Anda di halaman 1dari 101

PRAKTIKUM DASAR ELEKTRO

KELOMPOK 9 (SEMBILAN)
LA ODE MUHAMMAD YAMIN (E1D1 13 044)
JASRIN (E1D1 13 008)
LA ODE SYUKUR (E1D1 13 012)
WESNU PRAJATI ( E1D1 13 037)
FEBRIAN RAMADHAN (E1D1 13 004)
HIDAYAT

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini
sesuai waktu yang di tentukan.
Penyusun laporan ini sebagai tindak lanjut yang telah di laksanakan sesuai
kurikulum Tahun Akademik 2013/2014 dimana dalam penyusunan makalah ini
kami menemukan kendalah, namun berkat petunjuk dan bimbingan dari
asisten/teknisi laboratorium maka kendalah tersebut dapat terselesaikan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami bimbingan dan dorongan selama kami mengikuti praktikum
sehingga selesainya laporan praktikum elektro ini.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan , oleh karena itu kami sebagai insan akademis yang membutuhkan
bimbingan secara intensif. Mudah-mudahan praktikum ini menjadi bahan
teladan/sumbangsi bagi pelaksaan praktikum untuk di abaikan pada Nusa dan
Bangsa.

Kendari, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Jenis percobaan :
1. Hukum Ohm
2. Hukum Kirchhoff
3. Pembagi Tegangan
4. Resistor Di Hubung Seri
5. Karakteristik VDR
6. Karakteristik LDR
7. Karakteristik Dioda
8. Karakteristik NTC
9. Karakteristik lampu pijar

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN I
HUKUM OHM

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
Hukum Ohm merupakan suatu pernyataan bahwa besar arus listrik
yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan
bedapotensial yang di terapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar
dikatakan mematuhi hokum ohm apabila nilai

resistansinya tidak

bergantung terhadap besar dan polaritas bedapotensial yang dikenakan


kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua
jenis penghantar namun istilah hokum ohm tetap karena alas an sejarah.
Seorang guru fisika deri Jerman bernama George Simon Ohm
(1789-1854)

berhasil

mendapatkan

hubungan

antara

besarnya

bedapotensial dengan besarnya arus yang mengalir. Ia menyimpulkan


penemuan ini kedalam suatu suatu hokum yang dikenal dengan nama
hokum ohm. Bunyi hokum ohm adalah sebagai berikut :
Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan
bedapotensial antara ujung-ujung penghantar itu, asalkan suatu penghantar
itu tetap (Siswoyo, 2008). Secara ringkasnya hokum ini dapat ditulis
sebagai berikut :

V sebanding dengan I

=R

Dimana :
R = Tahanan ()
V = Tegangan yang diberikan kepada tahanan (V)
I = Arus yang mengalir pada tahanan (A)

Dalam R merupakan persamaan ini merupakan factor perbandingan


yang besarnya tetap untuk suatu penghantar tertentu dan pada suhu tertentu
pula. Factor tetap R ini disebut hambatan listrik.
Dalam suatu hambatan juga dipengaruhi factor-faktor yaitu :
1. Panjang kawat penghantar (I)
Semakin panjang kawat semakin besar pula hambatannya.
2. Luas penampang kawat penghantar (A)
Semakin besar penampang penghantar semakin kecil hambatannya.
3. Hambat jenis kawat penghantar ()
Semakin besar hambat jenis penghantar semakin besar nilai
hambatanya.

Apabila ada dua titik mempunyai beda potensial berbeda berarti


kedua titik tersebut mempunyai bedapotensial. Kemudian bila kedua
titik tersebut dihubungkan dengan suatu penghantar, maka pada
penghantar tersebut akan mengalir arus listrik. Besarnya arus listrik
tersebut tergantung dari besarnya kedua titik bedapotensial tersebut dan
nilai penghantarnya. Besarnya arus listrik tersebut ternyata berbanding
terbalik dengan tahanan penghantarnya.

1.2

Tujuan Percobaan
a. Kita dapat membuktikan kebenaran hokum ohm dengan percobaan.
b. Dapat menganalisa hubungan antara tegangan dan arus pada suatu
tahanan tertentu.
c. Mampu menganalisa hubungan antara arus dan tahanan pada tegangan
tertentu.

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun percobaan ini dilakukan pada :
Hari / tanggal

: Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

: 09:00 WITA sampai selesai

Tempat

: Laboratorium Listirk Dasar


Fakultas teknik
Universitas Halu oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

: 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011

: 1 buah (pada percobaan hokum


ohm)

3. computer

: 1 unit (yang menggunakan


software COM3LAB).

2.3

Langkah Percobaan
1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan saklar seri

3. Mengatur tegangan input pada 2 V.


4. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 pada tahanan R2 dan R3
2.4

Data Percobaan
Tabel 2.1 Data hasil percobaan
U/V

10

I 1/Ma

9,8

19,9

29,9

39,8

50,7

I 2/mA

4,4

7,9

11,8

15,7

20,2

I 3/mA

2,0

4,0

6,1

10

BAB III
ANALISA DATA
3.1

Perhitungan mencari arus ( I ) pada percobaan hokum ohm


.
I untuk V

=2v

I1 =

I1 untuk V

=4v

I1 =

I1 untuk V

=6v

I1 =

I1 untuk V

=8v

I1 =

I1 untuk V

= 10 v

I1 =

I2 untuk V

=2v

I2 =

I2 untuk V

=4v

I2 =

I2 untuk V

=6v

I2 =

I2 untuk V

=8v

I2 =

I2 untuk V

= 10 v

I2 =

I3 untuk V

=2v

I3 =

I3 untuk V

=4v

I3 =

I3 untuk V

=6v

I3 =

I3 untuk V
I3 =

=8v

I3 untuk V

= 10 v

I3 =

Table 3.1 Data hasil perhitungan


V/v

10

I1 / mA

20

20

30

40

50

I2/ mA

3,92

7,84

11,76

15,68

19,6

I3/ mA

10

Table 3.2 Perbandingan pada percobaan hokum Ohm


Data hasil percobaan

Data hasil perhitungan

V/v

10

V/v

10

I1/mA

9,9

20

19,9

29,9

50,4

I1/mA

10

20

30

40

50

I2/mA

8,2

12

16,2

19,7

I2/mA

3,92

7,84

11,76

15,68

19,6

I3/mA

4,1

6,2

10

I3/mA

10

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan
bedapotensial antar ujung-ujung penghantar itu, asalkan suhu penghantar
itu teatap. Untuk mencari tahanan dapat dilakukan dengan menggunakan
alat ukur ohm meter, atau dengan melakukan perhitungan secara
matematis.

4.2

Saran
1. Dalam melakukan pengukuran tahanan atau suatu rangkaian maka
dilakukan sangat teliti menginggat seringkali terjadi, perbedaaan nilai
perhitungan secara matematis dan pengukuran.
2. Semoga laporan pratikum ini dapat menjadi referensi dalam melakukan
penelitian selanjutnya.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN II
HUKUM KIRCHHOFF

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
Hukum Kirchoff I berbunyi jumlah aljabar dari arus yang menuju
atau masuk dengan arus yang meninggalkan atau keluar pada satu titik
sambungan atau cabang sama dengan nol Hukum I Kirchoff merupakan
hukum kekekalan muatan listrik yang menyatakan bahwa jumlah muatan
listrik yang ada pada sebuah sistem tertutup adalah tetap. Hal ini berarti
dalam suatu rangkaian bercabang, jumlah kuat arus listrik yang masuk
pada suatu percabangan sama dengan jumlah kuat arus listrik yang ke luar
percabangan itu. Untuk lebih jelasnya tentang Hukum I Kirchoff,
perhatikanlah rangkaian berikut ini:

Gambar 1.1 Rangkaian hokum kirchoff

Hukum Kirchoff II ini berbunyi di dalam satu rangkaian listrik


tertutup jumlah aljabar antara sumber tegangan dengan kerugian-kerugian
tegangan selalu sama dengan nol.
Hukum II Kirchoff adalah hukum kekekalan energi yang diterapkan
dalam suatu rangkaian tertutup. Hukum ini menyatakan bahwa jumlah
aljabar dari GGL (Gaya Gerak Listrik) sumber beda potensial dalam
sebuah rangkaian tertutup (loop) sma dengan nol. Secara matematis,
Hukum II Kirchoff ini dirumuskan dengan persamaan
E +v=0

Di mana V adalah beda potensial komponen komponen dalam


rangkaian (kecuali sumber ggl) dan E adalah ggl sumber. Untuk lebih
jelasnya mengenai Hukum II Kirchoff, perhatikanlah sebuah rangkaian
tertutup sederhana berikut ini

Gambar 1.2 Rangkaian tertutup


Di dalam rangkaian listrik (terdiri dari sumber tegangan dan
komponen-komponen), maka akan berlaku Hukum-hukum kirchhoff.
Hukum ini terdiri dari hukum kirchhoff tegangan (Kirchhoff voltage law
atau KVL) dan hukum Kirchhoff arus (Kirchhoff Current Law atau KCL).
Hukum Kirchhoff Tegangan
Hukum ini menyebutkan bahwa di dalam suatu lup tertutup maka
jumlah sumber tegangan serta tegangan jatuh adalah nol.

Gambar 1. 3 rangkaian suatu ikal tertutup dari rangkaian listrik


Seperti diperlihatkan dalam Gambar 1 di atas, rangkaian ini terdiri
dari sumber tegangan dan empat buah komponen. Jika sumber tegangan
dijumlah dengan tegangan jatuh pada keempat komponen, maka hasilnya
adalah nol, seperti ditunjukan oleh persamaan berikut.
V1 + V2 + V3 + V4 E = 0

Hukum Kirchhoff Arus


Hukum Kirchhoff arus menyebutkan bahwa dalam suatu simpul
percabangan, maka jumlah arus listrik yang menuju simpul percabangan
dan yang meninggalkan percabangan adalah nol.

Gambar 2. Percabangan arus listrik dalam suatu simpul


Gambar 2 adalah contoh percabangan arus listrik dalam suatu
simpul. Dalam Gambar 2, terdapat tiga komponen arus yang menuju
simpul dan tiga komponen arus yang meninggalkan simpul. Jika keenam
komponen arus ini dijumlahkan maka hasilnya adalah nol, seperti
diperlihatkan dalam persamaan berikut.
I1 + I2 + I6 I3 I4 I5 = 0
1.2
a.

Tujuan Percobaan
Kita dapat membuktikan kebenaran hukum Kirchoff I dengan suatu
percobaan

b. Mengetahui harga yang mengatur pada suatu cabang, bila cabang yang lain
diketahui

BAB II
METODE PRATIKUM

2.1

Waktu dan Tempat


Adapun percobaan ini dilakukan pada :
Hari / tanggal

: Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

:09:00 WITA sampai selesai

Tempat

: Laboratorium Listirk Dasar


Fakultas teknik
Universitas Halu oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

: 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011

: 1 buah (pada percobaan


hokum kirchoff)

3. komputer

: 1 unit (yang menggunakan


software COM3LAB)

2.3

Langkah Percobaan
1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan hokum kirchoff


.

3. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1

2.4

Data Percobaan
Tabel 2.4 Data Hasil Percobaan
I1 (mA)
12,1

I2 (mA)

Itot (mA)

31,2

43,2

BAB III
ANALISA DATA

3.1

Perhitungan Mencari Arus Total (Itot) I1 dan I2

11 =

= 0,0125 A = 12,5 ma

I2 =

= 0,0321 A = 32,12 ma

Itot = 11 + I2
= 12,5 ma + 32,12 ma
= 44,62 ma
Tabel 3.1 hasil perhitungan pada Hukum Kirchhoff
I1 (ma)

I2 (ma)

Itot (ma)

12,5

32,12

14,67

Table 3.1 Perbandingan percobaan dan perhitungan


Data percobaan

Data perhitungan

I1(ma)

I2(ma)

Itot(ma)

I1(ma)

I2 (ma)

Itot (ma)

12,1

31,1

13,7

12,5

32,12

14,67

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Pada percobaan hokum kirchoff dapat disimpulkan bahwa arus
total dapat diperoleh dengan menjumlahkan arus-arus yang mengalir pada
masing-masin resistor yang dihubungkan secara paralel.

4.2

Saran
Adapun pada percobaan ini saran dari kami

yaitu semoga

kedepannya pratikum ini dapat dijelaskan dengan baik tiap percobaan agar
nantinya dapat dimengerti dengan mudah dan dapat diaplikasikan dalam
bidang yang digeluti yakni teknik elektro.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN III
PEMBAGI TEGANGAN

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
Rangkaian pembagi tengangan biasanya digunakan untuk membuat
suatu tegangan referensi dari sumber tegangan yang lebih besar, titik
tegangan referensi pada sensor. Untuk memeberikan bias pada rangkaian
penguat atau untuk member biar pada rangkaian aktif. Rangkaian pembagi
tegangan pada dasarnya dapat dibuat dengan dua buah resistor. Contoh
rangkaian dasar pembagi tegangan dengan output Vo dari tegangan
sumber V1 menggunakan resistor pembagi tegangan R1 dan R2 seperti
pada gambar dibawah ini:

Rangkaian dasar pembagi tegangan

R1
+
+

V1

I-

Vs
+

R2
V0
Gambar 1.1 Rangkaian pembagi tegangan

Dari rangkaian pembagi tegangan diatas dapat dirumuskan


tegangan output Vo, arus (I). Pada R1 dan R2 sehingga nilai tegangan
sumber V1 adalah penjumlahan Vs dan Vo. Sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut :

VO = V1

Rangkaian beban terbebani

R1
+

V1

io
+

R2
Vo

beban
a

Gambar 1.2 Rangkaian tegangan terbebani

Gambar rangkaian diatas memperlihatkan suatu pembagi tegangan


dengan beban terpasang pada terminal keluarnya, mengambil arus Io dan
penurunan tegangan sebesar Vo. Kita akan mencoba menemukan
hubungan antara Io dan Vo. Jika arus yang mengalir melalui R1 sebesar I
seperti ditunjukkan pada gambar, maka arus yang mengalir melalui R2
adalah sebesar i-io.

Vo = V1

Vo = Vo ic io Rp

Dimana VoIc adalah besarnya tegangan Vo tanpa tegangan beban


saat Io = 0 dan harga ini disebut sebagai tegangan keluar saat rangkaian
terbuka ( open-circuit output voltage) sebesar :

VoIc = V1
Rp =
Rp di sebut sebagai resistansi sumber dimana besarnya sama
besarnya sama dengan R1 dan R2 yang dihubungkan secara paralel. Harga
VoIc atau Rp tergantung

pada sifat beban sehingga efek Vo akibat

besarnya

dengan

beban

dapat

mudah

dihitung

menggunakan

penyederhanaan rangkaian seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Rp
+

Io
+

VoIc
-

Vo

Beban
-

Gambar 1.3 Penyederhanaan rangkaian dengan beban


Dengan rangkaian yang disederhanakan seperti diatas maka dapat
dengan mudah ditentukan tegangan output Vo. Dengan beban adalah R1
maka besarnya tegangan output Vo adalah
Vo = VoIc .
1.2

Tujuan Percobaan
1. Kita dapat membuktikan kebenaran hokum Kirchoff II dengansuatu
percobaan.
2. Menganalisa hubungan tegangan pada suatu rangkaian tertutup.

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun percobaan ini dilakukan pada :
Hari / tanggal

Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

09:00 WITA sampai selesai

Tempat

Laboratorium Listirk Dasar


Fakultas teknik
Universitas Halu oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

: 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 70011

: 1buah (pada percobaan


pembagi tegangan)

3. komputer

: 1

unit

(yang

menggunakan
software COM3LAB).

2.3

Langkah Percobaan

1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.


2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

V
in = 13 V
Gambar 2.1 Rangkaian percobaan pembagi tegangan
3. Melakukan pengukuran tegangan R1dan R2 , hasil
pengukuran dimasukan pada tabel percobaan
4 . Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.2

V
in = 13 V
Gambar 2.2 Pengukuran untuk tegangan V3 dan V4
5. Melakukan pengukuran tegangan R3dan R4 , hasil
pengukuran dimasukan pada tabel percobaan.
6. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Pengukuran untuk tegangan V5 dan V6


7. Melakukan pengukuran tegangan R5dan R6 , hasil
pengukuran dimasukan pada tabel percobaan.

2.4

Data Percobaan

Tabel 2.1Data Hasil Percobaan

Tegangan (V)
R1

R2

R3

3,66

9,18

6,14

R4 R5
6,12

9,21

R6
3,06

BAB III
ANALISA DATA
3.1

Perhitungan percobaan pembagi tegangan


R1 = 100
R2 =

R3 = 200
R4 =

R5 = 300
R6 =

3.2 perhitungan tegangan pada pembagi tegangan


Untuk

R1

=
=
= 3, 25 Volt

Untuk R2

=
=
= 9,18 Volt

Untuk R3

=
=
= 6,14 Volt

Untuk R4

=
=
= 6,12 Volt

Untuk R5

=
= 9,21 Volt

Untuk R6

=
= 3,06 Volt

Table 3.1 Data perhitungan


Data perhitungan
Tegangan (V)
R1

R2

R3

R4

R5

R6

3,25

9,75

6,5

6,5

9,75

3,25

Tabel 3.1 perbandingan pembagi tegangan

R1

R2

Data percoban

Data perhitungan

Tegangan (V)

Tegangan (V)

R3

R4

R5

R6

R1

R2

R3 R4

R5

R6

3,66 9,18 6,14 6,12 9,21 3,06 3,25 9,75 6,5 6,5 9,75 3,25

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang kami lakukan, maka kami
menyimpulkan :
1.

Ketika resistor pada rangkaian, dirangkai secara seri maka tegangan


akan terbagi pada setiap resistor yang dilewatinya dimana tegangan
yang terbagi berbanding lurus dengan nilai resistansinya.

2. Tegangan yang terbagi pada setiap resistor merupakn rasio dan


resistansi total pada rangkaian dikalikan dengan total rangkaian.

4.2

Saran
1.

Penggunaan peralatan yang canggih dapat memberikan bantuan agar


pengukuran dapat dilakukan dengan sangat teliti.

2.

Tenaga ahli merupakan salah satu pendukung agar pengukuran , alat


lebih dapat dilakukan dengan cara yang benar.

3.

Semoga laporan pratikum ini dapat memberikan sumbangsi dalam


mencerdaskan kehidupan bangsa terutama dibidang elektro.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN IV
RESISTOR DIHUBUNG SERI

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Landasan Teori
Resistansi adalah komponen dasar elektronika yang digunkan untuk
membatasi atau menghambat arus listrik yang melewatinya dalam suatu
rangkaian.
1. Fungsi atau kegunaan resistor dalam rangkaian
a. Sebagai pembagi arus.
b. Sebagai pembagi tegangan .
c. Sebagai penghambat arus listrik.
d. Sebagai penurun tegangan.
2. Macam-Macam Resistor.
a. Resistor Tetap
Resistor tetap adalah resistor yang dinilai hambatannya tidak dapat
dirubah-rubah dan besarnya sudah ditentukan oleh baprik yang
membuatnya.
b. Resistansi Tidak Tetap
Resistansi tidak tetap adalah resistansi yang mempunyai nilai resistansi
yang dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan
Dalam rangkaian listrik biasanya, tidak hanya terdapat satu buah
tahanan saja pada rangkaian tersebut, tetapi dihubungkan dengan tahanan
lain yang dapat dirangkaikan dengan beberapa cara lain yaitu:
1. Tahanan yang dihubungkan secara seri.
2. Tahanan yang dihubungkan secara paralel.
3. Tahanan yang dihubungkan secara kombinasi.

Dalam keterangan tersebut, jadi jelas bahwa hubungan tahanan


tersebut dirangkai menurut kebutuhan.

R1

R2

R3

Gambar 1.1 Resistor yang dihubung seri.

Nilai resistansi ( R ) pada rangkaian resistor seri akan lebih besar dan
nilainya adalah penjumlahan semua resistor yang dirangkai tersebut.
Besarnya resistor total ( R ) dalam rangkaian resistor seri diatas dapa
dirumuskan besarnya nilai resistansi ( R ) tersebut sebagai berikut :
R = R1 + R2 + R3
Seperti terlihat dari dalam rangkain seri diatas terlihat bahwa bahwa
semua resistansi dialiri arus listrik dengan nilai tegangan sama. Pada
rangkaian resistor seri adalah berbeda tergangtung nilai resistor yang
dipasang. Jika arus yang mengalir tersebut adalah sama maka dapat
ditentukan besarnya tegangan total berdasarkan hokum ohm :
V1 = I x R1
V2 = I x R2
V3 = I x R3
V = V1 + V2+ V3
Karena arus ( I ) adalah sama maka
V = I ( R 1 + R2 + R3 )

1.2

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :

2. Kita dapat membuktikan bahwa nilai tahanan seri (RS) dapat dicari
dengan menggunakan rumus yaitu : RS = R1 + R2 + R3 .. + Rn
1. Membandingkan hasil pengukuran dan perhitungan pada nilai tegangan
tiap tahanan.

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal

Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

09:00 WITA sampai selesai

Tempat

Laboratorium Listrik Dasar


Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer
2. Modul COM3LAB versi 70011

: 1 buah
: 1 buah (pada percobaan resistor yang
dihubung seri)

3. komputer

: 1 unit (yang menggunakan software


COM3LAB)

2.3

Langkah Percobaan
1. Meneliti semua peralatan/ bahan yang akan digunakan.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan resistor dihubung seri

3. Melakukan pengukuran seperti pada tabel 2.1

3.1

Data Percobaan
Tabel 2.1 Data hasil percobaan Resistor dihubung seri
V
I (mA)
R1

R2

R3

R tot

0,837

3,25

8,35

15,06

12,35

BAB III
ANALISA DATA
3.1 Perhitungan Percobaan Resistor Hubung Seri.
Rs = R1 + R2 + R3
= 100 + 390 + 1000
= 1490
3.2 Menghitung tegangan di setiap tahanan
1. Tahanan pada 100
V1 = I R1
= 8,2 mA 100
= 0,82 volt
2. Tahanan pada 390
V2 = I R2
= 8,2 mA 390
= 3,198 volt
3. Tahanan pada 1000
V3 = I R3
= 8,2 mA 1000
= 8,2 volt
4. Tahanan pada total
Vtot = V1 + V2 + V3
= 0,82 + 3,198 + 8,2
= 12,218 volt

Table 3.1 Data hasil perhitungan


Data hasil perhitungan
V
R1

R2

R3

Rtot

0,820

3,198

8,200

12,218

I ( MA )

V tot

8,2

0,1

Table 3.2 Perbandingan percobaan resistor di hubung seri

Data percobaan

Data hasil perhitungan

V
I
(MA)

R1

R2

R3

Rtot

0,824

3,21

8,26

12,15

8,2

I
(MA)

Vtot

12,35

R1

R2

0,820

3,198

R3

Rtot

8,200

12,218

8,2

Vtot

12,35

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari data hasil pratikum yang kami lakukan, maka saya
menyimpulkan :
1. Dalam rangkaian listrik biasanya, tidak hanya terdapat satu buah tahanan
saja pada rangkaian tersebut, tetapi dihubungkan dengan tahanan lain
yang dapat dirangkaikan dengan beberapa cara lain yaitu:
a. Tahanan yang dihubungkan secara seri.
b. Tahanan yang dihubungkan secara paralel.
c. Tahanan yang dihubungkan secara kombinasi.
2. Tahanan total dari rangkaian seri adalah

jumlah dari masing-masing

hambatan yang ada dalam rangkaian tersebut


4.2

Saran
1. Penggunaan alat yang tidak terlalu dikuasai akan mengakibatkan
pengambilan data yang sering salah. Oleh karena itu bimbingan yang
sangat serius sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
2. Semoga laporan ini menjadi sumber referensi dalam melakukan
penelitian dan pengerjaan tugas dibidang elektro.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN V
KARAKTERISTIK VDR

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
VDR adalah resistor yang nilai hambatannya tergantung dari
besarnya

tegangan dimana pada kenaikan tegangan maka nilai

hambatannya akan turun. Resistor VDR biasa digunakan pada pesawat


televise. VDR atau Voltage Dependent Resistor semikonduktor yang
secara prinsip sebagai penggabungan secara anti paralel dari hubungan seri
PN junction. Komponen ini termaksud jenis resistor non linear. Ketika
tegangan variabel. Ketika tegangan variabel maka DC sambungan ke VDR
(Voltage Dependet Resistor) tanpa memperhatikan polaritas arus yang
mengalir mengakibatkan tegangan diseluruh PN junction di hubung seri.
Oleh karena itu, VDR mempunyai tegangan tinggi saat tegangan rendah
dan bertahanan rendah saat tegangan tingggi.

Gambar 1.1 Simbol VDR


Sifat dari VDR adalah semakin besar tegangan yang diterima maka
tahanan akan semakin kecil sehingga arus yang melalui VDR akan sangat
baik digunakan sebagai stabilizer bagi komponen transistor.
Resistansi dari suatu resistor peka tegangan (VDR) jatuh dengan
sangat cepat ketika tegangan yang bekerja pandanya melampaui suatu
tegangan nominal arus melalui VDR dapat diabaikan besarnya tetapi
ketika resistansi jatuh, arus akan menjadi besar dan energi dalam jumlah
signifikan akan terserap.

v
Gambar 1.2 Grafik karakteristik VDR
VDR disebut juga

varistor yaitu suatu resistor dengan nilai

tahanan yang variabel non linearnya atau tidak satu garis lurus tergantung
dari tegangan yang diberikan pada VDR tersebut. Nilai resistansi VDR
akan tinggi pada saat VDR tersebut berada pada tengangan ambang
(treshold) dan resistansi akan turun cepat pada saat tegangan yang
diberikan pada VDR tersebut melebihi nilai ambang (treshold).
Bertambah besarnya harga tegangan yang terdapat diujung kedua
VDR, maka hambatn VDR akan menurun. Dalam protek VDR digunakan
sebagai stabilisator tegangan atau sebagai pengaman rangkaian terhadap
kelebihan tegangan. Perhatikan contoh pemakaian VDR pada gambar di
bawah ini :
D1

+ Vo
V

D3

D4

oV

Gambar 1.3 Contoh pemakaian VDR

1.2

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini yaitu Dapat memahami prinsip kerja
dan karakteristik VDR

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal

Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

09:00 WITA sampai selesai

Tempat

Laboratorium Listrik Dasar


Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

: 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 700112 : 1 buah (pada percobaan karakteristik


VDR)
3. komputer

: 1 unit (yang menggunakan software


COM3LAB)

2.3

Langkah Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian VDR


2. Membuka
instrument.

multi meter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat

3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter

A(ampere) dan

hubungkan soket yang kanan pada terminal com untuk mengukur arus
listrik yang masuk pada rangkaian.
4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat
instrument
5. Menghubungkan

multimeter

sebagai

voltmeter

dengan

menghubungkan soket kiri pada V(volt) dan hubungkan soket yang


kanan pada terminal com untuk mengukur tegangan pada VDR.
6. Mengatur tegangan input pada 1 V, 4 V, 6 V, 7V 8 V,8.4V, 9.V 9,5
10V,10.5 V, dengan memutar tombol dari generator, dan masukan nilai
pengukuran pada table 2.1
2.4

Data Percobaan
Table 2.1 Data Percobaan
U/ V

10,5

10

9,5

8,5

7,9

6,9

8,9

6,9

I/ mA

17,7

2,9

1,6

0,7

0,7

R/

0,6

1,7

3,3

5,6

12

BAB III
ANALISA DATA

3.1

VDR
Untuk tegangan 10,7 volt
R=

Untuk tegangan 10,7 volt


R=
=

Untuk tegangan 9,5 volt


R=
=
Untuk tegangan 9 volt
R=
=

Untuk tegangan 8,4 volt


R=
=

Untuk tegangan 8 volt


R=
=

Untuk tegangan 6 volt


R=
=

Untuk tegangan 4 volt

R=
=

Untuk tegangan 1 v
R=
=

Tabel 3.1 Perbandingan Hasil Perhitungan Karakteristik VDR


U/ V

10,7

10,7

9,5

8,4

I/ mA

17,7

2,9

2,9

0,7

R/

6045

2140

3275 5625 1200

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Dari hasil pratikum yang kami lakukan maka kami menyimpulkan
bahwa VDR resistor yang nilai tahanannya aliran berubah tergantung dari
tegangan yang diterima. VDR merupakan semikonduktor yang secara
prinsip merupakan penggabungan secara paralel dari hubungan seri PN
junction ketika tegangan variabel DC disambung ke VDR tanpa
memperhatikan polaritas arus mengalir menyebabkan seluruh tegangan di
PN junction terhubung seri.

4.2

Saran
Adapun saran dari kelompok kami bahwa penggunaan alat yang
tidak teralu dikuasaiakan mengakibatkan pengambilan data yang sering
salah. Oleh karena itu kami perlu bimbingan yang lebih serius karena
sangat penting untuk mengetahui masalah ini.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN VI
KARAKTERISTIK LDR

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Landasan Teori
LDR atau Light Dependet Resitor adalah salah satu jenis resistor
yang nilai hambatannya di pengaruhi oleh cahaya yang diterimanya.
Besarnya nilai hambatan pada LDR tergantung pada besar kecilnys cahaya
yang diterima oleh LDR itu sendiri. Contoh penggunaan adalah pada
lampu taman dan lampu dijalan yag biasa menyala dimalam hari dan
padam pada siang hari secara otomatis. Adapun symbol dari LDR yaitu :

Gambar 1.1 Simbol LDR atau photoresistor

Simbol LDR digambarkan dengan arah panah yang masuk yang


menandakan tahanan berupa tergantung pada intensitas cahaya yang ada
disekitar LDR.
1.1.1

Karakteristik LDR
LDR adalah salah satu bentuk komponen yang mempunyai
perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya.

1.1.2

Prinsip Kerja LDR


Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan
intensitas cahaya yang mengenalnya. Dalam keadaan resistansi
LDR sekitas 10 m dan dalam terang sebesar 10 K atau kurang.
LDR terbuat dari bahan semikonduktor seperti kadunium sulfide.
Dengan bahan ini energi dari cahaya yang masuk menyebabkan
lebih banyak muatan yang lepas atau arus listrik meningkat.
Artinya resistansi bahan telah menuruni penurunan.

1.1.3

Pengontrolan Lampu dan Sensor LDR Menggunkan


Mikrokontroler.
Dalam
pengontrolan
lampu
dan
menggunakan
mikrokontroler,

kita

memerlukan

beberapa

port

pada

mikrokontroler. Untuk pengontrolan lampu menggunakan sensor


cahaya LDR. Satu port dihubungkan lansung kelampu dan satu port
lagi dihubungkan kesensor LDR. Port ini hanya bias mendekati
data digital. Karena lampunyang digunakan ON pada saat diberikan
nilai digital O makan lampu ON akan port bernilai O dan jika
lampu OFF maka port tersebut bernilai satu.
Rangkaian lampu taman dapat juga dipergunakan sebgai
lampu otomatis luar rumah.

Dengan menambahkan sedikit

rangkaian yang sangat sederhana dan memanfaatkan LDR sebagai


sensor cahaya yang membuat

lampu menyala secara otomatis

tanpa harus mematikan atau menghidupkan lampu secara manual ,


dimana lampu yang menyala berdasrkan cahaya yang diterima oleh
sensor LDR.
1.2

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan pada percobaan ini adalah Dapat memahami prinsip
kerja dan karakteristik LDR.

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal

: Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

: 09:00 WITA sampai selesai

Tempat

: Laboratorium Listrik Dasar


Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo

2.2

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

buah

2. Modul COM3LAB versi 70012

: 1 buah ( pada percobaan


karakteristik LDR )

3. Komputer

unit

menggunakan

(yang
software

COM3LAB)
2.3

Langkah Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian percobaan LDR

2. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat


instrument

3. Menghubungkan

multimeter

sebagai

ampere

meter

dengan

menghubungkan soket kiri pada A(ampere) dan hubungkan soket yang


kanan pada terminal com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada
rangkaian.
4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat
instrument.
5. Menghubungkan

multimeter

sebagai

voltmeter

dengan

menghubungkan soket kiri pada V(volt) dan hubungkan soket yang


kanan pada terminal com untukmengukur tegangan pada LDR.
6. Memasukan nilai pengukuran pada tabel 2.1
7. Mengatur tegangan input pada 4 V, 5 V, 6 V, 7 V, dan 8 V, serta
memasukan hasil pengukurannya pada tabel 2.1
2.4

Data Percobaan
Tabel 2.1 Data hasil percobaan
VT/v

V/v

12,8

12,5

12

11,2

10,4

9,5

11,9

15

19,9

27

35,6

44,9

R/K

1,1

0,8

0,6

0,5

0,4

0,3

BAB III
ANALISA DATA
3.1

Karakteristik LDR
1. Pada tegangan 12,8 volt
R=
=
= 1075,65 = 1,08 k
2. Pada tegangan 12,5 volt
R=
=
= 833,33 = 0,833 k
3. Pada tegangan 12 volt
R=
=
= 603,02 = 0,603 k
4. Pada tegangan 11,2 volt
R=
=
= 414,81 = 1,415 k
5. Pada tegangan 10,4 volt
R=
=
= 192,13 = 0,192 k

6. Pada tegangan 9,5 volt


R=
=
= 213,48 = 0,214 k

Table 1.3 Hasil Perhitungan Pada Karakteristik LDR


VT/v
0
4
5
6
7
8
V/v

12,8

12,5

12

11,2

10,4

9,5

11,9

15

19,9

27

35,6

44,9

0,833

0,603

0,415

0,192

0,124

R/K 1,08

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kami yaitu bahwa LDR akan berubah
seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau ada
disekitarnya. Dalm keadaan resistor LDR sekitar 10 dan dalam terang
sebesar 1 K atau kurang. LDR tersebut dari bahan semikonduktor seperti
kadnium sulfide. Dengan bahan ini energi dapat dari cahaya yang jatuh
yang menyebabkan lebih banyak akibat muatan yang dilepas atau arus
listrik meningkat. Artinya resistansinya bahan lebih mengalami penurunan.

4.2

Saran
Saran dari kelompok kami yaitu dalam melakukan pratikum
sebaiknya asisten lebih member kami pengajaran agar kami dapat paham
dan semoga laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
bermanfaat.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN VII
KARAKTERISTIK DIODA

OLEH :
KELOMPOK

9 (SEMBILAN)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Landasan Teori
Dioda adalah komponen aktif dua kutub yang pada umumnya
bersifat semikonduktor, yang memperbolehkan arus listrik mengalir ke
satu arah dan mengahambat arus dari arah sebaliknya. Diode dapat
disamakan katub didalam elektronika. Diode sebenarnya tidak dapat
menunjukan

karakteristik

kesearahan

yang

sempurna,

melainkan

mempunyai karakteristik hubungan arus dan tegangan kompleks yang


tidak linear dan sering kali tergantung pada teknologi atau material yang
digunakan atau parameter penggunaan. Beberaoa jenis diode yang
mempunyai fungsi yang tidak di tujukan untuk penggunaan penyearahan.
Awal mula dari diode adalah piranti cristal cats whisker dan
tabung hampa. Saat ini diode yang paling umum dibuat adalah dari bahan
Ssemikonduktor seperti silicon atau germanium.
1.1.1

Sejarah Dioda
Walaupun diode Kristal (semikonduktor) dipopulerkan
sebelum diode termionik. Diode termionik dan diode Kristal
dikembangkan secara terpisah pada waktu yang sama. Prinsip kerja
dari diode termionik ditemukan oleh Frederick Guthril pada tahun
1873. Sedangkan prinsip kerja diode Kristal ditemukan pada tahun
1874 oleh peneliti Jerman, Kail Ferdinand Braun.
Pada waktu penemuan, piranti ini dikenal sebagai
penyearah. Tahun 1919 William Henry Eccles memperkenalkan
istilah diode yang berasal dari di yang berarti yang berarti dua dan
ode (dari ooos) berarti jalur.

1.1.2 Prinsip Kerja Dioda


Prinsip kerja diode pada umumnya adalah sebgai lat yang
terbentuk dari beberapa bahan semikonduktor dengan muatan
anoda (P) dan muatan katoda (H) yang biasanya terdiri dari
geranium atau sislikon yang digabungkan, dan muatan berupa N
merupakan bahan dengan kelebihan electron, dan sebaliknya

muatan bertipe P merupakan bahan dengan kekurangan satu


electron yang dipisahkan oleh depetron layer yang terjadi akibat
keseimbangan kedua muatan tersebut, oleh karena itu diode
tersebut menghasilkan suatu hole yang berfungsi sebagai pembawa
tegangan atau muatan sehingga terjadi perpindahan sekaligus
pengaliran arus yang terjadi di hole tersebut, yang menghasilkan
tegangan arus searahan atau biasanya disebut dengan DC.
Prinsip kerja diode berbeda dengan prinsip atau teori electron
yang menyebut bahwa arus listrik yang terjadi karenakan oleh
pergerakan electron dari kutub positif menuju kekutub negative,
tetapi diode ini hanya mengalirkan arus satu arah saja yaitu DC.
Oleh karena itu jika diode di aliri oleh tegangan P yang lebih besar
dari muatan N, maka electron yang terdapat pada muatan N akan
mengalir kemuatan P yang disebut dengan format bias. Bila terjadi
sebaliknya, yaitu jika diode tersebut dengan dialiri dengan
tegangan P, maka electron yang ada didalamnya tidak akan
bergerak sehingga diode tidak mengaliri muatan apapun, pada
kondisi seperti ini sering disebut dengan referse bias.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja
diode adalah salah satu prinsip keraj diode merupakan salah satu
alat sangat unik karena mampu memanipulasi muatan hingga
menjadi muatan yang searah atau DC.
1.2

Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah dapat memahami prinsip
kerja dan karakteristik diode.

BAB II
METODE PRATIKUM
2.1

Waktu dan Tempat


Adapun pratikum ini dilaksanakan pada :
Hari/tanggal

: Sabtu, 07 Juni 2014

Pukul

: 09:00 WITA sampai selesai

Tempat

: Laboratorium Listrik Dasar Fakultas Teknik


Universitas Halu

2.2

Oleo

Alat dan Bahan


1. Digital analyzer

: 1 buah

2. Modul COM3LAB versi 700112

: 1 buah (pada percobaan


karakteristik dioda)

3. computer

:1 unit (yang menggunakan software


COM3LAB)

2.3

Langkah Percobaan
1. Membuat rangkaian seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Rangkaian Dioda


2. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat
instrument
3. Menghubungkan multimeter 1 sebagai ampere meter dengan
menghubungkan soket kiri pada A(ampere) dan hubungkan soket yang

kanan pada terminal com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada
rangkaian.
4. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat
instrument.
5. Menghubungkan

multimeter

sebagai

voltmeter

dengan

menghubungkan soket kiri pada V (volt) dan hubungkan soket yang


kanan pada terminal com untuk mengukur tegangan pada Dioda
6. Mengukur arus pada sepuluh pengaturan tegangan yang berbeda dan
masukkan nilai-nilai dalam tabel. Tarik nilai yang ditunjukkan oleh
multimeter 1dan 2(nilai arus dan tegangan) ke dalam kolom tabel 2.1.
2.4

Data Percobaan
Table 2.1 Data hasil percobaan

Tegangan Input /V
Tegangan yang di
ukur /V
Arus yang di ukur /
mA

-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1,0

0,2

0,4

0,5

0,6

0,63

-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1,0

0,2

0,4

0,5

0,6

0,63

0,1

1,6

3,3

BAB III
ANALISA DATA
3.1

DIODA
Pada saat tegangan input -0,2 v
Dik

: V = 0,2 Volt
I = 0,21 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= 1,05 Volt

2. Tegangan Pada 0,42 volt


Dik

: V = 0,42 Volt
I = 0, mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= Volt

3. Tegangan pada 0,61 Volt


Dik

: V = 0,61 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :

Vin

=
=
= Volt

4. Tegangan pada 0,01 Volt


Dik

: V = 0,01 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= Volt

5. Tegangan Pada 1,01 Volt


Dik

: V = 1,01 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= Volt

6. Tegangan pada 0,22 Volt


Dik

: V = 0,22 Volt

I = 0 mA
Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= Volt

7. Tegangan pada 0,39 volt


Dik

: V = 0,39 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= Volt

8. Tegangan Pada 0,47 volt


Dik

: V = 0,47 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
= Volt
9. Pada Tegangan 0,51 Volt

Dik

: V = 0,51 Volt
I = 0 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= 2,5 Volt

10. Tegangan Pada 0,6 volt


Dik

: V = 0,6 Volt
I = 0,1 mA

Dit

: Vin..?

Penye :
Vin

=
=
= 0,28 Volt

Tabel 3.1 Hasil perhitungan percobaan diode


Tegangan Input /V
Tegangan yang di
ukur /V
Arus yang di ukur /
Ma

0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1,0

0,2

0,4

0,5

0,6

0,63

1,05

2,5

0,28

0,2

-1

-1

0,20

0,21

Tabel 3.2 Hasil Perbandingan dan Perhitungan pada Percobaan karakteristik Dioda
Hasil Percobaan
Tegangan Input
/V
Tegangan yang
di ukur /V
Arus yang di
ukur / mA

Hasil Perhitungsn

-0,2

-0,4 -0,6

-0,8

-1,0

0,2

0,4

0,2

0,4

0,6

0,8

-1,0

0,2

0,4

Tegangan input
0,5 0,6 0,6
/V
Tegangan yabg
0,5 0,6 0,63
diukur / V
Arus yang di
0 0,2 2,1
ukur / mA

-0,2

-0,4

-0,6

-0,8

-1,0

0.2

0,4

0,5

0,6

0,6

1,05

2.5

0,28

0,2

-1

-1

0,20

0,21

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kelompok kami bahwa diode merupakan jenis
kompone pasif. Diode memiliki dua komponen aktif yaitu kaki anoda dan kaki
katoda. Diode tersebut terbuat dari bahan semikonduktor tipe P dan
semikonduktor tipe N yang disambung. Diman semikonduktor P berfungsi
sebagai anoda dan semikonduktor berfungsi sebagai katoda.
4.2 Saran
Adapun saran dari kelompok kami yaitu Sebaiknya dalam kami melakukan
praktek sebaiknya asisten ada didalam ruangan praktek tersebut untuk
membimbing berjalannya praktek agar dalam membuat rangkaian dan
pengambilan data kami tidak salah.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN VIII
KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR

OLEH :
KELOMPOK

4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Landasan Teori
Termistor NTC (Negative Coefisien Temperature) merupakan resistor
dengan koefisien temperatur negatif yang sangat tinggi. Termistor jenis ini
dibuat dari oksida dar kelompok elemen transisi besi ( misalnya FE2O3, NiO
CoO dan lain - lain ) .
Oksida - oksida ini mempunyai resistivitas yang sangat tinggi dalam
zat murni , tetap bisa ditransformasikan kedalam semi konduktor dengan
jalan menambahkan sedikit ion ion lain yang valensinya berbeda . Harga
nominal biasanya ditetapkan pada temperatur 25oC . Perubahan resistansi
yang diakibatkan oleh non linieritasnya ditunjukkan dalam bentuk diagram
resistansi dengan temperatur , seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.14
berikut ini.

Gambar 1.1. simbol simbol NTC

Bilamana memungkinkan untuk menemukan termistor NTC untuk


memenuhi seluruh harga NTC yang dibutuhkan, kadang - kadang jauh lebih
ekonomis bila beberapa NTC digabung atau diadaptasikan hargaharga
resistansi yang sudah ada dalam rangkaian dengan salah satu atau lebih
termistor NTC yang kita punyai

Kadang-kadang , dengan menambah resistor seri dan paralel dengan


NTC , dan kita bisa memperoleh harga termistor NTC standart yang kita

perlukan . Seandainya tidak bisa maka kita perlu mencari type termistor NTC
khusus yang kita butuhkan.
Jadi seandainya dari seluruh kombinasi resistor yang telah kita
lakukan kita tidak mendapat harga NTC standart yang kita butuhkan , maka
dalam hal ini kita perlu mencari NTC sesuai dengan spesifikasi yang kita
butuhkan. Dalam suatu rangkaian dimana terdapat suatu NTC , maka
rangkaian resistor tambahan seringkali banyak manfaatnya .
Contoh berikut ini akan menunjukkan dan menjelaskan suatu hasil
kombinasi antara NTC dengan resistor biasa .Anggap saja sekarang kita
sedang membutuhkan termistor NTC dengan harga yang berkisar antara 50
pada 30o C dan 10 pada 100oC . Tentunya type standart yang mempunyai
karakteristik demikian tidak terdapat dalam program kita . Sekalipun
demikian , kita tak perlu cemas sebab masalah ini bisa kita atasi dengan satu
buah NTC standart dan dua buah resistansi biasa .
paralel dengan sebuah resistor biasa sebesar 6 dan resistor lainsebesar
95 , Dari kombinasi ini , kebutuhan kita akan resistansi pada temperatur 30
oC dan pada temperatur 100 o C akan bisa terpenuhi

Gambar 1.2. Rangkaian NTC

.Untuk lebih jelasnya coba bandingkan gambar grafik NTC standart


dengan kurva hasil kombinasi NTC standart dengan dua buah resistansi

1.2.Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu dapat memahami prinsip kerja
dan karaktristik NTC.

BAB II
METODE PRAKAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Adapaun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum yaitu
Hari, tanggal

: sabtu, 7 juni 2014-07-01

Pukul

: 09.00 WITA sampai selesai

Tempat

: laboratorium listrik dasar


Fakultas Teknik
Universitas Halu oleo

2.2. Alat dan Bahan

a. Digital analyzer

: 1 buah

b. Modul COM3LAB versi 70012 : 1 buah pada percobaan karakteristik


NTC
c. Komputer

: 1 unit dengan menggunakan software


COM3LAB

2.3. Lankah Percobaan


1.

Membuat rangkaian seperti pada gambar

Gambar 2.1. rangkaian karakteristik LDR

2.

Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kotak alat instrument

3.

Menghubungkan

multimeter

sebagai

ampere

meter

dengan

menghubungka soket kiri pada A ( ampere) dan menghubungkan soket


kanan pada com untuk mengukur arus listri yang masuk pada rangkaian.
4.

Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kotak alat


instrumen

5.

Menghubungkan multimeter 1 sebagai voltmeter dengan menghubungkan


soket kiri paa V ( volt) dan menghubungkan soket kanan pada com.

6.

Mengukur arus dan tegangn pada sepuluh pengaturan waktu yang berbeda,
memasukan nilai nilai dalam tabel. Tarik nilai yang ditunjukan multimeter
1 dan 2 ( arus dan tegangan)kedalam kolom.

Tabel 2.1. percobaan karakteristik NTC


20

30

U /V

13,3 13,2 13,1

13

I /mA

6,9

7,9

8,7

9,8 10,6 11,8 12,5 13,5 15,1 16,5

R /k

1,9

1,7

1,5

1,3

Uf /V

10

40

50

60

70

80

90

12,9 12,8 12,7 12,6 12,5 12,3

1,2

1,1

0,9

0,8

0,7

BAB III
ANALISA DATA

3.1. Menghitung tahanan pada percobaan karakteristik ntc

1. Pada teganagan 13,3 volt

R=
=
= = 1, 92 k

2. Pada tegangan 13,2 volt


R=
=

= 1,67

3. Pada tegangan 13,1 volt

R=
=

=1,5 k

4. Pada tegangan 13 volt

R=

= 1,32 k

5. Pada tegangan 12,9 volt

R=
=

= 1,2 k

6. Pada teganagan 12,8volt

R=
=
= 1,08 k

7. Pada tegangan 12,7 volt


R=
=

= 1,016 k

8. Pada tegangan 12,6 volt

R=

= 0,9 k

9. Pada tegangan 12,5 volt

R=
=

= 0,8 k

10. Pada tegangan 12,3volt

R=
=

= 0,7 k

Tabel 3.1 perhitungan karakteristik NTC


Uf /V

10

20

30

40

50

60

U /V

13,3

13,2

13,1

13

12,9 12,8 12,7 12,6 12,5 12,3

I /mA

6,9

7,9

8,7

9,8

10,6 11,8 12,5 13,5 15,1 16,5

R /k

1,9

1,67

1,5

1,32

1,2

1,06

70

0,9

80

0,8

90

0,7

tabel 3.2 perbandingan data hasil percobaan dan hasil perhitungan percobaan karakteristik NTC
Uf /V

10

20

30

40

50 60

U /V

13

13

13

13

13

I /mA

6,9 7,9 8,7 9,8 11

R /k 1,9 1,7 1,5 1,3

90

Uf /V

13

13 12,6 12,5 12,3

U /V

13

13

13

12

13 13,5 15,1 16,5

I /mA

6,9

7,9

8,7

R /k

1,9 1,67 1,5 1,32 1,2 1,1 1,06

1,1

70

0,9

80

0,8

0,7

10

20

30

40

50

60

70

13

13

13

13 12,6 12,5 12,3

9,8

11

12

13 13,5 15,1 16,5


0,9

80

0,8

90

0,7

3.2. Analisa grafik percobaan karakteristik NTC

2
1.8
1.6
1.4
1.2
1

percobaan NTC

0.8
0.6
0.4
0.2
0
1

10

Gambar 3.1. grafik percobaan karakteristik NTC

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Besar nilai tahanan pada themistor NTC tergantung pada suhu


yang berada di permukaannya. NTC digunakan untuk hal hal yang
berhubungan dengan suhu.

Gambar 4.1. Simbol thenistor NTC

4.2. Saran

1. Semoga laporan ini dapat menjadi refesensi bagi teman teman yang akan
melakukan praktikum elektro di kemudian hari.
2. Sebaiknya

disetiap

percobaan,

dilakukan

beberapa

kalipercobaan

kemudian hasilnya dirata ratakan.


3. Hasil rata rata itu yang akan menjadi hasil percobaan sehingga hasil
percobaan dan hasil perhitungan tidak berbeda.

LAPORAN LENGKAP
PERCOBAAN IV
KARAKTERISTIK LAMPU PIJAR

OLEH :
KELOMPOK

4 (EMPAT)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014

BAB I
PEDAHULUAN
1.1.Landasan Leori
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan
menghasilkan cahaya. Kaca yang menyelubungi filamen panas tersebut
menghalangi udara untuk berhubungan dengannya sehingga filamen tidak
akan langsung rusak akibat teroksidasi.
Lampu pijar dipasarkan dalam berbagai macam bentuk dan tersedia
untuk tegangan (voltase) kerja yang bervariasi dari mulai 1,25 volt hingga
300 volt. Energi listrik yang diperlukan lampu pijar untuk menghasilkan
cahaya yang terang lebih besar dibandingkan dengan sumber cahaya buatan
lainnya seperti lampu pendar dan diode cahaya, maka secara bertahap pada
beberapa negara peredaran lampu pijar mulai dibatasi.
Di samping memanfaatkan cahaya yang dihasilkan, beberapa
penggunaan lampu pijar lebih memanfaatkan panas yang dihasilkan,
contohnya adalah pemanas kandang ayam, [8] dan pemanas inframerah dalam
proses pemanasan di bidang industri.
1.1.1. Sejarah
Pengembangan lampu pijar sudah dimulai pada awal abad
XIX.

Sejarah lampu pijar dapat dikatakan telah dimulai dengan

ditemukannya tumpukan volta oleh Alessandro Volta.[10] Pada tahun


1802, Sir Humphry Davy menunjukkan bahwa arus listrik dapat
memanaskan seuntai logam tipis hingga menyala putih. Lalu, pada
tahun 1820, Warren De la Rue merancang sebuah lampu dengan cara
menempatkan sebuah kumparan logam mulia platina di dalam sebuah
tabung lalu mengalirkan arus listrik melaluinya. Hanya saja, harga
logam platina yang sangat tinggi menghalangi pendayagunaan
penemuan ini lebih lanjut. Elemen karbon juga sempat digunakan,

namun karbon dengan cepat dapat teroksidasi di udara; oleh karena itu,
jawabannya adalah dengan menempatkan elemen dalam vakum.
Pada tahun 1870-an, seorang penemu bernama Thomas
Alva Edison dari Menlo Park, negara bagian New Jersey, Amerika
Serikat, mulai ikut serta dalam usaha merancang lampu pijar. Dengan
menggunakan elemen platina, Edison mendapatkan paten pertamanya
pada bulan April 1879. Rancangan ini relatif tidak praktis namun
Edison tetap berusaha mencari elemen lain yang dapat dipanaskan
secara ekonomis dan efisien. Pada tahun yang sama, Sir Joseph Wilson
Swan juga menciptakan lampu pijar yang dapat bertahan selama 13,5
jam. Sebagian besar filamen lampu pijar yang diciptakan pada saat itu
putus dalam waktu yang sangat singkat sehingga tidak berarti secara
komersial. Untuk menyelesaikan masalah ini, Edison kembali mencoba
menggunakan untaian karbon yang ditempatkan dalam bola lampu
hampa udara hingga pada tanggal 19 Oktober 1879 dia berhasil
menyalakan lampu yang mampu bertahan selama 40 jam.

1.1.2.

Konstruksi
Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang

terbuat dari kaca, filamen yang terbuat dari dasar lampu yang terdiri
dari filamen, bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu.

Keterangan:

1.

Bola lampu

2.

Gas bertekanan rendah (argon, neon, nitrogen)

3.

Filamen wolfram

4.

Kawat penghubung ke kaki tengah

5.

Kawat penghubung ke ulir

6.

Kawat penyangga

7.

Kaca penyangga

8.

Kontak listrik di ulir

9.

Sekrup ulir

10. Isolator
11. Kontak listrik di kaki tengah

1.1.3. Bola lampu

Selubung gelas yang menutup rapat filamen suatu lampu


pijar disebut dengan bola lampu. Macam-macam bentuk bola lampu
antara lain adalah bentuk bola, bentuk jamur, bentuk lilin, dan bentuk
lustre. Warna bola lampu antara lain yaitu bening, warna susu atau
buram, dan warna merah, hijau, biru, atau kuning

1.1.4. Gas pengisi

Pada awalnya bagian dalam bola lampu pijar dibuat hampa


udara namun belakangan diisi dengan gas mulia bertekanan rendah
seperti argon, neon, kripton, dan xenon atau gas yang bersifat tidak
reaktif seperti nitrogen sehingga filamen tidak teroksidasi.[1]
Konstruksi lampu halogen juga menggunakan prinsip yang sama
dengan lampu pijar biasa[1], perbedaannya terletak pada gas halogen
yang digunakan untuk mengisi bola lampu

1.1.5. Kaki lampu

Dua jenis kaki lampu adalah kaki lampu berulir dan kaki
lampu bayonet yang dapat dibedakan dengan kode huruf E (Edison)
dan B (Bayonet), diikuti dengan angka yang menunjukkan diameter
kaki lampu dalam milimeter seperti E27 dan E14.

1.1.6. Operasi

Pada dasarnya filamen pada sebuah lampu pijar adalah


sebuah resistor.[1] Saat dialiri arus listrik, filamen tersebut menjadi
sangat panas, berkisar antara 2800 derajat Kelvin hingga maksimum
3700 derajat Kelvin.[14]. Ini menyebabkan warna cahaya yang
dipancarkan

oleh

lampu

pijar

biasanya

berwarna

kuning

kemerahan.[15] Pada temperatur yang sangat tinggi itulah filamen


mulai

menghasilkan

kasatmata.

[1]

cahaya

pada

panjang

gelombang

yang

Hal ini sejalan dengan teori radiasi benda hitam.

Indeks renderasi warna menyatakan apakah warna obyek


tampak alami apabila diberi cahaya lampu tersebut dan diberi nilai
antara 0 sampai 100.[12] Angka 100 artinya warna benda yang disinari
akan terlihat sesuai dengan warna aslinya. Indeks renderasi warna
lampu pijar mendekati 100.

1.1.7. Efisiensi

Efisiensi lampu atau dengan kata lain disebut dengan


efikasi luminus[12] adalah nilai yang menunjukkan besar efisiensi
pengalihan energi listrik ke cahaya dan dinyatakan dalam satuan
lumen per Watt. Kurang lebih 90% daya yang digunakan oleh lampu
pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang
dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata.

Pada tegangan 120 volt, nilai keluaran cahaya lampu pijar


100W biasanya adalah 1.750 lumen, maka efisiensinya adalah 17,5
lumen per Watt.[22] Sementara itu pada tegangan 230 volt seperti yang
digunakan di Indonesia, nilai keluaran bolam 100W adalah 1.380
lumen[23] atau setara dengan 13,8 lumen per Watt. Nilai ini sangatlah
rendah bila dibandingkan dengan nilai keluaran sumber cahaya putih
"ideal" yaitu 242,5 lumen per Watt, atau 683 lumen per Watt untuk
cahaya pada panjang gelombang hijau-kuning di mana mata manusia
sangatlah peka.[1] Efisiensi yang sangat rendah ini disebabkan karena
pada temperatur kerja, filamen wolfram meradiasikan sejumlah besar
radiasi inframerah.

1.2. Tujuan Percobaan

Asapun tujan percobaan ini yaitu untuk Kita dapat memahmi prinsip
kerja dan karakteristik lampu piijar.

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat

Adapun waktu dan tempat dilaksanakan praktikum ini yaiu:


Hari, tanggal

: sabtu 7 oktober 2014

Pukul

:09.00 WITA s.d selesai

Tempat

: Laboratorium listrik dasar


Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo.

2.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang di gunakan yaitu :


a. Digital analyzer

: 1 buah

b. Modul COM3LAB versi 70012

buah

pada

percobaan

karakteristik
lampu pijar
c. Komputer

: 1 unit dengan menggunakan software


COM3LAB

2.3. Langakah Percobaan

1.

Menelitih semua perlatan/ bahan yang akan di gunakan

2.

Membuat rangkaian seperti pada gambar

Gambar 2.1. Rangkaian karakkteristik lampu pikar.

3. Membuka multimeter 1 untuk mengukur arus pada kota alat instrument.


4. Menghubungkan multimetrer 1 sebagai parameter dengan menghubungkan
soket kiri pada A( ampere) dan menghubungkan soket kanan pada terminal
com untuk mengukur arus listrik yang masuk pada rangkaian
5. Membuka multimeter 2 untuk mengukur tegangan pada kota alat
instrument
6. Menghubungkan multimetrer 2 sebagai parameter dengan menghubungkan
soket kiri pada volt dan menghubungkan soket kanan pada terminal com
untuk mengukur tegangan pada lampu.
7. Mengatur tegangan input pada 2 v, 3,9v ,5,9v,7,9 v, 9,9 v, 11,9 v, 13,9 v,
dan kemudian memasukan nilai pengukuran pada tabel yang telah di
tentukan.

Tabel 2.1. Data percobaan karakteristik lampu pijar


U/ V

3,9

5,9

7,9

9,9

11,9

13,9

I/ mA

27,3

29,5

49,5

58,8

67,1

74,5

81,6

R/

73,3

40,7

118,7 134,4

147,5 159,7 170,3

BAB III
ANALISA DATA

2.1. Perhitungan mencari tahanan pada lampu pijar.

1. Pada tegangan 2 volt

R=
=
= 73,26 =73,3

2. Pada tegangan 3,9 volt

R=
=
= 98,73

3. Pada tegangan 5,9 volt

R=
=
=118,71

4. Paa tegangan7,9 volt

R=
=
=134, 35 = 134,4

5. Pada tegangan 9,9 volt

R=
=
= 147,54

6. Pada tegangan 11.9 volt

R=
=
= 159, 73

7. Pada tegangan 13,9 volt

R=
=
= 170,3

Tabel 3.1 Data hasil perhitungan karakteristik lampu pijar


U/ V

3,9

5,9

7,9

9,9

11,9

13,9

I/ mA

27,3

39,5

49,5

58,8

67,1

74,5

81,6

R/

73,3

98,73

118,7

134,4

147,5

159,7

170,3

Tabel 3.2. perbandingan hasil percobaan dan perhitungan karakteristik lampu pijar
Data prercobaan

Data perhitungan

U/ V

3,9

5,9

7,9

9,9

11,9

13,9

U/ V

I/ mA

27,3

29,5

49,5

58,8

67,1

74,5

81,6

R/

73,3 101,7 118,7

134,4 147,5 159,7 170,3

3,9

5,9

11,9

13,9

I/ mA

27,3 29,5 49,5 58,8 67,1 74,5

81,6

R/

73,3 40,7

170,3

119

7,9

134

9,9

148

160

3.2. Analisa grafik pada percobaan karakteristik lampu pijar

180
160
140
120
100
grafik perhitungan
lampu pijar

80
60
40
20
0
1

Gambar 3.1. grafik percobaan karaktristik lampu pijar

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Untuk menghitung arus dalam satuan rangkaian, selain dengan


menggunakan percobaan bisa juga dengan menggunakan hukum ohm untuk
mencari nilai yang belum diketahui. Dengan persamaan:

R=

Keterangan:
V = tegangan (volt)
I = arus (ampere)
R = tahanan ()
4.2. Saran
1. Hasil percobaan yang dilakukan bebrap kali tadi di rata rata kan kemudian
hasil rat rata itu yang akan diambil sebagai hasil percobaan
2. Sebaiknya percobaan jangan dilakukan hanya sekali saja karena untuk
memperkecil nilai kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai