Anda di halaman 1dari 18

Tantangan Dakwah dalam Globalisasi

A. Pendahuluan
Di era ini tantangan umat islam mulai besar, sehinggga
untuk melakukan dakwah kepada masyarakat sangat sulit
dilakukan karena dihadapkan oleh kemajuan teknologi
komunikasi yang demikian hebat, masing masing anggota
masyarakat dunia dapat bekerja sama, bersaing dan saling
mempengaruhi dengan bebas. Sekat-sekat geografis dan jarak
yang berjauhan tidak lagi menjadi hambatan.
Begitu juga dari segi budaya, dan ini yang lebih
berbahaya lagi, bermacam-macam ideologi, paham dan gaya
hidup akan saling mempengaruhi dengan cepat, mengubah
dengan cepat pula tatanan masyarakat. Sekali lagi, walaupun
secara teoritis semua anggota masyarakat dunia saling
mempengaruhi, karena kekuatan yang tidak seimbang yang akan
menguasai dan memaksakan pandangannya adalah negara-negara
Barat. Sebagai ilustrasi, kalau kita pergi ke Eropa atau Amerika,
sudah dapat dipastikan kita tidak akan dapat menonton acaraacara televisi dari Indonesia.
Islam adalah agama dakwah, artinya agama yang selalu
mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan
kegiatan dakwah.1 Adapun makna dakwah secara terminologi
menurut M. Abu al Fath al Bayanuni adalah menyampaikan
dan mengajarkan Islam kepada manusia serta menerapkannya
dalam kehidupan manusia.2 Oleh karena itu, tidak heran jika umat
1 M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Jakarta: Al amin
Press,1997), 8.

2 M. Abul al-Fath al-Bayanuni, A l-Madkhal ila>Ilm al-Dawah, (Beirut:


Muassasah al-Risa>lah, 1991), 17. Sementara itu, definisi Syeikh Ali Mahfudz,
tentang dakwah adalah mendorong (memotivasi) manusia untuk melaksanakan
kebaikan dan

Islam melakukan berbagai macam aktivitas dakwah dalam


kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan aktivitas tersebut,
Allah secara jelasmenjelaskan metodenya dalam al Quran.
Dakwah juga dihadapkan pada kenyataan munculnya
ledakan penduduk di wilayah negara-negara miskin yang
kebanyakan berpenduduk muslim (termasuk negeri kita), yang
tidak dibarengi dengan kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan
dan teknologi yang memadai. Dengan kondisi demikian maka
efek berikutnya yang muncul adalah lahirnya permasalahan
kehidupan sosial, budaya, pendidikan, ekologis dan kesehatan.
Dalam melakukan aktivitas dakwah, umat Islam
menggunakan berbagai macam media yang dirasa lebih efektif
untuk digunakan. Misalnya, melalui ceramah-ceramah kegamaan,
seni, atau pun melalui tulisan-tulisan yang berisikan tentang
ajaran-ajaran Islam yang berasal dari al Quran dan Assunnah
sebagai materi utamanya. Pemilihan media dakwah tersebut harus
mempertimbangkan pada segmentasi madu, karena satu media
bisa menjadi efektif untuk satu komunitas tertentu namun bisa
juga menjadi tidak efektif untuk komunitas yang lain.
Seiring perkembangan zaman, metode dakwah pun
mengalami perkembangan. Pada era kekinian, dakwah dikemas
sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik. Seperti melalui lagulagu religi, qasidah, termasuk ceramah yang ditampilkan dalam
media-media televisi dan media internet, juga melalui berbagai
aplikasi yang bisa digunakan sebagai sarana untuk menunjang
efektifitas proses dakwah. Hal itu sebagai wujud adaptasi
manusia terhadap fenomena dan keadaan sosial politik yang
tengah berkembang di tengah-tengah komunitasnya, demi
tercapainya tujuan komunikasi itu sendiri.
Penyesuaian terhadap media dakwah yang semacam itu
sebenarnya juga pernah dilakukan oleh Walisongo melalui
wayangnya. Khadziq mengatakan bahwa dakwah Islam adalah
salah satu bentuk aplikasi bagi setiap muslim tentang perlunya

melakukan komunikasi dan interaksi.


Kedua hal itu merupakan akulturasi dan asimilasi dalam
Islam. Sebagaimana diketahui bahwa pada mulanya Islam turun
di Mekkah juga melakukan interaksi dengan budaya lokal yang
kemudian menjadi tradisi baru yang disebut dengan Islam.
Hingga akhirnya agama ini disebarkan ke seluruh penjuru dunia,
termasuk Indonesia.3
Kondisi sosial masyarakat Jawa pada saat itu, memang
memungkinkan untuk menjadikan wayang sebagai media dakwah
yang sangat efektif. Begitu pula dengan kondisi sekarang yang
masyarakatnya sudah beralih pada era melek teknologi,
tentunya formulasi dakwah pun harus menyesuikan dengan
kondisi saat ini, yaitu menciptakan model dakwah yang berbasis
pada teknologi informasi.
Lahirnya teknologi informasi berimbas pada munculnya
tantangan bagi aktivis dakwah Islam di Indonesia untuk merubah
pola dakwahnya yang bersifat konvensional kepada dakwah yang
berbasis teknologi informasi atau mengkombinasikan antara
dakwah konvensional dengan dakwah berbasis teknologi
informasi. Alhasil, berbagai ormas Islam pun tidak ketinggalan
untuk menciptakan situs-situs resmi atau bahkan media-media
sosial sebagai sarana menyampaikan dakwah, demi menjawab
tantangan tersebut. beberapa ormas yang dimaksud antara lain;
Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan Front
Pembela Islam (FPI). Begitu pula dengan organisasi-organisasi
Islam lainnya.
Namun, lahirnya teknologi informasi selain sebagai
tantangan besar bagi aktivis dakwah di satu sisi, juga merupakan
peluang yang sangat besar untuk melakukan aktivitas dakwah di
sisi yang lain. adanya teknologi informasi telah menciptakan
ruang baru yang tidak memiliki batas, baik secara geografis,
perbedaan tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, agama, politik,
3 Khadziq, Islam dan Budaya Lokal; Belajar Memahami Realitas A
gama dan Masyarakat, (Yogyakarta: Teras, 2009), h, 99.

maupun sosial-budaya. Hal ini menciptakan aktivitas dakwah


yang awalnya terbatas pada komunitas dan ditentukan oleh letak
geografis menjadi lebih luas, terbuka, dan lebih efisien, baik secar
a waktu, tenaga, maupun biaya.
Bisa dibayangkan, jika pada zaman dahulu aktivitas
dakwah menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk menuju
suatu tempat dan memerlukan face to face dengan madunya, kini
bisa dirubah dengan hanya duduk di depan laptop atau komputer
yang telah dipasang jaringan internet. Tidak hanya di Indonesia,
melalui teknologi informasi tersebut semua orang dapat
mengakses informasi di pelbagai negara di penjuru dunia. Alhasil,
dengan dihapusnya skat geografis antar wilayah menciptakan
tantangan yang lebih besar dalam aktivitas dakwah umat Islam.

A. Memaknai Globalisasi Sebagai Peluang


Tapper mendifinisikan globalisasi sebagai proses integrasi
karakteristik lokal kepada arus global, yang sebagian besar
dilakukan melalui teknologi komunikasi dan informasi. Meskipun
awalnya secara historis globalisasi dipandang sebagai suatu
proses mengintegrasikan perekonomian lokal ke dalam ekonomi
dunia, namun makna globalisasi merujuk kepada ruang di mana
terjadi proses interaksi global melalui sarana teknologi
komunikasi.4
Secara historis, globalisasi bukanlah fenomena baru tapi
perubahannya dapat diselidiki dalam hal skala, kecepatan dan
kognisi. Dalam kerangka skala, hubungan ekonomi, politik dan
sosial antara negara telah menjadi lebih dari sebelumnya.
Globalisasi telah mengalami semacam kompresi temporal dan
spasial dalam hal kecepatan yang tidak pernah terjadi
sebelumnya. Dalam kerangka kognisi yang dianggap dunia
4 H. Tapper, The Potential Risks of the Local in the Global Informati
on society, Journal of Social Philosophy, 31, April 2000, 524-434

sebagai ruang kecil di mana setiap fenomena dan peristiwa


memiliki beberapa konsekuensi pada kehidupan ekonomi, sosial
dan politik.
Adanya globalisasi teknologi komunikasi ini menciptakan
kemudahan dalam mengakses informasi dan sebagainya. Hal itu
tentunya menjadi tantangan yang cukup serius bagi umat Islam.
Oleh karena itu, umat Islam harus membentengi diri dengan
melakukan filterisasi terhadap akses informasi yang masuk.
Terutama yang berkaitan dengan budaya-budaya yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai Islam. Di samping itu, umat Islam juga
tidak boleh membentengi diri semata, namun lebih dari itu, umat
Islam harus ikut dalam percaturan globalisasi.
Collin Cherry dalam Mohd. Rafiq mengungkapkan bahwa
perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini
dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu: pertama, secarapotensial teknologi komunikasi dapat
menjangkau seluruh permukaan bumi dalam waktu sekejap.
Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat
ganda secara geometrik. Ketiga, kompleksitas teknologinya
sendiri sudah semakin canggih (sophisticated), baik piranti
lunaknya (software) maupun piranti kerasnya (hardware).5
Ungkapan Cherry tersebut seolah menjelaskan kepada
umat Islam untuk bersikap responsif dan cepat terhadap teknologi
infromasi, karena perkembangannya yang terus mengalami
peningkatan secara pesat. Jika demikian, ketika umat Islam tidak
bisa bertindak secara cepat dalam memanfaatkan era globalisasi
teknologi informasi ini, maka pastilah umat Islam akan tertinggal
dengan umat-umat lain yang memanfaatkan teknologi informasi
dengan baik, karena pada dasarnya globalisasi juga bisa dimaknai
sebagai internasionalisasi, artinya proses komunikasi atau relasi
yang dijalin bersifat mendunia dan lintas sektoral. Sehingga tidak
5 Mohd. Rafiq, Tantangan dan Peluang Komunikasi Islam di Era
Globalisas i Informasi, Jurnal A nalityca Islamica, V ol.5, No.3,
(2003) h. 149-168

ada batasan-batasan yang bersifat geografis.


Globalisasi pada hakikatnya juga telah membawa nuansa
budaya dan nilai yang mempengaruhi selera dan gaya hidup
masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan terjangkau,
masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru
yang datang dari seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, tentunya
hal ini menjadi peluang besar bagi umat Islam untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam di tengah era keterbukaan
global.
Karena pokok persoalan yang dihadapi umat Islam pada
zaman sekarang adalah dampak sosial budaya masyarakat
industri dan informasi dari teknologi. Masyarakat yang demikian
cenderung mengalami sebuah proses yang disebut dengan
objektivitas manusia, yaitu terperangkapnya manusia ke dalam
kerangka sistem budaya dan teknologi sedemikian rupa, sehingga
dirinya menjadi komponen yang amat tergantung pada sistem
tersebut. Ketergantungan masyarakat terhadap sistem informasi
harus dijawab dengan memberikan formula dakwah yang
berbasis pada teknologi informasi.
Globalisasi ketika dimaknai sebagai sebuah tantangan
besar dalam artian sesuatu yang harus dihadapi dan disikapi
dengan berbagai macam strategi maka juga akan menimbulkan
peluang yang besar untuk menciptakan pemikiran dan aksi yang
strategis untuk menghadapinya. Oleh karena itu, harus disadari
bahwa globalisasi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh
masyarakat modern, sehingga yang harus dilakukan adalah
bagaimana memiliki cara-cara yang strategis untuk ikut ambil
bagian dalam era globalisasi tersebut.
Pada dasarnya segala hal dapat dilihat dari berbagai
interpretasi. Seperti contoh para pejuang pada masa kemerdekaan
yang melakukan perwalanan terhadap kolonialisasi. Bagi
masyarakat pribumi, mereka adalah pahlawan namun bagi kaum
penjajah mereka disebut dengan pemberontak. Oleh karena itu,
memaknai suatu hal memang sangat tergantung dari sudut mana
menafsirkannya. Sama halnya dengan globalisasi, ketika
6

globalisasi hanya dianggap sebagai sesuatu yang melemahkan


maka umat Islam akan terpuruk, begitu pula ketika globalisasi
dimaknai sebagai peluang, maka umat Islam tetap akan dapat
memanfaatkan era globalisasi sebagai sarana untuk berdakwah
dan melakukan aktivitas lainnya yang sesuai dengan nilai-nilai
Islam.
B. Peran Media dan Teknologi Komunikasi
Media dan teknologi komunikasi memiliki fungsi utama
sebagai sarana untuk melakukan aktivitas komunikasi. Utamanya
adalah komunikasi massa. Melalui media, pesan yang
disampaikan akan dapat dengan cepat diterima oleh khalayak,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Djalaluddin Rakhmat bahwa
komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang
ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen,
dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Pengertian komunikasi massa di atas mengindikasikan
bahwa pemanfaatan teknologi komunikasi terutama elektronik
memiliki satu kelebihan, yakni efektifitas waktu. Hal itu
disebabkan karena kecanggihan teknologi komunikasi yang telah
berhasil menghapus ruang geografis dalam kehidupan manusia.
Sehingga keberadaannya kini menjadi sangat urgen bagi
kehidupan manusia di dunia.
Peran teknologi komunikasi dalam kehidupan manusia
pun sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, kini manusia dan media
sudah tidak bisa (baca: sangat susah) untuk dipisahkan. Media
telah menjadi kebutuhan vital bagi kehidupan manusia modern.
McQuail dalam Henry Subiakto setidaknya memberikan
pandangan tentang peran media bagi kehidupan manusia modern.
Pertama, media massa sebagai window on events andexperience.
Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan
khalayakmelihat apa yang sedang terjadi di luar sana ataupun
pada diri mereka sendiri.
7

Kedua, media juga sering dianggap sebagai a mirror of


events in society and the world, impliying a faithfull reflection.
Yaitu, cermin dariberbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat
dan dunia. Atau secara lebih ringkas, media dianggap
merefleksikan kenyataan yang ada. Ketiga, media massa juga
dianggap sebagai filter atau gate kepper yang menyeleksi
berbagai macam hal untuk diberi perhatian atau tidak. keempat,
media massa seringkali dianggap sebagai penunjuk jalan atau
interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas
ketidak pastian atau alternatif yang beragam. Kelima, media
dipandang sebagai sebuah forum untukmempresentasikan
berbagai informasi, gagasan, dan ide-ide kepada khayalak,
sehingga memungkinkan terjadinya tenggapan dan umpan balilk
(feedback). Dan keenam, media massa dipandang sebagai
interlocutor , yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya
informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan
terjadinya komunikasi yang interaktif.6
Peran media sebagaimana dijelaskan oleh McQuail diatas
mengindikasikan adanya ketergantungan manusia modern
terhadap media. Ketergantungan yang dimaksud misalnya
manusia modern sudah meyakini segala sesuatu yang
disampaikan oleh media adalah refleksi atas kejadian nyata yang
sedang berlangsung di dunia. Meskipun pada dasarnya media
memiliki sudut pandang tersendiri terhadap sebuah peristiwa, dan
jika interpretasi media terhadap peristiwa tersebut disebarluaskan
melalui media secara global, tidak mustahil interpretasi tersebut
akan menjadi kebenaran. Selanjutnya, dari informasi yang
disampaikan itulah kemudian melahirkan opini publik.
Sebut saja, ketika tragedi WTC pada 9 September 2011
dimuat terus menerus oleh media internasional, secara tidak
langsung publik memberikan stigma negatif pada Islam,
6 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan
Demokrasi,(Jakarta: Kencana, 2012), 106.

sekaligus memicu konflik dan merobek harmoni yang secara


susah payah telah dikembangkan antara Barat dan Islam. Konflik
itu kemudian merebak kepada isu teroris sehingga menimbulkan
kecurigaan kepada komunitas muslim yang berlebihan. Lebihlebih ketika Amerika Serikat melakukan ekspansi militer ke
negara-negara muslim seperti Afghanistan dan Irak meskipun
dengan dalih perdamaian seolah telah meyakinkan publik akan
apa ditampilkan oleh media internasional kepada Islam.7
Dalam kehidupan sehari-hari saja, masyarakat sudah
dicekoki dengan informasi dari pelbagai media. Tujuannya
kurang lebih untuk mengkonstruk pemikiran khalayak akan
realitas semu yang ditampilkan oleh media seolah-olah adalah
realitas yang sesungguhnya. McQuail sebagaimana yang penulis
sebutkan di atas menjelaskan bahwa media juga bisa diposisikan
sebagai sarana untuk pertukaran ide, gagasan, dan pemikiran
terhadap khalayak umum, yang tentu saja mengharapkan umpan
balik.
Oleh karenanya, jika umat Islam dapat menangkap
tantangan ini dan merubahnya menjadi peluang yang strategis,
maka dakwah Islam akan berjalan dengan sangat efektif. Namun
sebaliknya, jika umat Islam tidak bisa memanfaatkannya, maka
umat Islam hanya akan menjadi sasa ran dari kerasnya
percaturan globalisasi.
C. Strategi Dakwah Melalui Teknologi Komunikasi
Tantangan pada zaman modern sebagaimana penulis
sampaikan di atas adalah tantangan menghadapi budaya
masyarakat modern yang sangat bergantung kepada teknologi.
Menjawab tantangan itu, Islam harus membuat strategi dakwah
yang berbasis pada pemanfaatan teknologi modern. Seperti
pemanfaatan jejaring sosial (social network), website, aplikasiaplikasi Mobile, dan sebagainya. Termasuk menggunakan
7 Moh. Roqib, Dakwah Islam; Antara Harmonisasi dan Dinamisasi,
JurnalKomunika 1, (2007), 55-78.

strategi e-paper yang saat-saat ini sedang digandrungi oleh


masyarakat luas.Pasalnya selain ramah lingkungan, e-paper
dirasa lebih praktis dan efisien, khususnya dalam pemanfaatan
ruang dan meniadakan penggunaan bahan baku kertas sebagai
bahan dasarnya.
Brittney G. Chenault mengatakan bahwa ketika berbicara
tentang internet bukan hanya berbicara tentang teknologi,
informasi, komunikasi (percakapan) antar seseorang dengan
orang lain, atau sekadar melakukan pertukaran informasi melalui
e-mail. Lebih dari itu, menurutnya internet adalah partisipasi
massa secara langsung dan keseluruhan tanpa adanya batasan
dalam melakukan proses komunikasi. Komunikasi bisa dikatakan
sebagai fondasi, sedangkan internet adalah wadah atau
komunitas. Pernyataan Brittney tersebut semakin menguatkan
bahwa model komunikasi yang diciptakan oleh teknologi internet
adalah komunikasi massa yang melibatkan khalayak banyak
dalam aktivitasnya.
Hal ini menciptakan peluang besar bagi dai untuk
melebarkan sayap dakwahnya ke seluruh penjuru dunia dan
seluruh masyarakat lintas negara maupun bahasa. Islam sebagai
agama dakwah tentu tidak bisa diam melihat peluang yang besar
ini untuk menyampaikan pesan-pesan dakwahnya melalui media
internet. Arus globalisasi tak selamanya harus dimaknai sebagai
bentuk kolonialisasi Barat atas dunia Islam, akan tetapi
globalisasi juga bisa dimaknai sebagai sebuah peluang untuk
melakukan dakwah yang bersifat global pula.
Penciptaan strategi dakwah yang berbasis pada internet
atau yang penulis sebut dengan e-Dakwah adalah hal yang
mutlak dilakukan oleh dai sekarang ini. Dengan memanfaatkan
media internet, kegiatan dakwa h tentunya akan lebih efisien,
karena teknologi internet memiliki sifat yang seolah tanpa batas,
terjangkau, dan cepat, sehingga akan memudahkan para dai
dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya.
Salah satu strategi dalam melakukan aktivitas dakwah
yang berbasis pada internet adalah dengan memanfaatkan layanan
10

yang tersedia dalam internet seperti website, jaringan sosial


(social network) baik facebook ataupun twitter dan sebagainya.
Termasuk penciptaan aplikasi-aplikasi dakwah melalui
smartphone yang lebih mudah dan praktis. Dengan
memanfaatkan media-media tersebut artinya melakukan aktivitas
dakwah lintas sektoral dan lintas geografis, karena sekali lagi
dakwah m elalui internet adalah dakwah yang bersifat global.
Meski tidak menutup kemungkinan media tersebut juga bisa
digunakan sebagai media dakwah antar personal. Pemanfaatan
media internet sebagai media dakwah mengingat pengguna
internet sebagaimana dilansir oleh internetworldstats di dunia
mencapai 2.405.518.376 orang, di mana 44,8% nya adalah dari
Asia.23 Beberapa layanan jejaring sosial yang dapat dimanfaatkan
sebagai media dakwah antara lain:
1. Facebook
Facebook merupakan situs jejaring sosial yang memiliki
banyak user. Menurut data yang dilansir oleh situs
internetworldstats, pengguna facebook di seluruh dunia sampai
September 2012, mencapai 937.407.180 pengguna, dengan
rincian sebagai berikut.24

Wilayah
Eropa
Asia
Amerika Utara
Amerika Latin
Afrika
Timur Tengah
Oceania/Australia
Karibia

User Aktif (juta jiwa)


243,2
236,0
231,2
134,6
48,3
22,8
14,6
6,7

Menurut data yang dirilis oleh CheckFacebook dalam


Blog Ericsiantar menyatakan pada tahun 2012 merangking 10
11

negara dengan tingkat pengakses facebook terbesar di dunia25,


yaitu sebagaimana tabel di bawah ini:

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Negara
Amerika Serikat
Indonesia
United Kingdom
Turki
Perancis
Filipina
Meksiko
Itali
Kanada
India

Jumlah User
146.805.000
31.784.080
28.935.380
24.143.980
20.469.420
18.901.900
18.243.080
17.812.800
17.522.780
16.915.900

Facebook merupakan salah satu jejaring sosial yang


sangat banyak diminati. Selain karena fasilitasnya yang banyak,
facebook juga dapat diakses melalui telepon seluler. Beberapa
fasilitas yang ada di facebook antara lain: Group (dengan menu
ini user akan dapat mengumpulkan banyak orang dan saling
bertukar pikiran), page, chat, dan sebagainya. Pemanfaatan
media sosial facebook untuk dakwah adalah hal tidak sulit untuk
dilakukan, karena facebook adalah jejaring sosial yang sangat
familiar bagi banyak orang di dunia ini. Selanjutnya adalah
bagaimana dai bisa mengemas pesannya melalui media sosial
tersebut, agar madu yang menjadi subjek dakwah dapat
menerima dengan baik pesan-pesan yang disampaikan oleh dai.
Melalui facebook, dai akan dapat secara langsung
bercakap-cakap dengan madunya secara timbal balik seperti
halnya dalam proses komunikasi langsung. Selain itu, jejaring
sosial facebook juga memungkinkan para dai untuk berdakwah
secara face to face melalui fasilitas yang disebut dengan Skype.
Melalui media sosial ini, akan memudahkan dai membuat
group discussion dengan siapa saja. Selain itu, facebook juga
sangat mudah diakses karena tidak mensyaratkan perangkat
12

komputer, laptop, atau tablet sebagai perangkat utamanya,


melainkan bisa diakses menggunakan telepon seluler. Fasilitas
tersebut yang menciptakan kemudahan tersendiri dalam
mengakses facebook.
2. Twitter
Twitter merupakan situs jejaring sosial yang tak kalah
hebat dengan facebook. Hanya saja dalam Twitter pesan yang
dibuat lebih singkat. Akan tetapi hal itu tidak mengurangi
penggunanya.Sebagaimana dilansir oleh vivanews.com,bahwa
pengguna Twitter di dunia pada tahun 2010 mencapai 105 juta
pengguna.26
Berbeda dengan berita yang dirilis oleh Republika Online
yang menyatakan bahwa total pengguna Twitter diseluruh dunia
mencapai 240 juta pengguna. dimana Indonesia merupakan
negara Asia yang memiliki pengguna Twitter aktif sebanyak 5.6
juta pengguna, disusul Jepang (3.5 juta ) dan India (2.3 juta ).
Malaysia yang merupakan negara dengan jumlah pengguna
Twitter terbesar ke 6 di dunia hanya mencatat jumlah pengguna
sebanyak 1.1 juta pengguna. Jadi, total pengguna Twitter aktif di
Asia mencapai 18.6 juta pengguna.27
Data yang dirilis oleh situs forbes pada awal 2013 lalu
menyatakan ada 5 negara yang memiliki pengguna twitter
terbanyak di dunia, seperti dalam tabel di bawah ini :
No
1.
2.
3.
4.
5.

Negara
China
India
Amerika Serikat
Brazil
Mexico

Jumlah User (juta)


35,5
33,0
22,9
19,6
11,7

Hal ini juga tentunya peluang besar bagi dai untuk


menggunakan media sosial ini sebagai media dakwah yang cukup

13

efektif mengingat penggunanya yang mencapai ratusan juta orang


di seluruh dunia dan kebanyakan pengguna Twitter adalah
segmen menengah. Tidak banyak berbeda dengan facebook,
melalui Twitter dai juga dapat menyampaikan pesan dakwahnya
yang dikemas secara lebih singkat mengingat karakter tweet
yang hanya 140 karaktertanpa mengurangi subtansi akan nilainilai dakwah itu sendiri.
3. Website dan Blog
Penggunaan website sebagai media dakwah juga cukup
efisien. Melalui website dai akan dapat menyampaikan gagasangagasannya. Selain itu, website memiliki kemudahan karena bisa
diakses dari mana saja dan kapan saja. Layanan internet yang
satu ini sudah sangat banyak dimiliki oleh para dai, baik secara
personal ataupun organisasi. Di Indonesia sendirisebagaimana
penulis sampaikan di atassudah banyak organisasi Islam yang
memiliki situs resmi sebagai media komunikasi dengan publik.
Seperti
Nahdlatul
Ulama
melalui
NU
Online-nya,
Muhammadiyah melalui muhammadiyah.or.id, Persis dengan
persis.or.id, Front Pembela Islam dengan fpi.or.id, dan
sebagainya. Di samping organisasi-organisasi tersebut juga
memiliki media sosial lain seperti Facebook dan Twitter.
4. Pembuatan E-book
e-Book adalah singkayan dari elektronic book, atau
bukuelektronik. e-Book akan memudahkan para pengguna
internet untuk membaca dan mendowload buku-buku dengan
menggunakan aplikasi Adobe Flash Player, atau Adobe Reader
untu membacanya. 29 Menurut Budi Raharjo, e-Book are
electronic books that are downloaded to yourcomputer or
handheld devices. Y ou can view and read your eBook using
simple eBook reader software - anytime or anywhere (e-Book
adalahbuku-buku elektronik yang dapat didownload pada
14

komputer atau peralatan seluler. e-Book dapat dilihat dan dibaca


menggunakan software e-Book reader kapanpun dan di mana
pun).
Teknologi e-Book juga bisa menjadi salah satu pilihan
yang menarik bagi dai untuk berdakwah. Namun, e-Bookka
rena berhubungan dengan tulisandigunakan untuk aktivita s
dakwah yang berbasis dakwah bi al kitabah.Saat ini sudah
banyak kitab-kitab klasik yang dibuat menjadi e-Book, termasuk
buku-buku saat ini yang sudah banyak yang menggunakan
teknologi e-Book dan memasarkannya melalui media internet.
Kehadiran e-Book ini juga akan memudahkan bagi dai untuk
melakukan aktivitas dakwahnya, karena e-Book dapat dinikmati
di mana pun dan kapan pun selagi fasilitasnya mendukung.
Hanya saja, e-Book ini mengalami kelemahan, yaitu tidak bisa
digunakan pada semua perangkat seluer. Tidak seperti Twitter
dan Facebook yang sudah sangat familiar di dunia seluler.
Namun, pada dasarnya e-Book juga dapat digunakan sebagai
media dakwah, karena pengguna internet di seluruh dunia
semakin meningkat.
Selain keempat layanan tersebut, saat ini juga telah
tersedia berbagai macam layanan yang mendukung untuk
diterapkan pada sistem Smartphone. Munculnya Smartphone ini
juga menjadi satu cara barumenikmati layanan internet di mana
saja. Sehingga para dai juga harus memanfaatkan media ini
untuk melaksanakan aktivitas dakwahnya. Oleh karena itu,
semakin banyak memanfaatkan media sebagai sarana dakwah,
maka pesan dakwah pun akan semakin tersebar luas. Mengingat
tantangan dakwah saat ini adalah masyarakat global, maka
memanfaatkan media sebagai sarana dakwah Go Global
sangat perlu dilaksanakan.
Namun, untuk menggunakan media-media tersebut, para
dai juga harus mengetahui karakteristik dari madunya masingmasing. selain itu, dai juga perlu mengetahui tentang faktorfaktor yang mempengaruhi reaksi khalayak pada komunikasi
massa. Di mana dalam kerangka behaviorisme, media massa
15

adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak


melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses
imitasi.30 Oleh karena itu, media menjadi sangat penting untuk
dijadikan sarana melakukan aktivitas dakwah sekaligus
menyampaikan pesan-pesan yang diajarkan dalam Islam. Strategi
pemanfaatan media ini merupakan trobosan bagi para dai untuk
memperluas wilayah dakwahnya sekaligus menciptakan
komunikasi dengan khalayak dari berbagai lini.
Kelahiran teknologi-teknologi informasi saat ini
mendorong para dai untuk berinovasi dalam berdakwah.
Kehadiran teknologi-teknologi tersebut harus dijadikan sebagai
sebuah paksaan untuk melakukan perubahan model dakwah
yang bersifat konvensional kepada model e-Dakwah. Hal ini
sebagai wujud adaptasi pada kondisi sosial masyarakat yang
sudah berada pada sebuah zaman yang disebut dengan
meminjam istilah Nurcholis Majdid Zaman Teknik. Sehingga
dakwah pun harus dikemas dengan memanfaatkan media dan
teknologi informasi, tanpa mengurangi subtansi dari dakwah itu
sendiri.
Kesimpulan
Tantangan dakwah Islam saat ini adalah menghadapi
masyarakat yang telah bergantung kepada teknologi modern,
sehingga para dai harus jeli memanfaatkan hal ini sebagai
peluang untuk melaksanakan aktivitas dakwah yang bersifat
global dan modern. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa para dai harus merubah tantangan globalisasi
media dan teknologi komunikasi ini sebagai sebuah peluang.
Dengan kemudahan dalam mengakses segala informasi,
tentunya perlu disadari akan pentingnya filterisasi terhadap
segala arus informasi yang masuk, yang itu tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip ajaran Islam. Dakwah melalui media
internet selain efisien dan cepat, juga sebagai jawaban atas
kesiapan umat Islam menghadapi arus globalisasi. Di samping
16

itu, sebagaimana yang dilansir oleh internetworldstats , pada juni


2012 saja sudah mencapai angka 2.405.518.376 pengguna, yang
tersebar di seluruh dunia, dan tidak mustahil data tersebut akan
terus meningkat di setiap tahunnya.
Saat ini, umat Islam harus menggunakan berbagai macam
media yang dirasa lebih efektif untuk menunjang aktivitas
dakwah. Salah satunya adalah internet, karena media tersebut
banyak digunakan oleh manusia-manusia modern. Dengan
menggunakan media internet, maka dakwah akan bisa lebih
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang ada saat ini.

17

18

Anda mungkin juga menyukai