Pembangunan Daerah
II.
Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik ditingkat pusat
IV.
V.
I.
II.
III.
I.
II.
terciptanya prasarana Negara ini, dengan membangun jalan kereta api antara
Tokyo dan Yokuhama sampai Kobe terselesaikan. Tidak hanya itu pemerintah
juga memodernisasi jaringan komunikasi lewat jasa pos dan telegraf.
Dalam periode zaman Tokugawa Jepang merupakan masyarakat yang cukup
terpelajar dari budaya dan sastra dengan buku yang berlimpah-limpah, dan
salah satunya adalah ajaran dari Kong Hu Cu yang hanya satu-satunya
pengajaran yang meluas dalam periode Tokugawa. Dan Jitsugaku (pelajaran
praktis) sedamgkan perekonomian zaman tokugawa adalah feodal dan
mempunyai kemiripan dengan perekonomian pertenggahan Eropa. Sehingga
mengambil keputusan pada dasarnya perekonomian subsistem dan bahwa
setiap perdangangan sebagian besar dengan sistem barter dan jarang terdapat
pengunaan uang. Tapi perekonomian Tokugawa menunjukkan uang dan
kredit.Bentuk uang biasanya uang logam sedangkan kredit yang sering
digunakan oleh pedagang-pedagang Osaka. Pusat transaksi kredit adalah
Ryogaeya, akan tetapi fungsi Ryogaeya tidak hanya melakukan pertukaran
uang. Mereka mempunyai fungsi, misalnya: menerima deposito,
meminjamkan uang dan mengeluarkan surat perintah pembayaran khususnya
di Osaka sering menciptakan uang. Pada filosofi ekonomi pada birokrasi
Tokugawa menitik beratkan pertanian sebagai sumber utama kekayaan
sedangkan perdagangan dianggap tidak produktif dan perdangangan mendapat
posisi terendah dalam masa Tokugawa. Pada periode Tokugawa di Jepang
dikenalkan ekonomi uang yang dipengaruhi oleh dua faktor khusus: semua
samurai di wajibkan tinggal di istana, markas besar pemerintah pindah dari
pertanian, mereka menjadi rentenir dan sumbangan penting lainnya untuk
perdagangan adalah Sankin kotai (sistem jaminan) sering dianggap
perdagangan Tokugawa.
Pemulihan Setelah Perang
Setelah beberapa tahun kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II,
Ekonomi Jepang lumpuh akibat dari kerusakan perang. Kekurangan pangan
yang parah, inflasi yang tak terbendung, dan pasar gelap dimana mana.
Namun rakyat Jepang mulai kembali membangun ekonominya yang
dihancurkan oleh perang, mula-mula melalui bantuan rehabilitasi dari Amerika
Serikat. Menjelang tahun 1951 perekonomian Jepang mulai pulih ketingkat
1934-36. Pertumbuhan penduduk menghambat pendapatan perkapita bangsa,
menjelang tahun 1954 indikator inipun sudah mencapai kembali ke peringkat
Disamping itu VOC juga menjaga agar harga rempah-rempah agar tetapa tinggi.antara
lain dengan diadakannya pembatasan jumlah tanaman rempah-rempah. Semua aturan
itu pada umumnya hanya diterapkan di Maluku yang memang sudah diisolasi VOC
dari pola pelayaran niaga samudera Hindia. Dengan monopoli rempah-rempah,
diharapkan VOC akan menambah isi kas negeri Belanda, dan dengan begitu akan
meningkatkan pamor dan kekayaan Belanda. Disamping itu juga diterapkan
kewajiban menanam tanaman kopi bagi penduduk Priangan. Bahkan ekspor kopi di
masa itu mencapai 85.300 metrik ton, melebihi ekspor cengkeh yang hanya 1.050
metrik ton. Dan pada tahun 1795, VOC bubar karena dianggap gagal dalam
mengeksplorasi kekayaan Hindia Belanda.
Inggris berusaha merubah pola pajak hasil bumi yang telah hampir dua abad
diterapkan oleh Belanda, dengan menerapkan Landrent (pajak tanah). Sistem ini
sudah berhasil di India, dan Thomas Stamford Raffles mengira sistem ini akan
berhasil juga di Hindia Belanda. Selain itu, dengan menggunakan pajak tanah, maka
penduduk pribumi akan memiliki uang untuk membeli barang produk Inggris atau
yang diimpor dari India. Inilah imperialisme modern yang menjadikan tanah jajahan
tidak sekedar untuk dieksplorasi kekayaan alamnya, tapi juga menjadi daerah
pemasaran produk dari negara penjajah.
Cultuurstelstel (sistem tanam paksa) mulai diberlakukan pada tahun 1836 atas
inisiatif Van Den Bosch. Yang bertujuan untuk memproduksi berbagai komoditi yang
permintaannya ada di pasaran dunia. Sejak saat itu, diperintahkan pembudidayaan
produk-produk selain kopi dan rempah-rempah, yaitu gula, nila, tembakau, teh, kina,
karet dan kelapa sawit. Sistem ini jelas menekan penduduk pribumi, akan tetapi
sangant menguntungkan bagi Belanda, apalagi dipadukan dengan sistem konsinyasi
(monopoli ekspor). Setelah penerapan kedua sistem ini, seluruh kerugian akibat
perang dengan Napoleon di Belanda langsung tergantikan berkali lipat. Sistem ini
merupakan pengganti sistem landrent (pajak tanah) dalam rangka memperkenalkan
penggunaan uang pada masyarakat pribumi. Masyarakat diwajibkan menanam
tanaman komoditas ekspor dan menjual hasilnya ke gudang-gudang pemerintah untuk
kemudian dibayar dengan harga yang sudah ditentukan oleh pemerintah. Bagi
masyarakat pribumi, sudah tentu cultuur stelstel sangat memeras keringat dan darah
mereka, apalagi aturan kerja rodipun masih diberlakukan. Namun segi positifnya
adalah, mereka mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor yang
pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang di
pedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup mereka. Bagi pemerintah Belanda,
ini berarti bahwa masyarakat sudah bisa menyerap barang-barang impor yang mereka
datangkan ke Hindia Belanda. Dan ini juga merubah cara hidup masyarakat pedesaan
menjadi lebih komersial, tercermin dari meningkatnya jumlah penduduk yang
melakukan kegiatan ekonomi non agraris.
III.
Keberadaan pemerintah Hindia Belanda sebagai tuan tanah, pihak swasta yang
mengelola perkebunan swasta sebagai golongan kapitalis, dan masyarakat pribumi
sebagai buruh penggarap tanah.
IV.
Prinsip keuntungan absolut : Bila di suatu tempat harga barang berada diatas ongkos
tenaga kerja yang dibutuhkan, maka pengusaha memperoleh laba yang besar dan
mendorong mengalirnya faktor produksi ke tempat tersebut.
V.
Laissez faire laissez passer, perekonomian diserahkan pada pihak swasta, walau jelas,
pemerintah Belanda masih memegang peran yang besar sebagai penjajah yang
sesungguhnya.Pada akhirnya, sistem ini bukannya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat pribumi, tapi malah menambah penderitaan, terutama bagi para kuli
kontrak yang pada umumnya tidak diperlakukan layak.
MASA PENDUDUKAN JEPANG (1942-1945)
Masa orde lama dimulai dari tanggal 17 Agustus 1945 saat Indonesia merdeka. Pada
saat itu, keadaan ekonomi Indonesia mengalami kegiatan produksi terhenti pada
tingkat inflasi yang tinggi. Indonesia pernah mengalami sistem politik yang
demokratis yakni pada periode 1949 sampai 1956. Pada tahun tersebut, terjadi
konflik politik yang berkepanjangan dimana rata-rata umur kabinet hanya dua tahun
Pada masa awal kemerdekaan, keadaan ekonomi Indonesia sangat buruk, yang antara
lain disebabkan oleh :
- Inflasi yang sangat tinggi, hal ini disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javashe
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang.
Pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for Netherlands East
Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-daerah yang
dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga mengeluarkan uang
kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti uang Jepang.
Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang beredar mempengaruhi
kenaikan tingkat harga.
Permasalah ekonomi yang dihadai oleh bangsa Indonesia masih sama seperti
sebelumnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara
lain :
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan sistem ini, diharapkan akan
membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan dalam sosial, politik,dan
ekonomi. Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa
ini belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
sebagai berikut : Uang kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp
1000 menjadi Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000 kali lipat uang
rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10 kali lipat lebih
tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini malah
meningkatkan angka inflasi.
Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi
prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi,
REPELITA I (1967-1974) Mulai berlaku sejak tanggal 1april 1969. Tujuan yang ingin
dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang diutamakan
adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk menunjang
pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
REPALITA II (1974-1979) Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per
tahun. Prioritas utamanya adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.
REPALITA III (1979-1984) Prioritas tetaap pada pembangunan ekonomi yang
dititikberatkan pada sector pertanian menuju swasembada pangan, serta peningkatan
industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
MASA REFORMASI
Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh ribuan
mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya
dikarenakan pemerintahan Bapak Soerhato dianggap telah banyak merugikan Negara
dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Tahun 1998
merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai akibat
krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa di Indonesia. Nilai rupiah yang
semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,- menjadi sekitar Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp.
12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah terhadap dolar). Artinya, nilai Rp.
1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai dengan 500 US$ namun setelah tahun 1998
menjadi hanya 100 US$. Hutang Negara Indonesia yang jatuh tempo saat itu dan
harus dibayar dalam bentuk dolar, membengkak menjadi lima kali lipatnya karena
uang yang dimiliki berbentuk rupiah dan harus dibayar dalam bentuk dolar Amerika.
Ditambah lagi dengan hutang swasta yang kemudian harus dibayar Negara Indonesia
sebagai syarat untuk mendapat pinjaman dari International Monetary Fund (IMF).
Tercatat hutang Indonesia membengkak menjadi US$ 70,9 milyar (US$20 milyar
adalah hutang komersial swasta). Pemerintahan reformasi dari tahun 1998 sampai
sekarang sudah mengalami beberapa pergantian presiden, antara lain yaitu :
1.
2.
3.
Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan
Paris Club ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3
triliun
dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil
menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,1 %. Namun kebijakan ini
memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan
asing. Megawati bermaksud mengambil jalan tengah dengan menjual beberapa asset
Negara untuk membayar hutang luar negeri. Akan tetapi, hutang Negara tetap saja
menggelembung karena pemasukan Negara dari berbagai asset telah hilang dan
pendapatan Negara menjadi sangat berkurang.
4.
Mengurangi subsidi BBM atau dengan kata lain menaikkan harga BBM.
Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi
BBM dialihkan ke sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang
yakni Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin. Kebanyakan BLT
tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagiannya menimbulkan berbagai
masalah sosial.
ekonomi serta mengundang investor asing dengan janji memperbaiki iklim investasi.
Salah satunya adalah diadakannya Indonesian Infrastructure Summit pada bulan
November 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepalakepaladaerah. Investasi merupakan faktor utama untuk menentukan kesempatan kerja.
Mungkin ini mendasari kebijakan pemerintah yang selalu ditujukan untuk memberi
kemudahan bagi investor, terutama investor asing, yang salah satunya adalah revisi
undang-undang ketenagakerjaan. Jika semakin banyak investasi asing di Indonesia,
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
pada pemerintahan SBY mampu memberantas para koruptor tetapi masih tertinggal
jauh dari jangkauan sebelumnya karena SBY menerapkan sistem Soft Law bukan
Hard Law. Artinya SBY tidak menindak tegas orang-orang yang melakukan KKN
sehingga banyak terjadi money politic dan koruptor-koruptor tidak akan jera dan
banyak yang mengulanginya. Dilihat dari semua itu Negara dapat dirugikan secara
besar-besaran dan sampai saat ini perekonomian Negara tidak stabil.
persediaan bahan bakar minyak semakin menipis dan harga di pasaran tinggi.
Kebijakan impor beras, tetapi kebijakan ini membuat para petani menjerit karena