TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Sehat jiwa
Kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi
yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal,
dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang yang sehat jiwa
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
a. Mampu menghadapi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakah" dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru
f. Puas dengan pekerjaannya
Untuk mencapai jiwa yang sehat diperlukan usaha dan waktu untuk
mengembangkan dan membinanya. Jiwa yang sehat dikembangkan sejak masa bayi
hingga dewasa, dalam berbagai tahapan perkembangan. Pengaruh lingkungan
terutama keluarga sangat penting dalam membina jiwa yang sehat.
Salah satu cara untuk mencapai jiwa yang sehat adalah dengan penilaian diri
yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
cara berperan, dan cara bertindak. Penilaian diri seseorang positif apabila seseorang
cenderung:
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
Sehat jiwa
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten
Masalah psikososial
Pikiran kadang menyimpang
Ilusi
Reaksi emosional
Gangguan jiwa
Waham
Halusinasi
Ketidak
mampuan
Prilaku sesuai
Hubungan sosial memuaskan
mengendalikan emosi
Ketidak teratiran
Isolasi sosial
Intervensi dilakukan jika resiko atau masalah sudah diidentifikasi tapi sebelum
reaksi terjadi. Strategi mencakup: pendidikan kesehatan, olahraga dan perubahan
gaya hidup.Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Memberikan pendidikan yang dilakukan adalah :
1) Pendidikan menjadi orang tua
2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasi anak dengan lingkungan
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress :
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pascabencana
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat
tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa
kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan.
2) Menggerakan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi
anak yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahliaan masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM (Lembaga Survei
Masyarakat) untuk memperoleh tempat tinggal.
d. Program pencengahan penalahgunaan obat sering digunakan secagai kopoing
untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dilakukan :
1) Pendidikan kesehatan telatih koping positif untuk mengatasi stress
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orag lain.
3) Latihan Afirmasi : dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
e. Program pencengahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan. Oleh
karna itu dilakukan program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang tanda-tanda bunuh diri
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencengah bunuh diri
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif
2. Pencegahan Sekunder
Meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan, mengurangi reaksi dan
mendukung
sistem
dan
intervensi-intervensinya.
Aktivitas
pada
melakukan
pengawasan
ketat,
menguatkan
koping,
dan
kemampuan
dan
potensi
yang
perlu
dan
Swain
(dalam
Marriner-Tomey,
1994)
juga