Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REVIEW JURNAL

MATA KULIAH FENOMENA DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

GLOBAL AND REGIONAL TRENDS IN GREENHOUSE GAS


EMISSIONS FROM LIVESTOCK
(Dario Caro Steven J. Davis Simone Bastianoni Ken Caldeira)

OLEH
MEUTIARA CITRA AGISTA
1106021512
ABSEN 14

TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


A.

Latar Belakang
Pemanasan global menjadi salah satu permasalahan lingkungan yang
mendapat perhatian secara regional maupun global. Pemanasan global disebabkan oleh
efek yang dihasilkan oleh gas-gas rumah kaca. Gas rumah kaca (GRK) merupakan
sejumlah gas yang terdapat di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Efek
rumah kaca terjadi akibat kenaikan konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas
lain di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas-gas rumah kaca ini disebebkan oleh
kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu-bara, dan bahan bakar organik lainnya
yang melebihi kemamouan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Energi
yang diserap dari sinar matahari kemudian dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi
inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Sebagaian besar inframerah yang
dipancarkan bumi tertahan oleh gas-gas rumah kaca untuk dikembalikan ke permukaan
bumi. Karena efek rumah kaca membuat perbedaan suhu bumi di malam dan siang hari
tidak terlalu jauh. Meskipun gas rumah kaca hanya membuat 1% dari atmosfer bumi
sementara yang lainnya didominasi oleh uap air, gas rumah kaca mengatur iklim
dengan menjebak panas pada selimut udara yang mengelilingi planet ini. Akan tetapi
efek rumah kaca akibat GRK yang terus meningkat karena aktivitas manusiadan alam,
mengakibatkan perubahan iklim yang ekstrem di bumi. Efek rumah kaca menyebabkan
suhu air laut meningkat dan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub.
Keberadaan gas rumah kaca atau yang dikenal dengan istilah Green House
Gases (GHG) ini disebabkan oleh berbagai aktifitas manusia, di antaranya adalah
pembakaran bahan bakar minyak dan batu-bara yang menghasilkan karbondioksida;
trasnportasi batu-bara, landfill, minyak bumi yang menghasilkan metana; pembakaran
fosil dan lahan pertanian menghasilkan nitrogen oksida; pabrik yang menghasilkan gas
industri; deforestasi; serta aktifitas lainnya yang menghasilkan GRK, seperti belerang
dioksida dan kloroflourokarbon. Selain aktifitas-aktifitas pemicu GRK di atas, terdapat
aktifitas lain yang tanpa disadari menyumbangkan GRK cukup tinggi. Adalah
peternakan yang bertanggungjawab atas sedikitnya 51% dari pemanasan global
(Laporan yang dirilis Watch Magazine edisi bulan November/Desember). Emisi metana
yang dihasilkan dari hewan ternak berperan menghasilkan 72 kali lebih dalam
menyerap panas di atmosfer dibandingkan karbondioksida. Potensi pemanasan metana
adalah 23 kali lebih besar (Perhitungan Asli FAO). Menurut IPCC 2006, diperkirakan
pada tahun 2010 emisi metana dan nitrogen oksida dari ternak di seluruh dunia
mewakili sekitar 9% dari total GRK. Di antara sumber gas non-CO2 , sektor peternakan
2

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


menghasilkan sekitar 25% dari seluruh emisi non-CO2 pada tahun 2001. Emisi langsung
yang dihasilkan dari fermentasi enterik hewan dan dekomposisi pupuk kandang ternak
di seluruh dunia menghasilkan sekitar 9% dari total gas rumah kaca (IPCC 2007).
Sistem produksi ternak, terutama di negara-negara berkembang sangat tinggi
berbanding lurus dengan tingginya pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan permintaan
produk ternak, misalnya susu, telur, keju, dan daging. Pada tahun 2050 diperkirakan
perminataan produk ternak tersebut meningkat dua kali lipat. Studi GRK menyatakan
bahwa emisi CH4 dari fermentasi enterik hewan akan mencapai 31% antara tahun 1990
dan 2003, serta emisi NO2 akan mencapai 20% dari hasil kotoran ternak. Berdasarkan
studi mengenai pengaruh aktifitas manusia terhadap konsentrasi GHG di atmosfer,
maka perlu pembahasan mendalam mengenai potensi GHG yang dihasilkan dari
peternakan karena tanpa disadari aktifitas ini menyumbang konsentrasi GHG yang
cukup besar secara regional maupun global dengan memperkirakan emisi gas rumah
kaca dari 11 kategori ternak di 273 negara selama periode 1961-2010 menggunakan
metode Tier 1, dengan menghitung dampak total sektor peternakan dan variasi rekening
suhu udara rata-rata tahunan, tingkat perkembangan ekonomi, dan kondisi geografis
setiap negara.

B.

Tujuan
Pembuatan makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Menilai total emisi gas rumah kaca per kapita dari sektor peternakan pada negara
maju dan negara berkembang selama periode 1961-2010.
2. Menilai total emisi dari kategori ternak yang berbeda sumber pada negara maju dan
negara berkembang selama periode 1961-2010.
3. Menilai intensitas emisi dari produk ternak paling penting pada negara maju dan
negara berkembang selama periode 1961-2010.
4. Menilai perbandingan tingkat perhitungan yang dikembangkan negara-negara
tunggal.

C.

Metodologi
Dalam penelitian mengenai potensi ternak terhadap produksi gas rumah kaca
ini membutuhkan informasi mengenai jumlah rata-rata hewasn di setiap populasi ternak
3

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


yang ada di negara-negara objek. Data ini diperoleh dari negara-negara anggota melalui
Kantor Statistik Pertahanan Nasional yang kemudian dilaporkan secara resmi kepada
FAO yang memuat dara sejak 1961 hingga 2014. Terdapar sebelas populasi ternak yang
dipertimbangkan dalam penelitian ini, yaitu sapi potong, sapi perah, babi, domba,
kerbau, kambing, bagal, keledai, kuda, unta, dan ayam. Berdasarkan pedoman IPCC
periode 1990-2010 untuk menurunkan emisi selama tiga dekade sebelumnya. Dalam
analisis yang digunakan terdapat tiga tingkatan, yakni tingkat 1 (metode dasar), tingkat
2 (metode menengah), dan tingkat 3 (metode kompleks) yang dianggap akurat (IPCC
2006).

a. Fermentasi Enterik
Fermentasi enterik mengahsilkan produk metana yang dilepaskan oleh hewan ke
atmosfer. Intensitas emisi yang diterapkan dalam penelitian ini khusus untuk ternak,
wilayah, dan tingkat pembangunan ekonomi, mengacu pada tabel 1 IPCC 2006.

b. Manajemen Kotoran Ternak


Kotoran ternak terdiri dari bahan organik dan air. Emisi metana yang dihasilkan dari
kotoran ternak dimediasi oleh bakteri anaerob fakultatif dan diuraikan dalam kondisi
anaerob. Produksi metana dari kotoran ternak juga dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, sehingga dibutuhkan data suhu rata-rata di setiap negara dan standar
faktor emisinya. Emisi N2O terjadi melalui nitrifikasi dan denitrifikasi nitrogen
dalam kotoran hewan. Nitrifikasi merupakan oksidasi mikroba aerobik mengubah
amonium menjadi nitrat. Sementara denitrifikati adalah proses reduksi nitrat menjadi
gas nitrogen. Menurut metode tingkat 1 (IPCC 2006), emisi N2O tergantung pada
jumlah N yang diekskresikan dari ternak setiap spesies. Emisi tidak tergantung pada
suhu rata-rata udara. N yang dihasilkan dikalikan dengan faktor emisi yang sesuai
standar. Hasil N2O diperoleh dari kerugian nitrogen stabil dalam bentuk amonia dan
NOx yang dihasilkan pada titik ekskresi ternak dan tempat perawatan. Kerugian N
kemudian dijumlahkan di seluruh sistem manajemen pupuk kandang dan dikalikan
faktor emisi.

c. Pupuk Sisa Padang Rumput


NOx juga diproduksi secara alamiah melalui proses nitrifikasi dan denitrifikasi
dalam tanah (Bateman dan Baggs 2005). N2O yang diproduksi tidak langsung karena
4

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


limpasan dari tanah yang disimpan oleh binatang pemakan rumput di padang
rumput.

D.

Hasil
Pembahasan dari penelitian dalam makalah ini adalah hasil analisis terhadap
emisi sektor ternak negara maju dan berkembang pada 237 negara dengan karakteristik
masing-masing negara.
Pada gambar 1 menunjukkan tren emisi GRK sektor peternakan yang
diproduksi langsung adalah CH4 dan N2O untuk kategori emisi yang berbeda, yaitu
fermentasi enterik, pupuk kandang, dan pupuk tersisa di padang rumput. Ditemukan
bahwa selama periode 1961-2010 emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan
meningkat 51%. Sektor peternakan secara global menyumbang sekitar 57% dari emisi
gas rumah kaca, dimana 72% adalah gas metana dan 28% adalah N2O.
Gambar 1 Tren Gas Rumah Kaca dari Peternakan Global

Sumber : Jurnal Global and Regional Trends In Greenhouse Gas Emissions from Livesstock

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


Grafik a menyatakan tingkat CH4 dan N2O dinyatakan dalam setara CO2
selama 100 tahun. Grafik b menyatakan emisi hasil fermentasi enterik, manajemen
pupuk kandang, dan pupuk kandang pada rumput. Emisi gas rumah kaca meningkat
dari waktu ke waktu di negara-negara berkembang. Negara-negara maju emisinya
mencapai maksimal pada tahun 1970 dan mengalami penurunan, sedangkan emisi dari
negara-negara berkembang terus meningkat. Kenaikan emisi di negara berkembang
diakibatkan produksi daging sapi yang semakin tinggi. Antara tahun 1961-2010,
negara-negara berkembang mengalami peningkatan emisi ternak 117%.
Gambar 2 membuktikan emisi ternak per kapita dari emitter terbesar selama
periode 1961-2010. Secara global emisi ternak per kapita menurun 32% dimana negara
maju berkurang emisinya sebesar 42% dan negara berkembang sebesar 19%. Gambar 2
menunjukkan bahwa Oceania dan Amerika Selatan merupakan wilayah emisi ternak
terbesar per kapita, dimana enam dari sepuluh emitter terbesar adalah New Zealand,
Australia, Uruguay, Argentina, Paraguay, Brazil. Selandia Baru menjadi emiiter ternak
per kapita sebesar 7,48 tCO2eq per orang. Di Eropa emisi ternak per kapita terbesar
dihasilkan oleh Irlandia pada tahun 2010.

Gambar 2 Emisi Peternakan per Kapita

Sumber : Jurnal Global and Regional Trends In Greenhouse Gas Emissions from Livesstock

Gambar 3 menyajikan emisi gas rumah kaca melalui kategori ternak di negara
maju dan berkembang. Rata-rata emisi yang dihasilkan dari setiap kategori ternak,
adalah 54% emisi sapi dari total emisi ternak, 17% emisi sapi perah, 9% emisi domba,

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


7% emisi kerbau, 5% emisi babi, dan 4% emisi kambing. Daging sapi dan susu sapi
menjadi kontributor terbesar emisi GRK sebesar 74% pada tahun 2010.

Gambar 3 Tren Emisi GRK dari Beberapa Kategori Ternak di Negara Maju
dan Negara Berkembang

Sumber : Jurnal Global and Regional Trends In Greenhouse Gas Emissions from Livesstock

Pada gambar 3 menunjukkan di negara-negara berkembang pada periode


1961-2010 emisi terbesar terjadi di India dalam satuan megaton CO2 atau sebesar 12%
esmisi global sapi perah per tahun setara 58 MtCO2eq. Cina penyumbang terbesar
keseluruhan emisi domba dan babi yaitu 25% dan 30% (25 dan 49 MtCO2eq ) dari
emisi global kedua kategori ternak tersebut.
Gambar 4 menampilkan emisi ternak per GDP. Intensitas emisi ternak di
neagar berkembang lebih tinggi dari negara maju, terutama di negara-negara Afrika
menunjukkan perbedaan besar emisi intensitas produksi ternak.

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock

Gambar 4 Peta Emisi Ternak per GDP dalam Sektor Peternakan

Sumber : Jurnal Global and Regional Trends In Greenhouse Gas Emissions from Livesstock

Pembahasan mengenai perbandingan antara tingkat perhitungan menunjukkan


adanya perbedaan antara tingkat 2 Irlandia dan tingkat 1 perkiraan. Persediaan data
resmi Irlandia melaporkan 9.570 Gg CO2eq dari fermentsi enterik tahun 1990; 9.490
Gg CO2eq tahun 2000; dan 8.540 Gg CO2eq tahun 2010. Sedangkan pada perhitungan
tingkat 1 memperkirakan 9.850 Gg CO2eq tahun 1990; 10.880 Gg CO2eq tahun 2000;
dan 10.140 Gg CO2eq tahun 2010 setara dengan 19% lebih dari tingkat 2. Sementara itu
laporan persediaan Irlandia dari manajemen pupuk adalah 2.790 Gg CO2eq tahun 1990;
2.790 CO2eq tahun 2000; dan 2.570 CO2eq tahun 2010. Sedangkan menurut perkiraan
penulis pada tahun-tahun yang sama, yaitu 2.430 CO2eq; 2.760 CO2eq; dan 2.600
CO2eq atau 13% lebih sedikit pada 1990, 1% lebih sedikit pada 2000, dan 1% lebih
sedikit pada tahun 2010.

E.

Pembahasan
Berdasarkan penelitian mengenai potensi gas rumah kaca yang dihasilkan dari
sektor peternakan menunjukkan beberapa hasil mengenai pertumbuhan emisi di negaranegara maju cenderung stabil dari tahun 1961-2010, sedangkan emisi gas rumah kaca
dari peternakan di negara-negara berkembang mengalami peningkatan. Daging sapi dan
susu sapi menjadi sumber emisi terbesar karena permintaannya yang lebih tinggi
dibandingkan kategori ternak lainnya, misalnya babi dan unggas. Produktivitas
8

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


ekonomi terkait emisi gas rumah kaca lebih besar di negara-negara maju daripada di
negara-negara berkembang. Intensitas emisi produk ternak di negara-negara
berkembang meningkat lebih cepat daripada negara-negara maju. Peningkatan
permintaan kebutuhan ternak di negara-negara berkembang ini memberikan tantangan
bagi negara tersebut karena berpotensi menghasilkan gas rumah kaca dan produktivitas
globalnya. Sebuah penelitian dari jurnal ilmiah Proceedings of National Academy of
Science (PNAS) meneliti mengenai pakan sapi, domba, babi, unggas, dan satwa ternak
lain terkait efisiensi konversi pakan menjadi susu, telur, daging, dan tingkas emisi
GRK. Hewan ternak di negara berkembang membutuhkan pakan jauh lebih banyak
dibandingkan hewan ternak di negara maju untuk menghasilkan satu kilogram protein.
Sehingga unggas jauh lebih efisien dibandingkan susu sapi dan daging sapi. Hewan
ternak ruminan membutuhkan pakan lima kali lebih banyak untuk menghasilkan satu
kilo protein dalam bentuk daging. Perbedaan efifiensi produksi ternak perlu
diperhatikan karena berpengaruh terhadap ketentuan porsi konsumsi susu, daging, dan
telur dalam keseharian. Masyarakat dapat mengubah pola konsumsinya dan
ketergantungan terhadap hasil produksi hewan ternak guna mencegah dampak
peningkatan gas rumah kaca yang dihasilkan dari manajemen pupuk dan fermentasi
enterik. Menjadi salah satu vegan atau vegetarian dapat menjadi solusi untuk
mengurangi ketergantungan akan produksi ternak sehingga mengurangi efek rumah
kaca akibat CO2, CH4, dan N2O yang dihasilkand dari aktifitas peternakan.
Penelitian menggunakan dua metode, tingkat 1 dan tingkat 2. Metode
perhitungan tingkat 1 menunjukkan emisi ternak 237 negara. Perhitungan tingkat 2
menunjukkan emisi ternak Selandia Baru dan Irlandia menjadi lebih efisien dari waktu
ke waktu. Meningkatnya permintaan sektor peternakan ditangkap oleh tingkatan 1 serta
memungkinkan penggunaan database di setiap negara yang dibutuhkan, sedangkan
pada metode tingkat 2 (lebih tinggi) menggunakan nilai-nilai rasional yang lebih
spesifik (IPCC 2006).

F.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut :
1. Emisi CO2 ekuivalen dari sektor peternakan meningkat secara global sebesar 51%
dari tahun 1961-2010 karena peningkatan permintaan produk ternak.
9

Global and Regional Trends in Greenhouse Gas Emissions from Livestock


2. Emisi CH4 dan N2O dihasilkan dari fermentasi enterik, kotoran ternak, dan pupuk
tersisa di rumput.
3. Emisi CO2 ekuivalen per unit GDP negara-negara berkembang lebih tinggi dari
negara-negara maju karena pembangunan ekonomi dan permintaan produksi ternak.
4. Daging sapi da susu merupakan sumber emisi terbesar dari sektor peternakan.
5. Metode perhitungan tingkat 1 menunjukkan produksi ternak menghasilkan emisi gas
rumah kaca dari waktu ke waktu sehingga diperlukan pengembangan kebijakan
dalam mengurangi emisi sektor peternakan.

G.

Referensi
Caro Dario, dkk. 9 Juli 2014. Global and Regional Trends in Greenhouse Gas
Emissions from Livestock.
Apa

Penyebab

Efek

dari

Rumah

Kaca?,

dalam

http://www.artikellingkunganhidup.com/apa-penyebab-efek-dari-rumahkaca.html, diakses pada Sabtu, 18 April 2015 pukul 13.05 WIB.


Efek Rumah Kaca, dalam http://komposisi.sains.lapan.go.id/htm/gasrumahkaca.htm ,
diakses pada Sabtu, 18 April 2015 pukul 13.10 WIB.
Wihardandi, Aji. 9 Desember 2013. Penelitian : Pola Produksi Protein Hewani Dunia
Pengaruhi Perubahan Iklim, dalam http://www.mongabay.co.id/tag/ternak/ ,
diakses pada Sabtu, 18 April 2015 pukul 13.18 WIB.
Peternakan Hasilkan Lebih dari 51 Persen Gas Rumah Kaca Global , dalam
http://www.pemanasanglobal.net/laporan/Peternakan-Hasilkan-Lebih-Dari-51Persen-Gas-Rumah-Kaca-Global.htm , diakses pada Sabtu, 18 April 2015
pukul 13.23 WIB.

10

Anda mungkin juga menyukai