Pengertian
Abses adalah infeksi bakteri setempat yang ditandai dengan pengumpulan pus
(bakteri,jaringan nekrotik dan sel darah putih)
( Smelltzer at.al, 2001: 496)
Abses adalah kumpulan nanah (netrofil yang telah mati yang terakumulasi
disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi). Proses ini merupakan
reaksi perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi
kebagian lain dari tubuh
(http://id.wikipedia.org/wiki/abses)
B.
Etiologi
C.
Faktor Predisposisi.
2.
Kurang gizi.
3.
Anemia.
4.
Diabetes
5.
Keganasan(kanker)
6.
Penyakit lainya
7.
Higienis jelek
8.
Kegemukan
9.
Gangguan kemotatik
Patofisiologi
sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat tekanan hidrostatik meningkat
dan tekanan osmotik menurun sehingga terjadi akumulasi cairan didalam rongga
ekstravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu edema.
Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam rongga
abses menyebabkan rasa nyeri. Mediator kimiawi, termasuk bradikinin,
prostaglandin, dan serotonin merusak ujung saraf sehingga menurunkan ambang
stimulus terhadap reseptor mekanosensitif dan termosensitif yang menimbulkan
nyeri. Adanya edema akan mengganggu gerak jaringan sehingga mengalami
penurunan fungsi tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas litas.
Inflamasi terus terjadi selama, masih ada pengrusakan jaringan bila penyabab
kerusakan bisa diatasi, maka debris akan difagosit dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Reaksi sel fagosit yang berlebihan
menyebabkan debris terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses di sel
jaringan lain membentuk flegmon. Trauma yang hebat menimbulkan reaksi
tubuh yang berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan
pembentukan jaringan granulasi vaskuler untuk mengganti jaringan yang rusak
(fase organisasi), bila fase destruksi jaringan berhenti akan terjadi fase
penyembuhan melalui jaringan granulasi fibrosa. Tapi bila destruksi jaringan
berlangsung terus akan terjadi fase inflamasi kronik yang akan sembuh bila
rangsang yang merusak hilang.
Abses yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan
sehingga terjadi kerusakan Integritas kulit. Sedangkan abses yang diinsisi dapat
mengakibatkan resiko penyebaran infeksi.
E.
Manifestasi Klinis
Nyeri tekan
Nyeri lokal
c.
Bengkak
d.
Kenaikan suhu
e.
Leukositosis
Rubor ( kemerahan ).
b.
c.
Dolor ( nyeri ).
d.
e.
Fungtio laesa.
F.
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanan
Aktifitas I istirahat
Gejala : Malaise
2.
Sirkulasi
Neurosensori
Gejala
Tanda
Nyeri I/kenyamanan
Gejala : Kejang abdominal, lokalisasi nyeri/ketidaknyamanan, urtikaria,
pruritus umum.
Pemafasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman pemafasan, penggunaan
kortikosteroid, infeksi baru, penyakit viral.
Tanda : Suhu umumnya meningkat (37,95C atau lebih) tetapi mungkin
normal pada lansia mengganggu pasien, kadang sub normal (dibawah 36,5C),
menggigil, luka yang sulit/lama sembuh, drainase purulen, lokalisasi eritema,
ruam eritema makuler.
Sexualitas
Gejala
Tanda
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala : Masalah kesehatan kronis/melemahkan misal: DM, kanker, hati,
jantung, ginjal, kecanduan alkohol. Riwayat splenektomi. Baru saja menjalani
operasi prosedur invasive, luka traumatik.
Pertimbangan : Menunjukan lama hari rawat 7,5 hari.
11. Rencana pemulangan
: Mungkin dibutuhkan bantuan dengan
perawatan/alat dan bahan untuk luka, perawatan, perawatan diri, dan tugastugas rumah tangga
Prioritas Keperawatan
a. Menghilangkan infeksi.
b. Mendukung perfusi jaringan/volume sirkulasi.
c. Mencegah komplikasi.
d. Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosa dan kebutuhan
pengobatan.
(Doenge