Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Tanggal Mulai
Tanggal Selesai
: 16 Februari 2015
: 23 Februari 2015
PROSES GLIKOGENOLISIS:
PENGARUH PUASA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
DAN KANDUNGAN GLIKOGEN HATI TIKUS
Oleh :
Kelompok 2 M5
Sessy Paramita Lirizka
Siti Fadiah
Sofyan Wahyu K
Solfa Damanik
Wilgy Novi P
Wuri Wulandari
I14144034
I14144036
I14144037
I14144038
I14144040
I14144041
Asisten Praktikum
Hana Fitria Navratilova, MSc
Sakinah
Koordinator Mata Kuliah :
DR. Rimbawan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia memerlukan energi untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Energi tersebut diperoleh melalui asupan makanan dan minuman yang cukup. Zat gizi
utama penghasil energi adalah karbohidrat. Karbohidrat dalam tubuh akan
dimetabolisme menjadi glukosa. Glukosa merupakan sumber energi penting untuk
otak, sel darah merah dan medula ginjal (Mann dan Truswl 2007).
Ketika kadar glukosa dalam darah berlebihan, maka glukosa tersebut akan
disimpan dalam hati dan otot dalam bentuk glikogen. Glikogen dalam hati akan
diubah lagi menjadi glukosa untuk menghasilkan energi ketika tubuh kekurangan
energi (Idris dan Ali 2013). Tubuh akan kekurangan gukosa ketika kondisi kelaparan,
puasa, atau aktivitas fisik yang tinggi.
Puasa membatasi makan dan minum seseorang. Puasa mengakibatkan tubuh
kekurangan asupan energi dan zat- zat gizi esensial lainnya sehingga terjadi
perubahan metabolisme dalam tubuh. Kadar glukosa dalam darah ketika puasa akan
turun. Kadar glukosa dalam darah harus selalu dipertahankan normal agar tubuh
selalu dalam kondisi stabil. Menurut Emhoff et al (2013), tubuh bereaksi
mempertahankan kadar glukosa darah ketika kondisi kelaparan, puasa dan aktivitas
tinggi dengan cara memecah glikogen hati menjadi glukosa. Cadangan glikogen pada
keadaan normal akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi dalam waktu 10-12
jam. Pada saat berpuasa, glikogen hati akan habis setelah 12- 18 jam (Mann dan
Truswel 2007). Proses glikogenolisis terjadi pada kondisi tersebut.
Berdasarkan paparan diatas, perlu dibuktikan bahwa terjadi proses
glikogenolisis pada saat puasa atau kondisi kelaparan dengan melakukan praktikum
proses glikogenolisis yang dilakukan dengan mengamati pengaruh puasa terhadap
kadar glukosa darah dan kandungan glikogen hati pada hewan coba.
Tujuan
Praktikum bertujuan membuktikan bahwa dalam keadaan puasa atau
kelaparan kadar glikogen hati akan berkurang karena dipecah untuk mempertahankan
kadar glukosa darah.
TINJAUAN PUSTAKA
Glikogenolisis
Glikogen merupakan simpanan utama dari karbohidrat yang disimpan di hati
dan otot. Glikogen yang disimpan di hati berfungsi sebagai bahan yang akan dipecah
menjadi glukosa saat asupan gula sebagai sumber energi tidak tersedia atau saat
puasa. Glikogenolisis adalah jalur yang digunakan glikogen untuk dikonversi menjadi
glukosa 1-fosfat dan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa. Pada kondisi puasa yang
berlangsung selama 12 18 jam, hati secara keseluruhan menggunakan glikogen
(Mann 2007)
Fungsi glikogen yang disimpan dihati digunakan untuk menjaga kadar
glukosa darah. Glikogen juga disimpan di otot yang digunakan secara langsung
sebagai energy untuk beraktivitas. Saat glikogen di otot digunakan, glukosa darah
memasuki otot untuk menjaga kebutuhan energi dari jaringan yang aktif (Driskell
2008). Proses glikogenolisis mulai terjadi saat kadar glukosa darah sudah mulai
menurun.
Fungsi Pereaksi
Pereaksi yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya adalah natrium tungstat,
asam sulfat, HCl, dan NaOH. Fungsi natrium tungstat yaitu untuk mengendapkan
glukosa yang terlarut dalam air. Pereaksi asam sulfat berfungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat reaksi pengendapan glukosa oleh natrium tungstat. HCl pekat
untuk menghidrolisis glikogen, sedangkan pereaksi NaOH digunakan untuk
memberikan suasana basa atau menetralkan karena reaksi berlangsung dalam keadaan
asam (Winarno 1984)
Pereaksi folin wu digunakan untuk membuat filtrate darah bebas protein
dengan mengandapkan protein oleh pembentukan asam tungstat. Penambahan asam
fosfomolibdat agar asam fosfomolibdat tereduksi oleh Cu2O yang selanjutnya
menjadi warna biru dengan intensitas warna sebanding dengan kadar glukosa darah
(Poedjiadji 1994).
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari- hari
Aplikasi glikogenolisis dalam contohnya pada saat latihan fisik yang berat
pada laki-laki yang memungkinkan memungkinkan terjadinya glikogenolisis
glikogen hati. Glikogenolisis di hati pada laki-laki yang sering latihan fisik lebih dari
60 menit lebih tinggi dibandingkan yang tidak latihan fisik ( Emhoff 2013).
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan 2 sesi pertemuan yaitu sesi pertama pada hari Selasa,
17 Februari 2015 pukul 10.00-13.00 WIB dan sesi kedua pada hari Selasa, 24
Februari 2015. Keduanya bertempat di Laboratorium Analisis dan Kimia Makanan,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Pada praktikum Proses Glikogenolisis Pengaruh Puasa Terhadap Kadar
Glukosa Darah dan Kandungan Glikogen Hati Tikus menggunakan alat yaitu berupa
pipet Mohr, pipet Volumetrik, pipet tetes, Erlenmeyer, kertas Whatman dan corong,
Spektrofotometer dan Kuvet, labu takar 25 ml, tabung reaksi, dan penangas. Bahan
yang digunakan yaitu larutan Na Tungstat 10%, larutan Asam Sulfat 0,67 N, larutan
standar glukosa, pereaksi tembaga alkalis (Folin Wu), larutan asam Fosfomolibdat,
akuades, larutan sel darah merah tikus tidak puasa, dan ekstrasi glikogen tikus tidak
puasa.
Prosedur Kerja
Pembuatan filtrat bebas protein, dilakukan dengan cara mencampurkan
akuades, darah tikus, larutan Na Tungstat 10%, larutan Asam Sulfat 0,67 N dan
setelah itu dilakukan sentrifugasi agar filtrat jenih dengan endapan terpisah, setelah
filtrat diperoleh kita bisa menetapkan kadar glukosa darah dengan cara sebagai
berikut
Blanko
(2 ml akuades
ditambah 2 ml
larutan Folin Wu)
Larutan standar
(2 ml larutan glukosa
standar ditambah 2
ml larutan Folin Wu)
Larutan uji
(2 ml darah tikus tidak
puasa ditambah 2 ml
larutan Folin Wu)
Blanko
(2 ml akuades
ditambah 2 ml
larutan Folin Wu)
Larutan standar
(2 ml larutan glukosa
standar ditambah 2
ml larutan Folin Wu)
Larutan uji
(2 ml ekstraksi glikogen
tikus tidak puasa ditabah
2 ml larutan Folin Wu)
TP 3
34,285
TP 6
200
Puasa 3
171,428
Keterangan :
Absorbansi standar
Glukosa standar
Fp
= 0,350
= 10 mg / 100 ml
= 10
Keterangan :
Absorbansi standar
Glukosa standar
Fp
Blanko
Standar
Sampel
TP 3 e
-16,5
TP 3 f
-16,4
TP 6 e
-0,21
TP 6 f
0,168
P6e
21,1
P6-f
17,02
= 0,350
= 10 mg / 100 ml
= 10
= 0,12
= 0,174
Data kadar glukosa pada hati untuk kelompok tikus tidak puasa dan puasa
pada tabel 2 jauh berbeda hal ini disebabkan karena cara penyimpanan hati sebelum
digunakan hanya disimpan di larutan NaCl 0,9 g/ dl lebih dari 24 jam di suhu ruangan
tidak disimpan dilemari pendingin, dimana larutan NaCl 0,9 g/dl tersebut hanya
menjaga kondisi hati tikus agar tetap dalam kondisi homeostatis namun tidak
mencegah hati tikus tersebut dari kerusakan.
Kadar glukosa darah pada saat puasa dan tidak puasa seharusnya sama atau
tidak jauh berbeda karena proses glikogenolisis berfungsi menjaga keseimbangan
kadar glukosa darah. Pada percobaan ini kadar glukosa yang didapatkan untuk tikus
sampel P3 dan sampel TP3 pada tabel 1 jauh berbeda, hal ini disebabkan karena
kemungkinan proses pemisahan endapan dan filtrat dengan menggunakan corong
Buchner kurang sempurna. Masih ada endapan yang tercampur dengan filtrat yang
mana endapan lebih banyak mengandung glukosa. Sehingga saat penghitungan kadar
glukosa maka hasilnya akan tidak sesuai dengan literature.
Perbedaan filtrat darah puasa dan tidak puasa adalah filtrat sampel darah tikus
puasa setelah disentrifuge lebih banyak dibandingkan filtrat sampel darah tikus tidak
puasa. Secara kasat mata warna absorbansinya sama karena baik sampel sampel darah
tikus puasa maupun tidak puasa mempunyai rentang kadar gula yang sama karena
tikus puasa memecah glikogen sehingga kadar gula darah tetap normal.
DAFTAR PUSTAKA
Driskell JA. 2008. Nutrition Exercise Concerns of Middle Age. NewYork (US) : CRC
Press.
Emhoff W C, Messonnier L A, Horning M A, Fattor J A, Carlson TJ, Brooks G A.
Gluconeogenesis and Hepatic Glycogenolysis during Exercise at The Lactate
Threshold. Journal of Applied Physiology. 2013; 114 : 297306
Hayatul, R. 2014. Aktivitas Aktivitas Ekstrak Daun Wungu (Graptophyllum pictum
(L.) Griff) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus Hiperglikemia.
Bogor (ID); [diunduh pada 27 Februari 2015]. Tersedia pada:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/70889
Idris S M dan Ali E A L. Assessment of Dietary Management of Patients with
Cirrhosis Liver. International Journal of Science and Research [IJSR]. 2013;
2 : 47-53.
Mann J, Truswell A. 2007. Essential of Human Nutrition. New York (US) : Oxford
University Press.
Mushawwir, Andi. 2004. Profil RNA retikulosit dan Aktivitas Glikogenolisis melalui
Jalur cAMP (Adenine Monophosphate Cyclic) Domba Ekor Gemuk yang
Mengalami Stress Transportasi [skripsi]. Bandung (ID) : diunduh pada 27
Februari
2015.
Tersedia
pada:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/09/pustaka_unpad_profil_RNA.pdf
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press
Sardesai, V. 2012. Introduction to Clinical Nutrition. New York (USA) : CRC Press
Sumardjo D. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta (ID) : EGC
Susatyo JP. 2010. Memahami pengukuran kadar gula darah; [diunduh pada: 27
Februari 2015]. Tersedia pada: http://forkom-jerman.org.
Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Analisis. Yogyakarta (ID) : Liberty
LAMPIRAN
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kadar Glukosa Darah
Sampel
TP 3
Absorbansi
0,20
TP 6
0,70
200
Puasa 3
0,60
171,428
Berat
Absorbansi
Kadar Glukosa
(mg/100ml)
TP 3 e
12,13
0,012
-16,5
TP 3 f
12,13
0,011
-16,4
TP 6 e
9,89
0,01
-0,21
TP 6 f
9,89
0,219
0,168
P6e
8,7
0,22
21,1
P6-f
8,7
0,2
17,02
Lembar Penugasan
Nama/NIM
Tugas
Siti Fadiah
(I14144036)
Sofyan Wahyu K
(I14144037)
Solfa Damanik
TTD
(I14144038)
Wilgy Novi P
(I14144040)
Wuri Wulandari
(I14144041)