Anda di halaman 1dari 75

22

BAB III
HASIL ANALISA MASALAH DAN FAKTOR DETERMINAN
3.1 HASIL ANALISIS SITUASI MASALAH KESEHATAN
3.1.1

Fasility Based

a. Demografi
Tabel 3.1
Tingkat Pendidikan Masyarakat > 10 tahun Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja UPK Alianyang
No
1
2
3
4
5

Pendidikan
Jumlah
Tidak Sekolah dan Belum
5695
SD
3443
SMP
3813
SMA
9962
Perguruan Tinggi
5033
Jumlah
27946
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang, 2013

%
20.4
12.3
13.6
35.6
100

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa tingkat pendidikan masyarakat


kelurahan sungai bangkong yang banyak adalah tingkat Perguruan tinggi yaitu
sebesar 35.6%, sedangkan yang paling sedikit adalah Tingkat seolah menengah
pertama yaitu sebesar 12.3%.

Tabel 3.2
22

Jenis Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja


Puskesmas Alianyang
No

Jenis Pekerjaan
Jumlah
1.
Petani
170
2.
Swasta
89
3.
PNS/TNI/POLRI
41
Jumlah
300
Sumber : Profil Kelurahan Sungai Bangkong, 2013

%
56,7
29,7
13,6
100

Berdasarkan tabel 3.2, jenis pekerjaan masyarakat Desa Parit Banjar


sebagian besar adalah petani dengan Persentase sebesar 65,7%.
b. Derajat Kesehatan

Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular


Tabel 3.3

Distribusi dan Frekuensi Penyakit Masyarakat Di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
Penyakit

2012
2659
1184
244
15

%
28.65%
12.76%
2.63%
0.16%

2013
2405
737
181
7

%
29.44%
9.02%
2.22%
0.09%

Ispa
Diare
Demam Thipoid
Demam Berdarah
(DBD)
Malaria
0
0.00%
0
0.00%
Pneumonia
63
0.68%
72
0.88%
TB Paru
30
0.32%
37
0.45%
Hipertensi
2358
25.41%
2242
27.45%
Diabetes Melitus
728
7.84%
812
9.94%
Jantung
517
5.57%
533
6.52%
Stroke
1482
15.97%
1143
13.99%
Total
9280
100%
8169
100%
Sumber : Register Puskesmas Alianyang (2012, 2013, 2014)

23

2014
2862
674
268
17

%
32.20%
7.58%
3.02%
0.19%

0
34
48
2611
820
504
1050
8888

0.00%
0.38%
0.54%
29.38%
9.23%
5.67%
11.81%
100%

Berdasarkan tabel 3.3 untuk kelompok penyakit infeksi yang tertinggi di


Kelurahan Sungai Bangkong adalah ISPA, dengan proporsi pada tahun 2012
sebesar 28.65%, pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 29.44%, dan
pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan lagi menjadi sebesar 32.20%.
Diare berada pada urutan kedua setelah ISPA dengan proporsi pada tahun
2012 sebesar 12.76%, mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 9.02% dan
pada tahun 2014 mengalami penurunan lagi menjadi sebesar 7.58%.
Jenis penyakit infeksi tertinggi setelah ISPA dan Diare adalah Pneumonia,
dimana proporsi pada tahun 2012 sebesar 0.68 %, mengalami peningkatan pada
tahun 2013 menjadi 0.88%, dan pada tahun 2014 Mengalami penurunan sebesar
0.38%.
Kejadian Malaria tidak terjadi pada tahun 2012, 2013, dan 2014
Kasus tuberkulosis paru pada tahun 2012 sebesar 0.32%, mengalami
peningkatan pada tahun 2013 sebesar 0.45% dan terus mengalami peningkatan
pada tahun 2014 sebesar 0.54%
Dan penyakit menular lainnya adalah DBD dengan proporsi pada tahun
2012 sebesar 0.16%, mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 0.09% dan
mengalami peningkatan lagi pada tahun 2014 sebesar 0.19%.
Untuk kelompok penyakit tidak menular di Kelurahan Sungai Bangkong
berdasarkan data register pasien di Puskesmas Alianyang yang paling tinggi
adalah Hipertensi dengan proporsi penyakit pada tahun 2012 sebesar 25.41%,
24

mengalami peningkatan pada tahun 2013 yaitu menjadi 27.45%, dan terus
meningkat lagi pada tahun 2014 dengan proporsi sebesar 29.38%.
Penyakit tidak menular kedua adalah penyakit Stroke, dengan proporsi
pada tahun 2012 sebesar 15.97%, tahun 2012 mengalami penurunan dengan
proporsi sebesar 13.99%, dan tahun 2013 kembali mengalami penurunan dengan
proporsi menjadi 11.81%.
Yang ketiga adalah penyakit Diabetes dengan proporsi pada tahun 2012
sebesar 7.84%, mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar 9.94% dan
mengalami penurunan sedikit pada tahun 2014 sebesar 9.23%.
Dan penyakit tidak menular yang terahir adalah Penyakit jantung dengan
proporsi pada tahun 2012 sebesar 5.57%, mengalami peningkatan pada tahun
2013 sebesar 6.52, dan menurun lagi pada tahun 2014 sebesar 5.67%.
Tabel 3.4
Persentase Bayi BGM dan ASI Eksklusif Di Kelurahan Sungai Bangkong
No

Tahun

Bayi
BGM
%
ASI
%
Ditimbang
Eksklusif
1
2012
1826
24
1,3
136
7,4
2
2013
2481
7
1,7
250
10,0
3
2014
2811
19
0,6
111
3,9
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang Tahun 2012, 2013, 2014

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang (2012, 2013,2014)


Berdasarkan tabel 3.4, proporsi bayi dengan BGM Pada tahun 2012
sebesar 1,3%, tahun 2031 sebesar 1,7% dan tahun 2014 sebesar 0,6%. Cakupan
Pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang mengalami turun naik setiap tahun. Pada tahun 2012
cakupan pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
25

Puskesmas Alianyang sebesar 7,4%, pada tahun 2013 meningkat menjadi 10,0%,
dan mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2012 dimana
persentasenya hanya 3,9%.
Tabel 3.5
Angka Kematian Kasar, Angka Kematian Bayi, dan Angka Kematian Ibu di
UPK Puskesmas Alianyang Kota Pontianak Tahun 2013
No

Jenis Angka
Jumlah Kasus
Angka Kematian /
Kematian
1000 penduduk
1
Angka Kematian Ibu
0
0,00
Maternal (MMR)
2
Angka Kematian Bayi
1
0,001
(IMR)
Sumber : Data Laporan KIA KB UPK Puskesmas Alianyang, 2013
Berdasarkan table 3.5 di atas kematian ibu pada tahun 2013 tidak ada,
sedang angka kematian Bayi pada tahun 2013 sebesar 0.001.
c. Lingkungan
Tabel 3.6
Persentase Keluarga dengan Akses Air Bersih Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang Tahun 2013
No

Sumber Air

Jumlah
Rumah
Rumah
Rumah
Tangga
Tangga
Tangga diperiksa Memiliki
1 PDAM
9875
5343
3786
2 Sumur Gali
9875
5343
253
3 PAH
9875
5343
5287
4 Air Kemasan
9875
5343
873
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang, 2013

26

70,9
4,7
99,0
16,3

Berdasarkan tabel 3.6, keluarga yang memiliki akses air bersih di


Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang

dari 5343

rumah tangga yang diperiksa yang memiliki akses sumber air PDAM sebesar
70.9%, sumur gali sebesar 4.7%, air kemasan sebesar 16.3%, dan sumber air PAH
sebesar 99.0%.
Tabel 3.7
Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang Tahun 2013
No

1
2

Jenis Sarana

Jamban
Tempat

Jumlah

Jumlah

Keluarga

Keluaraga

diperiksa
5343
5343

Memiliki
5343
4938

100,0
92,4

5343

3201

59,9

Pembuangan

Sampah
Pengelolaan

Air

Limbah
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang, 2013
Berdasarkan tabel 3.7, dari 5343 rumah yang dilakukan pemeriksaan,
rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi dasar berupa jamban di Kelurahan
Sungai Bangkong sebesar 100.0 %. Kepemilikan tempat penampungan sampah
rumah tangga sebesar 92.4%. Sedangkan untuk sarana pengolahan air limbah
(SPAL) sebesar 59.9%.

27

d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga


Tabel 3.8
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang Tahun 2014
No

Sarana
Sanitasi Dasar

1
2

Jumlah
Rumah
Tangga
9875
9875

RT
Diperiksa

Ber PHBS
440
Tidak Ber
440
PHBS
Jumlah
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang, 2014

RT
Memiliki

252
188

57,2
42,8

440

100,0

Berdasarkan tabel 3.8, Pesentase Rumah Tangga yang berperilaku hidup


bersih dan sehat di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang sebesar 57.2% dari 440 Rumah Tangga yang dilakukan pemeriksaan.
e. Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.9
Sarana Pelayanan Kesehatan di Di Kelurahan Sungai Bangkong Tahun 2013
No
Sarana Kesehatan
1
Puskesmas Induk
er :
2
Puskesmas Pembantu
3
Posyandu
Kelurahan Sungai Bangkong, 2013

Jumlah
2
1
14

Sumb
Profil

Berdasarkan tabel 3.9 di atas, didapatkan bahwa kelurahan Kelurahan


Sungai Bangkong Kecamatan Pontianak Kota Kabupaten Kota Pontianak
memiliki sarana pelayanan kesehatan berupa 2 buah puskesmas induk, 1 buah

28

puskesmas pembantu dan 14 buah posyandu yang tersebar di wilayah Kelurahan


Sungai Bangkong.
Tabel 3.10
Sarana Kesehatan UPK Puskesmas Alianyang Tahun 2013
No Jenis sarana/prasarana
Jumlah
1
Puskesma Induk
1 buah
2
Pustu (Puskesmas Pembantu)
1 buah
3
Rumah Bersalin An-nisa
9 tempat tidur
4
Box Bayi
7 buah
5
Mobil Ambulan
1 buah
6
Sepeda Motor
7 buah
7
Generator set
1 buah
2
8
O Mobile (kecil)
3 buah
2
9
O Tabung besar baik
1 buah
2
10
O tabung kecil
3 buah
11
Inkubator
1 buah
12
Baby Warm
1 buah
13
EKG
1 unit
14
Ultra Bone
1 unit
15
Spirometer
1 unit
16
USG
1 unit
17
Suction
1 set
18
Infra Red
1 unit
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Alianyang, 2013

Keterangan
Kurang Baik
Kurang Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Kurang baik
Kurang Baik
Rusak
Rusak
Baik
Baik
Baik
Baik

Berdasarkan tabel 3.10, sarana pelayanan di Kelurahan Sungai Bangkong


Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang berupa puskesmas Induk berjumlah 1 buah,
Pustu 1 buah,

Rumah bersalin An-Nisa 1 buah, Box Bayi 7 buah, Mobil

Ambulans 1 buah, Sepeda motor 6 buah, Generator Set 1 buah, 0 2 Mobile (kecil) 3
buah, O2 Tabung besar 1 buah, O2 tabung kecil 3 buah, Inkubator 1 buah, Baby
Warm 1 buah, EKG 1 unit, Ultra Bone 1 unit, Spirometer 1 unit, USG 1 unit,
Suction 1 set, dan Infra Red 1 unit.
29

Tabel 3.11
Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang Tahun
2014
NO

Tahu
n

SASAR
AN
BAYI

IMUNISASI DASAR
HB0
(<7
HR)

BCG

POLI
O1

DPT/ PO DPT/
HB (1) LIO HB
2
(2)

PO
LI
O3

49.0

86.3

86.3

88.2

88.2

68.6

68.6

2012

2013

102

42.2

87.3

87.3

96.1

96.1

91.2

91.2

2014

919

50.9

71

79.7

38.1

79.7

74.6

74.6

DP
T/
HB
(3)
56.
9
84.
3
74.
6

Sumber: Laporan Program Imunisasi Puskesmas Alianyang, 2014.


Berdasarkan tabel 3.11 diatas dikatehui bahwa cakupan Imunisasi Dasar di
puskesmas Sungai Bakau Kecil masih di bawah target tahunan puskesmas. Jenis
imunisasi yang cakupannya paling rendah adalah HB 0 hanya sebesar 49%.

3.1.2

Community Based
3.1.2.1 Hasil Survey Cepat

a. Demografi
Tabel 3.12
Tingkat Pendidikan Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Pendidikan KK
SD
SMP
30

Jumlah
21
15

%
21,2
15,2

POL
IO4

CA
MP
AK

56.9

68.6

84.3

80.4

49.9

50.9

3
4

SMA
47
47,5
PT
16
16,2
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa tingkat pendidikan masyarakat
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang paling banyak
adalah tingkat SMA yaitu sebesar 47.5% sedangkan yang paling sedikit adalah
Tingkat Pendidikan SMP yaitu sebesar 15.2%.
Tabel 3.13
Distribusi Jenis Pekerjaan Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4
5
6

Pekerjaan
Jumlah
%
PNS/BUMN
9
9,1
TNI/POLRI
6
6,1
BURUH
5
5,1
SWASTA
60
60,6
PENSIUNAN
12
12,1
IRT
7
7,1
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa pekerjaan masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Alianyang paling banyak adalah swasta yaitu sebesar 60,6%
sedangkan yang paling sedikit adalah Buruh yaitu sebesar 5,1%.
Tabel 3.14
Tingkat Pendapatan Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Pendapatan
< 1.500.000

Jumlah
23
31

%
23,2

2
3

1.500.000-2.400.000
2.500.000-3.400.000

37
21

37,4
21,2

> 3.500.000

18

18,2

4
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

100,0

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa pendapatan masyarakat di


Kelurahan Sei Bangkong paling banyak adalah 1.500.000-2.400.000 yaitu sebesar
37,4% sedangkan yang paling sedikit adalah >3.500.000 yaitu sebesar 18,2%.
b. Derajat Kesehatan
Tabel 3.15
Persentase Kematian dalam Keluarga Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Status kematian
YA
Tidak
Jumlah

Jumlah
10
89
99

%
10,1
89,9
100,0

Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015


Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa adanya kematian
masyarakat Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas

Alianyang adalah sebanyak 10.1% sedangkan tidak adanya kematian


adalah sebanyak 89.9%.
Tabel 3.16
Penyakit Penyebab Kematian Anggota Rumah Tangga Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Penyebab kematian

Jumlah
32

1
2
3
4
5
6

Pneumonia dan penyakit lainnya

10.0

DBD
Stroke

2
2

20.0
20.0

Kencing Manis

30.0

penyakit lainnya

20.0

Jumlah
10
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

100,0

Berdasarkan tabel 3.16 di atas didapatkan bahwa penyebab


kematian anggota rumah tangga di masyarakat Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular paling banyak adalah Kencing Manis (Diabetes)
yaitu sebesar 30.0% dan yang paling sedikit adalah Stroke yaitu sebesar
20.0%. Sedangkan penyakit menular penyebab kematian anggota rumah
tangga paling besar adalah DBD dan penyakit lain yang masing masing
sebesar 20.0% dan yang paling sedikit adalah Pneumonia yaotu sebesar
10.0%.

Tabel 3.17
Penyakit Tidak Menular yang Diderita Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4

Penyakit Tidak
Menular
Hipertensi
DM
Jantung
Stroke
Jumlah
33

Jumlah

26
11
5
4
46

56,5
23,9
10,9
8,7
100,0

Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015


Berdasarkan tabel 3.1 di atas didapat bahwa penyakit tidak menular
yang diderita masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang paling banyak adalah hipertensi yaitu sebesar
56.5%. Sedangkan yang paling sedikit adalah stroke yaitu 8.7%.
Tabel 3.18
Penyakit Menular yang Diderita Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
6
7
9

Penyakit Menular

Jumlah
15
18
6
6
16
3
64

ISPA
DIARE
DBD
MALARIA
DEMAM TYPHOID
PM LAINNYA
Jumlah

%
23,4
28,1
9,4
9,4
25,0
4,7
100,0

Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015


Berdasarkan tabel 3.18 di atas didapat bahwa penyakit menular yang
diderita masyarakat desa parit banjar paling banyak adalah ispa yaitu sebesar
23.4%. Sedangkan yang paling sedikit adalah Penyakit Menular lainya yaitu
sebesar 4.7%.
Tabel 3.19
Proporsi Bayi yang Ditimbang pada Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Bayi
Bayi yang ditimbang
Bayi yang Tidak Ditimbang
34

Jumlah
17
10

%
62,9%
37,1%

Jumlah
27
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

100 %

Berdasarkan tabel 3.19 di atas didapat bahwa proporsi bayi yang


ditimbang pada masyarakat Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja

Puskesmas Alianyang adalah sebesar 62.9%. Sedangkan

bayi yang tidak

ditimbang adalah sebesar 37.0%.


Tabel 3.20
Proporsi Persalinan Yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Professional Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Persalinan
Jumlah
Persalinan yang ditolong
83
TK
2
Persalinan yang tidak
16
ditolong TK
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
83,8
16,2
100,0

Berdasarkan tabel 3.20 di atas didapat bahwa proporsi persalinan yang


ditolong oleh tenaga kesehatan professional adalah sebesar 83.8%. Sedangkan
proporsi persalinan yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan adalah sebesar
16.2%.

Tabel 3.21
Proporsi Bayi yang Diberi ASI Eksklusif Pada Masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
35

No
1

Asi Ekslusif
Jumlah
%
Bayi yang diberi ASI
69
69,7
eksklusif
2
Bayi Tidak diberikan
30
30,3
ASI eksklusif
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel 3.21 di atas didapat bahwa proporsi bayi yang diberikan
ASI eksklusif adalah sebesar 69.7%. Sedangkan proporsi bayi yang tidak
diberikan ASI eksklusif adalah sebesar 30.3%.
c. Lingkungan
Tabel 3.22
Sumber Air Keperluan Rumah Tangga pada Masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4

Sumber air RT
Jumlah
%
PDAM
82
82,8
Penampungan Air Hujan
5
5,1
Sumur
11
11,1
Sungai
1
1,0
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel 3.22 di atas didapat bahwa sumber air untuk keperluan

rumah tangga pada masyarakat desa parit banjar paling banyak digunakan adalah
PDAM yaitu sebesar 82,8% , dan yang paling sedikit sumber air yang digunakan
adalah sungaidan sumur yaitu sebesar 1,0%
Tabel 3.23
Sumber Air Untuk Masak Dan Minum Pada Masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
36

No

Sumber air minum

PDAM

1,0

Penampungan air
hujan

83

83,8

Galon

15
99

15,2
100,0

Jumlah

Jumlah

Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015


Berdasarkan tabel 3.23 di atas didapat bahwa sumber air untuk untuk
masak dan minum pada masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang paling banyak digunakan adalah air hujan yaitu sebesar
83,8% , dan yang paling sedikit sumber air untuk masak dan minum yang
digunakan adalah air PDAM yaitu masing sebesar 1,0%
Tabel 3.24
Sumber Pencemaran Kurang Dari 10 Meter dari Sumber Air pada
Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang
No
1
2
3

Sumber pencemaran air

Jumlah

YA

8,1

TIDAK

88

88,9

TIDAK ADA
SUMBER AIR
Jumlah

3,0

99

100,0

Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015


Berdasarkan tabel 3.24 di atas didapat bahwa adanya sumber pencemaran
kurang dari 10 meter dari sumber air pada masyrakat Kelurahan Sungai

37

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang adalah sebesar 88,9%. Sedangkan


yang tidak ada sumber pencemarannya adalah sebesar 3,0%.
Tabel 3.25
Kemudahan Mendapatkan Air Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Kemudahan
Mendapatkan Air
Ya mudah
Sulit di musim kemarau

Jumlah

76
23
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
76,8
23,2
100,0

Berdasarkan tabel 3.25 di atas didapat bahwa kemudahan mendapatkan air


pada masyarakat di Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas

Alianyang yang menjawab mudah didapat sebesar 76,8%, dan sulit dimusim
kemarau sebesar 23,2%.
Tabel 3.26
Kualitas Fisik Air Minum Yang Dikonsumsi Masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4

Kualitas Air
Jumlah
Kualitas baik
99
Berwarna
0
Berwarna dan berasa
0
Berwarna, berasa, dan
0
berbusa
5
Berwarna, berasa, dan
0
berbau
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

38

%
100,0
0,0
0,0
0,0
0,0
100 %

Berdasarkan tabel3.26 di atas didapat bahwa kualitas air minum yang


dikonsumsi masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang adalah kualitas baik sebesar 100,0%, berwarna sebesar, berwarna dan
berasa, berwarna, berasa, dan berbusa, berwarna, berasa, dan berbau masingmasing sebesar 0,0%.
Tabel 3.27
Cara Mengolah Air Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang
No
1
2

Cara Mengolah Air


Jumlah
Langsung minum
15
Di masak
84
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
15,2
84,8
100,0

Berdasarkan tabel 3.37 di atas didapat bahwa pada masyarakat Kelurahan


Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang mengolah air

dengan cara dimasak adalah sebesar 84,8 %. Sedangkan yang langsung diminum
adalah sebesar 15,2%.
Tabel 3. 28
Tempat Penampungan Limbah Rumah Tangga Pada Masyarakat Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Tempat Penampungan
Jumlah
Limbah
1
Tertutup di pekarangan/
16
spal
2
Tanpa penampungan
3
(di tanah)
3
Langsung ke got / sungai
80
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015
39

%
16,2
3,0
80,8
100,0

Berdasarkan tabel 3.28 di atas didapat bahwa tempat penampungan limbah


rumah tangga pada masyarakat Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja

Puskesmas Alianyang yang menjawab tertutup di pekarangan/spal sebesar


316,2%, tanpa penampungan (ditanah) sebesar 3,0%, dan langsung ke got/sungai
adalah sebesar 80,8%.
Tabel 3.29
Tempat Penampungan Sampah di luar rumah pada Masyarakat Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Tempat Penampungan
Jumlah
Sampah
1
Ada
58
2
Tidak ada
41
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
58,6
41,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.29 di atas didapat bahwa masyarakat yang memiliki


tempat sampah diluar rumah adalah sebesar 58,6%. Dan yang tidak memiliki
tempat sampah diluar rumah adalah sebesar 41,4%.
Tabel 3.30
Tempat Penampungan Sampah di dalam rumah pada Masyarakat Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Tempat Penampungan
Jumlah
Sampah
1
Punya
19
2
Tidak punya
80
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

40

%
19,2
80,8
100,0

Berdasarkan tabel 3.30 di atas didapat bahwa masyarakat yang memiliki


tempat sampah didalam rumah adalah sebesar 19,2%. Dan yang tidak memiliki
tempat sampah didalam rumah adalah sebesar 80,8%.
Tabel 3.31
Kepemilikan Ternak pada Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Kepemilikan Ternak
Jumlah
Punya
40
Tidak punya
59
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
40,4
59,6
100,0

Berdasarkan tabel 3.31 di atas didapat bahwa masyarakat yang memiliki


ternak di t Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
adalah sebesar 40,4 %. Sedangkan yang tidak memiliki ternak adalah sebesar
59,6%.
Tabel 3.32
Jenis Ternak Yang Dimiliki Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1.
2.
3.
4.
7.

Jenis Ternak
Jumlah
Tidak ada ternak
59
Unggas
16
Unggas dan kucing
4
Unggas dan Kelinci
1
Kucing
19
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

41

%
59,6
16,2
4,0
1,0
19,2
100 %

Berdasarkan tabel 3.32 di atas didapat bahwa masyarakat yang mempunyai


ternak dengan jenis unggas adalah sebesar 16,2%, unggas dan kucing sebesar
4,0%, unggas dan kelinci sebesar 1,0%, dan kucing sebesar 19,2%.
Tabel 3.33
Tempat Ternak Yang Dimiliki Oleh Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4
5

Tempat Ternak
Jumlah
Tidak ada ternak
59
Kandang dalam rumah
7
Kandang luar rumah
16
Rumah tanpa kandang
13
Luar rumah tanpa
4
kandang
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
59,6
7,1
16,2
13,1
4,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.33 di atas didapat bahwa masyarakat yang mempunyai


kandang ternak dalam rumah adalah sebesar 7,1%, kandang diluar rumah adalah
sebesar 16,2%, rumah tanpa kandang adalah sebesar 13,1% dan di luar rumah
tanpa kandang adalah sebesar 4,0%.
Tabel 3.34
Kondisi Lantai Rumah Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Kondisi Lantai Rumah


Jumlah
Memenuhi syarat
95
(keramik, semen, kayu)
2
Tidak memenuhi syarat
4
(tanah, semen tanah )
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

42

%
96,0
4,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.34 di atas didapat bahwa kondisi lantai rumah


masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
yang memenuhi syarat (keramik, semen, dan kayu) adalah sebesar 96,0%.
Sedangkan yang tidak memenuhi syarat (tanah,semen tanah) adalah sebesar 4,0%.
Tabel 3.35
Kondisi Dinding Rumah Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Kondisi Dinding
Jumlah
Rumah
1
Baik (tembok batako,
91
tertutup)
2
Tidak baik
8
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
91,9
8,1
100,0

Berdasarkan tabel di atas didapat bahwa kondisi dinding rumah


masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
yang baik (tembok batako, tertutup) adalah sebesar 91,9%. Sedangkan Tidak baik
adalah sebesar 8,1%.
Tabel 3.36
Kondisi Plafon Rumah Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Kondisi Plafon Rumah


Jumlah
%
Tertutup
85
85,9
Terbuka
14
14,1
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

43

Berdasarkan tabel 3.36 di atas didapat bahwa kondisi plafon rumah


masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
yang tertutup adalah sebesar 85,9% dan yang plafonnya terbuka adalah sebesar
14,1%.
Tabel 3.37
Kondisi Ventilasi Rumah Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Ventilasi Rumah
Jumlah
Ada
63
Terbuka
36
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
63,6
36,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.37 di atas didapat bahwa kondisi ventilasi rumah pada
masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
yang ada dan tertutup kasa adalah sebesar 63,6%, sedangkan terbuka adalah
36,4%.
Tabel 3.38
Kondisi Ventilasi Kamar Rumah Tangga Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Ventilasi Kamar
Jumlah
Memenuhi syarat ( >
82
15% luas ruangan)
2
Tidak memenuhi syarat
17
(< 15% luas ruangan)
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

44

%
82,8
17,2
100,0

Berdasarkan tabel 3.38 di atas didapat bahwa kondisi ventilasi kamar


masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
yang memenuhi syarat (>15% luas ruangan) adalah sebesar 82,8%, dan yang tidak
memenuhi syarat (<15% luas ruangan) adalah sebesar 17,2%.
Tabel 3.39
Jamban Yang Dimiliki Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Jamban
Jumlah
Ada
99
Tidak ada
0
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
100,0
0,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.39 di atas didapat masyarakat Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang memiliki jamban adalah
sebesar 100,0 %.
Tabel 3.40
Kondisi Jamban Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang
No
1
2

Kondisi Jamban
Jumlah
Memenuhi syarat
99
Tdk memenuhi syarat
0
Jumlah
99
Sumber : Data Ravid Survey Sungai Bangkong, 2015

%
100,0
0,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.40 di atas didapat bahwa masyarakat Kelurahan


Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang memiliki jamban
dengan kondisi yang memenuhi syarat adalah sebesar 100,0%.

45

Tabel 3.41
Keberadaan Jentik Nyamuk di Tempat Penampungan Air Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Jentik
Jumlah
%
Ada
52
52,5
Tidak ada
47
47,5
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

Berdasarkan tabel 3.41 di atas didapat bahwa masyarakat Kelurahan


Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang pada tempat

penampungan airnya terdapat jentik nyamuk adalah sebesar 52,5%. Sedangkan


yang tidak ada jentik nyamuk didalam tempat penampungan airnya adalah sebesar
47,5%.
Tabel 3.42
Kondisi Tempat Penampungan Air Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Kondisi Tempat Penampungan Jumlah


Air
1
Terbuka
31
2
Tertutup rapat
68
Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

%
31,3
68,7
100,0

Berdasarkan tabel 3.42 di atas didapat bahwa masyarakat Kelurahan


Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang kondisi tempat

penampungan airnya tertutup adalah sebesar 68,7%. Sedangkan tempat


penampungan airnya yang tertutup rapat adalah sebesar 31,3%.

46

Tabel 3.43
Sampah Yang Dapat Menampung Air Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Sampah
Jumlah
%
Terdapat sampah
48
48,5
menampung air
2
Tidak terdapat sampah
51
51,5
menampung air
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan tabel 3.43 di atas didapat bahwa masyarakat Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yang terdapat sampah,
yang dapat menampung air di sekitar rumah masyarakat adalah sebesar 48,5 %.
Sedangkan yang tidak terdapat sampah yang menampung air adalah sebesar
51,5%.
d. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Tabel 3.44
Proporsi persalinan masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Persalinan
Persalinan oleh nakes
Persalinan oleh dukun

Jumlah
83
16
47

%
83,8
16,2

Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

100,0

Berdasarkan table 3.44 di atas didapat bahwa proporsi persalinan dalam


rumah tangga masyarakat Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya sebesar 83,8% dan sebagian
besar di tolong oleh dukun sebesar 16,2%.
Tabel 3.45
Proporsi pemberian ASI eksklusif Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
Asi Eksklusif
1
ASI eksklusif
2
Tidak ASI eksklusif

Jumlah
69
30

%
69,7
30,3

Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan tabel 3.45 di atas diketahui bahwa proporsi pemberian ASI
eksklusif dari rumah tangga yang mempunyai bayi dan balita di desa Parit Banjar
hanya sebesar 5% dan yang tidak ASI eksklusif sebesar 95%.
Tabel 3.46
Proporsi Balita ditimbang Masyarakat Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
Balita ditimbang Jumlah
%
1.
Balita yang
17
62,9
ditimbang
2.
Balita tidak
10
37,1
ditimbang
Jumlah
27
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
48

Berdasarkan table 3.46 diatas dapat diketahui bahwa rumah tangga yang
memiliki balita 27 rumah tangga sehingga proporsi balita dalam rumah tangga
yang ditimbang setiap bulan hanya sebesar 62,9% dan balita yang tidak ditimbang
sebesar 37,1%.

Tabel 3.47
Proporsi Air Minum Dimasak Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Air minum dimasak


Jumlah
Air minum dimasak
84
Air minum Langsung
15
Minum
Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

%
84,9
15,1
100,0

Berdasarkan tabel 3.47 diatas didapat bahwa proporsi rumah tangga yang
air minum dimasak terlebih dahulu sebesar 84,9% dan proporsi air minum yang
langsung minum terlebih sebesar 15,1%.
Tabel 3.48
Proporsi menguras bak mandi sekali seminggu masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Menguras bak mandi


Jumlah
Kuras bak mandi
56
Tidak kuras bak mandi
43
Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

49

%
56,6
43,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.48 diatas, didapat bahwa proporsi rumah tangga yang
menguras bak mandi seminggu sekali adalah sebesar 56,6% dan yang tidak
menguras bak mandi seminggu sekali sebesar 43,4%.

Tabel 3.49
Proporsi kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun masyarakat Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2
3
4

7
8

Cuci tangan pakai


sabun
Tidak cuci tangan
dengan sabun
Sebelum makan
Sebelum makan &
setelah BAB
Sebelum makan, setelah
BAB & sebelum
menyiapkan makanan
Sebelum makan, setelah
BAB, sebelum
menyiapkan makanan,
& setelah memegang
binatang
Sebelum makan &
setelah memegang
binatang
Setelah buang air besar
Setelah memegang
binatang
jumjjujuju Jumlah u
50

Jumlah

1,0

67
6

67,7
6,1

6,1

14

14,1

1,0

3,0

1,0

99

100,0

Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015


Berdasarkan tabel 3.49 diatas, didapat bahwa proporsi kebiasaan mencuci
tangan menggunakan sabun di Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja

Puskesmas Alianyang sebelum makan sebesar 67,7%, sebelum makan dan setelah
BAB sebesar 6,1%, sebelum makan dan setelah BAB dan sebelum menyiapkan
makanan sebesar 6,1%, sebelum makan dan setelah BAB dan sebelum
menyiapkan makanan dan setelah memegang binatang sebesar 14,1%, sebeum
makan dan setelah memegang binatang sebesar 1,0%, setelah BAB sebesar 3,0%,
setelah memegang binatang sebesar 1,0% dan yang tidak mencuci tangan
menggunakan sabun sebesar 1,0%.
Tabel 3.50
Proporsi Tempat Buang Air Besar (BAB) Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
BAB
Jumlah
%
1. Jamban
99
100,0
Jumlah
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan tabel 3.50 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi tempat buang air besar
anggota rumah tangga di jamban sebesar 100,0%.
Tabel 3.51
Proporsi Menggosok Gigi Setiap Hari Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Gosok Gigi
Tidak gosok gigi

Jumlah
2
51

%
2,0

2
3

Sesudah bangun pagi


Saat mandi pagi dan/ sore

1
94

Saat mandi pagi dan/sore


2
dan sebelum tidur malam
Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

1,0
94,9
2,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.51 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi waktu menggosok gigi
sesudah bangun pagi sebesar 1,0%, saat mandi pagi dan sore sebesar 94,9%, saat
mandi pagi dan sore dan sebelum tidur malam sebesar 2,0%, dan yang tidak
menggosok gigi sebesar 2,0%.
Tabel 3.52
Proporsi Anggota Rumah Tangga yang Merokok Masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
Konsumsi rokok
1 Ya, setiap hari
2. Ya, kadang-kadang
3 Tidak, sebelumnya
pernah
4 Tidak pernah sama sekali

Jumlah
60
11
3

%
60,6
11,1
3,0

25

25,3

Jumlah
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan 3.52

100,0

tabel diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi anggota rumah tangga


yang merokok setiap hari sebesar 60,6%, kadang-kadang 11,1%, tidak tapi
sebelumnya pernah sebesar 3,0% dan yang tidak pernah sama sekali sebesar
25,3%.
52

Tabel 3.53
Proporsi Kelompok Umur yang Merokok Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No

Kelompok umur
Jumlah
merokok
1
6 10 tahun
1
2
11 15 tahun
16
3
16 20 tahun
47
4
21 25 tahun
6
5
26 30 tahun
3
6
31 35 tahun
0
7
36 40 tahun
1
Jumlah
74
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

%
1,3
21,6
63,5
8,1
4,0
0,0
1,3
100,0

Berdasarkan table 3.53 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi kelompok umur yang
merokok umur 6 10 tahun sebesar 1,3%, 11-15 tahun sebesar 21,6%, 16-20
tahun sebesar 63,5%, 21-25 tahun sebesar 8,1%, 26-30 tahun sebesar 4,0%, dan
36-40 tahun sebesar 1,3%.
Tabel 3.54
Proporsi Banyaknya Konsumsi Rokok Anggota Keluarga Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang

No
1
2

Jumlah Batang
< 12 batang

Jumlah
16

> 12 batang

58

%
21,6
78,4

Total
74
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

53

Berdasarkan tabel 3.54 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi banyaknya konsumsi
rokok < 12 batang perhari sebesar 21,6%, dan >12 batang perhari sebesar 78,4%.

Tabel 3.55
Proporsi jenis rokok yang dihisap Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Jenis Rokok
Kretek dan Filter

Jumlah
62

Kretek tanpa
12
Filter
Total
74
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
2

%
83,8
16,2
100,0

Berdasarkan table 3.55 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi jenis rokok yang
dikonsumsi paling banyak adalah jenis rokok filter sebesar 83,8%, dan rokok
kretek tanpa filter sebesar 16,2%.
Tabel 3.56
54

Proporsi Anggota Keluarga yang Merokok dalam Rumah Di Kelurahan


Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang

No
1
2

Merokok bersam ART


Jumlah
YA
43
TIDAK
31
Total
74
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

%
58,1
41,9
100,0

Berdasarkan table 3.56 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi yang merokok bersama
keluarga sebesar 58,1% dan yang tidak merokok bersama keluarga sebesar 41,9%.
e. Pelayanan Kesehatan
Tabel 3.57
Proporsi jarak rumah ke Pelayanak kesehatan terdekat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang

No
1
2
3

Jarak ke YanKes
Jumlah
%
<1Km
45
45,5
1-2 Km
46
46,5
> 2 Km
8
8,0
Total
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan table 3.57 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi jarak rumah ke
pelayanan kesehatan yang berjarak <1 km sebesar 45,5%, 1-2 km sebesar 46,5%
dan >2 km sebesar 8,0%.
Tabel 3.58
55

Proporsi Waktu Tempuh Rumah ke Pelayanan Kesehatan Di Kelurahan


Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Waktu ke YanKes
< 15 menit

15-30 menit

Jumlah
44

%
44,4

55

55,6

Total
99
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015

100,0

Berdasarkan tabel 3.58 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi waktu rumah ke
pelayanan kesehatan terdekat dengan waktu <15 menit sebesar 44,4% dan 15-30
menit sebesar 55,6%.
Tabel 3.59
Proporsi keberadaan Angkutan Umum ke Pelayanan Kesehatan Di
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

Angkutan ke YanKes

Jumlah

TIDAK

99

100,0

Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015


Berdasarkan tabel 3.59 diatas, didapat bahwa

di Kelurahan Sungai

Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang 100,0% responden menjawab


tidak ada angkutan umum ke pelayanan kesehatan.
Tabel 3.60
Rasio pemanfaatan pelayana Kesehatan Di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No Kunjungan ke yankes 3 bln trhr
1

YA

78

56

Jumlah

%
78,8

TIDAK
21
21,2
2
Total
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan table 3.60 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi dalam pemanfaatan
pelayanan kesehatan 3 (tiga) bulan terakhir sebesar 78,8% dan yang tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan sebesar 21,2%.

Tabel 3.61
Pelayanan kesehatan yang digunakan Masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1

2
3

5
6

Pelayanan yang diterima


Imunisasi,
pengobatan,
konsultasi,
persalinan
Penimbangan
Penimbangan,
Imunisasi
Penimbangan,
Imunisasi,
Pengobatan
Penimbangan
dan Pengobatan
Penimbangan,
Penyuluhan,
KB, Pengobatan
Imunisasi

57

Jumlah
1

%
1,2

2,5

2,5

7,6

2,5

1,2

3,8

7
8
9

10
11

12
13
14
15

16

Imunisasi, KB,
Pengobatan,
Pemeriksaan
Kehamilan,
Persalinan, dan
Pemeriksaan Ibu
Nifas
Imunisasi dan
Pengobatan
KIA,
Pengobatan,
Pemeriksaan
Kehamilan dan
Persalinan
Pengobatan
Pengobatan dan
Konsultasi
Pengobatan dan
Pemeriksaan
Kehamilan
Pengobatan,
Persalinan, dan
Pemeriksaan Ibu
Nifas
Konsultasi
Pemeriksaan
Kehamilan
Total

1,2

3,8

1,2

48
4

61,5
5,1

1,2

1,2

1
1

1,2
1,2

78

100,0

17

Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015


Berdasarkan tabel 3.61 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi dalam pelayanan
kesehatan yang digunakan pada Imunisasi, pengobatan, konsultasi, dan persalinan

58

sebesar 1,2%, penimbangan sebesar 2,5%, penimbangan dan imunisasi sebesar


2,5%, Penimbangan, Imunisasi, dan Pengobatan sebesar 7,6%, Penimbangan dan
Pengobatan sebesar 2,5%, Penimbangan, Penyuluhan, KB, dan Pengobatan
sebesar 1,2%, Imunisasi sebesar 3,8%, Imunisasi, KB, Pengobatan, Pemeriksaan
Kehamilan, Persalinan, dan Pemeriksaan Ibu Nifas sebesar 1,2%, Imunisasi dan
Pengobatan sebesar 3,8%, KIA, Pengobatan, Pemeriksaan Kehamilan dan
Persalinan sebesr 1,2%, Pengobatan sebesar 61,5%, Pengobatan dan Konsultasi
sebesar 5,1%, Pengobatan dan Pemeriksaan Kehamilan sebesar 1,2%,
Pengobatan, Persalinan, dan Pemeriksaan Ibu Nifas sebesar 1,2%, Konsultasi
sebesar 1,2%, dan Pemeriksaan Kehamilan sebesar 1,2%.

Tabel 3.62
Proporsi Alasan tidak Menggunakan Pelayanan Kesehatan pada Masyarakat
Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No Alasan tidak ke YanKes Jumlah
%
Tidak Sakit
21
100,0
Total
21
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan tabel 3.62 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang alasan tidak menggunakan
pelayanan kesehatan dengan alasan karena tidak sakit sebesar 100,0%
59

Tabel 3.63
Proporsi penyuluhan kesehatan pada masyarakat Di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No
1
2

Mengikuti Penyuluhan
Jumlah
%
YA
3
3,0
TIDAK
96
97,0
Total
99
100,0
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan tabel 3.63 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi pada penyuluhan
kesehatan yang pernah diberikan hanya sebesar 3,0% dan yang tidak sebesar
97,0%.

Tabel 3.64
Proporsi pelayanan kesehatan tradisional pada masyarakat Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
No Kesehatan Tradisional
Jumlah
%
Sumber
1 Ya
28
28,2
2 Tidak
71
71,8
: Data
Rapid
Jumlah
99
100,0
Survey
Sungai
Bangkong 2015

60

Berdasarkan tabel 3.64 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai


Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi yang menggunaan
pelayanan kesehatan tradisional sebesar 28,2% dan yang tidak sebesar 71,8%.
Tabel 3.65
Proporsi jenis pelayanan kesehatan tradisional pada masyarakat Di
No
1
2

Jenis Tradisional
Jamu
Herbal

Jumlah
23

%
82,1

7,1

3
4

Ramuan
1
3,6
Terapi
2
7,1
Jumlah
28
100
Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
Sumber : Data Rapid Survey Sungai Bangkong 2015
Berdasarkan table 3.65 diatas, didapat bahwa di Kelurahan Sungai
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang proporsi jenis pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan jamu sebesar 82,1%, Herbal sebesar
7,1%, Ramuan sebesar 3,6%, dan Terapi sebesar 7,1%.

Tabel 3.66
Matriks masalah kesehatan Di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah Kerja
Puskesmas Alianyang
No
1.

Permasalahan
Diare

Alasan
Berdasarkan hasil Rapid survey diare merupakan
penyakit tertinggi di Kelurahan Sei Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yaitu sebesar
28% dari semua kelompok umur dan 50% terjadi
61

pada kelompok balita. Berdasarkan data dari register


Puskesmas Alianyang

proporsi kasus diare pada

tahun 2012 sebesar 12.76 %, pada tahun 2013 diare


proporsinya menurun menjadi 9.02%, dan pada tahun
2014 kembali

menurun menjadi

7.58%. Dari

wawancara yang dilakukan ke petugas puskemas


bagian

pemegang

program

diare

didapatkan

informasi bahwa kasus diare masih menjadi masalah


kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang.
Menurut pemegang program diare di Puskesmas
Alianyang terjadinya diare karena beberapa faktor,
salah satu faktor yang mudah menyebabkan diare
yaitu prilaku ibu yang tidak memberi ASI dalam
menjaga kebersihan botol susu balita. Hasil Rapid
Survey menemukan beberapa faktor risiko yang
diduga sebgai penyebab diare terutama pada balita
adalah penggunaan air minum galon yang kurang
diperhatikan kebersihanya dengan proporsi sebesar
15,2%, dan proporsi perilaku tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum menyiapkan makanan sebesar
2.

Demam Typhoid

79,8%.
Berdasarkan hasil Rapid survey, Demam Typhoid
merupakan penyakit menular dengan jumlah yang
besar di masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang yaitu sebesar 25%. Dilihat dari data
register Puskesmas Alianyang proporsi Demam
Typoid tidak terdapat banyak kasus yaitu pada tahun
2012 sebesar 2,63%, dan pada tahun 2013 menurun
menjadi

2,22%,

sedangkan

pada

tahun

2014

meningkat menjadi 3,02%.


Dan penyakit Demam Typhoid ini berdasarkan Rapid
62

Survey terjadi pada semua kelompok umur. Menurut


petugas Puskesmas yang menjadi pemegang program
Demam Typhoid hal terserbut diatas dikarenakan
banyak masyarakat yang terkena Demam Typhoid
tidak melakukan pengobatan di Puskesmas. Hasil
Rapid Survey menemukan beberapa faktor yang
diduga menjadi pemicu munculnya penyakit Demam
Typhoid ialah banyak masyarakat yang tidak
mempunyai tempat sampah di dalam rumah dengan
jumlah proporsi 80,8%, serta masih banyaknya
masyarakat tidak mencuci tangan pakai sabun
sebelum

menyiapkan

makanan

sebesar

79,8%.

Sedangkan berdasarkan wawancara ke pihak poli


umum di puskesmas didapat informasi bahwa salah
satu penyebab terjadinya demam typhoid pada
kelompok
3.

ISPA

umur

anak

sekolah

ialah

jajan

sembarangan.
Berdasarkan hasil Rapid Survey proporsi penyakit
ISPA di wilayah kerja Puskesmas ialah sebesar 15,2%
yang terdiri dari 7,0% terjadi pada kelompok umur
balita dan 8,2% terjadi pada kelompok umur dewasa.
Sedangkan dari data register Puskesmas Alianyang,
penyakit ISPA merupakan penyakit menular terbesar
dengan proporsi pada tahun 2012 sebesar 28.65%,
sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi
29.44%, dan pada tahun 2014 terus meningkat
menjadi 32.20%. Dari hasil wawancara dengan
petugas Puskesmas di dapatkan infomasi bahwa ISPA
ini merupakan penyakit musiman, karena peralihan
dari musim penghujan kemusim kemarau menjadi
faktor penyebab terjdinya ISPA, oleh karena itu
63

proporsi ISPA selalu meningkat setiap tahunnya.


Berdasarkan data Rapid Survey di dapatkan beberapa
faktor yang diduga sebagai faktor resiko terjadinya
ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang yaitu
faktor lingkungan seperti tercemarnya udara dalam
rumah oleh asap rokok yang diperoleh dari kebiasaan
merokok anggota rumah tangga denga proporsi
sebesar 71,7% , ventilasi rumah yang tertutup dengan
proporsi sebesar 63,6%, dan kepadatan ART yang
4.

DBD

tidak memenuhi standar dengan proporsi 42,3%.


Berdasarkan dari hasil Rapid Survey, proporsi kasus
DBD sebesar 9% di masyarakat Kelurahan Sei
Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang, dan
ditemukan jumlah kematian akibat DBD sebanyak 2
orang.

Sedangkan

menurut

data

Surveilans

Puskesmas Alianyang, proporsi kasus DBD yang


terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,16%, kemudian
pada tahun 2013 menurun menjadi 0,09%, dan
meningkat pada tahun 2014 sebesar 0,19%. Dan
kejadian kasus DBD di Wilayah Kerja Puskesmas
Alianyang dalam kurun waktu tiga tahun terkhir
terjadi pada kelompok umur dewasa dengan proporsi
sebesar 79,49%, pada kelompok umur anak-anak
sebesar 15,38%, dan pada kelompok umur balita
sebesar 5,13%.
Hasi indeph Interview dengan petugas Puskesmas
bagian Surveilans didapatkan informasi bahwa
penyakit DBD juga masih menjadi masalah kesahatan
di Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang, hal tersebut
terjadi dikarenakan beberapa faktor, salah satunya
adalah mobilitas anggota keluarga yang berpergian
64

keluar kota yang membawa virus Dengue, dan masih


banyak

faktor lain yang belum diketahui sebagai

faktor penyebab DBD di Wilayah tersebut.


Hasil Rapid Survey yang dilakukan di masyarakat
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang menemukan
beberapa faktor risiko yang diduga menjadi faktor
penyebab terjadinya kasus DBD di masyarakat,
faktor tersebut meliputi keberadaan jentik nyamuk
dengan proporsi sebesar 52,5%, tempat penampungan
air terbuaka sebesar 31,3%, sampah sekitar rumah
yang menampung air sebesar 48,5%, dan perilaku
tidak menguras bak mandi seminggu sekali sebesar
43,4%.
5

Hipertensi

Berdasarkan dari hasil Rapid Survey,

penyakit

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dengan


jumlah proporsi terbesar yaitu 56% di masyarakat
Sungai

Bangkong

Alianyang.

Menurut

Wilayah
data

Kerja

Puskesmas

registrasi

Puskesmas

Alianyang, proporsi kasus Hipertensi yang terjadi


pada tahun 2012 sebanyak 25,41%, kemudian pada
tahun 2013 meningkat

menjadi 27,45% , dan

meningkat lagi pada tahun 2014 sebanyak 29,38%


Hasi indeph Interview dengan petugas Puskesmas
bagian Poli Umum dapat diketahui bahwa yang fakor
penyebab terjadi Hipertensi gaya hidup masyarakat
yag makan serba instants dan siap saji serta kebiasaan
merokok masyarakat masih tinggi. Hipertensi masih
menjadi masalah kesahatan terkait trend penyakit
tidak menular. Dari hasil Rapid Survey ditemukan
faktor pemicu terjadi dan meningkatnya kasus
65

hipertensi itu dikarenakan faktor perilaku merokok


masyarakat di Kelurahan Sungai Bangkong Wilayah
Kerja Puskesmas Alianyang dengan proporsi sebesar
71,7%.

3.2 HASIL PENETAPAN PRIORITAS


Untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang ada di Desa Parit
Banjar maka menggunakan metode USG. Kriteria penilaian untuk menentukan
prioritas masalah berdasarkan metode USG adalah sebagai berikut:
1. Urgency
Urgency ( urgenci) yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak
atau tidaknya masalah tersebut diselesaikan.

Emergency menunjukkan

seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau


66

kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case
Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika
yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter
kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat
ditimbulkan oleh permasalahan tersebut.
2. Serioussness
Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk
yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang
berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence
rate.Sedangkan untuk masalah lain, maka greetes member ditentukan
dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah
program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.

3. Growth
Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap
sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan
adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak
jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar
sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.
Tabel 3.67
Matriks Penentuan Prioritas masalah berdasarkan metode USG
Kelurahan Sungai Bangkong
No
Permasalahan
Urgency
Serioussnes
Growth
1
2
3
4
5

Diare
Demam Typhoid
ISPA
DBD
Hipertensi

167
3
3
4
3

5
4
3
2
1

2
3
3
4
2

Berdasarkan hasil analisa menggunakan metode USG maka didapat


prioritas masalah utama adalah DBD dengan skor sebesar 15. Terpilihnya diare
menjadi prioritas mjasalah utama karena kejadian diare tertinggi kedua setelah
ISPA berdasarkan hasil survey dan juga dari register pasien di puskesmas.
Sedangkan untuk kegawatannya diare berada di posisi ke dua setelah TB paru
dimana berdasarkan hasil survey cepat ditemukan 1 kematian dalam 3 tahun
terakhir yang disebabkan oleh diare, dan kelompok umur yang berisiko adalah
bayi dan balit karena sistem kekebalan tubuh masih rendah.

3.3 HASIL PENETAPAN FAKTOR DETERMINAN MASALAH


3.3.1

Analisis Faktor Determinan Masalah Kesehatan

a. Definisi DBD
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia penyakit diare adalah bila tinja
mengandung air lebih banyak dari pada normal. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
(1984) dalam Widoyono (2011) mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali
atau lebih dalam sehari semalam (24 jam), sedangkan menurut Depkes RI diare
adalah penyakit dengan buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari). Secara klinis diare disebabkan oleh 6 faktor utama yaitu infeksi (bakteri,
virus, parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab lain.

68

Menurut hasil Riskesdas 2007, distribusi penyakit diare berdasarkan


kelompok umur lebih banyak pada kelompok umur bayi dan balita dengan
prevalensi masing-masing sebesar 16,6% dan 16,7%. Sedangkan distribusi
menurut tempat berdomisili, kejadian penyakit diare lebih banyak di daerah
pedesaan dibandingkan daerah perkotaan, dan cenderung lebih banyak terjadi
pada keluarga yang tingkat pendapatan perkapita rendah bila dibandingkan yang
tingkat pendapatan tinggi.

Tabel 3.68
Distribusi dan Frekuensi DBD Berdasarkan Kelompok Umur Di Kelurahan
Sungai Bangkong Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
KELOMPOK
UMUR

DIARE
2013
JUMLAH
%

2012
2014
JUMLA
%
JUMLA
H
H
14,3
BALITA
5
33,3
1
5
42,9
ANAK-ANAK
8
53,3
3
7
14,3
REMAJA
1
6,7
1
3
28,6
DEWASA
1
6,7
2
2
0,0
LANSIA
0
0,0
0
0
100,0
15
100,0
7
17
Sumber : Data Pasien Puskesmas Alianyang (2012, 2013, 2014)

%
29,4
41,2
17,6
11,8
0,0
100,0

Data dari Profil Kegiatan Pencegahan Penyakit Demam Berdarah


Puskesmas Alianyang di ketahui bahwa kelompok umur yang berisiko terkena
diare adalah kelompok umur anak-anak. Pada tahun 2012 kasus DBD pada anak69

anak sebesar 53,3%, pada tahun 2013 sebesar 42,9% dan pada tahun 2014 sebesar
41,2%.
Menurut H.L Blum penyebab utama suatu masalah kesehatan ada 4 faktor
yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Berdasarkan teori H.L Blum tersebut, faktor determinan dari masalah
diare dapat di uraikan sebagai berikut:

a. Faktor Perilaku
1. Pengetahuan ibu tentang diare
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). tingkat
pengetahuan dalam menimbulkan masalah kesehatan tidak bisa lepas dari
komponen sikap dan perilaku. Pengetahuan berfungsi sebagai stimulus
yang membuat seseorang akan bersikap menerima atau menolak, sikap
seseorang menerima maka akan terjadilah sebuah tindakan untuk
melakukan upaya-upaya preventif terhadap masalah kesehatan. Penelitian
yang dilakukan oleh Sulistioratih (2002) di Desa Bedono kecamatan
70

Jambu Kabupaten Semarang menemukan bahwa ada hubungan yang


bermakna antara pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare pada
balita ( p value = 0,001).
2. Sikap ibu
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010). Sikap akan
cenderung akan mendorong seseorang untuk berperilaku sesuai dengan
apa yang dia persepsikan. Sikap ibu balita tentang penyakit diare
berpengaruh terhadap upaya preventif terhadap diare yang akan ibu
lakukan. Bila ibu mendukung terhadap upaya-upaya pencegahan diare
maka seorang ibu akan melakukan upaya untuk mencegah diare pada
balita.
3. Kebiasaan ibu mencuci tangan menggunakan sabun
Beberapa

penelitian

menyatakan

bahwa

mencuci

tangan

menggunakan sabun dapat mencegah timbulnya berbagai masalah


kesehatan salah satunya adalah diare. Anti septik yang terkandung di
dalam sabun akan membunuh agent penyebab penyakit yang menempel di
tangan diwaktu melakukan aktivitas. Penelitian dari Kusumaningrum dkk
yang dilakukan di Kelurahan Gandus Palembang menemukan bahwa ada
hubungan antara kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian diare (v value
= 0,00 dengan OR = 7,667). Penelitian lain yang dilakukan oleh Abdullah,
dkk di Kota Makasar menemukan bahwa kebiasaan ibu balita mencuci
71

tangan berhubungan dengan kejadian diare pada balita ( p value = 0,00,


OR = 2,77). Hasil survey cepat yang dilakukan pada masyarakat di Desa
Parit Banjar, dari 88 responden yang di survey ditemukan sebesar 28,4%
tidak mencuci tangan menggunakan sabun setelah melakukan aktifitas
seperti sebelum makan, setelah buang air besar, setelah memegang ternak,
dan aktifitas lain.
4. Pemberian ASI eksklusif
Menurut Widoyono (2011), faktor yang dapat meningkatkan risiko
diare antara lain adalah karena pada usia 4 bulan bayi sudah tidak ASI
eksklusif lagi, karena hal tersebut akan meningkatkan risiko kematian dan
kesakitan karena diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan
terhadap infeksi penyakit. Penelitian Wijayanti (2010) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI dengan kejadian
diare di puskesmas gilingan, Surakarta (p value = 0,00), penelitian tersebut
sejalan dengan hasil penelitian dari Abdullah, dkk (2011) yang dilakukan
di kota Makassar menemukan bahwa balita yang tidak ASI eksklusif
berisiko 5,64 kali terkena diare dibandingkan yang ASI eksklusif ( p value
= 0,00, OR = 5,64). Hasil survey cepat yang dilakukan di Desa Parit
Banjar, dari 88 rumah tangga yang disurvey ditemukan sebesar 92% bayi
dalam rumah tangga tidak diberi ASI eksklusif.
5. Cara pengolahan air minum.

72

Diare merupakan penyakit yang ditularkan melalui fecal oral. Sumber


penularan utama yaitu melalui makanan dan minuman. Penularan melalui
minuman disebabkan oleh berbagai faktor seperti kualitas air yang
diminum, kondisi wadah penampungan air minum dan juga cara
pengolahan air minum. Cara pengolahan air minum yang paling umum di
masyarakat adalah dengan cara di masak. Tujuan dari memasak air minum
tersebut adalah agar agent penyebab penyakit terutama agent biologis mati
dan tidak virulens. Hasil dari survey cepat yang dilakukan di Desa Parit
Banjar dari 88 rumah tangga yang disurvey terdapat 51% rumah tangga
yang tidak memasak terlebih dahulu air yang digunakan untuk minum.
6. Perilaku buang air besar di jamban
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakaat khususnya
dalam

rumah

tangga

Departemen

Kesehatan

Repubik

Indonesia

menganjurkan untuk menerapkan 10 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) dalam rumah tangga. Salah satu PHBS dalam rumah tangga
adalah buang air besar di jamban. Jamban adalah suatu ruangan yang
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air
untuk membersihkannya. Perilaku tidak buang air besar di jamban akan
meningkatkan risiko terkena diare. Tinja yang dihasilkan oleh manusia
mengandung berbagai agent penyebab penyakit, bila dibuang sembarangan
maka akan memungkinkan masuk kembali ke manusia melalui vector
73

seperti lalat, kecoa, tikus atau vektor lainnya, atau secara langsung melalui
air yang tercemar oleh kotoran manusia. Dari hasil survey yang dilakukan
di Desa Parit Banjar pada 88 rumah tangga ditemukan hanya 55%
responden yang buang air besar di jamban, sisanya buang air besar di
sungai/ parit, kebun, lubang tanah dan tempat lain.
b. Faktor Lingkungan
1. Kepemilikan jamban sehat
Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di
sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori
air dalam tanah di sekitarnya, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat
dipakai sebagai tempat vektor bertelur dan berkembang biak. Hasil
penelitian dari umiati dkk (2009) menemukan bahwa ada hubungan antara
kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Nogosari. (p value = 0,018) hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dkk (2011) yang
dilakukan di Kelurahan Gandus Palembang menyatakan terdapat
hubungan antara kepemilikan jamban sehat dengan kejadian diare( v-value
= 0,024, OR = 3,043). Dari hasil survey yang dilakukan di Desa Parit
Banjar, dari 88 rumah tangga yang dilakukan observasi sebesar 42% tidak
memiliki jamban dan 51,1%

rumah tangga kondisi jamban tidak

memenuhi syarat.
74

2. Jenis jamban keluarga


Jamban merupakan sarana sanitasi yang harus di miliki oleh setiap rumah
tangga. Jamban berfungsi sebagai sarana pencegahan penyakit yang sering
menyerang keluarga. Jamban yang berfungsi dengan baik harus memenuhi
syarat secara kesehatan, salah satunya adalah tertutup dan memiliki septic
tank yang memenuhi syarak kesehatan, sehingga bisa memberikan
kenyamanan dan keamanan bagi keluarga. Hasil analisa SDKI 1994 yang
dilakukan oleh Irianto, dkk (1996) menemukan bahwa terdapat hubungan
antara jamban yang tidak memiliki septic tank dengan kejadian diare ( p
value = 0,00, OR = 1,73).
3. Jarak sumber air dari tempat penampungan tinja.
Septic tank merupakan tempat penampungan kotoran manusia dimana
didalam septic tank terkandung berbagai agent penyebab penyakit antara
lain diare, oleh karena itu letak setic tank harus jauh dari sumber air yang
digunakan untuk keperluan sehari-hari. Menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jarak sumber air bersih dari septic tank harus di atas
10 meter, agar sumber air tidak tercemar oleh rembesan air dari septic
tank. Jarak yang kurang dari 10 meter antara sumber air bersih dengan
septic tank akan memungkinkan air rembesan dari septic tank akan
mencemari sumber air bersih. Dalam menentukan jarak antara septic tank
dengan sumber air juga harus memperhatikan jenis dan tekstur tanah,
karena setiap jenis tanah mempunyai daya resapan yang berbeda. Hasil
75

analisa lanjutan dari SDKI 1994 yang dilakukan oleh Irianto dkk (1996),
mendapatkan bahwa jarak sumber air bersih < 10 meter dari septic tank
berpengaruh terhadap munculnya masalah diare ( p value = 0,00, OR =
1,33).
4. Sumber air minum
Air minum merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia. Namun tidak semua air minum yang di konsumsi aman bagi
manusia. Salah satu ciri air minum yang aman bagi manusia adalah tidak
tercemar secara fisik, kimia, biologi. Sumber air minum yang tercemar
atau tidak terlindungi akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan
salah satunya adalah diare. Hasil penelitian yang dilakukan umiati dkk di
wilayah kerja Puskesmas Nogosari ditemukan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara sumber air minum yang tidak terlindungi dengan
kejadian diare pada balita (p value = 0,01).
5. Jarak kandang ternak dari rumah.
Kotoran ternak mengandung berbagai agent penyebab penyakit seperti
parasit, virus, dan bakteri. Dari agent penyebab penyakit yang terdapat di
kotoran ternak tersebut salah satunya adalah agent penyebab penyakit
diare seperti salmonella dan E. coli. Proses berpindahnya agent penyebab
penyakit tersebut tidak lepas dari peran vektor seperti lalat yang sangat
suka pada tempat-tempat kotor seperti kotoran ternak. Jarak kandang
ternak dari rumah disinyalir akan mempengaruhi proses penularan
76

penyakit diare ke manusia, karena menurut beberapa penelitian luas


wilayah jelajah dari lalat tidak lebih dari 100 meter. Semakin dekat jarak
kandang ternak dari rumah penduduk maka akan semakin besar
kemungkinan penularan panyakit diare ke manusia.
c. Sosiodemografi
1. Tingkat Pendidikan ibu
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap keterpaparan
informasi yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Bila seseorang
berpendidikan tinggi maka keterpaparan akan informasi yang bekaitan
dengan kesehatan akan semakin banyak, sehingga akan berpengaruh
terhadap perilaku pencegahan penyakit khususnya yang berkaitan dengan
perilaku pencegahan diare. Penelitian yang dilakukan oleh Yulisa (2008)
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat
pendidikan Ibu dengan kejadian pada balita Suku Dayak di Kelurahan
Kasongan, Kecamatan Katingan Hilir, Kabupaten Katingan, Kalimantan
Tengah (p value = 0,001, OR = 5,6). Data dari profil Desa Parit banjar
(2012) di ketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Parit
Banjar sebagian besar adalah pendidikan SD (45,6%) dan tidak sekolah/
tidak tamat SD (42,5%).
2. Jenis Pekerjaan Ibu

77

Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk


memperoleh

penghasilan

guna

memenuhi

kebutuhan

hidupnya

(Notoatmodjo, 2010).
3. Tingkat pendapatan orang tua
Menurut WHO kondisi sosial ekonomi erat kaitannya dengan masalah
kesehatan. Salah satu indikator tingkat sosial ekonomi adalah tingkat
pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga berhubungan dengan akses
pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluarga dan juga kebutuhan
asupan zat gizi keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk
(2011) yang dilakukan di beberapa Rumah Sakit di Kota Makasar
menemukan bahwa keluarga yang pendapatan perbulan dibawah UMR
berisiko 3,38 kali terkena diare ( p value = 0,00, OR = 3,38), penelitian
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistioratih
(2002), menemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendapatan dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,010).
Hasil dari survey cepat di Desa Sungai Deras mendapatkan bahwa tingkat
pendapatan Kepala Rumah Tangga sebesar 88,6% dengan pendapatan
dibawah 1 juta.

78

3.3.2
3.3.2.1.

Penetapan Faktor Determinan Masalah Kesehatan


Analisa Univariat

1. Karakteristik Responden
a. Umur Responden
Tabel 3.71
Distribusi dan Frekuensi umur responden Di RW 5 Kelurahan Sungai
Bangkong 2015
Jumlah
Responden
72

Mean
42,1

Median
39,0
79

Minimu
m
21

Maksimu
m
89

Rata-rata umur responden adalah 42,1 tahun, dengan umur paling muda
adalah 21 tahun dan yang paling tua adalah 89 tahun.
b. Pendidikan Responden
Tabel 3.72
Distribusi dan Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di RW 5
Kelurahan Sungai Bangkong 2015
No
1
2
3
4
5

Pendidikan
Tidak Sekolah dan tidak tamat SD
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Jumlah

F
1
5
8
44
14
72

(%)
1,4
6,9
11,1
61,1
19,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.72, tingkat pendidikan responden yang paling banyak


adalah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 61,1%, dan yang
paling sedikit adalah Tidak Sekolah yaitu sebesar 1,4%.
c. Pekerjaan
Tabel 3.73
Distribusi dan Frekuensi Jenis Pekerjaan Responden Di RW 5 Kelurahan
Sungai Bangkong 2015
No
1
2
3
4
5

Pekerjaan

F
40
23
4
2
3
72

IRT
Swasta
PNS
Pensiunan
Mahasiswa
Jumlah

80

(%)
55,6
31,9
5,6
2,8
4,2
100,0

Berdasarkan tabel 3.73, diketahui bahwa jenis pekerjaan responden yang


paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga (IRT)

sebesar 55,6%, dan jenis

pekerjaan yang paling sedikit adalah Mahasiswa sebesar 4,2%.


2. Mobilitas

Tabel 3.74
Distribusi dan Frekuensi Mobilitas ART Responden RW 5 Kelurahan
Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Mobilitas
Sering
Tidak Sering
Jumlah

Frekuensi
22
50
72

Persen (%)
30,6
69,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.74, diketahui bahwa mobilitas anggota rumah tangga


responden yang paling banyak adalah Tidak Sering yaitu sebesar 69,4%, dan
yang sedikit adalah sering adalah 30,6%.

3.

Keberadaan TPA

Tabel 3.75
Distribusi dan Frekuensi Keberadaan TPA Di RW 5 Kelurahan Sungai
Bangkong 2015
No
1
2

Keberadaan TPA
Tidak memenuhi syarat
Memenuhi syarat
Jumlah

Frekuensi
36
36
72

81

Persen (%)
50,0
50,0
100,0

Berdasarkan tabel 3.75, keberadaan TPA responden yang tidak memenuhi


syarat sebesar 50,0% dan yang memenuhi syarat juga sebesar 50,0%.
4. Keberadaan Jentik
Tabel 3.76
Distribusi dan Frekuensi Keberadaan Jenitk Di RW 5 Kelurahan Sungai
Bangkong 2015
No
1
2

Keberadaan Jentik
Ada
Tidak Ada
Jumlah

Frekuensi
49
23
72

Persen (%)
68,1%
31,9%
100,0

Berdasarkan tabel 3.76, diketahui bahwa jumlah rumah responden yang


ditemukan ada nya jentik sebesar 68,1%, dan yang tidak ditemukan jentik sebesar
31,9% .

5. Keberdaan Kassa Nyamuk


Tabel 3.77
Distribusi dan Frekuensi Keberadaab Kassa Nyamuk Di RW 5 Kelurahan
Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Keberadaan Kassa
Tidak Baik
Baik
Jumlah

Frekuensi
53
19
72
82

Persen (%)
73,6
26,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.77, diketahui bahwa rumah responden dengan kondisi


keberadaan kassa yang paling banyak adalah tidak baik yaitu sebesar 73,6%.
Sedangkan yang baik adalah sebesar 36,4%.
6. Penggunaan Anti Nyamuk
Tabel 3.78
Distribusi dan Frekuensi Penggunaan Anti Nyamuk Di RW 5 Kelurahan
Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Penggunaan Anti Nyamuk


Tidak
Ya
Jumlah

Frekuensi
8
64
51

Persen (%)
11,1
88,9
100,0

Berdasarkan tabel 3.78, responden yang menggunakan anti nyamuk adalah


sebesar 88,9%. Sedangkan yang tidak menggunakan adalah sebesar 11,1%.

7. Penggunaan Kelambu
Tabel 3.79
Distribusi dan Frekuensi Penggunaan Kelambu Di RW 5 Kelurahan Sungai
Bangkong 2015
No
1
2

Penggunaan Kelambu

Frekuensi

Persen (%)

Tidak Menggunakan
Menggunakan
Jumlah

62
10
72

86,1
13,9
100,0

83

Berdasarkan tabel 3.79, diketahui bahwa responden yang tidak


menggunakan kelambu sebesar 86,1%, Sedangkan yang menggunakan kelambu d
sebesar 13,9%.
8. Kebiasaan Menggantung Pakaian dalam Rumah
Tabel 3.80
Distibusi dan Frekuensi Kebiasaan Menggantung Pakaian dalam Rumah Di
RW 5 Kelurahan Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Kebiasaan Menggntung Pakaian


Ya
Tidak
Jumlah

Frekuensi
70
2
72

Persen (%)
97,2
2,8
100,0

Berdasarkan tabel 3.80, responden memiliki kebiasaan menggantung


pakaian di dalam rumah sebesar 97,2%, sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan
menggantung pakaian didalam rumah sebesar 2,8%.

9. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


Tabel 3.81
Distribusi dan Frekuensi Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk Di RW 5
Kelurahan Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Upaya PSN
Tidak
Ya
Jumlah

Frekuensi
41
31
72
84

Persen (%)
56,9
43,1
100,0

Berdasarkan tabel 3.81, anggota rumah tangga (ART) responden yang


tidak melakukan upaya PSN lebih banyak yaitu sebesar 56,9%, sedangkan yang
melakukan upaya PSN sebesar 43,1%.
10. Kebiasaan membersihkan Tempat Penampungan Air (vas bungan,
tempat minum burung, dan tendon kulkas)
Tabel 3.82
Distribusi dan Frekuensi Kebiasaan membersihkan Tempat
Penampungan Air (vas bungan, tempat minum burung, dan tendon
kulkas) Di RW 5 Kel. Sungai Bangkong 2015
No
1
2

Kebiasaan membersihkan Non TPA


Tidak
Ya
Jumlah

Frekuensi
53
19
72

Persen (%)
73,6
26,4
100,0

Berdasarkan tabel 3.82, responden yang tidak biasa membersihkan non


TPA lebih banyak yaitu sebesar 73,6%, sedangkan yang biasa membersihkan
adalah sebesar 26,4%.

3.3.2.2.

Analisa Bivariat

1. Mobilitas dengan kejadian DBD


Tabel 3.86
Hubungan Mobilitas dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel. Sungai Bangkong
2015
Mobilitas

Penyakit DBD
DBD
Tidak
85

P Value

OR
(CI 95%)

N
(%)
N
(%)
0,74
Sering
5
35,8
17
29,3
Tidak Sering
9
64,2
41
70,7
Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015

1.340
(0,39 - 4,58)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang mobilitasnya tidak sering lebih


banyak menderita DBD yaitu sebesar 35,8%, dibandingkan yang mobilitasnya
sering.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara mobilitas dengan kejadian DBD
dengan p value = 0,74. Responden yang ART nya mobilitas sering berisiko 1,3
kali terkena DBD dibandingkan yang mobilitas tidak sering.

2. Keberadaan TPA dengan kejadian DBD


Tabel 3.87
Hubungan Keberadaan TPA dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel. Sungai
Bangkong 2015

Keberadaan TPA

Penyakit DBD
86

P Value

OR

DBD
N
(%)
9
64,2

Tidak
N
(%)
27
46,6

0,37

Tidak memenuhi
syarat
Memenuhi syarat
5
35,8
31
53,4
Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015

(CI 95%)
2,067
(0,617-6,923)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang memiliki tempat penampungan


air yang tidak memenuhi syarat, lebih banyak balitanya menderita DBD yaitu
sebesar 64,2%, dibandingkan yang memenuhi syarat yaitu 35,8%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan TPA dengan kejadian
DBD dengan p value = 0,37. Responden yang memiliki tempat penampungan air
yang tdidak memenuhi syarat berisiko 2,0 kali terkena DBD dibandingkan yang
memenuhi syarat.

3. Keberadaan Jentik dengan DBD


Tabel 3.88
Hubungan Keberadaan Jentik dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel. Sungai
Bangkong 2015
Keberadaan
Jentik

Penyakit DBD
DBD
Tidak
87

P Value

OR
(CI 95%)

N
(%)
N
(%)
Ada
13
92,9
36
62,0
0,029
Tidak Ada
1
7,1
22
38,0
Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015

7,944
(0,971-65,00)

Berdasarkan tabel diatas, rumah responden yang ditemukan adanya jentik ,


lebih banyak menderita DBD yaitu sebesar 92,,9%, dibandingkan yang tidak
ditemukan adanya jentik yaitu sebesar 7,1%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan jentik dengan kejadian DBD
dengan p value = 0,029. Responden dengan rumah yang ditemukan adanya jentik
berisiko 7,9 kali untuk terkena DBD dibandingkan yang tidak ditemukan adanya
jentik.

4. Keberadaan Kassa Nyamuk dengan DBD


Tabel 3.89
Hubungan Keberadaan Kassa Nyamuk dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel.
Sungai Bangkong 2015
Keberadaan Kassa

Penyakit DBD
DBD
Tidak
88

P Value

OR
(CI 95%)

N
(%)
N
(%)
Nyamuk
Tidak Baik
13
92,9
40
69,0
0,094
Baik
1
7,1
18
31,0
Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015

5,850
(0,71-48,18)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang keberadaan kassa nyamuk tidak


baik, lebih banyak menderita DBD yaitu sebesar 92,9%, dibandingkan yang baik
yaiu sebesar 7,1%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara keberadaan kassa nyamuk dengan
kejadian DBD dengan (p value = 0,094). Responden yang keberadaan kassa
nyamuk tidak baik, berisiko 5,8 kali terkena DBD dibandingkan yang baik.

5. Penggunaan Anti Nyamuk kejadian DBD


Tabel 3.90
Hubungan Penggunaan Anti Nyamuk dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel.
Sungai Bangkong 2015

Penyakit DBD
Penggunaan Anti

89

P Value

OR
(CI 95%)

Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel diatas, responden yang

tidak menggunakan anti

nyamuk , lebih sedikit mende rita DBD yaitu sebesar 7,1%, dibandingkan yang
menggunakan anti nyamuk.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan anti nyamuk dengan
kejadian DBD dengan (p value = 0,59).

6.

Penggunaan Kelambu dengan kejadian DBD


Tabel 3.91
Hubungan Penggunaan Kelambu dengan Kejadian DBD Di RW 5 Kel.
Sungai Bangkong 2015
Penggunaan
Kelambu
Tidak
Ya

Penyakit DBD
DBD
Tidak
N
(%)
N
(%)
12
85,7
50
86,2
2
12,3
8
13,8
90

P Value
0,96

OR
(CI 95%)
0,960
(0,18-5,11)

Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak menggunakan kelambu,
lebih banyak menderita DBD yaitu sebesar 85,7%, dibandingkan yang
menggunakan kelambu yaitu 12,3%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan kelambu dengan
kejadian DBD (p value = 0,960).

7. Kebiasaan Menggantung Pakaian dalam Rumah


Tabel 3.92
Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dalam Rumah dengan
Kejadian DBD Di RW 5 Kel. Sungai Bangkong 2015
Kebiasaan
Menggantung
Pakaian
Ya
Tidak

Penyakit DBD
DBD
Tidak
N
(%)
N
(%)
14 100,0 56
96,6
0
0,0
2
3,4
91

P Value

OR
(CI 95%)

1,000

0,800
(0,71-0,89)

Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan

tabel

diatas,

responden

yang

memiliki

kebiasaan

menggantung pakaian di dalam rumah menderita DBD sebesar 100,0%.


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengganung pakaian di
dalam rumah dengan kejadian DBD dengan (p value = 1,000).

8. Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD


Tabel 3.93
Hubungan Upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Kejadian DBD Di
RW 5 Kel. Sungai Bangkong 2015
Upaya PSN
Tidak
Ya

Penyakit DBD
DBD
Tidak
N
(%)
N
(%)
13
92,9
28
48,2
1
7,1
30
51,8
92

P Value
0,002

OR
(CI 95%)
13,92
(1,70-113,5)

Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015
Berdasarkan tabel diatas, anggota rumah tangga responden yang tidak
melakukan upaya PSN,

lebih banyak menderita DBD yaitu sebesar 92,9%,

dibandingkan yang melakukan upaya PSN.


Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara upaya PSN dengan kejadian DBD
dengan (p value = 0,002). Keluarga yang tidak melakukan upaya PSN, berisiko
13,9 kali terkena DBD dibandingkan keluarga yang melakukan upaya PSN.

9. Kebiasaan membersihkan Tempat Penampungan Air (vas bungan,


tempat minum burung, dan tendon kulkas dengan kejadian diare
Tabel 3.94
Hubungan Kebiasaan membersihkan Tempat Penampungan Air (vas
bungan, tempat minum burung, dan tendon kulkas dengan Kejadian DBD Di
RW 5 Kel. Sungai Bangkong 2015
Kebiasaan
Membersihkan non
TPA
Tidak

Penyakit DBD
DBD
Tidak
N
(%)
N
(%)
10
71,4
43
74,1
93

P Value

OR
(CI 95%)

1,000

0,872

Ya
4
28,6
15
25,9
Jumlah
14
100
58
100
Sumber : Data Primer RW 5 Kel. Sungai Bangkong, 2015

(0,23-3,20)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tidak memiliki kebiasaan


membersihkan non TPA (vas bunga, tempat minum burung, dan tendon kulkas),
lebih banyak menderita DBD yaitu sebesar 71,4%, dibandingkan yang biasa
membersihkan yaitu sebesar 28,6%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-square dinyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan membersihkan non TPA
(vas bunga, tempat minum burung, dan tendon kulkas) dengan kejadian DBD
dengan (p value = 1,000).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa statistik, maka dapat disimpulkan faktor
determinan yang berpengaruh terhadap DBD di Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.100
Matriks Penentuan Faktor determinan Kelurahan Sungai Bangkong
Wilayah Kerja Puskesmas Alianyang
94

Faktor determinan

1. Kepemilikan
jamban

Penjelasan
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara kepemilikan jamban dengan
kejadian diare pada balita (p value = 0,001). Rumah
Tangga yang tidak memiliki jamban yang memenuhi
syarat berisiko 8,56 balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

2. Perilaku BAB di
jamban tertutup

terdapat hubungan antara kebiasaan BAB di jamban


dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,001).
Keluarga yang tidak Buang Air Besar di jamban
berisiko 8,29 balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan

3. Kebiasaan

terdapat hubungan antara kebiasaan memasak air

memasak air

minum dengan kejadian diare pada balita (p value =

minum

0,003). Ibu yang tidak memasak air minum berisiko


6,67 kali balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi

4. Kondisi jamban

jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita (p


value = 0,004). Rumah tangga

yang kondisi

jambannya tidak memenuhi syarat berisiko 5,96


balitanya menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan antara jarak rumah dari kandang
5. Jarak rumah dari
kandang ternak

ternak dengan kejadian diare pada balita (p value =


0,033). Rumah tangga yang jarak dari kandang ternak
kurang dari 100 meter berisiko 5,25 balitanyanya
menderita diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu

6. Sikap ibu

dengan kejadian diare pada balita (p value = 0,024).


Ibu yang sikapnya tidak mendukung berisiko 3,96 kali
balitanya menderita diare.
95

Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan


terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan
7. Kebiasaan
mencuci tangan

mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita (p


value = 0,036). Ibu yang tidak mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum memberi makan dan
minum balita berisiko 3,66 kali balitanya menderita
diare.
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada

8. Pengetahuan
balita

dengan

value

0,074.

Ibu

yang

berpengetahuan kurang baik berisiko 2,9 kali balitanya


terkena diare dibandingkan yang berpengetahuan baik
Hasil survei penentuan faktor determinan menyatakan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
tingkat pendapatan Kepala keluarga dengan kejadian
9. Tingkat
Pendapatan

diare pada balita dengan p value = 0,15. Keluarga yang


tingkat pendapatan Kepala Keluarga di bawah 1 juta
berisiko 2,35 kali balitanya terkena diare dibandingkan
keluarga dengan pendapatan Kepala Keluarga di atas 1
juta.

96

Anda mungkin juga menyukai