Anda di halaman 1dari 1

BAB I

PENDAHULUAN

Kista pankreas merupakan tempat berkumpulnya cairan pankreas, di corpus, collum


maupun bagian cauda dari pankreas. Kista pankreas terdiri atas kista sejati (true cyst) dan
pseudocyst.1 Pseudocyst pankreas merupakan suatu lesi kista yang paling sering didapatkan
yaitu 75-80% dari keseluruhan kista pankreas. Kista sejati dibatasi oleh dinding epitel
sedangkan pseudocyst tidak dibatasi dinding epitel melainkan hanya oleh jaringan ikat fibrosa
atau granulosa.2
Kista pankreas juga dibedakan menjadi kista inflamatorik dan noninflamatorik. Kista
inflamatorik bersifat jinak, sedangkan kista noninflamatorik dapat bersifat jinak, ganas atau
pra-ganas. Kista benigna umumnya tidak menimbulkan gejala. Sementara kista yang bersifat
pre-kanker dimaksudkan sebagai jenis kista yang dapat berpotensi menjadi keganasan. Cairan
isi kista pankreas juga berbeda-beda, tergantung jenis dari kista tersebut, misalnya
pseudokista umumnya berisi enzim-enzim pencernaan. Sementara itu, kista musinosa berisi
mukus yang diproduksi oleh sel-sel dinding kista tersebut. 2
Hingga tahun 1980-an, kista pankreas merupakan penyakit yang relatif jarang, namun
seiring dengan semakin rutinnya penggunaan pemeriksaan pencitraan dengan kualitas yang
lebih baik, misalnya CT-Scan dan MRI, terjadi peningkatan insidensi yang cukup besar
dalam mendeteksi kista pankreas yang asimptomatis. Saat ini diperkirakan 1,2% dari pasien
di ruang rawatan memiliki kista pankreas yang perlu ditindaklanjuti. Secara anatomis, kista
pankreas sering di daerah korpus atau kauda dari pankreas. 3
Pencitraan memainkan peranan penting dalam mendeteksi maupun melihat ciri-ciri
kista pankreas. Beberapa ciri detail kista yang dapat dicari antara lain adalah: septa internal,
kamplan mikro atau makrositik, adanya parut sentral, irregularitas dinding kista, nodul mural,
dilatasi duktus pankreas dan kalsifikasi. Keseluruhan ciri ini penting untuk mengelompokkan
subtipe patologis kista dan tingkat agresifitas kista. 3 Di negara-negara maju pemeriksaan
yang digunakan adalah pemeriksaan CT Scan, MRI atau MRCP (Magneting Resonance
Cholangiopancreatography). Di Indonesia penggunaan USG masih menjadi pemeriksaan
yang paling sering digunakan. CT Scan memiliki tingkat akurasi mencapai 80% dalam
membedakan kista musinosa dan non-musinosa, dan juga untuk memprediksi keganasan.
MRI dan MRCP lebih superior dibandingkan CT Scan. 2

Anda mungkin juga menyukai