Anda di halaman 1dari 11

I.

DEFINISI
Ilmu pengetahuan adalah suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dan telah berkembang
sebagai hasil percobaan dan pengamatan serta mempunyai manfaat untuk percobaan yang lebih
lanjut. Sebagai pengetahuan, ilmu mempunyai kebenaran yang jelas agar dapat dipertanggung
jawabkan kebenaranya selain itu ilmu tersebut harus dapat menjelaskan sebab akibat yang terjadi
dalam sebuah peristiwa . Sebenarnya ilmu tersebut terbatas oleh ruang lingkup ilmu itu sendiri
misalkan saja ilmu geologi adalah ilmu yang mempelajri tentang ilmu bumi dan ruang lingkup ilmu
itu sendiri hanya membahas tentang bumi, ilmu geologi tidak dapat digunakan untuk antariksa
kerena ilmu geologi tersebut hanya mempelajari tentang bumi.
Menurut beberapa pakar, ilmu pengetahuan didefinisikan sebagai rangkaian aktifitas berfikir
dan memahami dengan mengikuti prosedur sistematika metode dan memenuhi langkahlangkahnya. Dengan pola tersebut maka akan dihasilkan sebuah pengetahuan yang sistematis
mengenai fenomena tertentu, dan mencapai kebenaran, pemahaman serta bisa memberikan
penjelasan serta melakukan penerapan.
Agama secara testimologi, berasal dari bahasa sansekerta gam yang dalam bahasa inggris
sama dengan go yang artinya pergi. Jadi agama berarti sesuatu yang tidak pergi, langgeng, dan
kekal. Yang dimaksud tidak pergi, langgeng dan kekal adalah Tuhan. Dalam bahasa inggris
Religion berarti kedatangan kembali, yaitu kedatangan wahyu Tuhan. Dapat pula dikatakan
bahwa agama adalah ajaran suci yang bersifat rohani yang menuntun serta mengatur kehidupan
manusia menjadi lebih baik.
Agama sebagai sebuah ajaran yang menjadi pedoman perilaku bagi pemeluknya selain itu
agama juga sebagai penunutun jalan bagi pemeluknya karena dalam agama, kita diajarkan
bagaimana berperilaku terhadap sesama, terhadap alam, terhadap tuhan meskipun agama itu
berbeda-beda tetapi setiap agama mengajari kita untuk berbuat baik dan cinta damai kepada semua
makhluk ciptaan tuhan . Dalam agama tersebut pasti mempunyai sebuah pedoman hidup yang telah
diatur sedemikian rupa dan pedoman tersebut berbentuk dalam sebuah kitab suci sebagaimana yang
kita ketahui. Pada dasarnya, manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan yang dapat melahirkan
nilai-nilai guna menopang kehidupannya. Selain kepercayaan itu dianut karena kebutuhan, dalam
waktu bersamaan juga harus merupakan suatu kebenaran.
II.PERSAMAAN DAN PERBADAAN ANTARA ILMU DAN AGAMA
Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang
kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam
empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.
Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan
bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana
mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah
persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.
Menurut Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi
yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru,
tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif.
Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi
ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah
mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.
Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya

tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan
mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami
terjadi akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu
pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara
mengatasinya.
III.

PENGARUH ILMU DALAM KEHIDUPAN


Ilmu pengetahuan merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat
dengan merumuskan objek material dan objek formal. Penyingkapan ilmu
pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan
mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.
Adapun fungsi-fungsi ilmu pengetahuan, sebagai berikut:
1. Fungsi deskriptif: menggambarkan ,melukiskan dan memaparkan suatu
obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari
2. Fungsi pengembangan: menemukan hasil ilmu yang baru
3. Fungsi prediksi: meramalkan kejadian yang besar kemungkinan terjadi
sehingga dapat dicari tindakan percegahannya
4. Fungsi Kontrol: mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.
Dari sekian banyak jumlah cabang keilmuan, bermula dari ilmu alam yang
membagi diri menjadi dua kelompok, yakni ilmu alam (the physical sciences)
dan ilmu hidup (hayat/the biological sciences). Ilmu alam ini bertujuan untuk
mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Ilmu ini kemudian
membentuk rumpun keilmuan yang lebih spesifik, misalnya sebagai ilmu fisika
yang mempelajari tentang massa dan energi, ilmu kimia yang membahas
tentang substansi zat, ilmu astronomi yang berusaha memahami kondisi
benda-benda langit dan ilmu-ilmu lainnya. Dari rumpun keilmuan ini kemudian
membentuk ranting-ranting baru, seperti kalau dalam fisika ada yang namanya
mekanik, hidrodinamika, bunyi dan seterusnya yang masih banyak lagi rantingranting kecil. Begitulah ilmu berkembang dari tahun ke tahun dan terus
berkembang seiring berjalannya waktu kehidupan untuk memudahkan
kehidupan manusia kedepan.

IV.

PENGARUH AGAMA DALAM KEHIDUPAN

Apa yang membuat kita yakin ? sebuah fakta atau kebenaran yang akurat, yang memiliki
bukti, yang dapat kita lihat, dengar, raba, kecap atau baui, atau memiliki wujud tertentukah ?
Sebuah perkara akan di yakini apabila memiliki barang bukti, hal ini jelas diatur di dalam tata
perundang-undangan. Atau sebuah karya harus di buktikan kepemilikannya oleh sang pemilik
dengan sebuah bukti yang sangat kuat yang cukup meyakinkan. Ya, keyakinan manusia terhadap
sesuatu karena manusia telah melihat, mendengar, meraba, mengecap, membaui sebuah bentuk
fisik.
Lalu bagaimana sebuah keyakinan terhadap kepercayaan atau agama ? apa buktinya hingga
manusia meyakininya ?

Agama adalah sebuah bentuk perwujudan keyakinan manusia akan adanya yang lebih
berkuasa terhadap dirinya, hidup dan matinya, alam semesta dan bahkan alam selain alam nyata,
dan alam setelah peristiwa kematian. Agama adalah manifestasi pemikiran manusia yang terus
mencari apa yang menjadikan semua yang dilihatnya.
Seperti halnya dengan ilmu dan filsafat, agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk
diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya. Pengetahuan dan kebenaran agama yang
berisikan kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam
menentukan tujuan dan pandangan hidup manusia.
Dalam agama sekurang - kurangnya ada empat ciri yang dapat kita kemukakan, yaitu :

Adanya kepercayaan terhadap yang gaib, kudus, dan maha agung, dan pencipta alam
semesta (Tuhan)

Melakukam hubungan dengan hal- hal diatas,dengan berbagai cara. Seperti dengan
mengadakan acara acara ritual, pemujaan, pengabdian, dan, doa.

Adanya suatu ajaran (doktrin) yang harus dijalankan oleh setiap penganutnya.

Menganut ajaran Islam, ajaran tersebut diturunkan oleh Tuhan tidak langsung kepada
seluruh umat manusia, melainkan kepada Nabi nabi dan rasulnya. Maka menurut ajaran
islam adanya rosul dan kitab suci merupakan ciri khas dari pada agama.
Agama berbeda dengan sains dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi,
walaupun kita dapat sepakat tidak ada definisi agama yang dapat diterima secara universal.
Kemajuan spritual manusia dapat diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan
kepada objek yang ia sembah. Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak
bersyarat terhadap zat yang ia anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan
kebaikan.
Wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup
mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi tetap
tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena i-tu mereka selalu menutup
pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allahlah yang lebih tahu
mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam,
agama membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu
diterima dengan logika.
V.

HUBUNGAN ANTARA ILMU DAN AGAMA

Agama dan ilmu sangatlah saling terkait karena meskipun kita memiliki banyak ilmu dan tidak
ditopang oleh agama, semua ilmu itu tidak akan membawa kemaslahatan umat. Sebagai contoh
negara- negara maju yang sangat gigih mendalami ilmu dan teknologi, tetapi sering menjadi
sumber pemicu terjadinya peperangan, begitupun juga orang yang sangat sibuk dengan belajar
agama ,tetapi tidak mau menggali ilmu dan pengetahuan alam disekitar, maka akan mengalami
kemunduran, sedangkan untuk mencapai kebahagiaaan akhirat haruslah banyak beribadah dalam
hal untuk kemajuaan umat, apa jadinya apabila semua umat berkutik di ritualitas saja, ini adalah
suatu pertanyaan gambaran yang menyedihkan.

Hubungan antara ilmu dan agama saling berhubungan erat karena dalam kitab suci Al-quran
sudah terdapat berbagai aturan-aturan dan ilmu-ilmu yang belum pernah ditemukan tetapi sudah
ada didalam al-quran. Contohnya saja dalam al-quran itu telah menjelaskan bagaimana proses
terbentunya manusia dalam QS. Al-mukminun ayat 12-15 dan QS. Al-alaq 1-2 setelah surah ini
diketahui oleh para ilmuan, mereka mengadakan eksperimen-eksprimen dan terciplalah ilmu
tentang proses terciptanya janin dan bayi. Selain itu dalam Al-quran terdapat teori tentang tercipnya
bumi dalam QS. Al-ahqaf ayat 2 sebelum para ilmuan membuktikan atau mengadakan percobaan
tentang proses terbentuknya bumi sudah terlebih dahulu di terangkan dalam Al-quran. Sebenarnya
agama dan ilmu ini hanya berbeda perspektif didalam melihat realitas yang sama.
(Bertocci 1955 : 126) mengatakan seseorang dapat menjadi ilmuwan yang handal sekaligus
sebagai penganut agama yang taat dengan tanpa mengalami gangguan secara fisik maupun mental.
Pada dasarnya ilmu dibangun demi meningkatkan harkat dan martabat kemanusaiaan, Selain itu
dikuatkan dengan kitab suci Al-quran dalam QS.Al-mujaadillah ayat 11 yang artinya allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantarakamu dan orang-orang yang diberikan ilmu
pengetahuaan beberapa derajat, Sehingga jika ilmu telah berkembang terlalu jauh dan
melenceng dari tujuan awalnya, maka agama berhak memberikan peringatan. Dalam hal ini ilmu
lebih condong dengan pencarian kebenaran sedangkan agama lebih kearah pencarian kebaikan. Jadi
dapat dikatakan ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh(albert Einstein).
Agama atau kitab-kitab wajib dijadikan landasan pemikiran bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini
bukan berarti agama menjadi sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi
dasar atau standar bagi seluruh ilmu pengetahuan.Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran
positif (berlaku sampai dengan saat ini secara empiris, riset, dan eksperimental). Dan juga
kebenaran ilmu dan filsafat kedua-duanya bersifat relatif yang membutuhkan pembuktian akan
kebenaran tersebut, sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak, karena berasal dari Tuhan.
Manusia adalah hamba Allah yang diturunkan ke bumi ini sebagai penghuninya. Manusia
adalah makhluk Allah diberi kelebihan berupa akal daripada makhluk-makhluk lainnya. Dengan
akalnya itu manusia bisa berbuat lebih daripada makhluk lainnya.Kelebihan manusia ini
menjadikan manusia banyak berinovasi. Manusia melihat fenomena alam dan ingin
mengungkapnya dengan tujuan untuk membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik. Dari upayaupaya pengungkapan alam inilah muncul ilmu pengetahuan. Ilmu-ilmu dan daya kreativitas
manusia ini menjadikan manusia mampu membuat peradaban.Dengan ilmunya, disamping potensi
membangun dan hal-hal positif , manusia juga memiliki potensi sebaliknya. Hal ini terjadi karena
manusia memang diciptakan dengan dua ilham, yaitu jalan yang baik dan jalan yang buruk.
Agama adalah sebuah bentuk perwujudan keyakinan manusia akan adanya yang lebih berkuasa
terhadap dirinya, hidup dan matinya, alam semesta dan bahkan alam selain alam nyata, dan alam
setelah peristiwa kematian. Agama adalah manifestasi pemikiran manusia yang terus mencari apa
yang menjadikan semua yang dilihatnya. Di dalam kitab suci Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat
mengenai ilmu pengetahuan. Beberapa ilmu yang terkait seperti astronomi, geologi, zoologi,
entomologi, biologi, genetika dan ilmu kedokteran. Salah satu contoh kaitan antara agama dengan
ilmu pengetahuan adalah pada teori relativitas. Allah berfirman dalam surat al Hajj: 47 ...
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.
Hal inilah yang dijelaskan oleh ilmuwan terkemuka Albert Einstein, dalam teori relativitasnya
ketika berkata, Titik terdekat dengan pusat bumi akan berjalan lebih lambat. Sedangkan, titik
terjauh dari pusat bumi akan berjalan lebih cepat. Karena, lingkaran yang dijalani oleh titik terdekat
lebih kecil dari lingkaran yang dijalani oleh titik terjauh pada waktu yang sama.

Begitu banyak penemuan-penemuan ilmiah terbaru di abad modern ini ternyata sudah
ditegaskan oleh Al-Quran sejak belasan abad lampau. Contoh-contoh lainnya adalah tentang garis
dan waktu edar matahari, bulan, bumi dan planet-planet lainnya, susunan kimia manusia dan batu,
gravitasi bumi, siklus hujan, sampai rahasia warna hijau pada daun-daunan. Dengan adanya bukti
ilmiah yang sesuai dengan kitab suci, maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya agama selaras
dengan ilmu pengetahuan. Tidak ada pertentangan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Tidak
ada kontradiksi diantara keduanya, bukankah sumber dari agama dan ilmu pengetahuan adalah
sama, yaitu dari Allah yang Maha Esa?
Agama tidak mengekang ilmu pengetahuan. Agama hanyalah mengatur agar ilmu pengetahuan
tidak melewati batas-batas norma dan etika yang adanya. Di dalam agama, untuk hal-hal yang
sifatnya bukan ibadah umum terdapat kaidah segala hal itu diperbolehkan kecuali yang dilarang.
Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi umat manusia.
Kebenaran ilmu diibaratkan sebagaimana cahaya, semakin jauh dari sumber cahaya maka akan
semakin sedikit mendapatkan sinar cahaya tersebut, demikian pula semakin dekat dengan sumber
cahaya maka akan semakin banyak mendapatkan pancaran cahaya tersebut. Tuhan adalah cahaya
ilmu sehingga jika menginginkan curahan ilmu, manusia harus mendekat pada sumber cahaya
tersebut. Konsep inilah yang menjadi dasar epistemologis bahwa ilmu tidak dapat lepas dari agama,
karena untuk mendapatkan ilmu sesorang harus meningkatkan kualitas kedekatannya kepada
Tuhan.
Kesempurnaan ilmu Tuhan dapat dilihat dari ciptaan-Nya di alam ini,yaitu tidak ada satupun
ciptaan yang sia-sia, segala sesuatu bermanfaat dan mendukung kelestarin alam ini dan bersifat
non-residu. Satu contoh dapat ditunjukkan bahwa kotoran hewan, sekalipun seakan-akan
merupakan benda yang terbuang dan tidak berguna, namun keberadaannya tetap memberikan
manfaat, misalnya untuk menyuburkan tanaman dan dapat menghasilkan gas untuk keprluan rumah
tangga. Hal ini bisa dibandingkan dengan buatan manusia berupa kendaraan bermotor yang
mengeluarkan asap yang dapat merugikan kesehatan. Akan tetapi manusia selalu berusaha
memperbaiki kelemahan teorinya dari kesalahan yang mereka perbuat. Kesalahan manusia ketika
membaca ilmu Tuhan di alam ini, sesungguhnya merupakan bagian dari proses pencarian
kebenaran dan bukan pula karena ada kesalahan ilmu Tuhan tetapi karena ke-belum-mampu-an
manusia menemukan kebenaran ilmu Tuhan yang sesungguhnya
Hubungan antara ilmu pengetahuan dan agama dapat dibahas dari dua sudut pandang. Sudut
pandang yang pertama adalah kita lihat apakah ada sebuah agama yang konsepsinya melahirkan
keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama,
tidak memberikan harapan dan tidak melahirkan optimisme.
Sudut pandang kedua yang menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan
ilmu pengetahuan adalah pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia.
Apakah ilmu pengetahuan membawa kita ke satu hal, dan agama membawa kita kepada sesuatu
yang bertentangan dengan satu hal itu? Apakah ilmu pengetahuan mau membentuk (karakter) kita
dengan satu cara dan agama dengan cara lain? Atau apakah agama dan ilmu pengetahuan saling
mengisi, ikut berperan dalam menciptakan keharmonisan kita semua? Baiklah, kita lihat
sumbangan ilmu pengetahuan untuk kita dan sumbangan agama untuk kita.
Ilmu pengetahuan memberikan kepada kita cahaya dan kekuatan. Agama memberi kita cinta,
harapan dan kehangatan. Ilmu pengetahuan membantu menciptakan peralatan dan mempercepat
laju kemajuan. Agama menetapkan maksud upaya manusia dan sekaligus mengarahkan upaya
tersebut. Ilmu pengetahuan membawa revolusi lahiriah (material). Agama membawa revolusi

batiniah (spiritual). Ilmu pengetahuan menjadikan dunia ini dunia manusia. Agama menjadikan
kehidupan sebagai kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan melatih temperamen (watak) manusia.
Agama membuat manusia mengalami pembaruan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama
memberikan kekuatan kepada manusia. Namun, kekuatan yang diberikan oleh agama adalah
berkesinambungan, sedangkan kekuatan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan terputus-putus.
Ilmu pengetahuan itu indah, begitu pula agama. Ilmu pengetahuan memperindah akal dan pikiran.
Agama memperindah jiwa dan perasaan. Ilmu pengetahuan dan agama sama-sama membuat
manusia merasa nyaman. Ilmu pengetahuan melindungi manusia terhadap penyakit, banjir, gempa
bumi dan badai. Agama melindungi manusia terhadap keresahan, kesepian, rasa tidak aman dan
pikiran picik. Ilmu pengetahuan mengharmoniskan dunia dengan manusia, agama menyelaraskan
manusia dengan dirinya.
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam, sebab
kata islam itu sendiri, dari kata dasar aslama yang artinya tunduk patuh, mempunyai makna
tunduk patuh kepada kehendak atau ketentuan Allah. Dalam Surat Ali Imran ayat 83, Allah
menegaskan bahwa seluruh isi jagat raya, baik di langit maupun di bumi, selalu berada dalam
keadaan islam, artinya tunduk patuh kepada aturan-aturan Ilahi. Allah memerintahkan manusia
untuk meneliti alam semesta yang berisikan ayat-ayat Allah. Sudah tentu manusia takkan mampu
menunaikan perintah Allah itu jika tidak memiliki ilmu pengetahuan.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi,
merupakan salah satu hal yang tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan
ilmu karena pada dasarnya manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT
hanya kepada kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal
pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar, akan terisi
dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam mempelajari dan mengaplikasikan iptek
itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal yang penting.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita. Terkadang
ada pula yang menggunakan bahan bahan berbahaya bagi kesehatan lingkungan sekitar. Beberapa
dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb. Sesungguhnya Allah melarang kita
membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-Nya dalam (Q.S. Al-Araf : 56).
Kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan itu adalah kebenaran positif yakni
berlaku sampai saat ini. Namun kebenaran itu masih bersifat nisbi (relatif) dan
tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia dapat di jawab oleh ilmu
pengetahuan, karena itu terbatas oleh subyek, obyek dan metodologinya.
Maka agama memberikan suatu kebenaran yang bersifat pasti dan
memberikan jawaban tentang banyak soal asasi yang sama sekali tidak
terjawab oleh ilmu.Namun agama tidak menjawab seluruh persoalan manusia
secara detail.
Kita tidak dapat hidup dengan benar hanya dengan kebenaran-kebenaran
pengetahuan, ilmu dan filsafat, tanpa kebenaran agama. Sebagaimana juga

kita tidak dapat hidup dengan wajar semata-mata hanya kebenaran yang
mutlak itu ( H. Endang Saifuddin Anshari: 1989:41)
Jadi jelaslah bahwa ilmu pengetahuan merupakan suatu abstraksi ke arah
pengetahuan yang hakiki karena penelitian ilmiah tidak akan sampai pada
puncak pengetahuan disamping pengetahuan akal dan indera yang
terbatas.Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selau harus dilihat dalam konteks yang
berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu
kehidupan manusia yang lebih layak.
Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun,
dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran
merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan
segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang
islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan dari
berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya
berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda menjadi
mungkin karena Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat
dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia
mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan
akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana memperolehnya.
Al-Quran bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan metafisik dan
spiritual.
Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu
pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan
Prinsip Tuhan
Eropa modern membangun sebuah sistem yang realistis, namun pengalaman memperlihatkan
bahwa kebenaran yang diungkapkan dengan menggunakan akal saja tidak mampu memberikan
semangat yang terdapat dalam keyakinan yang hidup, dan semangat ini ternyata hanya dapat
diperoleh dengan pengetahuan personal yang diberikan oleh faktor supranatural (wahyu). Inilah
sebabnya mengapa akal semata tidak begitu berpengaruh pada manusia,
Kini kurang lebih disadari bahwa saintisisme (murni pendidikan ilmiah) tidak mencetak
manusia seutuhnya. Saintisisme melahirkan setengah manusia. Pendidikan seperti ini hanya
menghasilkan bahan baku untuk manusia, bukan manusia jadi. Yang dapat dihasilkan pendidikan
seperti ini adalah manusia unilateral, sehat dan kuat, namun bukan manusia multilateral dan bajik.
Semua orang kini menyadari bahwa zaman murni ilmu pengetahuan sudah berakhir. Masyarakat
sekarang terancam dengan terjadinya kekosongan idealistis. Sebagian orang bemaksud mengisi
kekosongan ini dengan murni filsafat, sebagian lainnya merujuk kepada sastra, seni dan ilmu-ilmu
humanitarian (ilmu-ilmu yang mempromosikan kesejahteraan manusiapen.).Di negeri Iran ada
usulan agar kekosongan tersebut diisi dengan sastra yang penuh kebajikan, khususnya sastra sufi
karya Maulawi, Sadi dan Hafiz. Para pendukung rencana ini lupa bahwa sastra ini sendiri
mendapat ilham dan semangat agama yang penuh kebajikan.
Pendidikan membuat manusia menjadi selaras dengan lingkungannya. Akibatnya adalah
sekolah dan perguruan tinggi kita hanya diisi dengan ilmu-ilmu teoretis dan mekanis, sehingga tak
ada mata pelajaran sastra, sejarah, filsafat dan seni, karena mata pelajaran seperti ini dianggap tak

ada gunanya. Yang dapat dicetak oleh suatu pendidikan yang murni ilmu pengetahuan hanyalah
alat. Pendidikan seperti ini membuat manusia tak mengenal keindahan dan tak mengenal kearifan
Telah kita ketahui bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan tak ada pertentangan. Yang
terjadi justru keduanya saling mengisi. Sekarang timbul satu pertanyaan lagi: Mungkinkah
keduanya mengisi tempat masing-masing?
Pertanyaan ini tidak perlu dijawab secara terperinci, karena kita sudah tahu peran masingmasing (agama dan ilmu pengetahuan). Jelaslah bahwa ilmu pengetahuan tak dapat menggantikan
peran agama, karena agama memberikan kasih sayang, harapan, cahaya dan kekuatan. Agama
meninggikan nilai keinginan kita, di samping membantu kita mewujudkan tujuan kita,
menyingkirkan unsur egoisme dan individualisme jauhjauh dari keinginan dan ideal kita, dan
meletakkan keinginan dan ideal kita itu di atas fondasi cinta dan hubungan moral serta spiritual.
Selain menjadi alat bagi kita, pada dasarnya agama mengubah hakikat kita. Begitu pula, agama
juga tak dapat menggantikan peran ilmu pengetahuan. Melalui ilmu pengetahuan kita dapat
mengenal alam, kita dapat mengetahui hukum alam, dan kita pun dapat mengenal siapa diri kita
sendiri.
Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa akibat dari memisahkan antara ilmu pengetahuan dan
agama, telah terjadi kerugian yang tak dapat ditutup. Agama harus dipahami dengan
memperhatikan ilmu pengetahuan, sehingga tidak terjadi pembauran agama dengan mitos. Agama
tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai
tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang
munafik.
Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk yang
kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri
barang yang berharga di tengah malam. Itulah sebabnya sama sekali tak ada bedanya antara watak
dan perilaku orang tak beriman dewasa ini yang berilmu pengetahuan dan orang tak beriman pada
masa dahulu yang tidak berilmu pengetahuan.
Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan
spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan. Sangat
menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian seorang mukmin itu diukur
dari agamanya, kehormatannya diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya. Ketika
nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap menjawab husn al khuluq,
yakni akhlak yang baik yaitu sekuat mungkin jangan marah.
Berbicara tentang ilmu dalam pandangan relegius memang mempunyai cakupan yang sangat
luas bukan saja menyangkut masalah kepentingan. Ilmu bagi manusia terkait erat dengan masalah
nilai dan etika ilmu, masalah kebenaran, masalah kemajuan ilmu dan teknologis, bahkan tidak
jarang juga membicarakan hakikat sesuatu, kebenaran dan penciptaan sehingga pembicaraan ini
memang berkaitan antara keberadaan alam, manusia dan penciptaannya yang pada umumnya
mengakui adanya kekuatan supranatural pada adanya Tuhan
Menurut pandangan Islam, keberadaan agama Islam menjadi sumber motivasi pengembangan
ilmu. Agama Islam yang bersumber al-Quran dan Hadist, mengajar dan mendidik manusia untuk
berpikir dan menganalisis tentang unsur kejadian alam semesta beserta isinya. Dengan demikian,

agama telah memberika ruang lingkup bagi pengembangan ilmu dan teknologi dan pemikiran
bahwa kemajuan dan teknologi jangan sampai menjauhkan apalagi menghapuskan peran agama.
Oleh karena keterbasan akal manusia dalam eksperimentasi ilmu pengetahuan, maka manusia
seringkali berlandaskan pada trial and error. Sehingga etika selalu dibutuhkan untuk menjaga
kenetralan ilmu. Akan lebih sempurna, jika ilmu yang dilaksanakan dengan pertimbangan etika
diperkuat dengan nilai-nilai religiusitas. Mengapa? Karena kebenaran ilmu adalah kebenaran ilmiah
yang temporal, sedangkan kebenaran agama adalah kebenaran absolut ibarat pepatah: Science
without religion is blind, religion without science is lame yang berarti ilmu tanpa agama akan buta
dan agama tanpa ilmu akan lumpuh (Albert Einsten).

VI. KESIMPULAN
Ilmu pengetahuan adalah sebuah bentuk aktivitas manusia untuk memperoleh pengetahuan
yang tersusun secara sistematis mengenai suatu obyek atau masalah, melalui pemikiran yang kritis
dengan menggunakan metode-metode tertentu yang dapat diuji dan dibuktikan secara obyektif.
Agama adalah suatu norma, hukum atau peraturan-peraturan Tuhan yang dititahkan kepada
seorang pilihan-Nya (Nabi/Rasul) untuk membimbing umatnya ke jalan yang baik dan benar sesuai
dengan tuntunannya.
Ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam merupakan suatu sarana untuk memahami dan
memberi penjelasan dari petunjuk agama yang global. Hal-hal yang tidak dapat ditampilkan
melalui pancaindera dan pengetahuan merupakan kajian agama untuk diyakini kebenaran dan
kemutlakannya. Oleh karenanya antara ilmu pengetahuan dan agama suatu hal yang terpisah,
namun saling memberi pengertian akan sesuatu dalam mencapai kebenaran yang harus diyakini.
Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing
berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna pengalaman secara
lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga
menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini
mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan
dengan rumus-rumus ilmu pasti.
Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap
dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu
pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya
masing-masing dengan caranya sendiri. Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan
seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas,
sehingga dapat melihat bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang.
Demikian pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu
dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal
untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera. Jika ini hanya dilakukan oleh
akal maka akan menyesatkan manusia.
Agama dan Ilmu pengetahuan memliki beberapa perbedaan dan juga memiliki persamaan.
Ditinjau dari pandangan saintis, agama dan ilmu pngetahuan memiliki perbedaan. Bidang kajian
agama adalah metafisik sedangkan bidang kajian ilmu pengetahuan adalah ilmu empiris. Agama
bersumber dari Tuhan sedangkan ilmu pengetahuan bersumber dari alam. Dari segi tujuan, agama
berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia di dunia dan akhirat
sedangkan ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah aktifitas manusia di
dunia.
Selain perbedaan, agama dan ilmu pengetahuan juga memiliki kesamaan. Agama dan ilmu
pengetahuan sama-sama memberikan ketenangan bagi manusia. Agama memberi ketenangan dari
segi batin karena ada janji kehidupan setelah meninggal dunia dan ilmu pengetahuan memberikan
ketenangan dan kemudahan bagi kehidupan di dunia. Sebaiknya, agama dan ilmu pengetahuan
harus saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidang masing-masing dengan caranya
sendiri
Sejarah masa lalu dan sekarang telah memperlihatkan betapa buruk akibat yang ditimbulkan
oleh pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama. Kalau ada agama namun tak ada ilmu
pengetahuan, maka arah upaya kaum humanitarian adalah sesuatu yang tidak banyak membawa
hasil atau tidak membawa hasil yang baik. Upaya ini sering menjadi sumber prasangka dan

obskurantisme (sikap yang menentang ilmu pengetahuan dan pencerahan.), dan terkadang hasilnya
adalah konflik yang membahayakan.
Dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan berinteraksi satu sama lain.
Terkadang antara keduanya akur, bekerjasama atau sama-sama kerja, terkadang saling menyerang
dan menghakimi sebagai sesat, agama memandang ilmu sebagai sesat, sebaliknya ilmu memandang
perilaku keagamaan sebagai kedunguan.
Belakangan fenomena menunjukkan bahwa kepongahan ilmu tumbang di depan keagungan
spiritualitas, sehinga bukan saja tidak bertengkar tetapi antara keduanya terjadi perkawinan. Sangat
menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian seorang mukmin itu diukur
dari agamanya, kehormatannya diukur dari akalnya dan martabatnya diukur dari akhlaknya.

Anda mungkin juga menyukai