Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Natural

Vol. 9, No. 2, 2009

Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}] :
A COMPLEX WITH CANCER DRUG POTENTIAL
Ilham Maulana
Jurusan Kimia
Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala
Darussalam-Banda Aceh

Abstract. Complex of Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}] has been synthesized by employing a known carbaborane


based phosphine ligand, rac-1,2-bis-tertier-butylchlorophosphino-closo-dodecaborane, with complex 3 cis-[PtCl2(COD)]
(COD = 1,5-cyclooctadiene) in an N2-atmosphere. The obtained complex possesses an expected structure configuration,
namely cis-rac. The characterization of the complex has been carried out using 1H, 31P, 13C and 11B-NMR (Nuclear
Magnetic Resonance), X-ray of single crystals, elemental analysis, IR (infra red) and mass spectroscopy (MS).
Keywords: Complex compounds, phosphine ligand, carbaborane

I. PENDAHULUAN
Kimia koordinasi dari senyawa complex dari
group logam platina diketahui sejak lama
mempunyai potensi aplikasi yang sangat baik
sebagai bahan anti kanker dalam proses
khemoterapi [1]. Senyawa kompleks platinum
pertama yang diketahui mempunyai kemampuan
sebagai inhibitor kanker adalah
cisdiamminedichloro platinum(II), cisplatin [2].
Cisplatin adalah salah satu dari banyak obat
kanker yang digunakan luas saat ini. Biasanya
senyawa ini digunakan secara efektif untuk
mengobati testicular carcinomas [3].
Sementara cisplatin lebih umum digunakan dalam
proses khemoterapi, terapi kanker yang memakai
penyinaran neutron, BNCT (boron neutron capture
trherapy), menitikberatkan pada kandungan boron
yang terdapat dalam senyawa yang dipakai
sebagai anti kanker. Terapi BNCT didasarkan
pada reaksi inti 10B(n, )7Li. Reaksi ini terjadi jika
boron-10 disinari dengan neutron termal. Reaksi
tersebut melepaskan radiasi transfer energi liner
yang tinggi yang berbentuk partikel (4He) dan
atom litium (7Li) [4]. Senyawa-senyawa yang
digunakan dalam BNCT harus mempunyai
kandungan atom boron yang tinggi dan
mempunyai kestabilan dalam katabolisme. Salah
satu kelompok senyawa yang cocok diaplikasikan
dalam
BNCT
adalah
dicarba-closododecaboranes(12), karena mengandung sepuluh
atom boron dalam setiap molekulnya.

Senyawa turunan phosphin dari dicarba-closododekaboran(12) yang pertama sekali disintesa


tahun 1963 [5], telah digunakan sebagai ligan dalam
kimia koordinasi logam-logam transisi sejak tahun
1965 [6]. Kombinasi senyawa kompleks platina
yang berorientasi cis dengan ligan berbasis
karbaboran akan menghasilkan senyawa kompleks
yang dapat diaplikasikan baik dalam khemoterapi
maupun dalam BNCT.
Penelitian ini melaporkan sintesa senyawa
kompleks platina dengan ligan karbaboranilphosphin serta karakterisasinya.

II. METODOLOGI
Semua perlakuan dan reaksi dilakukan dalam
amosfer nitrogen kering dengan menggunakan
teknik standard Schlenk dan vakum. Pelarut toluen
dikeringkan dengan cara merefluk campuran
Na/bezophenon dan toluen serta didestilasi dalam
atmosfer nitrogen [7]. Alat-alat gelas dikeringkan
dalam oven selama beberapa hari dan dirangkai
dalam keadaan panas dan dalam atmosfer nitrogen
kering.
Spektrum infra merah direkam pada alat FT-IR
Perkin-Elmer System 2000 menggunakan plat KBr.
Spektrum 1H, 13C, 31P and 11B NMR direkam pada
spectrometer AVANCE DRX 400 (Bruker) dengan
tetrametilsilan (TMS) sebagai standard untuk

Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]: A complex with cancer drug potential (Ilham Maulana )


_________________________________________________________________________________________________

spectrum 1H dan 13C, dan 85 % H3PO4 dan


BF3(OEt2) berturut-turut sebagai standar eksternal
untuk 31P dan 11B. Analisa elemental dilakukan
pada VARIO EL (Heraeus), dan spektroskopi
massa pada Ltd. ZAB-HSQ-VG Analytical
Manchester Spectrometer (FAB mass spectra).
rac-1,2-Bis(tert-butylchlorophosphino)-1,2dicarba-closo-dodecborane (12) (1) [8] dan
[PtCl2(COD)] (2) [9] disintesa dengan merujuk
pada referensi yang telah tersedia.
Sintesa cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]
(3)
Sebanyak 0,2 g (0,53 mmol) senyawa
[PtCl2(COD)] (2) dilarutkan dalam 50 ml toluen.
Kemudian ditambahkan larutan 1 (0,21 g; 0,53
mmol) dalam 50 ml toluene. Setelah direfluk
selama 2 jam, pelarut dievaporasi dengan
menggunakan pompa vakum sampai menyisakan
20 ml volume larutan. Larutan ini didiamkan pada
temperatur kamar selama satu hari untuk
menghasilkan kristal tidak berwarna sebanyak
0,25 g (73%).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil sintesa dicarba-closo-dodecaborane(12)
dengan gugus fungsi P-Cl pertama sekali
dilaporkan pada tahun 1963 oleh Alexander dan
Schroeder. Sintesa dilakukan dengan mereaksikan
dilitiocarbaborane dengan diklorophosphin.10
Kemampuan
dicarba-closo-dodecaborane(12)
untuk mengalami litiasi langsung jika direaksikan
dengan
n-butillitium
dan
menghasilkan
dilitiocarbaborane, dimanfaatkan untuk membuat
bahan dasar yang akan direaksikan dengan
berbagai berbagai klorophosphin yang sesuai.11
Pendekatan ini dipakai untuk mensintesa rac- and
meso-1,2-bis(tert-butylchlorophosphino)-1,2dicarba-closo-dodecaborane (12) (1) [8].
Senyawa 1 didapatkan dari reaksi antara
carbaborane terlitiasi, 1,2-Li2C2B10H10, dengan
t
BuPCl2 pada temperatur kamar dan menghasilkan
campuran dari dua diastereomer (rac-1 dan meso1) dengan rasio 1:1. Kedua diastereomer ini stabil
terhadap oksigen dan uap air dan larut dalam
pelarut-pelarut
organik.
Keduanya
dapat
dipisahkan dengan metode kromatografi kolom
(SiO2, n-heksan). Senyawa hasil separasi akan
memberikan puncak singlet dalam spektrum 31PNMR pada 116,7 ppm (rac-1) dan 116,4 ppm
(meso-1).

Titik Leleh

280 C (terdekomposisi,
menghasilkan
warna
cokelat)

Analisa elemen

(C 18.70; H 4.47) %

Hasil Perhitungan
untuk
C10H28B10Cl4P2Pt

(C 18.83; H 4.31) %

Data Spektroskopi
Massa (FAB-MS)

m/z: 619 (6 %, M+- Cl),


584 (2 %, M+- 2Cl)

Perhitungan massa
molekul untuk
C10H28B10Cl4P2Pt

M = 655.25

H NMR
(CDCl3/TMS, ppm)

3.75 - 1.93 (m, vbr, 10H,


C2B10H10), 1.73 (d, 3JPH =
22 Hz, 18H, CH3)

13

C NMR
(CDCl3/TMS, ppm)

85.1 (dt, 2JCPt = 102.6 Hz,


1
JPC = 28.1 Hz, Ccluster-P),
50.1 (m, 2JCPt = 54.0 Hz,
1
JPC = 40.1 Hz, 3JPC = 7.9
Hz, CMe3), 28.5 (q, 1JCH =
130.0 Hz, 2JPC = 4.5 Hz,
CH3)

11

B NMR (CDCl3,
ppm)

0.83 (d, 1JBH = 151 Hz,


2B, C2B10H10), -3.08 (d,
1
JBH = 154 Hz, 2B,
C2B10H10), -9.44 (m, vbr,
6B, C2B10H10)

31

P NMR (CDCl3,
ppm)

122.6 (1JPPt = 3873 Hz)

IR (KBr, cm-1)

3015m, 2995m, 2961m,


2926m, 2868m (CH);
2678m, 2666s, 2639s,
2595s,
2576s,
2564s
(BH); 1955w, 1626w,
1471s, 1459s, 1433m,
1401s, 1368s, 1261m,
1165s, 1070s, 1017s,
976w, 930m, 902w, 884w,
835m, 797s, 772m, 749s,
733s, 682w, 665m, 629s,
570s, 542s, 495s, 458m,
448m

Pada spektrum 13C-NMR, kedua senyawa tersebut


menunjukkan sistem spin AAXX untuk gugus
PCCP. Spektrum 11B-NMR menunjukkan empat
puncak lebar dengan rasio 2:2:4:2. Perbandingan ini
dapat diarahkan pada sistem distribusi atom boron
dalam klaster carbaborane, dimana atom boron yang
paling dekat dengan atom C mempunyai pergeseran
kimia tertinggi [12].

Tabel 1. Data karakterisasi Senyawa 3

18

Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]: A complex with cancer drug potential (Ilham Maulana )


_________________________________________________________________________________________________

Kopling juga terlihat antara atom C pada group tertbutil dengan logam pusat platinum, dimana
konstanta kopling yang terjadi adalah (2JPtC = 54
Hz). Selain itu, pergeseran kimia atom C group tertbutil dari senyawa kompleks 3 dalam spektrum
13
C{1H} NMR berada 10 ppm di medan yang lebih
rendah dibandingkan dengan atom C yang sama
pada ligan bebas.

Reaksi pembentukan senyawa kompleks dari


senyawa 1 sudah dilakukan dengan mereaksikan
campuran diastereomer (rac-1 dan meso-1)
dengan CuCl dalam pelarut THF. Hasil penentuan
struktur dengan memakai Sinar-X menunjukkan
bahwa reaksi ini berhasil mendapatkan 48%
senyawa kompleks Cu(I) yang hanya terdiri dari
satu isomer, yaitu (R,R,R,R/S,S,S,S)-[{Cu{1,2
(PtBuCl)2C2B10 H10} (-Cl)}2]. Selain itu
[AuCl{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}] juga telah
disintesa dari rac-1 untuk menghasilkan 17%
senyawa kompleks Au(I) [8]. Namun demikian
belum ada senyawa kompleks dari logam platinum
yang disintesa dari ligan tersebut. Senyawa
kompleks cis-platinum sangat berpotensi untuk
diaplikasikan sebagai obat anti kanker [3]
Penelitian ini melaporkan hasil sintesa senyawa
kompleks cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]
(3).

Kristal tunggal senyawa 3 didapatkan dari larutan


hasil reaksi yang dipekatkan pada temperatur
kamar. Senyawa 3 membentuk kristal orthorombik
dengan space group Pbca dan delapan unit formula
dalam setiap unit sel.
Cl4

Cl3

C6

Senyawa kompleks
3
disintesa dengan
mereaksikan ligan 1 dengan senyawa kompleks
[PtCl2(COD)] (2) dalam pelarut toluen pada suhu
refluks. Kristal tidak berwarna dari senyawa 3
didapatkan setelah konsentrat larutan hasil reaksi
ini didiamkan pada temperatur kamar selama satu
hari. Senyawa kompleks 3 stabil terhadap uap air
dan udara dan larut medium dalam pelarut-pelarut
organik.

Pt

C12

C10

C5
C3

P2

P1
C4

C1
Cl1

Senyawa 3 menunjukkan puncak karakteristik


untuk senyawa kompleks platinum dalam
spectrum 31P{1H} NMR. Puncak yang dihasilkan
berbentuk satelit yang merupakan hasil kopling
antara 31P dan 195Pt. Satelit yang terjadi dibentuk
dari tiga garis sinyal dengan rasio intensitas 1:4:1
[13] Senyawa kompleks 5 memberi puncak pada
122,6 ppm dalam spektrum 31P{1H} NMR.
Dibandingkan dengan puncak yang ditimbulkan
oleh ligan bebas, sinyal senyawa 3 tergeser sekitar
6 ppm ke medan lemah. Hal ini mengindikasikan
donasi rapatan elektron dari atom posfor pada
ligan ke logam platinum. Konstanta kopling antara
atom posfor dengan logam platinum JP-Pt dari
senyawa
3
sebesar
3873
Hz,
yang
mengindikasikan bentuk koordinasi isomer cis
dari ligan bidentat pembentuk kompleks. Nilai
konstanta kopling untuk kompleks logam platinum
yang terkoordinasi trans jauh lebih rendah [13].
Beberapa penelitian sebelumnya membuktikan
bahwa konstanta kopling P-Pt juga merefleksikan
kekuatan ikatan P-Pt [14]. Secara umum nilai
kopling konstanta P-Pt naik seiring dengan
naiknya elektronegatifitas substituen pada atom
posfor. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
karakter akseptor pada atom posfor [15].

C9

C2
C8

Gambar 1. Struktur molekul dari 3 (plot ORTEP dengan


skema pelabelan atom, ellipsoid termal digambarkan pada
level kemungkinan 50%, atom-atom hidrogen dihilangkan
untuk memudahkan visualisasi. Gambar hanya
menunjukkan satu enantiomer)

Senyawa 3 membentuk bidang koordinasi segi


empat planar yang terdistorsi, dimana logam
platinum terikat pada dua ligan klorida dengan
posisi cis, dan dua atom posfor dari ligan khelat
karbaboranilpofin. Sehingga atom pusat platinum
memiliki bilangan koordinasi empat, yang
merupakan bilangan koordinasi yang paling umum
pada senyawa kompleks platinum(II). Ikatan
koordinasi yang dibentuk oleh ligan khelat
karbaboranilpofin memberikan formasi cincin 5,
dan jumlah sudut total di sekitar logam pusat sekitar
360o.
Tabel 2 Jarak ikatan () dalam senyawa kompleks 3

19

Pt(1)-P(2)

2.208(9)

Pt(1)-P(1)

2.217(8)

Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]: A complex with cancer drug potential (Ilham Maulana )


_________________________________________________________________________________________________

Senyawa 3 sangat potensial menjadi salah satu


inhibitor kanker karena memiliki logam platinum
yang terikat secara cis pada kedua ligan klorida.
Sementara di sisi lain, kandungan boran yang sangat
tinggi juga memungkinkan penggunaan senyawa ini
dalam proses BNCT. Penelitian selanjutnya sedang
berlangsung
untuk
menguji
kemungkinan
penggunaan senyawa ini dalam pengobatan kanker.

Pt(1)-Cl(4)

2.324(9)

Pt(1)-Cl(3)

2.334(9)

Cl(1)-P(1)

2.020(1)

Cl(2)-P(2)

2.008(1)

P(1)-C(3)

1.875(3)

P(1)-C(1)

1.890(3)

P(2)-C(2)

1.878(3)

P(2)-C(7)

1.881(3)

KESIMPULAN

C(1)-C(2)

1.708(4)

Senyawa
kompleks
Cis-rac-[PtCl2{1,2(PtBuCl)2C2B10H10}] (3) didapatkan dengan
mereaksikan ligan phosphin berbasis karbaborana
yang
sudah
diketahui,
rac-1,2-bis-tersierbutilklorophosphino-closo-dodekaborane(12) (1),
dengan senyawa kompleks cis-[PtCl(COD)] (2)
(COD = 1,5-cyclooctadiene) dalam kondisi atmosfir
N2. Sintesa yang dilakukan menghasilkan kristal
tidak berwarna sebanyak 73% yield. Senyawa
kompleks 3 yang dihasilkan mempunyai konfigurasi
struktur
yang
diharapkan,
yaitu
cis-rac.
Karakterisasi senyawa yang dihasilkan dilakukan
dengan menggunakan NMR (Nuclear Magnetic
Resonance)-1H, -31P, -13C dan -11B, refraktometer
sinar-X dari kristal tunggal, analisa elementar, IR
(infra merah) serta spektroskopi massa (MS),
memberikan data-data yang cocok untuk
pembentukan
senyawa
kompleks
Cis-rac[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}].
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada DAAD
(Deutsch Austausch Dienst) untuk bantuan
finansial, Dr. Peter Loennecke untuk pengukuran
Sinar-X, serta Prof. Evamarie Hey-Hwkins atas
kesempatan untuk menggunakan fasilitas Lab.
Kimia Anorganik, Universitas Leipzig.

Gambar 2. Struktur molekul dari 3 (visualisasi POVRay)

Terbentuknya senyawa kompleks platinum dengan


geometri dua ligan klorida berposisi cis,
memberikan kemungkinan untuk mengaplikasikan
senyawa ini sebagai senyawa obat anti kanker.
Penggunaan senyawa kompleks platinum yang
mempunyai dua ligan klorida berposisi cis sudah
dilakukan sejak lama. Kimia koordinasi dari
senyawa complex dari group logam platina
diketahui sejak lama mempunyai potensi aplikasi
yang sangat baik sebagai bahan anti kanker dalam
proses khemoterapi [1]. Senyawa kompleks
platinum pertama yang diketahui mempunyai
kemampuan sebagai inhibitor kanker adalah cisdiamminedichloroplatinum (II), cisplatin [2].
Cisplatin adalah salah satu dari banyak obat
kanker yang digunakan luas saat ini. Biasanya
senyawa ini digunakan secara efektif untuk
mengobati testicular carcinomas [3].

REFERENSI

20

1.

C. J. Williams dan M. A. Whitehouse, 1979,


Cis-platinum: a new anticancer agent, British
Medical_Journal, 1, 1689-1691.

2.

M. Peyrone, 1969, Annalen der Chemie und


Pharmacie, 1844, Band LI, 1 ff.

3.

B. Rosenberg, L. VanCamp, J. E. Trosko, V.


H. Mansour, 1969, Nature, 222, 385

4.

M. Rozencweig, D. D. von Hoff, M. Slovik,


1987, Ann. Intern. Med., 86, 803

Cis-rac-[PtCl2{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}]: A complex with cancer drug potential (Ilham Maulana )


_________________________________________________________________________________________________

5.

G. L. Locher, 1936, Am. J. Roentgenol.


Radium Ther., 36, 1

Dicarbaclovodo-decaborane (l2) and


Derivatives I, Inorg. Chem., 2, 1097-1105

6.

R. P. Alexander dan H. J. Schroeder, 1963,


Chemistry of Decaborane Phosphorus
Compounds. IV. Monomeric, Oligomeric,
and Cyclic Phosphinocarboranesl, Inorganic
Chemistry, 2, 1107

15. H. Beall, dalam: E.L. Muetterties (Ed.), 1975,


Boron Hydride Chemistry, Academic Press,
New York, Chapt. 9

7.

8.

9.

its

16. S. Berger, S. Braun, H.-O. Kalinowski, 1969,


NMR-Spectroscopy of the Non-Metallic
Elements, VCH Verlagsgesellschaft mbH,
Weinheim

H. D. Smith, Jr., 1965, Complexes of


Bisphosphinocarboranes with Nickel (I1)
Chloride, J. Am. Chem. Soc., 87, 1817

17. W. E. Hill, B. G. Rackley, M. L. SilvaTrivino, 1983, Inorg. Chim. Acta., 75, 51

S. Al-Baker, W. E. Hill, C. A. McAuliffe,


1985, Gold(!) Complexes of 1.2-Ditertiary
phosphino-o-carborane
Ligands:
Two-,
Three-, and Four-co-ordination, J. Chem.
Soc. Dalton Trans. 1387-1390

18. S. O. Grim, R. L. Keiter, W. McFarlane, 1967,


A
Phosphorus-31
Nuclear
Magnetic
Resonance Study of Tertiary Phosphine
Complexes of Platinum(II) Inorg. Chem., 6,
1133-1137

O. Crespo, M. C. Gimeno, P. G. Jones, A.


Laguna, J. M. Lopez-de-Luzuriaga, M.
Monge, J. L. Perez, M. A. Ramon, 2003,
Luminescent nido-Carborane-Diphosphine
Anions [(PR2)2C2B9H10]-(R ) Ph, iPr).
Modification of Their Luminescence
Properties upon Formation of ThreeCoordinate Gold(I) Complexes Inorg. Chem.,
42, 2061

10. D. D. Perrin dan W. L. F. Armarego, 1988,


Purification of Laboratory Chemicals, 3. Ed.,
Pergamon Press, Oxford, 85-86
11. A. Sterzik, E. Rys, S. Blaurock, E. HeyHawkins, 2001, Synthesis and coordination
properties of 1-tert-butylchloro phosphinoand 1,2-bis(tert-butylchlorophosphino)-1,2dicarba-closo-dodecaborane(12)-molecular
structures
of
rac
and
meso-1,2(PtBuCl)2C2B10H10 and (R,R,R,R /S,S,S,S)[{Cu{1,2-(PtBuCl)2C2B10H10}(-Cl)}2],
Polyhedron, 20, 3007-3014
12. F. A. Cotton, 1972, Inorg. Syn., 13, 48
13. R. P Alexander, H. J. Schroeder, 1963,
Chemistry
of
Decaborane-Phosphorus
Compounds. IV. Monomeric, Oligomeric,
and Cyclic Phosphinocarboranes, Inorg.
Chem., 2, 1107-1110
14. T. L. Heying, J. W. Ager, Jr., S. L. Clark, R.
P. Alexander, S. Papetti,J. A. Reid, S. I.
Trotz,
1963,
A
New
Series
of
Organoboranes. III. Some Reactions of1,2-

21

Anda mungkin juga menyukai