Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS

MASALAH KEBIDANAN ANTENATAL CARE

Disusun Oleh :

Suryane Sucaesaria Supradaniati

1415301135

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG

PROGRAM STUDI D IV BIDAN PENDIDIK


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2015
Kasus
Seorang ibu usia 16 tahun, G1P0A0, datang ke BPM diantar oleh keluarganya.
Ibu mengatakan ini pemeriksaan kehamilannya yang pertama kali. Ibu merasakan sering
lemas dan tidak bersemangat. Ibu mengaku belum menikah, pernah mencoba untuk
aborsi dengan minum obat-obat tradisional. Hasil pemeriksaan: usia kehamilan 35
minggu, Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi 92x/m, Respirasi 23x/m, Suhu 37 0C, janin
tunggal hidup intrauteri, PUKA, preskep, konvergen, TFU 31 cm, DJJ 140x/m.

Tinjauan Teoritis
Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi
konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat
pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagi
informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang akan diterima.
a. Tujuan asuhan antenatal
Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan
untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi
kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :
1) Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu
2) Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan asuhan kepada ibu
yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu
dan keluarganya.
4) Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka
mampu menentukan pilihan berdasarlam informasi tentang kehamilan dan
kelahiran.
5) Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung
hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai dengan kebutuhannya
sendiri dan keluarganya.
6) Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim
multidisiplin
7) Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan
membuat rencana persalinan
8) Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang
metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan
sensitive untuk mendukung keputusannya
9) Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu
program terencana atau secara perseorangan
10) Bekerja sama dengan organisasi lain.
b. Pengkajian awal (kunjungan pertama)
Tujuan kunjungan ini adalah memperkenalkan ibu dengan layanan
maternitas. Dalam kunjungan ini, akan terjadi pertukaran informasi ntara ibu dan
bidan dalam rangka mendiskusikan, merencanakan, dan mengimplementasikan
asuhan selama kehamilan, kelahiran, dan pascanatal.
Meskipun penggunaan daftar yang telah disiapkan untuk memastikan bahwa
informasi yang penting telah diberikan merupakan hal yang sangat membantu,
penting bagi bidan untuk tidak membacakan secara langsung sederet pertanyaan
tersebut. Akan lebih efektif jika bidan mengintegrasikan pertanyaan tersebut
secara sistematis ke dalam diskusi atau percakapan.
Semakin dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan, semakin tepat
dan bermanfaat saran yang diberikan oleh bidan, terutama yang menghubungkan
antara nutrisi dan asuhan terhadap organ janin yang sedang berkembang, yang
hampir sepenuhnya terbentuk pada usia gestasi 12 minggu. Kondisi medis,
konsumsi obat, atau alcohol, semuanya memiliki dampak yang berat dan
merugikan terhadap janin pada waktu ini.
Awal kehamilan dapat membuat ibu merasa lelah, mual, dan terlalu
terbebani berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. ibu dapat
dirujuk ke dokter umum atau dokter obstetric jika diketahui menderita masalah
medis atau psikologis yang data memperngaruhi kehamilan, atau jika kehamilan
dapat memperburuk kondisi tersebut. Penting bagi bidan untuk mempertahankan
kontinuitas bersama ibu, sekalipun ia tidak memberikan asuhan total selama
kehamilan; ia dapat bertindak sebagai advokat bagi ibu untuk meningkatkan
asuhan yang diberikan. Penting juga bagi bidan untuk memahami dan
meningkatkan normalitas dalam konteks asuhan resiko tinggi.
c. Perkenalan
Perkenalan pertama ibu dengan layanan kebidanan merupakan hal yang
penting dalam membentuk kesan pertamanya terhadap layanan maternitas.
Pendekatan yang ramah dan professional akan memungkinkan terbentuknya
kemitraan antara ibu dan bidan. Kunjungan awal berfokus pada pertukaran
informasi. Hal ini membantu bidan dan ibu untuk saling mengenal, idealnya hal
ini dilakukan di lingkungan ibu sendiri. Bidan dapat bertemu dengan anggota
keluarga yang lain, dengan cara ini dapat memperoleh pandangan yang lebih
holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi kesempatan kepada ibu
jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan untuk berdiskusi secara pribadi.
Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk mengenali sikapnya sendiri terhadap
agama dan budaya, dan untuk menerima perbedaan individu yang dapat
bertentangan dengan hal tersebut. Menerima asuhan antenatal dari bidan di
lingkungan yang tidak familier atau yang tidak dikenal, dapat merupakan
pengalaman pertama bagi beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.
d. Konsep dasar asuhan kehamilan
Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh
bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan
kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan
ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1) Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,
bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan
yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah
dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis
yang tidak terbukti manfaatnya.
2) Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of
care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang
profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab
dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan
terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka
karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.
3) Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga
(family centered) . Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti
bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak
hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat
penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari
ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh
keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi
seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial
yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya.
Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan
bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu
utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk
memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh
pelayanan kebidanannya.
4) Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan
memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan
kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus
mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat
informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar.
Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang
kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang
dilakukan bidan.
e. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan
1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang
membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah
yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan
intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).
2) Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.
Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan
meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan
kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi
tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3) Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan informasi.
Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan manfaat
dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum
mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu
dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu &
bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4) Tidak membahayakan.
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan
sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada
kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil
harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang
dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5) Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu
didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.
Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan
bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin,
bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien,
dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik)
menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.
f. Refocusing asuhan kehamilan
Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup
dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya
bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi
yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen
penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar
proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi &
penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang
rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian
maternal & perinatal.
g. Isi refocusing ANC :
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1) Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan :
petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang
baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong
persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga
mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali
masalah dan merespon dengan tepat.
2) Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan,
dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap
kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi
komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang
untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3) Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan
RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai
kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat
persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang
kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4) Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam,
anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5) Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan
letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan
kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang
terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6) Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL
karena tetanus.
7) Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan
yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
8) Untuk populasi tertentu:
a) Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk
menurunkan insidens anemia berat,
b) Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko
terkena malaria di daerah endemic
c) Suplementasi yodium
d) Suplementasi vitamin A
h. Standard asuhan kehamilan
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai
dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan
norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi.
Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena
penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang
jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak
memenuhi standard dan terbukti membahayakan.
Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai
berikut:
1) Standar 3; Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dengan
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan
penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara
teratur.
2) Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan
sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah
perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan
risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi
HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan
serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus
mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan,
mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya
untuk tindakan selanjutnya.
3) Standar 5: Palpasi Abdominal. Bidan melakukan pemeriksaan abdominal
secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia
kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian
terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk
mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.
4) Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan
pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia
pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan menemukan
secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali
tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang
tepat dan merujuknya.
6) Standar 8: Persiapan Persalinan. Bidan memberikan saran yang tepat kepada
ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan
bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang
menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan
transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat
darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.
(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).
i. Tipe pelayanan asuhan kehamilan
1) Independent Midwive/ BPS
Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan
wewenang asuhan sesuai dengan Permenkes1416/ 2010. Dimana bidan
memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa
diberikan” dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan
apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan
ditujukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
2) Obstetrician and Gynecological Care
Center pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup pelayanan
kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat
yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang
diharapkan.
3) Public Health Center/ Puskemas
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter
umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai
dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih
tinggi.
4) Hospital
Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG.
Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang
disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan
pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.
j. Trend & issue terkini dalam ANC
1) Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)
Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama
hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi
anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih
aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri
dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih
baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana
klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah
sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para
calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat
menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena
potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga
profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat
pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2) ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan
profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-
masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan
pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama
hamil juga lebih banyak.
3) Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)
Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil
penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh
penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah
menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:
a) Kunjungan ANC
Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :
1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi masalah yg
dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah
masalah(misal : tetanusneonatal, anemia, kebiasaan tradisional
yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya,
memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi
komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan ,
olahraga, istirahat, seks, dsb).
2. Trimester II 14 – 28 minggu : Sama dengan trimester I ditambah
: kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi
gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)
3. Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi
kehamilan ganda.
4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak
atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.
b) Pemberian suplemen mikronutrien :
Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam
folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang.
Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak
meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu
penyerapannya.
c) Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan % perlindungan
1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama
2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80%
3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95%
4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%
5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup 99%
k. ANC Di Rumah
Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :
1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya
2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur
3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa
kehamilannya
4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil
5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses
persalinan

Tinjauan Kasus
Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas Ibu banyak
mendapatkan masalah, yakni terkait :
a. Terjadinya kehamilan remaja.
Arus informasi globalisasi mengakibatkan prubahan perilaku remaja yang
makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya,
terjdi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit
hubungan seksual (Syafrudin, 2009).
Berikut ini adalah beberapa dampak-dampak kehamilan remaja :
1) Factor psikologis yang belum matur
a) Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga
dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.
b) Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami
putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan
pekerjaan yang baru dirintisnya
c) Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau
lingkungan masyarakat.
d) Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.
e) Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau
minuman keras
2) Factor fisik
a) Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya
b) Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga
memerlukan pemeriksaan ekstra yang lengkap
c) Tumbuh-kembang janin dalam uterus yang belum matur dpat
menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi
penyakit yang telah lama dideritanya
d) Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif
e) Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau berat badan lahir
rendah
f) Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi
dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20 – 35 tahun)
Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk
kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan bersiat instuisi (kewajiban suami
untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu
kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan dan
kandungan) (Syafrudin, 2009).
Bagi ibu yang masih remaja, kehamilan dan menjadi orang tua berarti berakhirnya
pendidikan mereka secara dini dengan konsekuensi kurangnya kesempatan berkarir dan
meningkatnya kemungkinan bahwa mereka mengalami isolasi social dan hidup dalam
kemiskinan. Laporan dari Government’s Social Exclusion Unit tentang kehamilan
remaja, yang dipublikasikan pada Juni 1999, membentuk dua target utama : mengurangi
sampai setengah angka kehamilan pada remaja yang berusia kurang dari 18 tahun pada
tahun 2010 dan mengurangi risiko isolasi social jangka panjang bagi orang tua yang
masih remaja dan anak-anaknya. Bidan berperan dalam pencapaian kedua target
tersebut melalui peran mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian layanan
yang tepat dan terjangkau (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang efektif
menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan keterampilan menjadi
orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu keluar dari situasi sulit
tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan apapun yang positif, tetapi malah
mengurangi harga diri, menimbulkan kebencian, dan merusak hubungan antara bidan
dan kliennya (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.
Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya.
Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga menimbulkan
berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Pelaksanaan aborsi
yang liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap
keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya
syarat-syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun 2009
masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari jalan pintas
dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan
terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal dengan fasilitas terbatas dan
komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan
menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak
diketahendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat
perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan
yang rasional dan dapat diterima di masyarakat (Syafrudin, 2009).
Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan memberi pendidikan seks
yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus
untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan sarana
terminasi kehamilan. Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap
menjunjung hak asasi manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan hak
asasi perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai
dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Hanya rumah sakit pemerintah
sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih dan aman serta tujuan
fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan (Syafrudin, 2009).
c. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, karena takut dan
malu atas kehamilannya.
Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional
kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak
awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang
perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.
Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat kali kunjungan,
yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya standar asuhan yang telah
ditetapkan seharusnya akan memberikan dampak yang baik bagi ibu, apalagi pada saat
ini persalinan tidak memerlukan biaya, karena ada jaminan persalinan yang merupakan
kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan ANC adalah:
1) Faktor internal meliputi :
a) Paritas
Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC,
sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga
kesehatan kehamilannya.
b) Usia
Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih di
percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaanya, jika
kematangan usia seseorang cukup tinggi maka pola berfikir seseorang
akan lebih dewasa.
Ibu yang mempunyai usia produktif akan lebih berpikir secara rasional
dan matang tentang pentingnya melakukan pemeriksaan kehamilan.
2) Faktor eksternal
a) Pengetahuan
Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan berdampak pada ibu hamil tidak memeriksakan
kehamilannya pada petugas kesehatan.
b) Sikap
Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi keteraturan ANC. Adanya sikap lebih
baik tentang ANC ini mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap
kesehatan dirinya dan janin.
c) Ekonomi
Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap kesehatan, keluarga
dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak mampu untuk
menyediakan dana bagi pemeriksaan kehamilan, masalah yang timbul
pada keluarga dengan tingkat ekonomi rendah, yaitu ibu hamil akan
kekurangan energi dan protein (KEK). Hal ini disebabkan tidak
mampunyai keluarga untuk menyediakan kebutuhan energi dan
protein yang dibutuhkan ibu selama kehamilan.
d) Sosial budaya
Keadaan lingkungan keluarga yang tidak mendukung akan
mempengaruhi ibu dalam memeriksakan kehamilannya. Perilaku
keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah
untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan
kehamilannya. Perubahan sosial budaya terdiri dari nilai-nilai
kebudayaan, norma, kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang
lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat ini tidak dilaksanakan
akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh
masyarakat setempat terhadap perilaku yang dianggap menyimpang.
Tatanan budaya mempengaruhi dalam keputusan ibu dalam
memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan.
e) Geografis
Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan,
ditempat yang terpencil ibu hamil sulit memeriksakan kehamilannya,
hal ini karena transportasi yang sulit menjangkau sampai tempat
terpencil.
f) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang, biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh terhadap
perilaku, biasanya melalui media massa. Ibu yang pernah
mendapatkan informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan,
media massa, maupun media elektronik akan meningkatkan
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan antenatal care,
sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan kunjungan antenatal care.
g) Dukungan
Dukungan yang berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam
penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan dari orang
terdekat untuk melakukan kunjungan ulang. Dukungan sosial suami
yang sangat diharapkan oleh sang istri antara lain suami
mendambakan bayi dalam kandungan istri, suami menunjukkan
kebahagiaan pada kelahiran bayi, memperhatikan kesehatan istri,
mengantar dan memahami istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a
untuk keselamatan istri dan suami menunggu ketika istri dalam proses
persalinan
Banyak factor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memeriksakan
kehamilan, termasuk salah satunya adalah factor dukungan dari pendamping. Pada
kasus ini, ibu mengalami depresi psikolgi antepartum yang serius, karena pernah
berpikir untuk melakukan aborsi, selain itu tidak adanya pendamping serta adanya
factor kehamilan yang tidak diinginkan merupakan beberapa factor yang
melatarbelakangi ibu dalam melakukan kunjungan antenatal
d. Anemia saat kehamilan, karena usia ibu yang masih remaja dan dengan gangguan
psikologis
Kehamilan pada usia muda yakni dibawah 20 tahun merupakan kehamilan
dengan risiko tinggi, untuk itu seharusnya perlu penanganan khusus terkait kasus
ini. Banyaknya risiko komplikasi seharusnya dapat dicegah jika Ibu melakukan
kunjungan antenatal, yakni adanya pemberian imunisasi TT dan 90 tablet sulfas
ferosus untuk mencegah anemia dalam kehamilan sehingga mengurangi risiko
terjadinya BBLR pada bayi yang akan dilahirkan.
Tubuh remaja secara fisik belum matang secara reproduksi, sehingga pada
saat kehamilan akan cenderung mengalami anemia, disamping penurunan kadar
ferritin akibat terjadinya hemodilusi, serta asupan nutrisi selama kehamilan yang
tidak diperhatikan.
Pemecahan masalah pada kasus ANC
Masalah umum yang sering terjadi pada asuhan antenatal meliputi : kehamilan
remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan
kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa
pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :
Masalah ANC di Solusi Permasalahan
komunitas
Kehamilan 1. Promotif
Remaja Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dengan narasumber
dari seseorang yang mengalami dampak kehamilan remaja,
karena pada usia remaja mereka lebih suka mendengarkan
dampak atau akibat dari suatu hal.
2. Preventif
Menggalakkan konseling kesehatan reproduksi, bahaya seks
bebas dengan sasaran : Remaja, karena pada usia ini adalah usia
dimana seseorang mencari jati diri, sehingga perlu arahan dan
bimbingan dari orang-orang terdekat dengan pendekatan
sebagai “teman” bukan “menggurui”.
Sosialisasi kontrasepsi yang dapat digunakan oleh remaja
seperti metode barrier dapat dilakukan, mengingat dengan biaya
yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman, meskipun
ada dampak negative yang mungkin timbul, namun mengingat
perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri sendiri dan
lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif diperlukan
untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk menghindari
seks bebas.
3. Kuratif
Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh
masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada
remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti
yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah
didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta
Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan,
sehingga kehamilan berjalan dengan baik.
4. Rehabilitatif
Memberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat
remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan
perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan
kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak
kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi
orang lain.
Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat
mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi
hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat
dihindari.
Anemia pada 1. Promotif
kehamilan Menganjurkan konseling pra-konsepsi kepada wanita yang
merencanakan kehamilannya, sehingga dapat ditapis segala
kemungkinan yang beresiko mengalami anemia.
2. Preventif
Mengadakan kelas ibu hamil tiap semester untuk
memberikan penyuluhan mengenai asupan nutrisi saat
kehamilan, perawatan selama kehamilan, serta beberapa
olahraga ringan untuk ibu hamil.
Memberikan tablet sulfas ferosus pada TM II sebanyak 90
tablet dengan menganjurkan cara mengkonsumsi yang baik agar
tablet SF dapat diabsorbsi secara maksimal.
3. Kuratif
Melakukan kolaborasi dan rujukan kepada tenaga kesehatan
yang berkompetensi, dengan terus mendampingi ibu. Sehingga
dapat dicapai asuhan kehamilan yang dinginkan.
Aborsi yang Promotif dan Preventif
tidak aman Memberi pendidikan tentang seks yang sehat, termasuk
menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus
untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan
menyediakan sarana terminasi kehamilan yang legal untuk
kondisi tertentu.
Tidak 1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan
melakukan memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan
kunjungan ANC ANC minimal 4 kali.
2. Melakukan kunjungan rumah (Home Visit) untuk
mendeteksi ibu hamil serta mengkaji buku KIA.
3. Memberi motivasi kepada keluarga untuk selalu mendukung
ibu dalam melakukan kunjungan ANC
4. Membuat pemerataan tarif kunjungan sesuai dengan kelas
ibu hamil, sehingga harga dapat terjangkau oleh masyarakat.

Meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan


1. Aksesibilitas Pelayanan
Pelayanan harus dapat digunakan oleh individu-individu
pada tempat dan waktu yang ia butuhkan. Pengguna
pelayanan harus mempunyai akses terhadap berbagai jenis
pelayanan, peralatan, obat-obatan dan lain-lain sesuai
dengan kebutuhan pasien.
2. Kualitas
Suatu pelayanan yang berkualitas tinggi,
mengimplementasikan pengetahuan dan tehnik paling
mutakhir dengan tujuan untuk memperoleh efek yang paling
baik. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kompetensi
profesional dan provider.
3. Kesinambungan
Pelayanan kesehatan yang baik, disamping mempunyai
akses dan kualitas yang baik juga harus memiliki
kesinambungan pelayanan, berarti proses pelayanan harus
memperlakukan pasien sebagai manusia secara utuh melalui
kontak yang terus menerus antara individu dengan provider.
4. Efisiensi
Elemen pokok lain dari pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah efesiensi yang menyangkut aspek ekonomi dan
pembiayaan pelayanan kesehatan baik bagi pasien, provider
maupun bagi organisasi/institusi penyelenggaraan
pelayanan.

Referensi
Frase M Diane and Cooper A Margaret. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Syafrudin. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Varney et al. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai