Pembimbing:
dr. Cahyo Santoso, Sp.KK
Disusun oleh:
Ricky Rachmano Fitrawan
2009.04.0.0106
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA
2015
: 2009.04.0.0008
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. S
Umur
: 68 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
Agama
: Katolik
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Pekerjaan
: Purnawirawan TNI
dan
badan
terasa
pegal.Selain
itu
pasien
juga
pernah
sakit
seperti
ini
III
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi
Tekanan darah
Nadi
RR
Suhu axial
: Baik
: Compos mentis
: Cukup
: Tidak diukur
: 78x/menit
: 20x/menit
: 36,5C
Status Generalis
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Status Dermatologis
Lokasi
Effloresensi
Tampak
vesikel-bula
berisi
cairan
keruh
Lokasi
Effloresensi
IV
RESUME
Pasien datang ke dengan keluhan muncul benjolan-benjolan
berisi cairan pada tangan kanan dan punggung sebelah kanan atas
yang terasa nyeri dan panas.Benjolan tersebut muncul sejak 5 hari
yang lalu.Awalnya berupa bercak kemerahan dengan bintik-bintik
kecil diatasnya pada daerah lipatan siku tangan kanankemudian
bergerombol menjadi satu menjadi benjolan berisi air dan
bertambah
banyak
sampai
pergelangan
tangan
kanan
dan
ketika
itu
itu
pasien
terasa
juga
meriang
dan
mengeluhkan
badan
terasa
kemeng
pada
Effloresensi
dengan
kulit
dasar
diantara
makula
gerombolan
normal.
Lokasi
Effloresensi
DIAGNOSA
Herpes zoster thoracalis
VI
DIAGNOSA BANDING
Herpes simpleks virus zosteiform
Dermatitis kontak alergi
VII
PENATALAKSANAAN
Planning Diagnosis
Pemeriksaan Tzanck smear
Planning Terapi
Medikamentosa
Planning Monitoring
Keluhan.
Keluhan berkurang, tetap atau makin berat. Tanda-tanda
adanya infeksi sekunder dan atau komplikasi.
Edukasi
VIII PROGNOSIS
Baik
TINJAUAN PUSTAKA
HERPES ZOSTER
A. Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.1
B. Etiologi
Virus varisela-zoster. Dimana infeksi primer akan menyebabkan varisela
dan reaktivasi virus laten akan menyebabkan terjadinya herpes zoster.
C. Epidemiologi
1. Usia onset
Lebih dari 66% berusia > 50 tahun dan 5% kasus pada anak < 15
tahun. 2
2. Insidensi
Di Amerika Serikat, hampir 100% dewasa memiliki seropositif untuk
antibody anti-VZV pada usia 30 dan berisiko reaktivasi dari VZV
laten
Terjadi ebih dari 500.000 kasus Herpes Zoster per tahun
Terjadi pada 25% individu terinfeksi HIV, dimana insidensi 8x lebih
zoster.2
3. Faktor resiko
Faktor umum adalah penurunan imunitas terhadap VZV dengan
bertambahnya usia, dengan kasus terbanyak pada usia 55 tahun.
Hal ini dikarenakan penurunan sistem imun secara bertahap
D. Patogenesis
Pada varisela, VZV melewati lesi pada kulit dan mukosa melalui
fiber sensoris secara sentripetal menuju ke ganglia sensoris
E. Gejala klinis
Daerah yang paling sering terkena (predileksi) ialah daerah thorakal
(>50%) , walaupun pada daerah lain dapat terjadi seperti
pada
vesikel
Nyeri (seperti tertusuk, tajam, menembus)
Tenderness atau nyeri tekan
Paresthesia (gatal, terbakar, beku-terbakar, kesemutan)
Allodynia (peningkatan sensitivitas terhadap stimulus ringan) seperti
hembusan angin dapat menimbulkan nyeri pada pasien.
Lesi mukokutaneus
hari)
Lesi baruterus muncul hingga 1 minggu
11
tekadang
hemorhagik
Vesikel-bula oval atau bulat dan dapat umbilikasi
Vesikel erosi membentuk erosi krusta
Skar umum terjadi setelah penyembuhan Herpes zoster
Dikarakteristikkan dengan
Nyeri unilateral
Erupsi vesikel dengan bula terbatas pada dermatom yang menginervasi
oleh
ganglion sensorisnya
F. Diagnosis
Stadium prodormal : suspek Herpes zoster pada individu tua
Dapat
pemeriksaan
neurologis.
Gangguan
sensori
palsy).
Pemeriksaan penunjang
Pewarnaan Tzanck
Sitologi cairan atau kerokan dari dasar vesikel atau pustulakan
menunjukkan giant dan multinucleal acantholytic epidermal sel.
12
kultur VZV). 3
Viral kultur
Isolasi virus pada kultur virus (human fibroblast monolayers)
dari lesi kulit vesikel, specimen biopsy, kerokan kornea dan
cairan vesikel. CSF dapat dijadikan bahan kultur namun lebih
13
G. Diagnosis Banding
1. Herpes Simpleks
2. Pada nyeri yang merupakan gejala prodormal local sering salah
diagnose dengan penyakit reumatik maupun angina pectoris bila di
daerah setinggi jantung. Sehingga untuk membuat diagnose yang
tepat lakukan EKG untuk mengeksklusi ischemic hear disease dan
thorax xray untuk mengeksklusi penyakit pleura dan pulmonology 1
H. Manajemen
Terapi sistemik umumnya simptomatik.Untuk nyeri diberikan analgesi
dan bila disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. 1Obat analgesi yang
dapat diberikan seperti metampiron 4 x 1 tablet/hari dan bila ada infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotik eritromisin : 4 x 250-500 mg/ hari atau
dikloksasilin : 3 x 125-250mg/hari.
14
lagi.Antivirus
mempercepat
resolusi
lesi,
mengurangi
post
herpetic
neuralgia
belum
tersedia
obat
pilihan.
melayang).Hari
pertama
300mg
sehari
diberikan
sebelum
setinggi
itu
imunitas
akan
tertekan
sehingga
harus
15
antara
lain
ptosis
paralitik,
keratitis,
sklreitis,
uveitis,
tua
atau
orang
dengan
kondisi
fisik
sangat
lemah/
immunocompromised.
4. Post Herpetic Neuralgia : bulan hingga tahun. Nyeri kronis atau PHN
yang bertahan setelah lesi sembuh atau bertahan 4 minggu setelah
lesi onset, tanpa memperhatikan stadium penyembuhan. PHN sering
dideskripsikan sebagai rasa terbakar, beku-terbakar, atau nyeri
lancip. PHN dapat timbul pada usia diatas 40 tahun, persentasenya
10-15%. Makin tua penderita makin tinggi presentasenya. PHN sering
menyebabkan depresi pada penderita.
5. Paralisis motorik terjadi pada 1-5% kasus akbiat penjalan virus
secara perkontinuatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang
berdekatan. Paralisis umumnya timbul dalam 2 minggu sejak onset
munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di wajah,
diafragma, batang tubuh, ekstrimitas, vesika urinaria dan anus. Yang
umumnya sembuh spontan.
6. Infeksi dapat menjalar ke organ dalam seperti paru, hepar dan otak. 1
16
J. Prognosis
Umumnya baik. Pada herpes zoster optalmikus prognosis bergantung
pada tindakan perawatan secara dini.1
K. Pencegahan
Vaksin hidup dilemahkan seperti pada vaksin varisela namun dengan
titer yang lebih tinggi telah dilesensikan untuk prevensi herpes zoster
(Zostavax)
yang
direkomendasikan
untuk
semua
individu
60
17
18
DAFTAR PUSTAKA
1 Handoko RP. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. Edisi Kelima.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
2 James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the skin: Clinical
dermatology. 11th edition. Elsevier Inc. 2011.
3 Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 7th edition. America:The
McGraw-Hill Companies.2008.
19