Tugas Wawasan Kemaritiman
Tugas Wawasan Kemaritiman
OLEH :
KELOMPOK 3
1.
2.
3.
4.
5.
SRI AMALIYA
(F1A1 14 042)
SITI ROMLAH
(F1A1 14 040)
SITI SARMINA
(F1A1 14 041)
SRI MULIANI INDRAWATI (F1A1 14 043)
SULASTRI JAMALUDIN
(F1A1 14 044)
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
A. Potensi Kelautan Indonesia
Posisi Indonesia yang terletak di antara benua Asia dan Australia serta
diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia menjadikan wilayah perairan
laut Indonesia sebagai perairan berproduktivitas tinggi dengan daya dukung alam
(natural carrying capacity) yang kuat. Selain itu, letak Indonesia di wilayah tropis
dengan tingkat perubahan suhu lingkungan yang relatif rendah memungkinkan
perkembangan berbagai hayati laut sehingga Indonesia dipandang dunia sebagai
daerah megabiodiversity. Posisi geografis yang strategis ini menjadikan
Indonesia sebagai wilayah yang berpotensi besar baik dalam hal ekonomi maupun
geo-politik. Sekitar 40% lalu lintas perdagangan barang dan jasa yang diangkut
kapal melintasi perairan Indonesia. Dengan 75% wilayah Indonesia berupa laut
dan wilayah pesisir (coastal zone) dengan kandungan sumberdaya alam yang kaya
dan beragam, maka sektor kelautan merupakan sektor strategis bagi pembangunan
ekonomi Indonesia ke depan. Sekitar 70% produksi minyak dan gas nasional
berasal dari wilayah pesisir dan lautan (offshore). Sumberdaya hidrokarbon,
khususnya minyak dan gas
sangat
besar
sedangkan
yang
yang
tersedia
di
60
titik
cekungan
masih
Minyak, tersedia 86,9 miliar barel, dan baru dicadangkan untuk dieksploitasi 9,1
miliar barel, sedangkan yang sudah diproduksi baru mencapai 0,387 miliar barel.
Gas, tersedia 384,7 Trillion Standard Cubic Feet (TSCF), dan dicadangkan 185,8
TSCF, sedangkan yang sudah diproduksi hanya 2,95 TSCF (Firmanzah, 2012).
Posisi geografis Indonesia yang memungkinkan Indonesia untuk
mendapatkan manfaat ekonomi politik yang lebih besar tersebut hanya dapat
diraih bila Indonesia memiliki geo-politik, geo-ekonomi dan geo-strategis yang
jelas dan terarah. Agar peran ekonomi kelautan dapat terus dikembangkan untuk
meningkatkan kemakmuran bangsa dan selanjutnya memanfaatkan posisi
geografis yang strategis maka diperlukan sebuah pergeseran paradigma
pembangunan yang lebih memahami jati diri bangsa Indonesia sebagai
bahari
dan
negara
kepulauan
terbesar
di
dunia
serta
bangsa
memadukan
kekuatan ekonomi berbasis darat dan laut sebagai sinergi kekuatan ekonomi
nasional. Perubahan pemikiran tersebut harus segera dilakukan mengingat
perubahan lingkungan strategis antar bangsa yang sangat cepat sehingga posisi
seluas 0,3 juta km. Selain itu Indonesia juga mempunyai hak eksklusif
untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan berbagai kepentingan terkait
seluas 2,7 juta km2 pada perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari garis
pangkal).
Sebagai negara kepulauan, wilayah maritim merupakan kawasan
strategis dengan
berbagai keunggulan
komparatif
dan
kompetitif
yang
upaya
pembangunan
yang
didasarkan
atas
bagi pertahanan dan keamanan negara. Keempat fungsi itu jika diabaikan atau
tidak dilaksanakan, akan berpengaruh terhadap eksistensi NKRI.
Maka berdasarkan hal tersebut, konsep negara maritim secara politik
adalah laut sebagai alat pemersatu bangsa, dan bukan sebaliknya. Negara maritim
memiliki kewajiban, salah satunya dalam hal menyediakan sarana transportasi
untuk masyarakat dan konsep pemerataan dan penguatan ekonomi. Kewajiban
lainnya, memanfaatkan sumber daya alam baik hayati dan non hayati, secara
optimal untuk kesejahteraan masyarakat secara sustainable dan berwawasan
lingkungan. Dalam wilayah hankam, negara maritim harus memiliki hukum laut
yang tegas mengatur batas-batas wilayah dan segala hal yang menyangkut
penyelenggaraan negara dan kepentingan nasional. Serta memperkuat armada
angkatan laut dan angkatan udara karena kita berbatasan dengan sembilan negara
tetangga.
fakta-fakta
yang
telah
D. IUU Fishing
IUU Fishing (Illegal, Unreported, Unregulated) secara harfiah dapat
diartikan sebagai kegiatan perikanan yang tidak sah, tidak dilaporkan pada
institusi pengelola perikanan yang berwenang, dan kegiatan perikanan yang belum
diatur dalam peraturan yang ada.
1) Illegal Fishing
Yang termasuk sebagai praktek Illegal Fishing adalah kegiatan
penangkapan ikan yang:
Dilakukan oleh orang atau kapal asing pada suatu perairan yang
menjadi yurisdiksi suatu negara tanpa izin dari negara tersebut, atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di
negara tempat berlangsungnya kegiatan penangkapan;
Bertentangan dengan peraturan nasional yang berlaku dan/atau
peraturan internasional;
Dilakukan oleh kapal yang mengibarkan bendera suatu negara yang
menjadi anggota organisasi pengelolaan perikanan regional tetapi
beroperasi tidak sesuai dengan ketentuan pelestarian dan pengelolaan
yang diterapkan oleh organisasi tersebut atau ketentuan hukum
internasional yang berlaku.
Kegiatan Illegal Fishing yang umum terjadi di perairan Indonesia
diantaranya; penangkapan ikan tanpa izin, mengunakan izin palsu,
menggunakan alat tangkap yang dilarang dan penangkapan jenis ikan
(spesies) yang tidak sesuai dengan ijin yang diberikan.
Penyebab Illegal Fishing
membahayakan
Sibuk mengatur yang ada karena banyak masalah
Orientasi jangka pendek
Beragamnya kondisi daerah perairan dan SDI
Belum masuknya Indonesia menjadi anggota organisasi perikanan
internasional
berada di kapal
ditetapkan, alat
standar yang
ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah). Tetapi terdapat kelemahan dari UU Perikanan tersebut, yaitu kurang
memperhatikan nasib nelayan dan kepentingan nasional terhadap pengelolaan
sumber daya laut. Sebab, pada Undang-Undang Perikanan Nomor 31 Tahun 2004
terdapat celah yang memungkinkan nelayan asing mempunyai kesempatan luas
untuk mengeksploitasi sumber daya perikanan Indonesia. Khususnya di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Maka dari itu uu no. 31 tahun 2004 Pasal
85 di ubah pada UU No. 45 Tahun 2009 bahwa Setiap
orang
yang dengan
dan/atau alat
merusak
bantu penangkapan
keberlanjutan
ikan
yang mengganggu
dan
berdasarkan
persetujuan
internasional
atau
ketentuan
hukum
perikanan
yang
berwenang
menentukan,
menyelidiki,
dan
memutuskan tindak pidana setiap kasus illegal fishing dengan tidak melakukan
tebang pilih. Bahkan, jika perlu pemerintah harus berani menghentikan
penjarahan
kekayaan
laut
Indonesia
dengan
bertindak
tegas,
seperti
Dampak Ekonomi
Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and
Agriculture Organization/FAO) menyatakan bahwa kerugian Indonesia akibat
IUU Fishing diperkiraan mencapai Rp. 30 triliun per tahun. 1FAO menyatakan
bahwa saat ini stok sumber daya ikan di dunia yang masih memungkinkan untuk
ditingkatkan penangkapanya hanya tinggal 20 persen, sedangkan 55 persen sudah
dalam
kondisi
kelestariannya.
pemanfaatan
penuh
dan
sisanya
25
persen
terancam
berasal. Sebagai upaya untuk memperkecil konflik diantara kedua negara maka
dibutuhkan koordinasi dan saling menghargai kedaulatan negara, terutama tentang
eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan.
Dampak Sosial
Kegiatan IUU Fishing di Perairan Indonesia, menjadi perhatian dan
komitmen Pemerintah untuk mengatasinya. Bagi Indonesia dan negara-negara di
kawasan Asia Tenggara, sektor perikanan dan kehutanan menjadi sumber utama
bagi ketahanan pangan di Kawasan tersebut. Eksploitasi secara besar-besaran dan
drastis sebagai upayautama perbaikan ekonomi negara
dan kesejahteraan
Dampak LIngkungan/Ekologi
Kebijakan Pemerintah terkait dengan penangkapan ikan harus memenuhi
aturan dan kriteria adanya Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI), penetapan zona
penangkapan (fishing ground), jenis tangkapan ikan, jumlah tangkapan yang
sesuai dengan jenis kapal dan wilayah tangkap (total allowable catch), dan alat
tangkapnya. Aturan ini pada dasarnya mempunyai makna filosofis dan yuridis,
agar sumberdaya hayati perikanan dapat terjaga kelestariannya dan berkelanjutan.
Motif ekonomi selalu menjadi alasan bagi kapal-kapal penangkap ikan untuk
melakukan kegiatan dalam kategori IUU Fishing. Dampak yang muncul adalah
kejahatan pencurian ikan yang berakibat pada rusaknya sumberdaya kelautan dan
perikanan. Alat tangkap yang digunakan dalam bentuk bahan beracun yang akan
merusak terumbu karang (alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan),
sebagai tempat berpijahnya ikan, akan berakibat makin sedikitnya populasi ikan
dalam suatu perairan tertentu, atau menangkap menggunakan alat tangkap ikan
skala besar (seperti trawldan Pukat harimau) yang tidak sesuai dengan ketentuan
dan keadaan laut Indonesia secara semena-mena dan eksploitatif, sehingga
menipisnya sumberdaya ikan , hal ini akan mengganggu keberlanjutan perikanan.
Upaya yang dilakukan oleh FAO dengan adanya aturan tentang Code of
Conduct for ResponsibleFisheries (CCRF) sangat membantu negara-negara yang
mengalami permasalahan IUU Fishing. Implementasi terhadap CCRF dalam
RPOA dan IPOA diharapkan dapat mengurangi kegiatan IUU Fishing di
Indonesia.
Kelautan
dilakukan
Pusat
Kajian
laut, (6) sektor bangunan kelautan, dan (7) sektor jasa kelautan.
Pada kajian ini juga dihasilkan rumusan tentang arah strategi dan
rencana aksi pembangunan kelautan di Indonesia.
2) Kajian Kebutuhan Investasi Pembangunan Perikanan Dalam
Pembangunan Lima Tahun Mendatang (1999-2003) dilakukan
oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL)
IPB Bogor bekerjasama dengan Direktorat Jendral Perikanan,
Departemen Pertanian Tahun 1998/1999
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan investasi sector
perikanan yang didasarkan pada nilai ICOR dan ILOR. Incremental
Capital Output Ratio (ICOR) merupakan indikator untuk mengukur sejauh
mana efisiensi dari suatu investasi. Makin rendah angka ICOR, maka
investasi yang dilakukan semakin efisien. ICOR dihitung sebagai rasio
investasi terhadap PDB.
ICOR merupakan salah satu metoda untuk menghubungkan
pertumbuhan faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. ICOR juga
menghubungkan besarnya pembentukan modal tetap domestik bruto
Kontribusi
Pembangunan
Ekonomi
Nasional
Sektor
dilakukan
Kelautan
oleh
Pusat
Dalam
Kajian
dan bahkan telah menciptakan konflik antar daerah yang bertetangga dan
ancaman terhadap kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
\ Kedua, reorientasi pembangunan Indonesia ke depan adalah keunggulan
sebagai negara maritim. Wilayah kelautan dan pesisir beserta sumberdaya
alamnya memiliki makna strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia, karena
dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.
Ketiga, ancaman dan peluang dari globalisasi ekonomi terhadap Indonesia
yang terutama diindikasikan dengan hilangnya batas-batas negara dalam suatu
proses ekonomi global. Proses ekonomi global cenderung melibatkan banyak
negara sesuai dengan keunggulan kompetitifnya seperti sumberdaya manusia,
sumberdaya buatan/infrastruktur, penguasaan teknologi, inovasi proses produksi
dan produk, kebijakan pemerintah, keamanan, ketersediaan modal, jaringan bisnis
global, kemampuan dalam pemasaran dan distribusi global.
Keempat, kondisi objektif akibat krisis ekonomi (jatuhnya kinerja makro
ekonomi menjadi 13% dan kurs rupiah yang terkontraksi sebesar 5-6 kali lipat)
dan multi dimensi yang dialami Indonesia telah menyebabkan tingginya angka
penduduk miskin menjadi 49,5 juta atau 24,2% dari total penduduk Indonesia
pada tahun 1997/1998 dan mulai membaik pada tahun 1999 menjadi 23,4% atau
47,97 juta jiwa. Di sisi lain, krisis ekonomi ini menjadi pemacu krisis
multidimensi, seperti krisis sosial, dan krisis kepercayaan terhadap pemerintah.