Anda di halaman 1dari 7

PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT

PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT


Ns. Anshar Bonas Silfa, S.Kep
PENDAHULUAN
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan
maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan
budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit,
menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah
rumah sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang
saat ini digunakan mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh
Join Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang
kemudian disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang
dipakai Indonesia saat ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit
yang dikeluarkan oleh KARS. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan
Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang
terdiri dari dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien

ELEMEN PATIENT SAFETY


Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
Restraint use
Nosocomial infections
Surgical mishaps
Pressure ulcers
Blood product safety/administration
Antimicrobial resistance
Immunization program
Falls
Blood stream vascular catheter care
Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports
MOST COMMON ROOT CAUSES OF ERRORS
Communication problems
Inadequate information flow
Human problems
Patient-related issues
Organizational transfer of knowledge
Staffing patterns/work flow
Technical failures
Inadequate policies and procedures
(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003. ) Agency for Healthcare Research and
Quality
INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS
1. Identify patients correctly
2. Improve effective communication
3. Improve the safety of high-alert medications
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
5. Reduce the risk of health care-associated infections
6. Reduce the risk of patient harm from falls
MEMBANGUN KESADARAN PERAWAT (NURSING AWARENESS) AKAN PATIENT
SAFETY
Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit
(sebesar 40 60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan
pasien.
Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and abilities, prevention of
illness and injury, alleviation of suffering through diagnosis and treatment of human
response, and advocacy in the care of individuals, families, communities, and populations
(ANA, 2003). Berangkat dari definisi inilah, peran-peran perawat dalam mewujudkan patient
safety di rumah sakit dapat dirumuskan. Antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan,
perawat mematuhi standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan prinsipprinsip etik dalam pemberian pelayanan keperawatan; memberikan pendidikan kepada pasien
dan keluarga tentang asuhan yang diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang
handal dalam pemberian pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap
pasien dan keluarganya; peka, proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap

kejadian tidak diharapkan; serta mendokumentasikan dengan benar semua asuhan


keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarga.
Perawat bertanggung jawab dalam:
Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-kemungkinan resiko
Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang berwenang
Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas/mutu
pelayanan
Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya
Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection control)
Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi kejadian error
Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter ahli farmasi dan
lain-lain
Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat
Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisa dan
mempelajari kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD)
Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk pelaksanaan
akreditasi
Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap excellence
dalam patient safety
QUALITYWORKPLACES = QUALITY PATIENT CARE
Secara terus menerus mengembangkan peranan keperawatan
Menentukan ruang lingkup praktek keperawatan sehingga perawat, atau disiplin lainnya,
dan masyarakat menyadari terjadinya proses evolusi pada profesi
Mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi
Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu pernyataan sikap tentang pentingnya suatu
lingkungan kerja yang aman
Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam pengembangan kebijakan untuk lingkungan
kerja yang aman
Mendukung penelitian, mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan penyebarluasan data
setelah tersedia
Mendorong Lembaga pendidikan untuk meningkatkan kerjasama dengan memberikan
kesempatan untuk kolaborasi dan penekanan pada teori kerja sama tim
Menyajikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan yang menunjukkan efektivitas praktik
lingkungan positif melalui rekrutmen dan inisiatif retensi, mengurangi tingkat drop out, opini
publik, memperbaiki perawatan dan tingkat kepuasan pasien lebih tinggi
Menggunakan sebagai tool kit untuk memberikan informasi latar belakang tentang
pentingnya lingkungan kerja yang positif
PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PENGKAJIAN KESELAMATAN PASIEN
Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi kepada struktur, lingkungan,
peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya.
1. Struktur
Kebijakan dan prosedur organisasi : Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang
telah dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ?
Persediaan : Apakah hal hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di ruang

emergency, ruang ICU


2. Lingkungan
Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera
Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti ruang
operasi , hal ini diperlukan misalnya pada saat operasi bedah tulang suhu ruangan akan
berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari semen
Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang
memberikan pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien
Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap penampilan seperti teknik
memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera.
Selain itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya
seperti pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan
pasien.
3. Peralatan dan teknologi
Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat.
Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar .
Keamanan : Alat alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat
meningkatkan keselamatan pasien.
4. Proses
Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya
penjelasan dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini
akan berdampak terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research
based practice yang diimplementasikan.
Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus menerus saat
praktek akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko
tinggi terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu system pengingat
untuk mengurangi kesalahan
Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah tergambar
ada pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti
pemberian obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien pasien emergency oleh
karena itu pada saat saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau
tidak.
Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena
perawat sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostic atau
ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotic atau tromblolitik,
keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu perawatan
tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.
5. Orang
Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang. Sikap
dan motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahan-kesalahan.
Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja dengan
menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang.
Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan kebutuhan
dan masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan kesalahan dalam
bertindak.
Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan
pendidikan atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan alat alat kesehatan dengan

teknologi baru dan perawatan penyakit penyakit yang sebelumnya belum tren seperti
perawatan flu babi (swine flu).
Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh terhadap
pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh
terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan
hal hal yang baru.
6. Budaya
Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan keselamatan
pasien.
Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan nilai yang
dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan
Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan dapat
segera terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang menerima
laporan).
Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat hambatan
karena terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming) merupakan
phenomena yang universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur
komunikasi yang jelas.
Staff kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang penting
adalah system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan dan
mengantur personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan
Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan
Pasien Rumah Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan
pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta
tampak bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak
Diharapkan). KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah
(error), berasal dari berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini
merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan
pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk
menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini
di pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama
merek atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol
untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah
yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.

Pastikan Identifikasi Pasien.


Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering
mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan
prosedur yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi
ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan
pasien dalam proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam
suatu sistem layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta
penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit
pelayanan, dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya
kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan
cedera terhadap pasien. Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien
termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis;
memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaanpertanyaan pada saat serah terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses
serah terima.
Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar
adalah akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar.
Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah
untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi
prapembedahan; pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan
melaksanakan prosedur; dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat
sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang
akan dibedah.
Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko,
cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya.
Rekomendasinya adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan
pencegahan atas campur aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah
obat (medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan
suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima
pasien juga disebut sebagai home medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat
admisi, penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi;
dan komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan
ditransfer atau dilepaskan.
Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa

menyebabkan cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta
memberikan medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah
menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan
pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana
menyambung alat-alat kepada pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang
benar).
Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya
melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian
infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita
infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran
preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran
kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik
yang lain.
KESIMPULAN
Hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety butuh upaya
dan kerjasama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana
pelayanan kesehatan, dan perawat memegang peran kunci untuk mencapainya.

Anda mungkin juga menyukai