Identitas
Nama: Tn. KG
Umur
: 62 tahun
Alamat : RT 010/005 No. 08 Kelurahan
Semper Barat Kec. Cilincing
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
No RMK : 00 20 05
Masuk RS : 31 Desember 2014
Dr yang merawat
: dr. Muhammad Fachri Sp.P
Keluhan Utama
Nyeri pada dada terutama di rasakan saat
batuk, nyeri menjalar ke punggung dan lengan
di sangkal. Os merasa berat badannya turun
selama 1 bulan ini, namun os tidak pernah
menimbang berat badan, hanya terlihat
semakin kurus dan merasa celana menjadi
longgar. Os juga mengeluh berkeringat di
malam hari. Selama 1 bulan juga mengeluh
sering demam naik turun. BAK lancar. BAB
lancar. BAB hitam disangkal.
Riwayat Pengobatan
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kepala
: Normocephal, rambut distribusi merata,
tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik
(+/+), pupil , isokor (+/+), reflex
cahaya (+/+)
Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-/-), Epistaksis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Abdomen
Inspeksi
: perut datar
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Nyeri tekan epigastrium (-)
Nyeri tekan abdomen (-)
Perkusi
: Timpani ke 4 kuadran abdomen,
Ekstremitas :
Atas : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral
hangat,
sianosis (-), CRT < 2 detik
Bawah : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral
hangat,
sianosis (-), CRT < 2 detik
Paru
Inspeksi
: Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru
Auskultasi : suara dasar paru vesikuler (+/+), rhonki (+/+),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas atas
: ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri
: ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 31 Desember 2014
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai normal
14,3
g/dl
13,8 17,0
10.200
/ul
4,5 10,8
40,5
42,0 50,0
356.000
/ul
185.000 402.000
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Pemeriksaan 1 Januari 2015
Pemeriksaan
Hasil
BTA Direct
negatif
BTA Direct
BTA Direct
Satuan
Keterangan
Kuman BTA/
BTA sewaktu I
1+
Kuman BTA/
BTA pagi
1+
Kuman BTA/
BTA sewaktu
II
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Gula Darah
Sewaktu
109
mg/dl
<120
75
mm/1 jam
0 15
Hemoglobin
13,2
g/dl
13,8 17,0
Leukosit
9.300
/ul
4,5 10,8
Eritrosit
4,50
juta/mm3
4,9 6,1
Hematokrit
37,8
42,0 50,0
341.000
/ul
MCV
84
fl
90 - 94
MCH
29
pg
27 - 32
MCHC
35
g/dl
31 - 34
Basofil
0 - 0,3
10
24
15
N segmen
62
51 67
Limfosit
18
20 30
Monosit
26
Trombosit
Eosinofil
Batang
185.000402.000
Hasil
Satuan
Hemoglobin
14,6
g/dl
13,8-17,0
7.200
/ul
4,5 10,8
41,5
42,0 50,0
315.000
/ul
185.000
402.000
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Nilai normal
Rontgen thorak
Cor : baik
Pulmo : infiltrat di apex kanan
Sinus diafragma baik
Kesan : KP dextra
Resume
Os merasa berat badannya turun selama 1
bulan ini, namun os tidak pernah menimbang
berat badan, hanya terlihat semakin kurus dan
merasa celana menjadi longgar. Os juga
mengeluh berkeringat di malam hari. Selama
1 bulan juga mengeluh sering demam naik
turun. TD : 100/70 mmHg N: 78x/m S: 36,0C
RR: 20x/m suara dasar paru vesikuler (+/+),
ronki (+/+), wheezing (-/-). LED 75 mm/1jam.
BTA direct SPS negatif/1+/1+. rontegen thorax
kesan : KP dextra
Hemoptisis ec TB paru
S : os mengeluh batuk darah, darah berwarna merah
hati. Riwayat minum obat TB 3 tahun yang lalu, selama 2
minggu.
O : TD : 100/70 mmHg N: 78x/m S: 36,0C RR: 20x/m
suara dasar paru vesikuler (+/+), ronki (+/+), wheezing
(-/-)
LED 75 mm/1jam. BTA direct SPS negatif/1+/1+.
rontegen
thorax kesan : KP dextra
A : Hemoptisis ec TB paru
P : Infus RL 500cc/8 jam
Vitamin K inj 3x1
Vitamin C inj 3x1
OAT kategori 1 FDC 1x3 tab
Ceftriaxon inj 1 gr 1x1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Etiologi
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut
menyebebkan bakteri M.tuberculosis bersifat
tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai,
tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam-alkohol.
Epidemiologi
Definsi Kasus
Kasus TB di klasifikasikan
berdasarkan :
Letak anatomi penyakit
Hasil pemeriksaan dahak atau
bakteriologi
Riwayat pengobatan
sebelumnya
Status
HIVpasien
Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya :
Kasus
baru adalah pasien yang belum
pernah
mendapatkan
pengobatan
TB
sebelumnya
atau
sudah
pernah
mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.
Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau
negatif dengan lokasi anatomi penyakit
dimanapun.
Kasus kambuh (relaps)
Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat
pengobatan
tuberkulosis
dan
telah
dinyatakan
sembuh
atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali
lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila
hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologi
sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan
beberapa kemungkinan :
Infeksi sekunder
Infeksi jamur
TB paru kambuh
Kasus pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapatkan
pengobatan
di suatu kabupaten dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain.
Penderita pindahan tersebut harus membawa
surat rujukan/pindah
Kasus lalai berobat
Adalah penderita yang sudah berobat paling
kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau
lebih, kemudian datang kembali berobat.
Umumnya penderita tersebut kembali dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Kasus gagal
adalah penderita BTA positif yang masih tetap
positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan)
adalah penderita dengan hasil BTA negatif
gambaran radiologik positif menjadi BTA
positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan
atau
gambaran
radiologik
ulang
hasilnya
perburukan
Kasus kronik
Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA masih positif setelah selesai
pengobatan
ulang
kategori
2
dengan
pengawasan yang baik
Kasus bekas TB
Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika
ada fasilitas) negatif dan gambaran radiologik paru
menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran
radiologik serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat
akan lebih mendukung
Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan
lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan
OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
Pengobatan Tuberkulosis
Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Lini kedua :
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Etambutol
Streptomisin
Kanamisin
Kapreomisin
Amikasin
Kuinolon
Sikloserin
Etionamid/Protionamid
Para-Amino Salisilat (PAS)
Obat-obatan yang efikasinya
belum jelas (makrolid,
amoksisilin + asam
klavulanat, linezolid,
clofazimin)
Dosis OAT
Rifampisin
Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau
BB > 60 kg
: 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg / kali
INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg,
10 mg /kg BB 3 x
seminggu, 15 mg/kg BB 2 x semingggu atau 300 mg/hari untuk
dewasa. lntermiten : 600 mg / kali
Streptomisin
: 15mg/kgBB atau
BB >60kg
: 1000mg
BB 40 - 60 kg : 750 mg
BB < 40 kg
: sesuai BB
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan
pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan
nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian
piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan
vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan
dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi
piridoksin (syndrom pellagra)
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya
memerlukan pengobatan simtomatik ialah :
Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri
tulang
Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu
makan, muntah kadang-kadang diare
Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat
(penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan
khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
dan kadang- kadang dapat menyebabkan serangan
arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan
berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang
terjadi
reaksi
demam,
mual,
kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berupa berkurangnya ketajaman, buta warna untuk
warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan
okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai,
jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB
perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali
seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal
dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan.
Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak
karena risiko kerusakan okuler sulit untuk
dideteksi
Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf
kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan
pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan
meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang
digunakan dan umur penderita.
Risiko tersebut akan meningkat pada penderita dengan
gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping
yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus),
pusing dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini
dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau
dosisnya dikurangi 0,25gr.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan darah
Sklala IUATLD :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang
disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang,
ditulis jumlah kuman yang ditemukan
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang
disebut (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang, disebut ++
(2+)
Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang
disebut +++ (3+)
Evaluasi Pengobatan
Evaluasi klinis
Pasien di evaluasi secara periodik.
Evaluasi terhadap respons pengobatan dan
tidaknya efek samping obat serta ada tidaknya
komplikasi penyakit.
Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan,
pemeriksaan fisis.
Evaluasi bateriologi (0-2-6/8 bulan pengobatan)
Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi
dahak.
Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis
- Sebelum pengobatan dimulai
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase
instensif)
- Pada akhir pengobatan
Bila ada fasilitas biakan, dilakukan pemeriksaan
biakan dan uji kepekaan.
Evaluasi radiologi (0-2-6-/8 bulan pengobatan)
Pemeriksaan dan evaluasi pada foto toraks
dilakukan pada:
Sebelum pengobatan
Setelah 2 kali pengobatan ( kecuali pada kasus
yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan
dapat
WHO
menyatakan
bahwa
kunci
keberhasilan
program
penanggulangan TB adalah dengan menerapkan strategi DOTS.
2.
3.
4.
5.
nasional
Penemuan
kasus
mikroskopis
TB
dengan
pemeriksaan
BTA
Tujuan
Tugas PMO
Pencatatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Daftar Pustaka