Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reformasi yang terus berproses, hingga kini telah ditandai oleh sejumlah perubahan
kebijakan negara mulai dari tingkat peraturan perundang-undangan (undang-undang) sampai
undang-undang dasar (UUD 1945). Perubahan kebijakan negara, selain sudah menjadi
tuntutan dan kehendak reformasi, juga bertujuan hendak menata ulang sistem kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang selama ini tidak demokratis. Dimana sebelumnya,
sepanjang masa orde baru desain kebijakan negara yang dibuat hanya untuk melegitimasi
kepentingan penguasa yang dipakai sebagai sarana merepresi hak-hak rakyat.
Partai politik dewasa ini semakin banyak yang merekrut para artis untuk didudukan sebagai
calon anggota Dewan. Rekruitmen para artis yang tiba-tiba diajak menjadi anggota partai
politik memang syah-syah saja. Semua berpulang pada kebijakan para pengurus dan
Pembina partai untuk menentukan kebolehan siapapun menjadi anggota partai politik dan
siapa yang akan mewakili parpolnya sebagai caleg.
Namun, ada satu hal yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja adalah keinginan dan
harapan mesyarakat adanya sikap yang lebih bertanggung jawab dari partai politik dalam
menempatkan anggota-anggotanya untuk menempati kedudukan sebagai anggota dewan.
Partai politik sebaiknya ikut memberikan pendidikan politik kepada masyarakat dengan
menyodorkan figure-figur yang dapat dipercaya , yang dapat memberikan perubahan dan
sumbangsih yang lebih baik bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Partai politik
tidak boleh asal menempatkan orang-orangnya dalam posisi sepenting anggota dewan.
Seperti yang kita ketahui, banyak pemilih kita khususnya dipedesaan yang berlatar
pendidikan rendah, mereka memilih karena suka dan bukan karena pertimbangan latar
belakang. Seseorang bisa saja memilih seorang artis hanya karena suka dengan lagunya,
goyangannya atau keseksiannya. Pemilih awam seperti itu ternyata sangat banyak. Mereka
memilih tidak dengan pemikiran jangka panjang. Hal ini karena latar pendidikan mereka
memang rendah dan konyolnya, partai politik menggunakan kelemahan mereka tersebut.
Seharusnya partai politik ikut bertanggung jawab memberikan pendidikan politik kepada
simpatisannya, bukan memanfaatkan kebodohan para simpatisannya!
Rasanya belum saya dengar para artis yang direkrut secara tiba- tiba tersebut mendapat
tindak lanjut dan disiapkan secara matang sebagai caleg dengan pembekalan secara serius
,baik secara keilmuannya dalam hal berpolitik maupun etka-etika berpolitik serta hal-hal
yang penting untuk menunjang kemampuannya bila menjadai Anggota Dewan yang
terhormat.

Begitu antusiasnya parpol kita untuk menjadikan sosok artis menjadi caleg. Artis yang terjun
kedunia politik diantaranya Angel Lelga,ini salah satu artis yang tidak hanya membuat
Akbar tanjung kaget,penulis yang awanpun kaget. Angel menjadi caleg DPR RI dari PPP.
Apa PPP sudah tidak mempunyai stok lain?
Lalu bagaimana bisa artis sekelas Andre Hehanusa, dari hasil verifikasi KPU terdaftar
sebagai bakal caleg dari dua partai yaitu partai Hanura dan Partai Keadilan dan Persatuan
Indonesia?
Artis lainnya yang mulai tergabung dengan paratai politik diantaranya, Axel ,anak dari Ayu
Azhari akan mewakili PAN, Ridho Irama akan mewakili PKB, Edo Kondoligit mewakili
PDIP,I rwansaya dan Jamal Mirdad akan mewakili Gerindra,Vena Melinda masih mewakili
PD, Jeremy Thomas, Anang Hermansyah dan banyak lagi jajaran artis lainnya mulai nampak
direktrut parpol.
Menjadi pertanyaan adalah Apakah selama parpol-parpol tersebut berdiri tidak berhasil
mendidik bibit unggul sehingga harus diwakili oleh calon karbitan?
Persoalannya adalah bila kita melihat fakta ,begitu tak mudahnya menjalankan fungsi
sebagai anggota Dewan Legislatif/ Dewan Perwakilan Rakyat yang memiliki tiga fungsi
utama yaitu fungsi legislasi, fungsi budgeting dan controlling? Apakah mereka memahami
dan mengerti benar bagaimana fungsi-fungsi tersebut harus mereka jalankan dengan benar?
Pada dasarnya banyak anggota dewan yang berpendidikan tinggi dan mereka masih juga
melakukan beberapa kesalahan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,apalagi bila yang
menjabat tersebut tidak memiliki skill,mental dan moral yang baik?
B. Tujuan
1. Mendeskripsikan peranan dan fungsi DPR pada era reformasi bidang keamanan
2.

Memperoleh gambaran yang jelas arah dan kecendrungan dari perubahan


kebijakan negara.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Fungsi DPR Dalam Era Reformasi Bidang
Keamanan

Dalam UUD 1945 jelas tergambar bahwa dalam rangka fungsi legislatif dan pengawasan,
lembaga utamanya adalah DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Pasal 20 ayat (1) UUD 1945
menegaskan, Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
Bandingkan dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi, Presiden berhak mengajukan
rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Pasal 5 ayat (1) ini sebelum
Perubahan Pertama tahun 1999 berbunyi, Presiden memegang kekuasaan membentuk undangundang dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
Kedua pasal tersebut setelah Perubahan Pertama tahun 1999, berubah drastis sehingga
mengalihkan pelaku kekuasaan legislatif atau kekuasaan pembentukan undang-undang itu dari
tangan Presiden ke tangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di samping itu, menurut ketentuan
Pasal 21 UUD 1945, setiap anggota DPR berhak pula mengajukan usul rancangan undangundang yang syarat-syarat dan tatacaranya diatur dalam peraturan tata tertib.
Bahkan lebih dipertegas lagi dalam Pasal 20A ayat (1) UUD 1945 ditentukan pula,
Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
Artinya, kekuasaan legislasi, kekuasaan penentuan anggaran (budgeting), dan kekuasaan
pengawasan (control), berada di Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Pasal 20A ayat (2) UUD
1945, Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain undangundang dasar ini, DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Ayat (3)-nya menyatakan pula, Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain undang-undang
dasar ini, setiap anggota DPR mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul, dan
pendapat, serta hak imunitas.
Untuk menggambarkan kuat posisi konstitusional DPR berdasarkan UUD 1945,
ditegaskan pula dalam Pasal 7C bahwa Presiden tidak dapat membekukan dan/atau
membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat. Sebaliknya, dalam Pasal 7A ditentukan, Presiden
dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR,
baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.
Di samping itu, dalam rangka fungsinya sebagai pengawas, Pasal 11 UUD 1945
menentukan pula:

(1)

Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian, dan


perjanjian dengan negara lain.

(2)

Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR.

(3)

Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang.


Bahkan dalam Pasal 13 dan Pasal 14 hasil Perubahan Pertama tahun 1999, bahkan diatur

pula hal-hal lain yang bersifat menyebabkan posisi DPR menjadi lebih kuat dibandingkan
dengan sebelumnya. Pasal 13 ayat (2) menentukan, Dalam hal mengangkat duta, Presiden
memperhatikan pertimbangan DPR, dan ayat (3)-nya menentukan, Presiden menerima
penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Sedangkan Pasal 14
ayat (2) menentukan, Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan DPR.
Untuk lebih lengkapnya uraian mengenai kewenangan DPR itu, dapat dikutipkan disini
ketentuan UUD 1945 Pasal 20 dan Pasal 20A, yang masing-masing berisi 5 (lima) ayat, dan 4
(empat) ayat. Pasal 20 menentukan bahwa:
(1) DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang.
(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan itu tidak
boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.
(5) Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan
oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang tersebut
disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.
Selanjutnya, ketentuan Pasal 20A berbunyi:
(1) DPR memiliki fungsin legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain UndangUndang Dasar ini, DPR empunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap angota DPR
mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat serta hak
imunitas.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang DPR dan hak anggota DPR diatur dalam undang-undang.

Selain ketentuan tersebut, dalam Pasal 21 UUD 1945 juga dinyatakan bahwa Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang. Anggota DPR
itu sendiri, menurut ketentuan Pasal 19 ayat (1) dipilih melalui pemilihan umum. Dalam ayat (2)nya ditentukan bahwa susunan DPR itu diatur dengan undang-undang. Selanjutnya dalam Pasal
22B diatur pula bahwa Anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syarat
dan tata caranya diatur dalam undang-undang.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Parlemen sebagai lembaga yang mewakili suara
politik warga negara memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendorong keberhasilan
agenda-agenda transisi demokrasi di Indonesia, termasuk agenda Reformasi Sektor Keamanan
(RSK).
DPR merupakan lembaga yang terdiri dari anggota-anggota/ perwakilan dari partai
politik yang dipilih langsung oleh warga negara dalam pemilihan umum yang diadakan setiap 5
tahun sekali. Karenanya DPR memiliki klaim mewakili suara, kepentingan dan aspirasi warga
negara. Secara keseluruhan jumlah anggota DPR 550 anggota/perwakilan.
Sebagaimana dinyatakan didalam konstitusi dan diatur dalam Undang-undang (UU) No
22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis permusyaratan Rakyat (MPR), DPR
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), DPR mempunyai tiga fungsi utama yaitu: fungsi
penyusunan Undang-undang( legilastion), fungsi anggaran (budgeting), dan fungsi pengawasan
(oversight).
Prinsip demokrasi menyatakan bahwa institusi keamanan merupakan barang publik
(public goods). Peran DPR, sebagai wakil publik, dalam menjalankan fungsi legislasi, fungsi
anggaran dan fungsi pengawasan harus memastikan bahwa institusi keamanan di Indonesia
bekerja secara maksimal, prosedural dan akuntabel, sehingga kepentingan publik sebagai
pengguna atau penerima manfaat langsung dari jasa keamanan dapat terpenuhi.
DPR memiliki dua instrumen untuk menjalankan fungsinya secara efektif dalam sektor
pertahanan dan keamanan:
Pertama, Komisi I DPR mempunyai tanggungjawab dalam bidang Pertahanan, Luar Negeri,
Tentara Nasional Indonesia (TNI), Badan Intelijen Negara (BIN), Lembaga Sandi Negara (LSN),
Lembaga Ketahanan Negara dan Lembaga Informasi Nasional; dan Kedua, Komisi III DPR
mempunyai tanggung jawab dalam penegakan hukum dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).
Secara teoritik, peran DPR ini merupakan pengejawantahan Supremasi sipil dalam sistem
demokrasi, dimana militer berfungsi sebagai alat yang dikendalikan dibawah (subordinate tools)
pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis. Samuel P Huntington menyebut peran ini
sebagai kontrol sipil objektif (objective civilian control) yang ditandai dengan:
1). Profesionalisme militer yang tinggi;

2). Subordinasi efektif militer kepada pemimpin politik yang membuat keputusan pokok tentang
militer;
3).Pengakuan dan persetujuan pemimpin politik (sipil) atas kewenangan profesional dan otonomi
tugas militer; dan
4). Minimalisasi intervensi militer dalam politik maupun intervensi politik dalam militer.
Selain itu, politisi sipil juga bisa melakukan kontrol sipil subjektif (subjective civilian
control); yaitu, upaya politisi sipil untuk mengendalikan militer dengan cara mempolitisasi
mereka agar lebih dekat kepada politisi sipil tersebut yang pro maupun yang anti pemerintah,
khususnya yang aktif di parlemen maupun di partai politik (Ikrar Nusa Bakti 2001).
Reformasi sektor keamanan juga didefinisikan sebagai pengaturan keamanan dalam
sebuah Negara secara efektif dan efisien dalam kerangka pengawasan sipil yang demokratis
(Timothy Edmunds, 2003). Sejalan dengan pengertian ini, peran dan fungsi DPR dalam
membentuk undang-undang, menetapkan anggaran belanja dan pengawasan terhadap
pelaksanaan undang-undang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas kinerja sektor keamanan
sebagai manifestasi kontrol sipil terhadap sektor keamanan.

Tugas dan Wewenang DPR sebagaimana ditaur dalam UU No 22 Tahun 2003 Tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPD:
1. Membentuk Undang-undang (UU) yang dibahas bersama Presiden untuk mendapat
persetujuan bersama;
2. Membahas dan memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang (Perpu);
3. Menerima dan membahas usulan Rancangan Undang-undang (RUU) yang diajukan DPD
berkaitan dengan bidang tertentu danmengikutsertakannya dalam pembahasan;
4. Memperhatikan pertimbangan DPD atas RUU APBN dan RUU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama;
5. Menetapkan APBN bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD;
6. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan UU, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), serta kebijakan pemerintah;
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan

UU

mengenai

Otonomi

Daerah,

Pembentukan,

Pemekaran

dan

Penggabungan Daerah, hubungan Pusat dan Daerah, sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
8. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan
DPD;
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas Pertanggungjawaban Keuangan
Negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan;
10. Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan dan pemberhentian anggota
Komisi Yudisial;
11. Memberikan persetujuan calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial untuk
ditetapkan sebagai Hakim Agung oleh Presiden;
12. Memilih tiga orang calon anggota Hakim Konstitusi dan mengajukannya kepada Presiden
untuk ditetapkan;

13. Memberikan pertimbangan kepada Presiden untuk mengangkat Duta, menerima


penempatan Duta negara lain, dan memberikan pertimbangan dalam pemberian amnesti
dan abolisi;
14. Memberikan persetujuan kepada Presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain, serta membuat perjanjian internasional
lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang
terkait dengan beban keuangan Negara dan/atau pembentukan UU;
15. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan
Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam UU.
Pecalonan Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota
Bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota adalah WNI yang
telah berumur 21 tahun atau lebih, berpendidikan paling rendah tamat SMA, MA, SMK, MAK
atau pendidikan lain yang sederajat, terdaftar sebagai pemilih, menjadi anggota Parpol Peserta
Pemilu, dicalonkan hanya di 1 lembaga perwakilan, dan dicalonkan hanya di 1 daerah pemilihan.

Tata Cara Pengajuan Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD
Kabupaten/Kota
Parpol Peserta Pemilu melakukan seleksi bakal calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota. Daftar bakal calon anggota DPR ditetapkan pengurus Parpol tingkat
pusat, daftar bakal calon anggota DPRD provinsi ditetapkan pengurus Parpol tingkat provinsi,
dan daftar bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota ditetapkan pengurus Parpol tingkat
kabupaten/kota.
Daftar bakal calon memuat paling banyak 100% dari jumlah kursi pada setiap daerah pemilihan
dan memuat paling sedikit 30% keterwakilan perempuan atau dalam setiap 3 orang bakal calon
terdapat sekurang-kurangnya 1 orang perempuan bakal calon.
Daftar bakal calon anggota DPR diajukan kepada KPU dengan ditandatangani ketua umum dan
sekretaris jenderal. Daftar calon anggota DPRD Provinsi diajukan kepada KPU Provinsi dengan
ditandatangani ketua dan sekretaris. Daftar calon anggota DPRD Kabupaten/Kota diajukan
kepada KPU Kabupaten/Kota dengan ditandatangani ketua dan sekretaris.
Pengajuan daftar calon anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dilaksanakan
12 bulan sebelum hari pemungutan suara.

Verifikasi Kelengkapan Administrasi Bakal Calon Anggota DPR, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota

KPU melakukan verifikasi terhadap kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon


anggota DPR dan verifikasi terpenuhinya jumlah sekurang-kurangnya 30% keterwakilan
perempuan. KPU Provinsi melakukan verifikasi terhadap kelengkapan persyaratan administrasi
bakal calon anggota DPRD provinsi. KPU Kabupaten/Kota melakukan verifikasi terhadap
kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon anggota DPRD kabupaten/kota.
Dalam hal kelengkapan dokumen persyaratan administrasi bakal calon tidak terpenuhi, maka
KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota mengembalikan dokumen persyaratan
administrasi kepada Parpol Peserta Pemilu. Dalam hal daftar bakal calon tidak memuat
sekurang- kurangnya 30% keterwakilan perempuan, maka KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kabupaten/Kota memberikan kesempatan kepada Parpol untuk memperbaiki daftar bakal calon
tersebut.

Anggota DPR dari Kalangan Artis dan Atlet


Anggota DPR RI sudah resmi dilantik. Anggota DPR ini berasal dari berbagai profesi, salah
satunya adalah artis. Kehadiran artis-artis ibukota di Senayan ini memberikan warna lain di DPR.
Meksipun beberapa diantara mereka masih muka lama, tapi ada juga wajah baru yang menghiasi
DPR RI periode 2014-2019 ini
Berdasarkan SK KPU Nomor 416/Kpts/KPU/2014, ada 15 artis yang lolos menjadi anggota
DPR. Kedelapanbelas anggota DPR dari kalangan artis dan atlet ini antara lain Desy Ratnasari
dari dapil Jabar IV, Primus Yustisio dari dapil Jabar V, Lucky Hakim dari dapil Jabar VI, Anang
Hermansyah dari dapil Jatim IV, Eko Hendro Purnomo dari dapil Jatim VIII, Junico BP Siahaan
dari dapil Jabar I, dan Rieke Diah Pitaloka dari dapil Jabar VII.
Artis lainnya yang juga lolos menjadi anggota DPR RI antara lainTantowi Yahya dari dapil DKI
Jakarta III, Rachel Maryam Sayidina dari dapil Jabar II, Jamal Mirdad dari dapil Jateng I, Dede
Yusuf Macan Effendi dari dapil Jabar II, Venna Melinda dari dapil Jatim VI, Okky Asokawati
dari dapil DKI Jakarta III, dan Krisna Mukti dari dapil Jabar VII.
Selain artis, ada juga atlet yang berhasil lolos ke senayan. Mereka adalah Yayuk Basuki dari
dapil Jateng I, Utut Adianto dapil Jateng VIII, dan Moreno Suprapto dapil Jatim V.
Dari kedelapan belas artis dan atlet ini, sebagian adalah mereka yang terpilih kembali menjadi
anggota DPR. Dengan terpilihnya artis-artis ini di senayan, semoga mereka bisa menjadi wakil
rakyat yang amanah dan jujur serta bisa mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai anggota
DPR dengan baik.

Artis dan atlet ini diusung dari beberapa partai yang berbeda seperti dari Partai Amanat Nasional,
Gerindra, Partai Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa. Namun, partai yang banyak
menyumbang wakilnya di DPR ini yang berasal dari kalanga artis adalah PAN (Partai Amanat
Nasional). Selain itu, suara yang didapatkan oleh artis dan atlet ini juga cukup banyak. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat mulai mempercayai artis untuk maju menjadi anggota DPR RI.
Buktinya, mereka terpilih sebagai anggota DPR dari kalangan artis dan atlet.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Parlemen sebagai lembaga yang mewakili suara
politik warga negara memiliki fungsi dan peran yang penting dalam mendorong
keberhasilan agenda-agenda transisi demokrasi di Indonesia, termasuk agenda Reformasi
Sektor Keamanan (RSK).
2. Secara teoritik, peran DPR merupakan pengejawantahan Supremasi sipil dalam sistem
demokrasi.
3. Salah satu peranan DPR yang paling penting adalah membentuk Undang-undang (UU)
yang dibahas bersama Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.
4. Salah satu fungsi DPR yang paling penting adalah membuat rancangan sejumlah UU dan
kebijakan lainnya dalam usaha menata institusi-institusi keamanan seperti TNI, Polri dan
BIN.

DAFTAR PUSTAKA
Dr Marie Vlachova, Democratic Control of Armed forces in Czech Republic: Transformation
The Way Out of Isolation, Ministry of Defence, The Czech Experience, 2006 Timothy
Edmund, Democratic and Civilian Control of Armed Forces, The Adelphi Papers, 2003
http://www.voanews.com/indonesian/archive/200107/a-2001-07-11-1-1.cfm
Mufti Makaarim A dan S. Yunanto (Ed), Efektifitas Strategi Organisasi Masyarakat Sipil Dalam
Reformasi Sektor Keamanan di Indonesia, IDSPS, 2008
Panduan Parlemen Indonesia, API, 2001
Pengawasan Badan Intelijen Oleh Parlemen, DCAF, 2006
Reformasi Sektor Keamanan Indonesia, Propatria, 2004

Anda mungkin juga menyukai