REFERAT
OBAT ANTI EMETIK
Pembimbing :
dr. Iwan Dwi Cahyono, Sp.An
Disusun oleh :
1. Puteri Banyumas W 1210221024
2. Ayie M.P.K
1210221032
3. Indriyawati
1210221044
LEMBAR PENGESAHAN
1
REFERAT:
Disusun oleh :
1. Puteri Banyumas W 1210221024
2. Ayie M.P.K
1210221032
3. Indriyawati
1210221044
Disetujui dan disahkan
Pada Sabtu, 18 Mei 2013
Pembimbing,
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas ridha dan karunia-Nya
yang diberikan sehingga laporan kasus yang berjudul Obat Anti Emetik dapat terselesaikan
dengan baik.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Selain hal di atas, tentunya penulis berharap pembuatan laporan ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Kiranya dapat penulis kemukakan bahwa tidak mungkin laporan ini dapat diselesaikan
tanpa bantuan dan dorongan serta kerjasama berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. dr. Iwan Dwi Cahyono, Sp.An. selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian
Ilmu Anestesi dan Reanimasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Seluruh staf dan karyawan yang banyak membantu selama menjalani Kepaniteraan
Klinik Ilmu Anestesi dan Reanimasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
3. Teman-teman sejawat UPN dan UNSOED Kepaniteraan Klinik Ilmu Anestesi dan
Reanimasi periode 6 Mei 2 Juni 2013 yang selama ini membantu dalam
pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik
yang membangun guna penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Purwokerto, 18 Mei 2013
Penulis
DAFTAR ISI
iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang.........................................................................................................7
1.2.
Tujuan
Penulisan.....................................................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Mual-Muntah.........................................................................................9
2.2. Patofisiologi..........................................................................................................11
2.3. Terapi Non Farmakologi.......................................................................................14
2.4. Terapi Farrmakologi..............................................................................................15
2.5. Tujuan Terapi........................................................................................................21
2.6. Sasaran dan Strategi Terapi...................................................................................20
BAB III. PENUTUP...............................................................................................................23
3.1. Kesimpulan............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24
DAFTAR iv
GAMBAR
Gambar 1. Patofisiologi Vomiting...........................................................................................12
Gambar 2. Anatomi dan Patofisiologi Mual Muntah..............................................................13
Gambar 3. Patofisiologi Post Operative Nausea and Vomiting (PONV)................................13
v TABEL
DAFTAR
Tabel 1. Dosis, Efek Samping dan Kategori Keamanan Obat-obat morning sickness............20
vi I
BAB
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mual dan muntah bukan merupakan penyakit, namun suatu gejala. Mual sering
diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan ditenggorokan
dan didaerah sekitar lambung, yang menandakan kepada seseorang bahwa ia akan
segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut yang
sering kali membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Sukandar, 2008: 378)
6
Epidemiologi mual muntah muncul pada orang dewasa dan anak-anak. Data statistik
epidemiologi mual muntah tidak ada karena banyak kasus penyakit dimana
gejala ini muncul, dan banyak pasien tidak melaporkan keadaan ini pada praktisi
kesehatan yang menanganinya. Tiga kondisi umum yang berhubungan dengan
mual muntah adalah mabuk perjalanan, mual muntah karena hamil (NVP), dan
gastroenteritis karena virus.
Sebanyak 80% wanita hamil mengeluhkan masalah mual dan muntah atau lebih
dikenal dengan istilah morning sickness selama kehamilan. Biasanya keluhan ini
muncul sejak awal kehamilan hingga usia kehamilan 20 minggu, hanya sekitar 10%
dari seluruh kasus mual muntah ini yang tetap dikeluhkan hingga akhir kehamilan
(Quinlan, 2003). Keluhan mual dan muntah sebenarnya merupakan tanda-tanda
umum
terjadinya
kehamilan
pada
wanita.
Walaupun
dinamakan morning
sickness namun hadirnya keluhan ini tidak selalu saat pagi hari, bisa saja wanita hamil
mengeluhkan mual dan muntah pada waktu yang bervariasi sepanjang hari (Dipiro,
2008).
Penggunaan obat untuk ibu hamil perlu diperhatikan karena terjadi banyak
perubahan farmakokinetika maupun farmakodinamika obat saat terjadi kehamilan.
Beberapa obat dapat menyebabkan resiko bagi kehamilan, khususnya pada trimester
pertama. Resiko teratogenesis atau kecacatan pada bayi sangat tinggi pada
penggunaan obat saat masa kehamilan 3-8 minggu, sedangkan pada trimester kedua
dan ketiga resiko lebih mengarah ke gangguan pertumbuhan dan perkembangan
secara fungsional pada janin, atau dapat meracuni plasenta (Anonim, 2006).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah untuk mengkaji etiologi,
patofisiologi mual muntah dan beserta obat-obatan antiemetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mual - Muntah
Mual, dapat dijelaskan sebagai perasaan yang tidak enak dibelakang
tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai
perubahan aktifitas saluran cerna yang berkaitan dengan mual, seperti meningkatnya
salivasi, menurunnya tonus lambung, dan peristaltik. Peningkatan tonus duodenum
dan jejenum menyebabkan terjadinya reflux isi duodenum ke lambung. Namun
demikian, tidak terdapat bukti yang mengesankan bahwa hal ini menyebabkan mual.
Gejala dan tanda mual seringkali adalah pucat, meningkatnya salvasi, hendak muntah,
hendak pingsan, berkeringat, dan takikardia.
Retching, adalah suatu usaha involunter untuk muntah, seringkali menyertai
mual dan terjadi sebelum muntah, terdiri atas gerakan pernapasan spasmodic melawan
glottis dan gerakan inspirasi dindinga dada dan diaphragma. Kontraksi otot abdomen
saat ekspirasi mengendalikan gerakan inspirasi. Pylorus dan antrum distal
berkontraksi saat fundus berelaksasi.
10
2.2 Patofisiologi
Pusat muntah, terletak di medula oblongata, di antaranya dicapai melalui
kemoreseptor pada area postrema di bawah ventrikel keempat yaitu Chemo reseptor
Trigger Zone (CTZ). CTZ diaktivasi oleh agonis dopamin seperti apormorfin, oleh
banyak obat atau toksin, misal, digitalis glikosida, niokotin, enterotoksin stafilokokus
serta hipoksia, uremia dan diabetes melitus. Sel-sel CTZ juga mengandung reseptor
neurotransmiter
(misal,
epinefrin,
serotonin,
GABA,
substansi
P),
yang
11
akibat penghambatan pada saluran keluar lambung (stenosis pilorus, tumor), atau
usus (atresia, penyakit Hirschsprug, ileus);
c. Distensi berlebihan atau inflamasi pada peritoneum, saluran empedu, pankreas dan
usus.
Akhirnya, serabut aferen visera dari jantung dapat juga menyebabkan mual dan
muntah, misalnya pada iskemua koroner. Mual dan muntah bisa terjadi selama
trimester pertama kehamilan (vomitus matutinus). Kelainan khusus akibat muntah
dapat terjadi (hiperemesis gravidarum). Muntah psikogenik terutama terjadi pada
perempuan muda (yang tidak hamil) karena konflik seksual, persoalan lingkungan
rumah, kehilangan perhatian orang tua, dll. Muntah dapat dipicu secara sengaja,
dengan meletakkan satu jari di kerongkongan (saraf aferen dari sensor raba di faring).
Hal ini kadang-kadang dapat memberikan perbaikan. Namun mual muntah yang
sering pada pasien bulimia dapat menyebabkan komplikasi yang berbahaya.
Akhirnya, pajanan terhadap radiasi (misalnya pada pengobatan keganasan) dan
peningkatan tekanan intrakranial (perdarahan intrakranial, tumor) merupakan faktor
klinis yang penting dalam memicu mual dan muntah.
Muntah yang kronis mengakibatkan berkurangnya asupan makanan (malnutrisi)
dan hilangnya getah lambung, bersama dengan hilangnya saliva yang tertelan,
minuman, dan kadang-kadang juga sekresi usus halus. Akibatnya, terjadi
hipovolemia. Pelepasan ADH, yang dipicu oleh pusat muntah, mendorong retensi
cairan; kehilangan NACl yang berlebihan dan kehilangan NaCl yang berlebihan dan
kehilangan H2O yang relatif kecil menyebabkan hiponatremia yang semakin
diperberat oleh peningkatan ekskresi NaHCO3 merupakan respons terhadap alkalosis
nonrespiratorik. Keadaan ini terjadi akibat sel parietal lambung yang melepaskan satu
ion HCO3 untuk setiap ion H yang disekresikan ke dalam lumen. Karena ion H (10100 mmol/L getah lambung) akan hilang bersamaan dengan muntah sehingga tidak
dapat digunakan kembali untuk menyangga HCO3 di dalam duodenum, HCO3 akan
terakumulasi di dalam tubuh . alkalosis diperburuk oleh hipokalemia, K hilang
melalui muntah (makanan, saliva dan getah lambung) dan urin. Hipovolemia
menyebabkan hiperaldosteronisme sehingga ekskresi K meningkat akibat absorpsi Na
yang meningkat.
Tindakan muntah dan muntahannya menyebabkan kerusakan lebih lanjut, yaitu
ruptur lambung, robekan dinding esofagus (sindrom Mallory-Weiss), kasies gigi
(akibat asam), inflamasi mukosa mulut, dan pneumonia aspirasi merupakan akibat
potensial yang paling penting.
11
12
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29669/4/Chapter%20II.pdf
12
13
Keadaan khusus seperti pada kehamilan, dapat dipicu berbagai hal, namun
mekanisme terjadinya belum sepenuhnya dipastikan. Beberapa kemungkinan yang
bisa menyebabkan seorang ibu hamil mengalami mual dan muntah lebih dari wanita
pada umumnya adalah (Quinlan, 2003):
1. Perubahan gerakan lambung karena adanya peningkatan hormone progesteron.
Peningkatan hormon progesteron ini memicu disritmia pada lambung sehingga
waktu transit makanan di lambung menjadi lebih lama. Hal ini akan memicu rasa
mual bahkan muntah bagi beberapa wanita hamil.
Pada wanita hamil terjadi penurunan tonus dan motilitas saluran gastrointestinal
yang menimbulkan pemanjangan waktu pengosongan lambung dan transit usus.
Ini mungkin akibat jumlah progesteron tinggi selama kehamilan, sehingga terjadi
penurunan kadar motilin yang merupakan suatu peptida yang diketahui mempunyai
efek terhadap perangsangan otot-otot halus. Selain itu perbesaran uterus juga dapat
menekan diafragma, lambung dan usus, sehingga terjadi penurunan gerakan
peristaltik (Jojor. 2011).
2. Peningkatan hormon HCG (Human chorionic gonadotropin), hormon plasenta ini
dapat memicu pusat mual yaitu chemoreceptor trigger zonesehingga menyebabkan
mual dan muntah saat hamil (Jojor, 2011).
3. Peningkatan hormone estrogen dan penurunan hormone TSH (ThyrotropinStimulating Hormone). Tiga hormon ini dipercaya merupakan beberapa faktor yang
13
14
berpengaruh dalam mual dan muntah hebat atau yang lebih dikenal dengan
istilah hyperemesis gravidarum pada kehamilan.
4. Infeksi Helicobacter pylori. Pada beberapa penelitian terkini diduga
infeksiH.pylori berkaitan dengan kejadian hyperemesis gravidarum pada wanita
hamil.
2.3 Terapi Non Farmakologi
a. Minimalkan penyebab pasien dengan keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan
keluhan ringan, mungkin berkaitan dengan konsumsi makanan dan minuman,
dianjurkan menghindari masuknya makanan.
b. Muntah psikogenik mungkin diatasi dengan intervensi psikologik makan atau
minum 4 jam sebelum perjalanan dan selama perjalanan usahakan tidak makan
atau minum.
c. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi mual saat hamil tanpa
menggunakan obat diantaranya (Anonim, 2010):
1. Konsumsi Gizi Seimbang
Makanan yang baik untuk ibu hamil adalah yang tinggi karbohidrat dan
protein. Buah dan sayuran juga harus teratur dikonsumsi. Lebih baik mengatur
makan dalam porsi sedikit namun lebih sering frekuensinya agar perut tidak
kosong dan kadar gula darah stabil.
2. Bergerak Perlahan
Jangan terburu-buru dalam melakukan gerakan, misalnya dari bangun
pagi, lebih baik duduk dahulu sebelum berdiri.
3. Hindari Pemicu Mual
Setiap ibu hamil memiliki hal-hal tertentu yang dapat memicu mual,
seperti parfum atau makanan berbau tajam, sehingga perlu dihindari bau-bau
yang memicu mual sang ibu.
14
15
15
16
agaknya disebabkan oleh fakta bahwa ati-emetik tersebut bekerja pada reseptor yang
berbeda
j.
Antasid
Antasid tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung magnesium hidroksida,
aluminium hidroksida, dan atau kalsium karbonat, mungkin memberikan perbaikan
yang cukup pada mual / muntah, terutama lewat penetralan asam lambung. Dosis umum
adalah satu atau lebih dosis kecil antasid tunggal atau kombinasi.
Antihistamin, antikolinergik
-
padadosis rendah untuk mual / muntah simple yang berkaitan dengan heartburn.
Antihistamin dan antikolinergik mungkin cocok untuk terapi simtomatis simple.
Reaksi yang tidak diinginkan termasuk mengantuk, bingung, pandangan, kabur, mulut kering,
diterima.
Pada beberapa pasien, dosis rendah tidak efektif, sedangkan dosis tinggi fenotiazin
mungkin menyebabkan risiko. Yang dapat terjadi : reaksi ekstrapiramidal, reaksi
hipersensitivitas : disfungsi hati, aplasia sumsum tulang dan sedasi berlebihan.
Kortikosteroid
- Kortikosteroid sukses untuk menangani mual muntah karena kemoterapi dan setelah
-
Metokloporamid
-
17
efektif terkecil, 8 32 mg. Terapi oral disarankan 8 24 mg, 30 menit sebelum kemoterapi.
Pada dewasa dan anak di atas 2 tahun, granisetron dapat diberikan secara infus IV 10 mcg/kgBB
selama 5 menit sebelum diberikan kemoterapi, hanya pada pemberian kemoterapi. Pada dewasa
kemoterapi.
Deksametason,
metoklopramid
atau
SSRI
terbaik
untuk
terutama
lorazepam,
terapi
alternatif
yang
mengantisipasi mual muntah karena kemoterapi. Dosis regimen, satu dosis satu
malam sebelum kemoterapi dan dosis ganda pada setiap terapi kemoterapi.
Mual muntah sesudah operasi
-
Dengan atau tanpa terapi emetik, metode non farmakologi (mengatur gera
kan, perhatian pada pemberian cairan dan pengedalian nyeri) dapat efektif
menurunkan emesis sesudah operasi.
17
18
Antagonis serotonin selektif efektif untuk mencegah mual muntah sesudah operasi,
tetapi biayanya lebiih tinggi dibanding antiemetik lainnya.
Pasien yang menerima radiasi hemibodi atau radiasi dosis tinggi tunggal pada daerah
perut atas, harus menerima terapi profilaksis granisetron 2 mg atau ondansetron 8 mg .
19
4. Ondansentron
Penggunaan ondansentron biasanya menjadi pilihan terakhir jika
keadaanmorning sickness tidak dapat ditangani dengan obat lainnya. Menurut
penelitian Einarson (Einarson, 2004), penggunaan ondansentron pada subjek wanita
hamil kurang dari 3 bulan masa kehamilan (rata-rata 5-9 minggu kehamilan) tidak
terbukti menyebabkan malformasi janin.
5. Kortikosteroid
Deksametason dan prednisone terbukti efektif untuk terapi hyperemesis
gravidarum, namun penggunaannya pada trimester pertama kehamilan sangat
beresiko terjadi bibir sumbing (Dipiro, 2008).
6.Jahe
Jahe telah terbukti efektif menurut beberapa penelitian, dan aman untuk
kehamilan (Dipiro, 2008).
19
20
Tabel 1. Dosis, Efek Samping dan Kategori Keamanan Obat-Obat Morning Sickness
20
21
21
22
farmakologi.Berdasarkan etiologi, pengurangan gejala tidak dapat terjadi sebelum penyebab utama
diidentifikasi dan dikontrol. (Berardi et al.,2002 : 394).
BAB III
22
23
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mual, dapat dijelaskan sebagai perasaan yang tidak enak dibelakang tenggorokan dan
epigastrium, sering menyebabkan muntah. Terdapat berbagai perubahan aktifitas saluran
cerna yang berkaitan dengan muntah. Beberapa jenis obat muntah (anti emetik) yang dapat
digunakan untuk mengatasi muntah yaitu golongan antihistamin, metoklopramid,
domperidon, ondansetron, cinnarizine.
Tatalaksana morning sickness atau` mual dan muntah saat kehamilan adalah
penggunaan piridoksin dan doksilamin sebagai pilihan terapi pertama. Jika tidak dapat
membantu gejala bisa dipilih antihistamin lainnya. Jika mual dan muntah tidak dapat
ditangani dengan antihistamin maka dapat dipilihkan metoklopramid, dan pilihan terakhir
adalah ondansentron. Jika mual dan muntah mengarah ke hyperemesis gravidarum, bisa
digunakan glukokortikoid.
23
24
D A F TAR P U S TAK A
1. Berardi, R.R. et al. 2002. Handbook of Nonprescription Drugs. 13th Edition.
Washington DC:American Pharmaceutical AssociationCharles F.Lacy, et al. 2009.
2. Drug Information Handbook. Amerika : American PharmacistAssosiationJoseph
T. DiPiro, et al. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Seventh
Edition. New York: The McGraw-Hill CompaniesSukandar,E.Y dkk. 2008.
3. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT.ISFILinn W. D., Wofford M.R ,OKeefeM. E.,Posey
L. M,. 2008.
4. Pharmacotherapy in Primary CareThe. New York Chicago:McGraw-Hill
Companies.Walsh,T.D. 1997. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. Jakarta: EGC Buku Kedokteran
5. Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
6. Anonim. 2007. The National Guideline Clearinghouse of Nausea and Vomiting of
Pregnancy. Bulletin of American College of Obstetricians and Gynecologist. No.52.
7. Anonim. 2010. Cara Mengatasi Mual Saat
Hamil.http://www.sumut.kemenag.go.id/file/file/HAMIL/iqwx1333699654.pdf.diakses
tanggal 17 Mei 2013.
8. Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., amd Posey, L.M.
2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Mc-Graw Hill. New York.
9. Einarson, A., Maltepe, C., Navioz, Y., Kennedy, D., Tan, M.P., and Koren, G. 2004.
The Safety of Ondansentron for Nausea and Vomiting of Pregnancy: a Prospective
Comparative Study. International Journal of Obstetrics and Gynaecology.Vol 111: p.
940-943.
10. Jojor. 2011. Perilaku Primigravida dalam Mengatasi Mual Muntah pada Masa
Kehamilan di Klinik Bersalin Citra II Medan. Skripsi. Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
11. Niebyl, J.R. 2010. Nausea and Vomiting in Pregnancy. The New England Journal of
Medicine. Vol. 363: p.1544-1550.
12. Pressman, A., and Buff, S. 1997. The Complete Idiots Guide to Vitamins and
Minerals. Alpha Books. New York.
13. Quinlan, J.D., and Hill, D.A. 2003. Nausea and Vomiting of Pregnancy.American Family
Physician. Vol. 68. No.1 : p.121-128.
24
25
25