MAKALAH
IKATAN KIMIA
PRODI LINGKUNGAN
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita menerima begitu saja dunia
sekitar kita beserta perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya tanpa
mempertanyakan misalnya, apa itu air, apa itu bensin, mengapa bensin bias
terbakar sedangkan air tidak? Apakah arti tarbakar? Mengapa besi dapat berkarat
sedangkan emas tidak? Apa itu karet dan bagaimana membuat karet tiruan?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah sebagian dari masalah yang dibahas
dalam dalam ilmu kimia. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat di definisikan sebagai
ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang materi, seperti
hakekat, susunan, sifat-sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahannya.
Suatu atom bergabung dengan atom lainnya melalui ikatan kimia sehingga
dapat membentuk senyawa, baik senyawa kovalen maupun senyawa ion. Senyawa
ion terbentuk melalui ikatan ion, yaitu ikatan yang terjadi antara ion positif [atom
yang melepaskan elektron] dan ion negative [atom yang menangkap elektron].
Akibatnya, senyawa ion yang terbentuk bersifat polar.
Dalam setiap senyawa, atom-atom terjalin secara terpadu oleh suatu bentuk
ikatan antaratom yang deiebut ikatan kimia. Seorang ahli kimia dari Amerika
serikat, yaitu Gilbert Newton Lewis ( 1875- 1946) dan Albrecht Kosel dari Jerman
( 1853- 1972) menerangkan tentang konsep ikatan kimia.
- Unsur- unsur gas mulia ( golongan VIIA) sukar membentuk senyawa karena
konfigurasi electronnya memeliki susunan electron yang Stabil.
- Setiap unsur berusaha memeliki konfigurasi electron seperti yang di meliki
oleh unsure gas mulia, yaitu dengan cara melepaskan electron atau
menangkap electron.
- Jika suatu unsure melepaskan electron, artinya unsure itu electron pada
unsure lain. Sebaliknya, jika unsure itu menangkap elektron, artinya
menerima elektron dari unsure lain. Jadi susunan yang stabil tercapai jika
berikatan dengan atom unsure lain.
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 IKATAN KIMIA
II. 1. 1 Pengertian Ikatan Kimia
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk
molekul. Interaksi ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya
yang menahan atom-atom dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan
Unsur
No Atom
He
Ne
10
Ar
18
Kr
36
18
Xe
54
18
18
Rn
86
18
32
18
Walter Kossel dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka
mengemukakan bahwa jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan
berubah sedemikian rupa sehingga susunan kedua elektron kedua atom tersebut
sama dengan susunan gas mulia. Kecenderungan atom-atom untuk memiliki
struktur atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar
disebut kaidah oktet
Contoh: Br
+ Br
Br Br
Atau
Br - Br
Susunan
Elektron
elektron
valensi
2. 4
2.6
Mg
2.8.2
Al
2.8.3
2.8.5
Cl
2.8.7
6
8
12
13
15
17
Unsnr unsnr dari golongan alkali dan alkali tanah , untuk menyapai
kestabilan cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion
positif . unsnr unsnr yang mempunyai kecendrungan membentuk ion positif
termasuk unsur elektro positif . unsnr unsur dari golongan halogen
dan khalkhogen mempunyai kecendrungan menangkap elektron untuk mencapai
kestabilan sehingga membentuk ion negative. Unsur - unsur yang demikian
termasuk unsurelektronnegative .
II. 1. 2 Jenis-Jenis Ikatan Kimia
Ikatan kimia merupakan sebuah proses fisika yang bertanggungung jawab
dalam gaya interaksi tarik menarik antara dua atom atau molekul yang
menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Secara
umum, ikatan kimia dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Ikatan antar atom
a. Ikatan ion = heteropolar
Ikatan ionik adalah sebuah gaya elektrostatik yang mempersatukan
ion-ion dalam suatu senyawa ionik. Ion-ion yang diikat oleh ikatan kimia ini
terdiri dari ka2tion dan juga anion. Kation terbentuk dari unsur-unsur yang
memiliki energi ionisasi rendah dan biasanya terdiri dari logam-logam alkali
dan alkali tanah. Sementara itu, anion cenderung terbentuk dari unsur-unsur
yang memiliki afinitas elektron tinggi, dalam hal ini unsur-unsur golongan
halogen dan oksigen. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa ikatan ion
sangat dipengaruhi oleh besarnya beda keelektronegatifan dari atom-atom
pembentuk senyawa tersebut. Semakin besar beda keelektronegatifannya,
maka ikatan ionik yang dihasilkan akan semakin kuat. Ikatan ionik tergolong
ikatan kuat, dalam hal ini memiliki energi ikatan yang kuat sebagai akibat
persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan antara atomatom penyusunnya. Akibatnya terjadi pemisahan kutub positif dan negatif.
Sementara itu pada senyawa kovalen non-polar titik muatan negatif elekton
persekutuan berhimpit karena beda keelektronegatifan yang kecil atau tidak
ada.
c. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar
Ikatan kovalen koordinat merupakan ikatan kimia yang terjadi
apabila pasangan elektron bersama yang dipakai oleh kedua atom
disumbangkan oleh sala satu atom saja. Sementara itu atom yang lain hanya
berfungsi sebagai penerima elektron berpasangan saja.
Syarat-syarat terbentuknya ikatan kovalen koordinat:
- Salah satu atom memiliki pasangan elektron bebas
- Atom yang lainnya memiliki orbital kosong
Susunan ikatan kovalen koordinat sepintas mirip dengan ikatan ion,
namun kedua ikatan ini berbeda oleh karena beda keelektronegatifan yang
kecil pada ikatan kovalen koordinat sehingga menghasilkan ikatan yang
cenderung mirip kovalen.
d. Ikatan Logam
Ikatan logam merupakan salah satu ciri khusus dari logam, pada
ikatan logam ini elektron tidak hanya menjadi miliki satu atau dua atom
saja, melainkan menjadi milik dari semua atom yang ada dalam ikatan
logam tersebut. Elektron-elektron dapat terdelokalisasi sehingga dapat
bergerak bebas dalam awan elektron yang mengelilingi atom-atom logam.
Akibat dari elektron yang dapat bergerak bebas ini adalah sifat logam yang
dapat menghantarkan listrik dengan mudah. Ikatan logam ini hanya ditemui
pada ikatan yang seluruhnya terdiri dari atom unsur-unsur logam semata
2. Ikatan Antara Molekul
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen merupakan gaya tarik menarik antara atom H
dengan atom lain yang mempunyai keelektronegatifan besar pada satu
molekul dari senyawa yang sama. Ikatan hidrogen merupakan ikatan yang
paling kuat dibandingkan dengan ikatan antar molekul lain, namun ikatan
ini masih lebih lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen maupun ikatan
ion.
Ikatan hidrogen ini terjadi pada ikatan antara atom H dengan atom
N, O, dan F yang memiliki pasangan elektron bebas. Hidrogen dari molekul
lain akan bereaksi dengan pasangan elektron bebas ini membentuk suatu
ikatan hidrogen dengan besar ikatan bervariasi. Kekuatan ikatan hidrogen
ini dipengaruhi oleh beda keelektronegatifan dari atom-atom penyusunnya.
Semakin besar perbedaannya semakin besar pula ikatan hidrogen yang
dibentuknya.
Kekuatan ikatan hidrogen ini akan mempengaruhi titik didih dari
senyawa tersebut. Semakin besar perbedaan keelektronegatifannya maka
akan semakin besar titik didih dari senyawa tersebut. Namun, terdapat
pengecualian untuk H2O yang memiliki dua ikatan hidrogen tiap
molekulnya. Akibatnya, titik didihnya paling besar dibanding senyawa
dengan ikatan hidrogen lain, bahkan lebih tinggi dari HF yang memiliki
beda keelektronegatifan terbesar.
b. Ikatan van der walls
Gaya Van Der Walls dahulu dipakai untuk menunjukan semua jenis
gaya tarik menarik antar molekul. Namun kini merujuk pada gaya-gaya
yang timbul dari polarisasi molekul menjadi dipol seketika. Ikatan ini
merupakan jenis ikatan antar molekul yang terlemah, namun sering
dijumpai diantara semua zat kimia terutama gas. Pada saat tertentu,
molekul-molekul dapat berada dalam fase dipol seketika ketika salah satu
muatan negatif berada di sisi tertentu. Dalam keadaa dipol ini, molekul
dapat menarik atau menolak elektron lain dan menyebabkan atom lain
menjadi dipol. Gaya tarik menarik yang muncul sesaat ini merupakan gaya
Van der Walls.
II. 1. 3. Teori Orbital Molekul
Teori Ikatan Valensi mampu secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan
kovalen sebagai akibat tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep
hibridisasi pun dapat .sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak
dan
molekulnya
seharusnya
bersifat
diamagnetik,
namun
orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (1s) dan
pembentukan antiikatan sigma (*1s).
II. 1. 4 Hibridisasi
Dalam kimia, hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital
atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif
sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna
dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah
bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang
diajarkan bersamaan dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
1. Sejarah perkembangan
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam
menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep
ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun
pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap
sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa
organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal
perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada
ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi
dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi
dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model
representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus
hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital
atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai
gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya
dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai
dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang
persamaan Schrdingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui.
Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom
yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi
ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak
memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekulmolekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi
menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya
digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O
(kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah
ikatan terorganisasikan dalam metana.
Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang
sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal
(seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang
memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan
dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1.
2. Teori hibridisasi vs. Teori orbital molekul
Teori hibridisasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kimia organik
dan secara umum didiskusikan bersama dengan teori orbital molekul dalam
buku pelajaran kimia organik tingkat lanjut. Walaupun teori ini masih
digunakan secara luas dalam kimia organik, teori hibridisasi secara luas telah
ditinggalkan pada kebanyakan cabang kimia lainnya. Masalah dengan teori
hibridisasi ini adalah kegagalan teori ini dalam memprediksikan spektra
fotoelektron dari kebanyakan molekul, meliputi senyawa yang paling dasar
seperti air dan metana. Dari sudut pandang pedagogi, pendekatan hibridisasi
ini cenderung terlalu menekankan lokalisasi elektron-elektron ikatan dan tidak
secara efektif mencakup simetri molekul seperti yang ada pada teori orbital
molekul.
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ikatan Kimia adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar
molekul.Terjadi melalui ikatan ion,iktan kovalen dan ikatan lainnya seperti ikatan
hidrogen,logam,dan sebagainya. Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan
valensi. Postulat dasar dari teori ini adalah bahwa bila 2 atom membentuk ikatan
kovalen, orbital paling luar salah satu atom mengadakan tumpang tindih dengan
orbital paling luar atom yang lain, dan pasangan elektron yang dimiliki bersama
berada di daerah di mana terjadi tumpang tindih tersebut. Dengan adanya ikatan
valensi tersebut maka dapat dijelaskan sifat fisika maupun kimia dari suatu
senyawa atau ion kompleks yang terbentuk dari ikatan valensi tersebut.