Kista pankreas merupakan tempat berkumpulnya cairan pankreas, di corpus, collum
maupun bagian cauda dari pankreas. Kista pankreas terdiri atas kista sejati (true cyst) dan pseudocyst.1 Pseudocyst pankreas merupakan suatu lesi kista yang paling sering didapatkan yaitu 75-80% dari keseluruhan kista pankreas. Kista sejati dibatasi oleh dinding epitel sedangkan pseudocyst tidak dibatasi dinding epitel melainkan hanya oleh jaringan ikat fibrosa atau granulosa.2 Kista pankreas juga dibedakan menjadi kista inflamatorik dan noninflamatorik. Kista inflamatorik bersifat jinak, sedangkan kista noninflamatorik dapat bersifat jinak, ganas atau pra-ganas. Kista benigna umumnya tidak menimbulkan gejala. Sementara kista yang bersifat pre-kanker dimaksudkan sebagai jenis kista yang dapat berpotensi menjadi keganasan. Cairan isi kista pankreas juga berbeda-beda, tergantung jenis dari kista tersebut, misalnya pseudokista umumnya berisi enzim-enzim pencernaan. Sementara itu, kista musinosa berisi mukus yang diproduksi oleh sel-sel dinding kista tersebut. 2 Hingga tahun 1980-an, kista pankreas merupakan penyakit yang relatif jarang, namun seiring dengan semakin rutinnya penggunaan pemeriksaan pencitraan dengan kualitas yang lebih baik, misalnya CT-Scan dan MRI, terjadi peningkatan insidensi yang cukup besar dalam mendeteksi kista pankreas yang asimptomatis. Saat ini diperkirakan 1,2% dari pasien di ruang rawatan memiliki kista pankreas yang perlu ditindaklanjuti. Secara anatomis, kista pankreas sering di daerah korpus atau kauda dari pankreas. 3 Pencitraan memainkan peranan penting dalam mendeteksi maupun melihat ciri-ciri kista pankreas. Beberapa ciri detail kista yang dapat dicari antara lain adalah: septa internal, kamplan mikro atau makrositik, adanya parut sentral, irregularitas dinding kista, nodul mural, dilatasi duktus pankreas dan kalsifikasi. Keseluruhan ciri ini penting untuk mengelompokkan subtipe patologis kista dan tingkat agresifitas kista. 3 Di negara-negara maju pemeriksaan yang digunakan adalah pemeriksaan CT Scan, MRI atau MRCP (Magneting Resonance Cholangiopancreatography). Di Indonesia penggunaan USG masih menjadi pemeriksaan yang paling sering digunakan. CT Scan memiliki tingkat akurasi mencapai 80% dalam membedakan kista musinosa dan non-musinosa, dan juga untuk memprediksi keganasan. MRI dan MRCP lebih superior dibandingkan CT Scan. 2