapat memecahkannya. Rajawali itu keluar terbang kearah
buyung kemudian ia menabrakkan sayapnya. Ia mencoba memecahkannya, agar airnya akan keluar
membasahi lantai.
Tetapi buyung itu amat kuat. Rajawali itu amat letih bila harus terbang lebih jauh lagi. Ia berpikir ia akan
mati kehausan.
Rajawali itu duduk termenung di sarangnya. Ia berpikir terus menerus Ia tidak mau mati karena kehausan.
Ia melihat banyak batu-batu kecil di tanah. Ia mendapatkan ide. Ia mengambil batu itu dan
memasukkannya ke dalam buyung. Ia memasukkan dan memasukkan terus.
Air itu naik lebih tinggi setiap kali batu jatuh ke dalam buyung. Buyung itu hampir penuh dengan batu. Air
telah naik sampai ke permukaan. Rajawali yang pintar itu memasukkan paruhnya dan ia mendapatkan air.
Pepatah mengatakan bahwa Jika ada kemauan pasti ada jalan. Rajawali itu telah membuktikannya.

Kerbau dan singa

Seekor kerbau jantan berhasil lolos dari serangan seekor singa dengan cara memasuki sebuah gua dimana
gua tersebut sering digunakan oleh kumpulan kambing sebagai tempat berteduh dan menginap saat malam
tiba ataupun saat cuaca sedang memburuk. Saat itu hanya satu kambing jantan yang ada di dalam gua
tersebut. Saat kerbau masuk kedalam gua, kambing jantan itu menundukkan kepalanya, berlari untuk
menabrak kerbau tersebut dengan tanduknya agar kerbau jantan itu keluar dari gua dan dimangsa oleh
sang Singa. Kerbau itu hanya tinggal diam melihat tingkah laku sang Kambing. Sedang diluar sana, sang
Singa berkeliaran di muka gua mencari mangsanya.
Lalu sang kerbau berkata kepada sang kambing, "Jangan berpikir bahwa saya akan menyerah dan diam
saja melihat tingkah lakumu yang pengecut karena saya merasa takut kepadamu. Saat singa itu pergi, saya
akan memberi kamu pelajaran yang tidak akan pernah kamu lupakan."
Sangatlah jahat, mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain.

Kancil dan siput


Dongeng Sang Kancil dan Siput Berlomba Lari
Dikisahkan bangsa siput menantang kembali Sang Kancil berlomba lari. Dua puluh tahun yang silam siput
berhasil memenangkan lomba lari karena kancil yang ditugaskan berlomba lari malahan tidur-tiduran
sementara siput merayap dengan pasti menuju garis finish. Penyebab kekalahan kancil adalah dia terlalu
meremehkan kemampuan siput dan si kancil lomba adalah seorang pemalas yang suka berleha-leha tidurtiduran dulu sebelum bekerja. Pada perlombaan kedua yang dilakukan 10 tahun silam kembali siput
memenangkan pertandingan berkat strategi siput yang berbaris sepanjang garis start hingga finish.
Setiapkali kancil memanggil nama siput, siput yang berada di depan kancil menyahut, begitu seterusnya
hingga si kancil kalah dalam pertandingan karena menyangka siput selalu berlari didepannya. Kancil
bodoh itu tertipu karena tidak tahu bahwa siput memiliki cangkang yang berbeda-beda pola warnanya
sehingga bisa dibedakan satu dengan yang lainnya. Walaupun si kancil lomba itu rajin, dia gagal menang
karena ketidakmampuannya membedakan siput. Nah, baru pada perlombaan ketiga ini bangsa kancil
berhasil memenangkan pertandingan setelah wakil kancil sukses mengalahkan wakil siput. Disiplin dan
etika yang dipaksakan Kancil Senior dengan tangan besi kepada seluruh bangsa kancil telah merubah
bangsa kancil menjadi bangsa yang cerdik, cepat dan rajin. Tak heran mereka dengan mudah mengalahkan
siput dalam lomba lari.
Siput menunduk di depan Sang Kancil yang menatapnya dengan iba. Bagaimana mungkin mitos
kebesaran siput kini berakhir sedih. Reputasi Siput sebagai si lambat yang tekun melangkah hingga
mampu menaklukkan kancil kini sirna sudah. Tak ada lagi sorak sorai penghuni hutan menyambut
takluknya kancil yang cerdik cendekia di tangan siput.
Ijinkan aku berduka. Ijinkan juga aku mengobati rasa dukaku dengan mendengarkan nasehat-nasehatmu
kata Siput merendahkan diri.
Tak ada alasan yang membuatmu sedih. Kanyataan yang ada di dunia ini senantiasa berubah. Hari
kemarin bangsa siput mempecundangi kancil. hari ini giliran kancil yang menang.
Kemenangan kami adalah mitos. Sudah jadi kebanggaan bangsa siput menaklukkan kancil yang tersohor
kecerdikannya. Sudah menjadi tradisi kami merayakan kebesaran nama kami di seantero hutan raya
Dengarlah aku. Selama ini kalian merayakan kebesaran yang semu. Kalian bergembira ria atas kehebatan
yang palsu. Prestasi ala kadarnya telah kalian bangga-banggakan
Kami benar-benar mengalahkan kancil. Bukan kemenangan semu. Tapi sebenar-benarnya kemenangan.
Kami mencapai garis finis lebih dulu daripada kalian.
Kalian menang karena kami bodoh dan malas. Kalian menang bukan karena kekuatan kalian tetapi oleh
kelemahan para kancil.
Apa maksudmu
Pertandingan 20 tahun yang lalu kalian menangkan karena kancil yang ditugaskan untuk berlomba lari
adalah seorang pemalas. Dia tidur-tiduran sementara wakil siput dengan tekun marayap. Saat Sang Kancil
tertidur pulas, siput telah menginjak garis finis. Saat kancil pemalas terbangun, piala kemenangan telah
diraih bangsa siput.
Tapi kami juga menang pada perlombaan 10 tahun yang lalu
Yah, kami belajar dari sejarah. Wakil kancil waktu perlombaan kedua adalah seekor kancil yang rajin.
Tapi dia tidak pernah belajar. Dia tidak pernah mengamati tanda-tanda alam. Bangsa siput dengan mudah
memperdaya kancil bodoh itu. Kalian berbaris sepanjang rute pertandingan lari, dari garis start hingga
garis finish. Setiap kali dia memanggil siput, siput yang berada di depan kancil selalu menyahut. Kancil
bodoh itu menyangka siput selalu berlari di depannya, padahal mereka adalah siput-siput berbeda yang

berbaris di depannya. Kancil lalai itu tidak bisa membedakan siput satu dengan siput lainnya. Padahal
warna rumah-cangkang kalian jelas berbeda-beda, tapi dia tidak menyadari. Dia tidak pernah bersahabat
dengan alam. Dia gagal mempelajari ilmu kehidupan.
Kini kalian mengalahkan kami. Padahal kami telah mempersiapkan diri dengan baik
Kami belajar dari sejarah. Kini kami membangun disiplin dan etika yang membuat seekor binatang layak
disebut Sang Kancil. Anak kancil yang tidak memenuhi disiplin dan etika kancil tidak akan diakui sebagai
kancil. Dia hanya sebagai kancal saja. Dia tak lebih dari anak biologis dari kancil, tapi tidak layak
menyandang gelar Sang Kancil yang senantiasa bijaksana.
Kalian membuang anak-anak kalian sendiri?
Kami tidak menyia-nyiakan keturunan kami. Bangsa kancil tidak akan membuang anak cucunya. Hanya
saja kami telah mendeklarasikan nama Sang Kancil sebagai sebuah gelar kehormatan. Anak-anak kami
adalah seekor kancal. Mereka berhak disebut kancil hanya bila belajar keras hingga menjadi cerdik;
mampu mengendalikan diri untuk tetap rajin dan menjauhi sifat pemalas, dan berdisiplin latihan lari,
sehingga mampu berlari kencang. Hanya seekor kancal yang cerdik, rajin dan cepat yang layak digelari
kancil.
Dan kemudian kalian mampu mengalahkan kami. Padahal kami juga bekerja keras mempersiapkan siput
pilihan untuk bertanding
Kalian tidak mau berpikir. Kalian bertanding dengan kami atas sesuatu yang sangat kami kuasai. Kalian
seperti mengajak ikan bertanding menyelam
Apa maksudmu? Apakah salah bila kami ingin memenangkan pertandingan lari
Kancil tersenyum mendengar siput mulai terpancing kemarahannya oleh kata-katanya. Apa siy yang salah
dengan ambisi yang salah sasaran?. Siput sang perayap akan dengan mudah mengalahkan kancil bila harus
bertanding memanjat pohon, lomba meniti sebatang bambu untuk menyeberang sungai, atau menggapai
pucuk-pucuk daun pepohonan yang hijau.
Setiap binatang punya kelebihan. Mengapa siput mesti bertanding pada hal-hal yang menjadi titik
kelemahannya. Mengapa dia sibuk menambal kelemahan-kelemahannya, bukannya memaksimalkan halhal yang menjadi kelebihannya?. Sebuah pertanyaan yang diam-diam kancil simpan dalam hati.

Anda mungkin juga menyukai