Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Latar Belakang
Kaitanya tentang hukum tanah, merupakan keseluruhan peraturan- peraturan
hukum yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak-hak penguasaan
atas tanah yang merupakan lembaga-lembaga hukum dan hubungan-hubungan
yang konkrit dengan tanah. Hukum pertanahan ini juga sering disebut dengan
hukum agraria. Dan yang menjadi objek hukumnya adalah seputar hak penguasaan
atas tanah yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban atau pun larangan bagi
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang di haki. Dalam
makalah kami ini akan dibahas terkait hak-hak atas tanah menurut UUPA yaitu hak
milik dan hak guna usaha. Tentang hak atas tanah banyak sekali pembagianya dan
kami akan menjelaskan tentang hak milik dan hak guna usaha saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Hak Milik dan bagaimana penjelasanya
berdasarkan UUPA ?
2. Apa yang dimaksud dengan Hak Guna Usaha dan bagaimana penjelasanya
berdasarkan UUPA ?
BAB 11
PEMBAHASAN
A. HAK MILIK
1. Pengertian
Dalam Undang-Undang Pokok Agraria, tepatnya pasal 20 UUPA pasal 1dan 2, hak
milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang
atas tanah ; hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Terkait istilah terkuat dan terpenuhi itu sebenarnya hanya sebagai pembeda
antara hak milik dan hak atas tanah lainnya karena hak milik lah yang ter ( artinya
paling) kuat dan terpenuhi diantara hak atas tanah yang dapat dimiliki oleh orang.
Terkuat, artinya hak milik atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas
tanah yang lain, tidak ada batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari
gangguan pihak lain. Terpenuh, artinya hak milik atas tanah memberi wewenang
kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain.
2. Ciri-ciri Hak milik
Adapun ciri-ciri dari hak milik antara lain:
a) Dapat dijadikan jaminan uang
b) Dapat di gadaikan
c) Dapat dialihkan kepada pihak lain, peralihan hak milik ini diatur
pada pasal 20 ayat 2 UUPA, yaitu hak milik dapat beralih dan
dialihkan kepada pihak lain.
d) Dapat dilepaskan secara sukarela
e) Dapat di wakafkan, hal ini disebabkan hak milik mempunyai sifat
terkuat, tidak memiliki keterikatan dengan waktu. Beda halnya
dengan hak pakai yang tidak bisa di wakafkan karena ada
keterikatan dengan waktu
3. Subjek Hak Milik
Subjek hak milik menurut UUPA dan Peraturan pelaksanaanya, adalah:
a ) Perseorangan
Hanya warga Negara Indonesia yang dapat mempunyai hak milik (Pasal
21 ayat 1 UUPA)
b) Badan-badan Hukum
Pemerintah menetapkan badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik dan syaratnya (Pasal 21 ayat 2 UUPA) Menurut Pasal 1 PP No. 38 Tahun
1963 tentang penunjukan badan- badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik atas tanah, yaitu bank- bank yang didirikan oleh Negara (Bank Negara),
koperasi pertanian, badan keagamaan, dan badan sosial. Menurut Pasal 8
ayat 1 Permen Agraria/ kepala BPN No. 9 Tahun 1999 tentang tata cara
pemberian dan pembatalan hak atas tanah dan hak pengelolaan, badanbadan hukum yang dapat mempunyai hak milik, adalah Bank Pemerintah,
badan keagamaan dan badan sosial yang ditunjuk oleh pemerintah.
mempunyai hak milik dan syaratnya (Pasal 21 ayat 2 UUPA) Menurut Pasal 1
PP No. 38 Tahun 1963 tentang penunjukan badan- badan hukum yang dapat
mempunyai hak milik atas tanah, yaitu bank- bank yang didirikan oleh Negara
(Bank Negara), koperasi pertanian, badan keagamaan, dan badan sosial.
Menurut Pasal 8 ayat 1 Permen Agraria/ kepala BPN No. 9 Tahun 1999 tentang
tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah dan hak pengelolaan,
badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik, adalah Bank
Pemerintah, badan keagamaan dan badan sosial yang ditunjuk oleh
pemerintah.
Menyangkut tanah yang dapat diberikan dengan hak guna usaha telah
diatur dalam Pasal 4 PP Nomor 40 Tahun 1996 sebagai berikut:
a) Tanah yang dapat diberikan hak guna usaha adalah tanah Negara.
b) Dalam hal tanah yang akan diberikan HGU itu adalah tanah Negara
yang merupakan kawasan hutan, maka pemberian HGU dapat dilakukan
setelah tanah yang bersangkutan dikeluarkan statusnya sebagaikawasan
hutan.
c)
d)
Dalam hal diatas tanah yang akan diberikan dengan HGU itu
terdapat tanaman atau bangunan milik pihak lain yang keberadaanya
berdasarkan atas hak yang sah, pemilik bangunan dan tanaman
tersebut harus diberi ganti rugi yang dibebankan kepada pemegang
HGU baru.
b) Hak milik (adat) dan hak lainya yang sejenis sebagai yang
disebutkan dalam pasal II ketentuan konversi, jika tanah pertanian,
tanah perikanan, atau tanah peternakan dan yang empunya tidak
memenuhi syarat umum mempunyai tanah dengan hak milik yang
ditetapkan dalam pasal 21. HGU yang berasal dari hak milik (adat)
dan hak lainnya itu berjangka waktu 20 tahun, sesuai dengan
ketentuan mengenai konversi hak eigendom dalam pasal 1 ayat 3
ketentuan-ketentuan konversi.
2)
Sebagaimana yang terdapat pada hak milik sebagai hak primer utama tetap
mempunyai batas waktu atau hapus. Hal ini juga berlaku pada Hak GunaUsaha .
Sesuai ketentuan yang berlaku dalam Pasal 34 UUPA Tahun 1960 dinyatakan
bahwa hak guna usaha hapus karena,:
a) Jangka waktunya berakhir
b) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuai syarat tidak
dipenuhi
c) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir
d) Dicabut untuk kepentingan umum
e) Ditelantarkan
f) Tanahnya musnah
g) Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2)
BAB III
KESIMPULAN
Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuhi
yang dapat dipunyai orang atas tanah dan juga hak milik dapat
beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Terkait ketentuan
tentang hak milik dapat kami simpulkan bahwa ketentuan hak
milik ini diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUPA. Secara
khusus diatur dalam Pasal 20 sampai Pasal 27 UUPA. Menurut
pasal 50 ayat 1 UUPA, ketentuan lebih lanjut mengenai hak
milik diatur dengan Undang-umdang. Undang-undang yang
diperintahkan disini sampai sekarang belum terbentuk. Untuk
itu berlakulah pasal 56 UUPA, yaitu selama undang-undang
tentang hak milik belum terbentuk, maka yang berlaku adalah
ketentuan hukum adat setempat dan peraturan-peraturan
lainya sepanjang tidak bertentangan dengan UUPA.
Pemerintah (PP) No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB, dan hak
pakai, secara khusus diatur dalam pasal 2 sampai dengan 18.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono, Boedi. 2003.
Hukum Agraria Indonesia,
Jakarta: Djambatan. Muljadi, Kartini dan Gunawan wijaya. 2007.
Hak-hak atas tanah,
Jakarta:Kencana Prenada Media group Perangin, Efendi. 1989.
Hukum Agraria di Indonesia Suatu Telaah dari Sudut pandang Praktisi.
Hukum,
Jakarta: Rajawali. Santoso, Urip. 2005.
Hukum Agraria & hak-hak Atas Tanah,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soimin, Soedharyo.1994.
Status Hak dan pembebasan Tanah
, Jakarta: Sinar Grafika. Supriadi.2007.
Hukum Agraria,
Jakarta: Sinar Grafika. Undang-undang Pokok Agraria.