Tugas Komunikasi Organisasi
Tugas Komunikasi Organisasi
DISUSUN OLEH :
Yuli Yanti
: 044109047
Abunawafi Munazi
: 044109127
Afriadi
: 044109704
LATAR BELAKANG
Dari semua isu dalam bidang komunikasi, manajemen, dan kepemimpinan, barangkali isu paling
populer adalah motivasi. Motivasi menyangkut alasan-alasan mencurahkan tenaga untuk
melakukan suatu pekerjaan. Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan,
mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch &
Schunk, dalam Sukadji & Singgih-Salim, 2001).
ISI
TEORI DEFINISI MOTIVASI
Sebagian dari teori-teori yang paling lazim mengenai motivasi merujuk kepada kebutuhan
sebagai kekuatan pendorong perilakuhas tiga penjelasan manusia. Kita akan membahas tiga
penjelasan tentang bagaimana kebutuhan berfungsi memotivasi manusia :
Teori Hierarki
Teori ERG
Teori Kesehatan-Motivator
Suatu kebutuhan adalah sesuatu yang penting, tidak terhindarkan, untuk memenuhi suatu
kondisi. Istilah kebutuhan juga digunakan untuk merujuk kepada kekurangan sesuatu, Jadi
kebutuhan adalah suatu yang kurang dan harus dipenuhi. Kita sering mendengar bahwa semua
perilaku adalah respons untuk memuaskan kebutuhan.
Teori Hierarki
Maslow (1943,1954) mengemukakan bahwa kebutuhan bahwa kebutuhan kita terdiri dari
lima kategori: fisiologis; keselamatan atau keamanan; rasa memiliki (belongingness) atau sosial;
penghargaan; dan akutualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan ini, menurut Maslow, berkembang
dalam suatu urutan hierarkis, dengan kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling
kuat (prepotent) hingga terpuaskan. Kebutuhan ini mempunyai pengaruh atas kebutuhankebutuhan lainnyaselama kebutuhan tersebut tidak terpenuhi. Misalnya, akan sulit,
meskipunbukan berarti tidak mungkin, untuk memberikan perhatian kepada penghematan bagi
masa depan ketika anada merasakan rasa lapar yang hebat. Jadi kebutuhan fisiologis menuntut
pemenuhan sebelum semua kebutuhan lainnya.
3. Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil
tersebut. Hal ini disebut harapan usaha (effort expectancy). Misalnya, anda mungkin
punya persepsi bahwa bila anda mempelajari buku ini dnegan giat, anda akan nilai
memperoleh 85 dalam ujian berikutnya, namun bahwa anda harus berusaha lebih giat lagi
untuk mempelajari kuliah ini untuk memperoleh nilai 90. Jadi kita dapat mendefinisikan
harapan usaha sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan
pencapaian suatu tujuan tertentu.
Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi
bila percaya bahwa (1) suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu, (2) hasil
tersebut punya nilai positif baginya, dan (3) hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha
yang dilakukan seseorang.
Analisis Nadler dan Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu
yang memungkinkan manajer dan organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh
motivasi maksimal dari pegawai :
1. Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai. Lebih mudah
untuk menemukan apa yang orang inginkan daripada mengubah mereka menginginkan
apa yang anda tawarkan.
2. definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan diukur, apa
yang dinginkan dari pegawai.
3. Pastikan bahwa hasil tersebut daoat dicapai pegawai
4. Kaitkan hasil yang diingnkan dengan tingkat kinerja yang diinginkan
5. Pastikan berkinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan
daripada orang yang berkinerja rendah.
HARAPAN
Biasanya kita mulai bekerja dengan antiisipasi dan harapan bahwa apa yang kita lakukan akan
membawa kemajuan dalam pendapatan, jabatan, status, tanggung jawab, atau manfaat lainnya.
Reid dan Evans (1983) mengamati, misalnya, bahwa orang-orang memulai karier mereka
dengan harapan akan terus menerus dipromosikan (hlm. 86). Karena kita hidup dan bekerja
dalam organisasi, janji-janji ditepati dan diingkari, masing-masing menghasilkan harapan yang
terpenuhi dan tidak terpenuhi. Harapan menggambarkan apa yang akan orang pikirkan mengenai
apa yang terjadi pada mereka. Janji adalah jaminan yang menimbulkan harapan. Jadi suatu faktor
utama yang menunjukkan atau mencerminkan vitalitas kerja adalah reaksi seseorang terhadap
seberapa jauh harapannya telah dipenuhi oleh organisasi di mana ia bekerja.
PEMENUHAN
Salah satu alas an mengapa harapan yang tak terpenuhi menimbulkan konsekuensi negative pada
pegawai adalah keyakinan bahwa harapan yang gagal dapat dianggap sebagai tanda kehidupan
yang tak terpenuhi. Suatu kehidupan yang terpenuhi adalah kehidupan yang memungkinkan
orang merasa bahwa ia mampu mancapai hal-hal secara pribadi, unik dan kreatif. Pemenuhan
(fulfillment) dalam bekerja menunjukkan bahwa mereka telah mampu mendefinisikan diri
mereka sesuai dengan keinginan mereka dan diterima. Apa yang telah mampu mereka lakukan
menunjukkan bahwa janji organisasi dan harapan pegawai telah terwujud dan bahwa kehidupan
seseorang sangat memuaskan. Pemenuhan dan harapan bergandengan bersama. Bila anda penuh
harapan, itu karena anda juga merasa bahwa janji telah ditepati, harapan telah diwujudkan, dan
anda akan terus merasa puas atas apa yang terjadi pada anda.
PELUANG
Peluang (opportunity) mungkin merupakan unsur paling kuat dari empat unsure yang
mempengaruhi vitalitas kerja karena ia mempunyai konsekuensi yang secara potensial merusak
bila tidak hadir. Kita sering menanggap peluang sebagai sesuatu yang diberikan seseorang
kepada kita sering berkata bahwa kita harus mengambil peluang, bila peluang itu dating, atau bos
memberi kita peluang. Meskipun pernyataan itu kedengarannya benar, pernyataan tersebut tidak
dapat menunjukkan esensi peluang, yang penting bagi pemahaman yang jelas atas konsep
tersebut.
Penghargaan-diri.
(self-esteem).
Setiap
pegawai
rentan
terhadap
perubahan
dalam
penghargaan-diri memalui citra yang ia peroleh dari tanggapan orang lain. Mereka yang
menerima citra positif mengenai kemampuan mereka melalui komentar dan ganjaran akan
menilai diri mereka sendiri lebih tinggi.
Aspirasi. Peluang juga mampengaruhi aspirasi sesorang pegawai atau prestasi yang diinginkan.
Bila organisasi mendorong dan member ganjaran atas tindakan yang mendukung tujuan tertentu,
pegawai cenderung mengembangkan aspirasi untuk mencapai tujuan tersebut. Aspirasi pegawai
yang sudah menduduki suatu jabatan untuk yang lam cenderung menurun, meskipun pada
awalnya mereka mampunyai aspirasi tersebut.
Komitmen. peluang juga mempengaruhi sejauh mana komitmen pegawai terhadap organisasi .
Mereka yang mengalami pertumbuhan pribadidan penghargaan cenderung menaruh perasaan
positif kepada organisasi. Mereka menjadi termotivasi untuk melakukan lebih banyak lagi,
mencurahkan waktu ekstra untuk bekerja, mencari cara lainuntuk memberikan kontribusi, dan
mencoba cara inovatif untuk meningkatkan produktivitas.
Energi. Pegawai yang peluangnya terhalang cenderung berpaling kepada rekan kerja dan sahabat
untuk memperoleh kenyamanan dan penghargaan. Ini mungkin kurang berkaitan dengan
seberapa baik mereka melakukanpekerjaan ditempat kerja namun lebih berhubungan dengan
seberapa terampil mereka dalam olahraga, memasak, atau berkebun. Mereka mungkin lebih
banyak mencurahkan energy untuk bertukar informasi mengenai kegiatan sampingan dan kurang
pada pekerjaan itu sendiri.
Pemecahan Masalah. Pegawai yang punya peluang tinggi cenderung proaktif dalam menangani
masalah dalam pekerjaan mereka dan dalam orgnisasi. Bila mereka menemukan suatu problem
yang potensial mereka bertindak atas inisiatif mereka sendiri untuk memecahkannya sebelum
masalah tersebut menjadi masalah besar dalam organisasi.
KINERJA
Kegiatan yang paling lazim dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja
pegawai, yakni
bagaimana ia melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan, atau
peranan dalam organisasi. Dua jenis perilaku atau tugas pekerjaan mencakup unsur-unsur
penting kinerja pekerjaan: tugas fungsional dan tugas perilaku. Tugas fungsional berkaitan
dengan seberapa baik seorang pegawai menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, terutama
penyelesaian aspek-aspek teknis pekerjaan tersebut. Tugas perilaku berkaitan dengan seberapa
baik pegawai menangani kegiatan antarpersona dengan anggota lain organisasi, termasuk
mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan orang lain, bekerja dalam sebuah
kelompok, dan bekerja secara mandiri.
RINGKASAN
Teori Maslow (1943) mengangani hierarki kebutuhan mengasumsikan lima
kebutuhan
internal
yang
diurutkan
berdasarkann
urutan
kepentingannya
(propotensi).
Teori ERG Alderfer (1972) mengenai motivasi merangkum suatu rentang
kebutuhan yang serupa dengan yang diungkapkan Maslow, namun mengabaikan
gagasan dengan hierarki dan berpendapat bahwa suatu kebutuhan yang terpenuhi
dapat terus berlangsung memotivasi tindakan, dan beberapa kebutuhan seperti
pertumbuhan menjadi lebih intens ketik telah terpenuhi.
Teori
kepuasan-ketidakpuasan
(satisfier-dissatisfier) Herzberg
(1966)
Daftar Pustaka
Komunikasi organisasi: R.WAYNE PACE, DON F.FAULES;PT REMAJA
ROSDAKARYA:2006