Penderita Kanker
Makalah ini untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia
DISUSUN OLEH :
HALIMAH
220110130017
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
1.3 Tujuan..................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
berkesinambungan.
Perawat
harus
menggunakan
keterampilan
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apa yang dirasakan oleh
pasien dalam keadaan menderita penyakit kanker dan mengetahui respon pasien
dalam komunikasi sehingga dapat terlihat apa yang akan terjadi setelah
dilakukannya komunikasi terapeutik. Selain itu juga untuk melatih agar seorang
perawat cepat memberikan respon yang terapeutik terhadap pasien dalam kondisi
apapun yang ditujukan untuk proses penyembuhan pasien dari kondisi tersebut.
Komunikasi ini juga untuk mengkaji persepsi pasien tentang penyakit tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
dari
pengirim
informasi
kepada
penerima
informasi
dan
Peplau telah mempelajari dan menulis tentang proses interpersonal dan fase
hubungan perawat-klien. Hasil kerjanya telah memberi suatu model bagi
8
a. Fase Orientasi
Fase orientasi ini dimulai ketika perawat dan klien bertemu dan berakhir
ketika klien mulai mengidentifikasi masalah untuk dikaji. Selama fase orientasi
ini, perawat menetapkan peran, tujuan pertemuan, dan parameter pertemuan
selanjutnya, mengidentifikasi masalah klien, serta mengklarifikasi harapan.
Sebelum bertemu dengan klien, perawat harus melakukan hal penting,
seperti membaca latar belakang klien, mengetahui obat-obatan yang klien
gunakan, mengumpulkan karya tulis yang diperlukan, dan mengatur tempat
yang tenang, tersendiri, serta nyaman. Perawat harus mempertimbangkan
kekuatan dan keterbatasan dalam menangani klien.
Selama fase orientasi, perawat mulai membangun rasa percaya dengan
klien. Tanggung jawab perawat ialah membentuk lingkungan terapeutik yang
membantu membangun rasa percaya dan pengertian. Informasi tentang perawat
perlu diberikan pada saat fase ini: nama, alasan berada di unit tersebut, dn
tingkat pendidikan.
Perawat perlu mendengarkan dengan cermat riwayat, persepsi, dan
kesalahpahaman klien. Perawat harus mengatasi rasa gugupnya, bersikap
hangat, menunjukkan keahlian, serta bersikap pengertiian. Apabila pada awal
komunikasi dimulai dengan awal yang positf, maka hubungan tersebut lebih
cenderung berhasil dan mencapai tujuan yang ditetapkan (Forchuk, 1994a, b).
b. Fase Kerja
Fase kerja hubungan perawat-klien biasanya dibagi menjadi dua subfase:
identifikasi
masalah,
yakni
ketika
klien
mengidentifikasi
isu
atau
memandu
klien
mengkaji
perasaan
dan
responsnya
serta
mengembangkan keterampilan koping yang lebih baik dan citra diri yang lebih
positif,
yang
mendorong
perubahan
perilaku,
serta
mengembangkan
kemandirian.
Rasa percaya yang dibangun antara perawat dengan klien pada saat ini
memmungkinkann masalah dikaji dan diatasi dalam batas aman hubungan.
Klien harus merasa bahwa perawat tidak menolaknya atau tidak kecewa jika
klien menceritakan pengalaman, isu, perilaku, dan masalahnya. Kadangkadang
berakhir ketika hubungan tersebut berakhir. Baik perawat maupun klien sering
memiliki perasaan terhadap berakhirnya hubungan. Klien mungkin merasa
teerminai sebagai kehilangan yang segera terjadi.
Banyak klien yang mencoba untuk menghindari terminasi dengan bersikap
marah, seolah-olah masalah belum selesai. Perawat harus dapat mengakui
10
perasaan marah klien dan meyakinkan klien bahwa hal tersebut merupakan
respons normal trehadap berakhirnya suatu hubungan.
7. Kesadaran diri
2. Kesesuaian
8. Penempatan diri
9. Keyakinan
4. Empati
5. Penerimaan
6. Penghargaan positif
11
meminta
klien
menjelaskan
12
17) Refleksi : mengarahkan tindakan, pikiran, dan perasaan klien kembali kepada
klien.
18) Pengulangan pernyataan : mengulang isu utama yang diungkapkan.
19) Meminta klarifikasi : menghilangkan kebingungan terhadap peristiwa atau
individu. Gunakan kata benda yang sesuai daripada kata ganti yang
digunakan klien. Upayakan mengajukan pertanyaan yang spesifik sampai
informasi benar-benar dimengerti.
20) Diam : tidak adanya komunikas verbal memberi klien waktu untuk
menuangkan tindakan, pikiran, atau perasaan ke dalam kata-kata dan
memperlambat kecepatan interaksi. Beri klien waktu untuk mengembangkan
pemahaman.
Diam
tampak
bermanfaat
ketika
klien
tampak
13
BAB III
PENUTUP
14
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Sebaiknya komunikasi yang bersifat terapi ini tidak hanya dilakukan sekali
namun secara rutin, terjadwal, misalnya satu atau dua kali dalam satu minggu.
Karena apabila dilakukan secara rutin sebagai perawat bisa melihat perubahan
yang terjadi pada pasien. Selain itu juga proses penyembuhan pasien dapat lebih
cepat dan adanya motivasi yang tinggi dari eksternal yang menyebabkan
meningkatnya pula motivasi internal.
DAFTAR PUSTAKA
15
Morisson, P., & Burnard, P. (2008). Caring & Communicating Hubungan Interpersonal dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran- EGC.
Redhian, I. P. (2011). Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Pasien
Anak dan Orangtua. 2-5; 8-9.
Roatib, A., Suhartini, & Supriyadi. (2007). Hubungan Antara
Karakteristik Perawat dengan Motivasi Perawat Pelaksana. 2-3.
Sri Puji Lestari, S. N. (2010). Komunikasi Terapeutik. 1-28.
Videbeck, & L, S. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran-EGC.
LAMPIRAN
16
Klien
Saya
Klien
Saya
: Ade ini kenapa? Apa yang ade rasakan sekarang? Saya lihat
ade tidak seperti biasanya."
Klien
: Gini saya, saya punya keinginan yang belum saya capai, saya
belum bisa membahagiakan kedua orang tua saya, saya ingin
sekali membiayai kedua orang tua saya untuk pergi haji. Namun,
dengan kondisi saya seperti ini bagaimana mungkin saya bisa
melaksanakannya.
Saya
: Ade tidak boleh pesimis seperti itu, ade harus optimis bahwa
ade akan sembuh sehingga ade bisa memenuhi semua keinginan
ade tersebut.
Klien
Saya
: Ade tidak boleh seperti itu, tim medis juga memberikan yang
terbaik untuk ade. Ade harus sabar ya.
Klien
Saya
: Iya saya tau de, tapi ade harus bisa nerima semua ini. Kasihan
sama orang tua ade yang sudah berusaha keras agar ade ini bisa
cepat sembuh, bisa bersama-sama lagi dalam keadaan sehat.
Klien
17
Saya
Klien
Saya
: Iya sama-sama, ada satu pesan dari saya ade jangan lupa
berdoa untuk kesembuhan ade, karena semua yang terjadi
berdasarkan keputusan Allah Swt.
Klien
: Iya saya akan selalu berdoa, kaka juga jangan lupa doain ade
agar cepat sembuh ya ka.
Saya
Klien
: Iya ka.
18