LAPORAN KASUS
I.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. AH
: SMA
Pekerjaan
: Pratu
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Gol. Darah
:O
Alamat
: Ambon
Masuk RS
: 8 Januari 2015
No RM
: 80.03.26
I.2. ANAMNESIS
Didapatkan keterangan dari pasien pada hari Kamis, 15 Januari 2015.
Keluhan Utama
Nyeri pada pinggang
Riwayat Penyakit Sekarang
2 hari SMRS, pasien mengaku muntah-muntah dan demam. Muntah sebanyak 15 kali dalam
sehari, berisi cairan, muntah darah disangkal. Demam dirasakan sepanjang hari dan menurun
apabila diberikan obat penurun panas. Pasien kemudian berobat ke IGD RSPAU karena merasa
lemas akibat muntah-muntah tersebut. Saat itu pasien juga mengaku timbul bintik-bintik seperti
jerawat di muka. Pasien lalu dirujuk ke RSPAD, karena kamar perawatan RS penuh dengan
diagnosis G2P1A0 Hamil 28 minggu dengan Hiperemis.
Pada perawatan hari pertama di RSPAD pasien mengaku gatal dan timbul lenting-lenting di
seluruh tubuh. Gatal dirasakan terus-menerus dan pasien suka menggaruk agar gatalnya
berkurang. Lenting-lenting berisi cairan, diawali berjumlah sedikit dari muka seperti jerawat dan
semakin bertambah banyak menyebar keseluruh tubuh.
Pasien mengaku memilki riwayat kontak dengan orang yang sedang terkena cacar air. Dan
pasien mengakui belum pernah menderita cacar air. Pasien menyangkal adanya keputihan, keluar
lendir-lendir dan darah dari daerah kemaluan.
Riwayat Penyakit Dahulu
TB Milier
: Tahun
Hipertensi
: Disangkal
Kencing manis
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Penyakit jantung
: Disangkal
Penyakit ginjal
: Disangkal
Riwayat operasi
: Disangkal
: Disangkal
Kencing manis
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Penyakit jantung
: Disangkal
Penyakit liver
: Disangkal
: sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
Berat badan
: 60 kg
Tinggi badan
: 172 cm
Tekanan darah
Pernapasan
Nadi
Suhu
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
Hidung
Telinga
Leher
Paru
: Sonor, suara napas dasar vesicular +/+, rhonki -/-, murmur -/-
Jantung
Abdomen
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
8/1/15
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
LED
12/1/15
NILAI RUJUKAN
11.2*
32*
4,1*
14970*
496000*
13 18 g/dL
40 52 %
4.3 6.0 juta / L
4,800 10,800 /L
150.000 400.000 / L
< 15 mm/jam
01%
13%
26%
Hitung Jenis :
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
79*
10*
8*
MCV
79*
50 70 %
20 40 %
28%
80 96 fL
MCH
MCHC
27
35
RDW
JENIS PEMERIKSAAN
KIMIA KLINIK
CRP Semi Kuantitatif
17.70 *
HASIL
25 November 2014
<6
27 32 pg
32 36 g/dL
11.5 14.5 %
NILAI RUJUKAN
<6 mg/L
Pemeriksaan MRI
Kesan :
Straight lumbalis
Suspek spondylitis dan spondylodiscitis L2-L5 dg massa paravertebra curiga suatu
paravertebra abses
Lesi intramedula suspek massa setinggi Th 10-11
Tidak tampak canalis stenosis.
6. Konsul kulit
Rencana edukasi
Penjelasan kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien saat ini, komplikasi yang
mungkin terjadi dan rencana tatalaksana.
I.7. PROGNOSIS
Dubia ad malam
I.8. FOLLOW UP
TANGGAL
JAM
09-06-2014
SOAP
S :
16.00 WIB
INSTRUKSI TENAGA
KESEHATAN
O:
A:
P:
Hemodinamik stabil
TD terkontrol
Terminasi kehamilan
10-06-2014
S :
06.30 WIB
O:
Rencana SC tgl.10-06-2014
Status generalis :
TD : 150/100 mmHg, N: 88 x/menit, RR: 18 x/menit,
Suhu: 360C, edema tungkai +/+.
Status obstetrik :
Kontraksi uterus (-), DJJ 142 x/menit. Vulva vagina
tenang, perdaraan pervaginam (-).
A:
P:
Hemodinamik stabil
TD terkontrol
Vit. C 2x400 mg PO
Terminasi kehamilan
10-06-2014
S:
17.00 WIB
O:
A:
P:
Hemodinamik stabil
Observasi TTV
Observasi tanda perburukan PEB
Metildopa 3x500 mg PO
11-06-2014
S:
06.30 WIB
Vit. C 2x400 mg PO
Penanganan nifas
Penanganan VAS 3
Ketrolac 3 x 1
Cegah infeksi
Kepala terasa berat, pandangan kabur (-), sulit tidur,
Cefradoxil 3x500 mg PO
A:
P:
Mobilisasi
Perawatan nifas
Konsultasi IPD
Vit. C 2x400 mg PO
Atasi nyei
Cegah infeksi
Cefradoxil 3x500 mg PO
12-06-2014
S:
06.30 WIB
O:
A:
P:
Hemodinamik stabil
Observasi TTV
Observasi tanda perburukan PEB
TD terkontrol
Vit. C 2x400 mg PO
Penanganan VAS 3
Cegah infeksi
Cefradoxil 3x500 mg PO
Rencana Pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Penyakit ini disebabkan oleh karena bakteri berbentuk basil (basilus). Bakteri
yang paling sering menjadi penyebabnya adalah Mycobacterium tuberculosis, walaupun
spesies Mycobacterium yang lainpun dapat juga bertanggung jawab sebagai penyebabnya.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri berbentuk batang yang bersifat acidfastnon-motile dan tidak dapat diwarnai dengan baik melalui cara yang konvensional.
Dipergunakan teknik Ziehl-Nielson untuk memvisualisasikannya.
II.2. Insiden
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis kelamin.
Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6
tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi
pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun
dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun sebanyak 81,4 %.
Selain itu, kejadian varisela tergantung dari musim (musim dingin dan awal musim semi).
Di Indonesia walaupun belum pernah dilakukan penelitian, agaknya penyakit virus
menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya.
Pasien dapat menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul, sampai
semua lesi timbul krusta / keropeng, biasanya 7-8 hari.
Varisela pada kehamilan adalah jarang. Penelitian oleh Balducci dkk terhadap 30.000
kehamilan, insiden varisela hanya sebesar 0,7 per 1000 kehamilan. Ibu hamil yang terkena
infeksi VZV primer dapat menularkan infeksi kepada janinnya secara transplasental selama
fase viremia. Resiko infeksi terhadap janin sulit ditentukan secara pasti, diperkirakan
sebesar 24-25%, tetapi infeksi ini biasanya asimptomatik. Tidak setiap janin yang terinfeksi
mengalami sindroma varisela, hanya kira-kira 3 dari setiap 100 bayi yang dilahirkan
mempunyai bentuk infeksi kongenital.Malformasi kongenital yang disebabkan oleh infeksi
virus varisela-zoster intra uterin jarang terjadi.
II.3. Etiopatogenesis
Virus varisela zoster. Penamaan virus ini memberikan pengertian bahwa infeksi
primer virus ini menyebabkan penyakit varisela, sedangkan reaktivasi menyebabkan
herpes zoster.
Virus Varicella-zoster
Famili
Kelas
Ordo
Genus
: Herpesviridae
: Kelas I (dsDNA)
: Alphaherpesvirinae
: Varicellovirus
dari sel epitel membentuk sel multinukleus yang ditandai dengan adanya inklusi eosinofilik
intranuklear. Perkembangan vesikel berhubungan dengan peristiwa ballooning, yakni
degenerasi sel epitelial akan menyebabkan timbulnya ruangan yang berisi oleh cairan.
Penyebaran lesi di kulit diketahui disebabkan oleh adanya protein ORF47 kinase yang berguna
pada proses replikasi virus. VZV dapat menyebabkan terjadinya infeksi diseminata yang
biasanya berhubungan dengan rendahnya sistem imun dari penderita.
Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah wajah dan dada, dan
kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14 jam menjadi papul dan kemudian
berkembang menjadi vesikel yang mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa.
Vesikel yang terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai gambaran klasik yaitu
letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan
tetesan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm, berbentuk elips, dengan aksis
panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak vesikel seperti titik- titik embun diatas daun
bunga mawar (dew drop on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan
masuknya sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi kemudian akan
mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya
akan menjadi krusta dalam waktu yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan
lepas dalam waktu 1 - 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar),
apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder bakterial.
Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya varicella
intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama
kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan kongenital seperti ke dua lengan dan tungkai
mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan mental retardation. Sedangkan
varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat varicella (varicella maternal) kurang dari
5 hari sebelum atau 2 hari sesudah melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari
ibunya yang didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat
perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya antibodi pada tubuh
si ibu yang disebut transplasental antibodi. Sebelum penggunaan varicella zoster
immunoglobulin (VZIG), angka kematian varicella neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan
terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat
varicella dalam waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang
cukup untuk membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk (transplasental antibodi)
sehingga neonatus jarang menderita varicella yang berat.
II.6. Klasifikasi 1,8,10
1. Preeklampsia ringan
a.
Definisi
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat
terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
b.
Diagnosis
Manajemen umum
e.
Rawat jalan
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat rawat jalan dan dianjurkan untuk
banyak istirahat. Pada usia kehamilan >20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada vena cava inferior sehingga meningkatkan aliran
darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan
darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan
filtrasi glomerulus dan meningkatkan diuresis yang akan meningkatkan ekskresi
natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular sehingga mengurangi vasospasme.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah
oksigenasi plasenta dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim. Diet diberikan
cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya dan roboransia
pranatal. Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi dan sedatif. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium Hb, Ht, fungsi hati, urin lengkap dan fungsi ginjal.
f.
Rawat inap
Kriteria preeklampsia ringan yang perlu perawatan rumah sakit antara lain bila
tidak ada perbaikan tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu serta adanya
satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia berat.
g.
Perawatan obstetrik
Pada kehamilan preterm (<37 minggu), bila tekanan darah normotensif selama
Diagnosis
-
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Tekanan darah ini
tidak menurun meskipun ibu sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani
tirah baring.
Gangguan visus dan serebral (penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur).
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson).
c.
Sindrom HELLP.
Klasifikasi
-
d.
suportif terhadap penyulit organ terlibat dan saat yang tepat untuk persalinan.
e.
Manajemen umum
- Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping dasar
vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan
CSF.
- Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.
- Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.
4 Biopsi kulit
Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi
sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic
infiltrat.
II.7. Penatalaksanaan1,8,10,11
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan
tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi
sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Obatobatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala
yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol.
Beberapa jenis obat dipakai untuk mengobati herpes zoster. Obat ini termasuk obat
antiherpes, dan beberapa jenis obat penawar nyeri.
Obat antivirus
Pengobatan baku untuk herpes zoster adalah dengan asiklovir, yang dapat diberikan dalam
bentuk pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih berat. Penelitian pada orang
dewasa sehat dengan infeksi varisela primer yang diberi terapi awal dalam 24-48 jam pertama
dengan acyclovir oral 800 mg 5 kali sehari selama 7 hari menunjukkan pengurangan waktu yang
bermakna dalam hal perubahan lesi menjadi krusta, lamanya sakit, serta durasi dari gejala dan
demam. Acyclovir telah digunakan secara aman pada ribuan wanita selama kehamilan. Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa acyclovir mempengaruhi insidens atau tingkat keparahan dari
infeksi janin, penelitian terbaru pada orang dewasa dengan varisela pneumonia menunjukkan
bahwa terapi awal dengan acyclovir intravena 5 mg/ kgBB tiap 8 jam,bermanfaat dalam
menurunkan demam dan takipnea serta memperbaiki oksigenasi pada pasien yang mendapat
terapi dibandingkan yang tidak diterapi. Dosis acyclovir yang direkomendasikan adalah 10-15
mg/ kgBB tiap 8 jam secara intravena selama 7 hari.Keputusan lain mengatakan bahwa ibu hamil
yang terkena verisela berat harus diterapi dengan acyclovir intravena tanpa memperdulikan usia
kehamilan. Tidak ada bukti yang mengatakan bahwa pemberian acyclovir atau VZIG pada ibu
hamil dapat mempengaruhi resiko atau perjalanan infeksi pada janin atau bayi.
Varicela-Zoster Immune Globulin (VZIG)
VZIG direkomendasikan untuk ibu hamil yang rentan dan terpapar varisela secara
bermakna. Bila ibu tersebut menyangkal pernah menderita varisela sebelumnya, maka dilakukan
konfirmasi uji serologis secepatnya. Adanya antibodi IgG spesifik terhadap antibodi maka segera
diberikan VZIG. Idealnya pemberian adalah 625 unit (5 vial) secara intra muskular pada wanita
dengan berat badan lebih dari 50 kg dan 4 vial bila berat badan kurang dari 50 kg, penggunaan
VZIG dapat memperpanjang masa inkubasi varisela sampai selama 35 hari.Ada bukti yang
menunjukkan bahwa VZIG dapat juga mengurangi resiko infeksi janin. Pada penelitian terhadap
97 wanita hamil yang mengalami varisela dan mendapat VZIG, ternyata tidak terdapat kasus
sindroma varisela kongenital.
Vaksin Varisela
Imunisasi dengan vaksin varisela berguna untuk mencegah penyakit varisela pada
individu dengan resiko tinggi ataupun yang sehat. Vaksin VZV hidup yang sudah dilemahkan,
yang diberikan sebelum kehamilan terbukti merupakan metode yang paling efektif dalam
pencegahan sindroma varisela kongenital . Vaksin ini 95% efektif terhadap[ varisela berat,
penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya komplikasi yang paling sering yaitu
superinfeksi bakteri. Vaksin ini tidak direkomendasikan untuk wanita hamil.
kulit yang disebabkan oleh Stafilokokus aureus dan Streptokokus beta hemolitikus grup A yang
menimbulkan impetigo, furunkel, selulitis, erisepelas, dan jarang gangren. Infeksi lokal ini sering
menimbulkan jaringan parut. Pneumonia primer akibat varisela 90% terjadi pada orang dewasa
dan jarang pada anak normal. Gejala muncul 1-6 hari setelah lesi kulit, beratnya kelainan paru
mempunyai korelasi dengan beratnya erupsi kulit. Infeksi dapat pula bersifat invasif seperti
pneumonia, arthritis, osteomyelitis, fascilitis bahkan sepsis. Komplikasi lain dapat pula
menyerang susunan saraf pusat, berupa ataksia serebelar (1/4000 kasus) sampai dengan
meningoensefalitis, meningitis, vaskulitis.
Remaja dan dewasa mempunyai resiko lebih tinggi 25 kali untuk terjadinya komplikasi.
Penyebab komplikasi terbanyak pada dewasa adalah pneumonia. Muncul pada hari ke 1 sampai
hari ke 6 setelah timbulnya ruam dengan gejala sesak, takipnea dan demam. Kadang dapat pula
gejala dan tanda respiratorik yang muncul sebelum timbulnya ruam. Mekanisme dasar terjadinya
pneumonia masih belum jelas. Tetapi diduga akibat rendahnya paparan terhadap virus varisela
(seperti di negara iklim tropis), jumlah individu pada setiap keluarga yang sedikit, ataupun
tingginya virulensi virus. Faktor lain yang merupakan faktor resiko terjadinya pneumonia, antara
lain : jumlah lesi >100, perokok, riwayat kontak, kehamilan trimester ketiga.
II.9. Diagnosis Banding 12
II.1. Prognosis
Pada ibu hamil, varisela ini seringkali penyakitnya lebih berat dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius dibandingkan varisela pada anak-anak. Bila terjadi
komplikasi pneumonia maka pronogsisnya buruk karena dapat berakibat fatal.Varisela
dalam kehamilan dapat menyebabkan masalah dalam penanganan terhadap ibu dan
janinnya atau bayi yang baru lahir.Meskipun resiko kelahiran janin akibat varisela pada
ibu hamil relatif kecil, tetapi bayi yang terkena dapat memberikan dampak yang berat
berupa kelainan kongenital ( cacat bawaan ) saat lahir atau menderita varisela berat yang
bisa mengakibatkan kematian bayi baru lahir.Bagi ibu yang sedang hamil, varisela
merupakan masalah yang penting karena pada orang dewasa penyakitnya lebih berat dari
pada anak-anak bahkan dapat mengancam jiwa, khususnya bila terjadi komplikasi
pneumonia.
BAB III
ANALISA KASUS
Pasien wanita berusia 34 tahun, datang ke Poli Kebidanan RSPAD pada tanggal 09 Juni 2014
untuk melakukan ANC. Ketika dilakukan pemeriksaan didapatkan tekanan darah 160/100
mmHg dengan protein urin +3. Sejak 1 bulan SMRS, pasien mengaku sering mengalami sulit
tidur dan tekanan darahnya selalu diatas 130 mmHg. Sebelum hamil, pasien mengaku tidak
memiliki riwayat darah tinggi, namun ketika hamil anak kedua, pasien mengaku tekanan
darahnya selalu tinggi disertai protinuria positif hingga beberapa bulan setelah melahirkan.
Keluhan lain seperti kejang, pandangan mata kabur, nyeri kepala, mual, muntah, nyeri ulu hati
disangkal oleh pasien.
Dari hasil anamnesis diketahui pasien G3P2A0, usia kehamilan 36 minggu dengan taksiran
kelarhiran pada tanggal 8 Juli 2014, disertai dengan keadaan yang mengarah pada tanda dan
gejala preeklampsia. Berdasarkan William Obstetrics menyatakan bahwa preeklampsia adalah
sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi
endotel yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang timbul setelah 20
minggu kehamilan.6 Berdasarkan Ilmu Kebidanan Sarwono menyatakan bahwa dari seluruh
kejadian preeklampsia, sekitar 90 % dialami pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu. 1,4
Pada pemeriksaan fisik didapatkan IMT 34,5 (Obese tipe I), tekanan darah pasien 160/100
mmHg dan pada pemeriksaan tungkai terdapat edema +/+. Hal ini merupakan faktor risiko dan
manifestasi klinis dari preeklampsia. 5 Pada kehamilan dengan hipertensi terjadi kehilangan daya
refrakter terhadap bahan vasokonstriktor dan terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan
vasopresor yang menyebabkan terjadinya peningkatan reaktivitas vaskular yang sudah dimulai
sejak usia kehamilan 20 minggu, namun hipertensi baru akan terdideteksi umumnya pada
trimester II. Tekanan darah akan kembali normal beberapa hari pasca persalinan, kecuali pada
preeklampsia berat yang terjadi pada 2-4 minggu pascapersalinan. 1,6 Edema yang terjadi pada
kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada kehamilan
normal, 60% pada kehamilan dengan hipertensi dan 80% pada kehamilan dengan hipertensi dan
proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Edema
patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan atau edema generalisata dan
biasanya disertai dengan kenaikan berat badan yang cepat.3,4
Pada pemeriksaan penunjang berupa urinalisis yang telah dilakukan didapatkan
proteinuria+3. Berdasarkan Williams Obstetric menyatakan bahwa proteinuria merupakan syarat
untuk diagnosis terjadinya preeklampsia.6 Pemeriksaan proteinuria dapat dilakukan dengan urin
dipstick atau pengumpulan proteinuria dalam 24 jam. Pada pengumpulan proteinuria dalam 24
jam dianggap patologis bila besaran proteinuria 300 mg/24jam atau setara dengan
pemeriksaaan urin dipstick 100 mg/l atau +1 yang sekurang-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak
selang 6 jam.1
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan,
dapat disimpulkan diagnosis kerja pada ibu berupa G3P2A0 hamil 36 minggu dengan PEB dan
pada janin berupa janin tunggal hidup intra uterine presentasi bokong. Berdasarkan Ilmu
Kebidanan Sarwono menyatakan bahwa dalam preeklampsia berat ditemukan salah satu atau
lebih gejala sebagai berikut :1
1.
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan tekanan darah diastolik> 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit
dan sudah menjalani tirah baring.
2.
3.
4.
5.
Gangguan visus dan serebral (penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur).
6.
7.
8.
9.
10.
11.
HELLP syndrome.
Adapun klasifikasi pada pasien ini berupa preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
dikarenakan tidak terdapatnya gejala subjektif yang muncul berupa nyeri kepala hebat, mual,
muntah, nyeri epigastrium, dan pandangan kabur.10 Manajemen umum yang dilakukan pada
pasien ini terhadap penyakitnya berupa terapi medikamentosa, sedangkan terhadap kehamilannya
dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan bila keadaan hemodinamika stabil.
Rencana diagnostik pada pasien ini berupa cek laboratorium (darah lengkap, urin
lengkap, faal koagulasi dan kimia klinik), observasi tanda vital, DJJ, CTG dan perburukan PEB.
Sedangkan rencana terapi pada pasien ini berupa :
1. Pemberian MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi anti kejang, dengan dosis awal dan
dosis pemeliharaan
Dosis awal : 2 gram dalam 10 menit, bolus intravena (40% dalam 10 cc)
Dosis pemeliharaan : 2 gram/jam (12 gram dalam 6 jam dilarutkan pada cairn
dextrose 5%, tetesan 28-30 tetes/meit) berikan selama 24 jam.
2. Nifendipine 30 mg per oral
3. Cefradoxil 3x500 mg
4. Vit. C 2 x 400mg
Pasien ini diberikan MgSO4 untuk mencegah terjadinya kejang. Pemberian berupa dosis
awal (loading dose) dan dosis pemeliharaan (maintenance dose). Adapun syarat pemberian
MgSO4 antara lain :10
1. Harus tersedia antidotum MgSO4 siap pakai yaitu kalsium glukonas 10% = 1 g
(10% dalam 10 cc) diberikan IV 3 menit
1. Refleks patella (+)
2. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit (tidak ada tanda distress napas)
3. Diuresis > 100 cc/4jam (0,5 cc/kg/jam).
Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien diberikan nifendipin 20 mg. Nifendipin
merupakan obat antihipertensi golongan calcium channel blocker yang diabsorbsi baik melalui
pencernaan. Pasien juga diberikan Vitamin C 2 x 400mg sebagai untuk meningkatkan daya tahan
tubuh, membantu mengeliminasi radikal bebas serta mempercepat proses pemulihan. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, etiopatogenesis preeklampsia berdasarkan teori iskemia plasenta
dan pembentukan radikal bebas dapat terjadi karena pada plasenta yang mengalami hipoksia dan
iskemia akan menghasilkan oksidan (radikal bebas) yang sangat toksis, khususnya terhadap
membran sel endotel pembuluh darah.1 Pemberian cefradoksil dimaksudkan untuk profilaksis
terjadinya sepsis maternal pada ibu, karena berdasarkan hasil laboratorium didapatkan hitung
leukosit meningkat. Cefadroksil adalah sefalosporin golongan I yang dapat menghambat sintesis
dinding sel mikroba. Sefalosporin generasi I sangat baik untuk mengatasi infeksi akibat S.aureus
dan S.pyogenes.13
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Kedua. Hal.530-559. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Hnat MD, Sibai BM. Severe preeclamsia remote from term, in Belfort MA, Thornton S,
Saade GR. Hypertension in Pregnancy ; 2000.
3. James M Roberts MD, George Bakris MD., et al., American College of Obstetricians and
Gynecologist. http://www.acog.org/HypertensioninPregnancy.pdf Hypertension, Pregnancy
- Induced - Practice Guideline; 2013. (diakses pada Juni 2014)
4. https://www.preeclampsia.org/health-information/about-preeclampsia (diakses pada Juni
2014)
5. Llewellyn Derek. 2002. Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi Keenam. Jakarta: Hipokrates.
6. Cunningham FG, dkk. 2005. Williams Obstetrics 2nd Edition. New York: McGraw-Hill.
7. Silbernagl Stefan. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.