Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan
menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Ni Made Reditya
sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini.
Kami
juga
mengucapkan
terima
yang ikut
Penyusun
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
BAB I : PENDAHULUAN.... 3
1.1. Skenario... 3
1.2. Learning Objective (LO)......3
1.3. Mind Map 4
BAB II : PEMBAHASAN ... 5
BAB III : PENUTUP 29
Daftar Pustaka... 30
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1. SKENARIO 5
Anak saya pendek Dok.....
Tiga anak perempuan berusia 11 tahun dibawa oleh ibunya masing-masing ke
praktek dokter mandiri. Ibu-ibu tersebut mengeluhkan postur tubuh anaknya lebih
pendek dibandingkan teman -teman di sekolahnya. Anak pertama, tinggi badan 70
cm, leher pendek, badan gemuk dengan lipatan lemak di leher maupun perut, dan
belum terdapat perkembangan payudara. Anak ini tidak pernah naik kelas. Anak
kedua, tinggi badan 83 cm, perkembangan payudara normal serta sudah
mengalami haid pertama kali 1 bulan yang lalu. Anak ini selalu mendapat
peringkat 5 besar di kelasnya. Anak ketiga, tinggi badan 80 cm, namun belum
terdapat perkembangan payudara maupun haid pertama. Anak ini juga selalu
mendapat peringkat 10 besar di kelasnya.
Anda sebagai dokter melakukan analisa dari keadaan ketiga anak tersebut dan
memberikan penanganan.
1.2. LEARNING OBJECTIVES
1. Hormon-hormon pada pertumbuhan
2. DD
BAB II
PEMBAHASAN
pertumbuhan
raksasa
(gigantisme),
sebaliknya
jika
TSH (Thyroid Stimulating Hormone) sudah mulai terdeteksi pada akhir trimester
pertama. Namun, aktivitas Aksis Hipothalamus-Hipofisis-Tiroid pada fetus masih
rendah, sehingga masih belum mampu memproduksi hormon tiroid yang
sufisien1. Kondisi ini terjadi hingga minggu ke-18 hingga minggu ke-20 masa
gastasi. Pada pertengahan kehamilan, level T4 dan TSH meningkat secara
progresif. Pada trimester pertama, fetus bergantung pada hormon tiroid yang
berhasil melewati plasenta. Hormon tiroid transplasental ini memiliki peranan
yang penting untuk neuroproteksi intra-uterine. Konsentrasi T4 pada darah di
umbilikus pada neonatus yang tidak mampu memproduksi T4 adalah 30% dari
level yang normal, namun walaupun kondisinya seperti itu, terjadi peningkatan
konversi i intraserebral T4 menjadi T3 sehingga dapat meningkatkan fungsi
fisiologis tiroid pada pertumbuhan sel-sel intraserebral, karena T3 memiliki fungsi
fisiologis yang lebih besar jika dibandingkan T4. Kondisi kognitif yang hampir
mendekati normal dapat terjadi walaupun pada kondisi di mana terjadi
hipotiroidisme kongenital yang berat selama terapi postnatal dimulai secara dini
dengan dosis minimal dan fungsi tiroid maternal yang normal. Namun, jika terjadi
kondisi hipotiroidisme pada ibu dan fetus, seperti pada defisiensi iodium berat,
terdapat kerusakan yang signifikan pada perkembangan neuro-intelektual
walaupun diberikan terapi yang adekuat sesaat setelah kelahiran.
Fisiologi Neonatus
Setelah kelahiran, bayi yang lahir cukup bulan mengalami peningkatan
stimulasi pelepasan TSH sebagai proses fisiologis sebagi respon terhadap kondisi
lingkungan yang lebih dingin. Level TSH dapat meningkat hingga 80 mU/L dan
menurun dengan sangat cepat pada 24 jam pertama, yang diikuti dengan
penurunan level TSH secara perlahan hingga di bawah 10 mU/L selama minggu
pertama postnatal. Peningkatan level TSH menandai peningkatan level T4 dan
Free T4 menjadi 17 g/dL dan 3.5 ng/dL dalam 24-36 jam pertama setelah
kelahiran, dan kemudian turun secara perlahan hingga mendekati level pada orang
dewas setelah melewati 4-5 minggu kehidupan. Pada neonatus yang preterm,
memiliki kondisi yang serupa, namun tidak terjadi peningkatan yang tajam karena
imaturitas aksis hipothalamus-hipofisis-tiroid.
7
akibat
transfer
transplasental
TBII
(TSH
binding
inhibitory
Hormon yang diberikan berupa tablet yang diminum secara oral yang
mengandung tiroksin. Tiroksin yang terdapat pada tablet tersebut strukturnya
persis sama seperti yang ada di dalam tubuh. Tiroksin kini dapat disintesis secara
kimiawi. Sebelumnya tiroksin diperoleh dengan cara diekstrak dari kelenjar tiroid
hewan.
Tiroksin dapat diabsorpsi dengan baik oleh saluran cerna dan siap untuk
langsung memasuki sirkulasi darah. Hormon ini tidak perlu diberikan dalam
bentuk injeksi seperti beberapa hormon, yaitu insulin.
Pengobatan untuk bayi adalah dengan levotiroksin 10-15 g/kgBB/hari,
untuk anak yang lebih besar 2-3 g/kgBB/hari sampai tercapai kadar TSH serum
normal. Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin,
biasanya dimulai dalam dosis rendah (50 g/hari), khususnya pada pasien
yang lebih tua atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah
beberapa hari atau minggu sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhimya
mencapai dosis pemeliharaan maksimal 150 g/hari. Pada dewasa muda,
dosis pemeliharaan maksimal dapat dimulai secepatnya. Pengukuran kadar
TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan untuk menentukan
manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam kisaran
normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme
sekunder sebaiknya ditentukan dengan mengikuti kadar tiroksin bebas.
2.5. HIPOTIROID DIDAPAT
Etiologi
Tiroiditis limfositik
Anak
dengan
sistinosis
nefropati,
kelainan
yang
ditandai
dengan
Manifestasi Klinik
Tugas sekolah dan nilai biasanya tidak terpengaruh, bahkan pada anak yang
menderita hipotiroidisme berat sekalipun. Maturasi tulang terlambat, sering
mencolok, yang merupakan petunjuk lamanya hipotiroidisme.
HESX1
Pada mutasi ini bisanya selain terlihat gangguan pertumbuhan (karena
defisiensi growth hormone), juga disertai dengan berbagai tingkatan
gangguan atau defek dari optic nerve. Gangguan ini tampak lebih buruk
pada kondisi homozygote dimana ditemukannya septo-optic dysplasia serta
13
LHX3
Gangguan pada gen ini menunjukkan adanya defisiensi pada hormon
GH, prolaktin, TSH, LH dan FSH akan tetapi tidak untuk ACTH. Gejala
khas yang muncul dengan gangguan hormon ini berupa pembesaran dari
pituitari anterior, leher pendek, kaku pada cervical spine, serta ketidak
mampuan melakukan rotasi leher sepenuhnya (hanya 90 derajat, dimana
pada orang normal dapat mencapai 150-180 derajat).
LHX4
Mutasi pada hormon ini terkait juga dengan kekurangan dari hormon
GH, TSH, dan ACTH. Beberapa kondisi terkait dengan mutasi pada
kompleks ini ditandai dengan hipofisis yang mengecil berbentuk V, dan
anectopic posterior pituitary.
PTX2
Terkait dengan Rieger Syndrome yang dapat menyebabkan coloboma
serta gangguan lain pada ginjal, GI tract dan umbilicus.
PROP 1
Merupakan mutasi yang paling sering terjadi dan menyebabkan
defisiensi dari GH, TSH serta pada tahap lebih lanjut menyebabkan
defisiensi LH dan FSH serta ACTH. Kondisi klinis terkait mutasi ini dapat
berupa penegakan diagnosis yang pada usia sekitar 6 tahun, dimana pada
usia
sebelumnya
tidak
ditemukan
adanya
gangguan.
Kemudian
14
Abnormalitas reseptor GH
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari defisiensi GH ini dapat dapat dibedakan berdasarkan
penyebabnya, apakah bersifat kongenital ataukah didapat (acquired).
Kongenital hipopituitari
Pada kondisi hipopituitark biasanya ditemukan kodisi yang normal ketika
baru lahir baik itu berat badan ataupun panjang badannya. Akan tetapi pada
beberapa keadaan seperti kondisi dimana terjadi gangguan produksi multipel dari
hormon hipofisis dan pada kondisi defek dari gen GH (GH1 atau GH receptor)
15
maka pada waktu lahir biasanya ditemukan pertumbuhan yang <1 SD rata-rata
pertumbuhan anak normal, bahkan pada kondisi yang lebih berat dapat mencapai
>4 SD dibawah rata-rata anak 1 tahun. Pada kondisi yang tidak terlau berat
biasanya hanya ditemukan keterlambatan dari penutupan epiphyseal plate.
Penting juga untuk mengetahui beberapa kondisi kegawatan (neonatal
emergencies) yang terjadi terkait dengan gangguan produksi dari hormon-hormon
hipofisis ini:
Apnea
Cyanosis
Microcephalus
Severe hypoglycemia
Hypothyroidism dan hypoadrenalism
Perpanjangan jaundice
Selain gejala-gejala tersebut terdapat juga beberapa tanda lain yang
menandakan terjadinya gangguan pertumbuhan:
Kepala bulat
Muka pendek dan lebar
Frontal bone yang dominan
Hidung kecil
Mata bengkak
Mandibula dan dagu yang tidak begitu berkembang
Gigi terlihat penuh
Leher pendek
Laring kecil
Terdapat peningkatan lemak tubuh akan tetapi mengalami defisiensi pada
Diagnosis
Diagnosis dari defisiensi GH biasanya ditemukan dengan jelas pada kondisi
kegagalan pertumbuhan pada masa postnatal baik itu yang sedang sampai berat.
Kriteria ini ditemukan dengan tinggi badan yang > 2 SD dibawah standar.
Sedangkan untuk kondisi GH karena penyakit tertentu dapat ditemukan pada
setiap usia.
Pada pemeriksaan laboratorium, seringkali ditemukan penurunan kadar
serum IGF-I dan GH-dependent IGF-BP3. Selain itu IGF-1 dan IGF-BP3 harus
16
disesuaikan dengan perkembangan tulang. Nilai dari indikator ini yang lebih dari
normal dapat mengeliminasi penyebab defisiensi GH.
Untuk diagnosis pasti dari defisiensi GH, umumnya ditemukan dengan tidak
adanya atau jumlahnya yang sangat rendah dari GH. Tes profokatif dapat
dilakukan pada kondisi ini. Dimana dilakukan dengan pemberian insulin,
arginine, clonidine, atau glucagon. Pada kondisi defisiensi GH kronis, ditemukan
gangguan yang sangat berat pada pertumbuhan linier, keterlambatan pematangan
tulang, serta lumlah GH yang sangat rendah (<10 ng/mL). Pada kondisi akut,
ditemukan khususnya karena nilai serum GH yang sangat rendah (<10ng/mL).
Untuk membedakannya dari gangguan dari hipothalamus, dapat dilakukan dengan
pemberian GHRH apakah akan terjadi peningkatan kadar GH ataukah tidak.
Sebagai tambahan untuk diagnosis defisiensi GH, dapat dilakukan tes fungsi
hipofisis. Kadar TSH, T4, ACTH, kortisol, gonadotropin, dan gonad dapat
diperiksa untuk mengetahui kemungkinan terjadinya defisiensi hormone multipel
terkait juga dengan GH.
Pemeriksaan radiologi tulang (skull x-ray), juga dapat dilakukan untuk
melihat bagaimana perkembangan dan pematangan tulang.
Tatalaksana
Defisiensi GH dapat diobati dengan biosynthetic recombinant DNA-derived
GH (GH biosintesis), bagaimana dosis dan pemberiannya terkait dengan tingkat
gangguan pertumbuhan. Pada anak kecil pemberian dari GH ini harus diberikan
sedini mungkin untuk mengurangi jauhnya jarak gangguan pertumbuhan yang
dialami anak dibandingkan anak sebayanya. Dosis yang diberikan umumnya 0,180,3 mg/wk pada anak-anak. Dosis yang lebih tinggi dapat diberikan pada usia
pubertas. Respon maksimal dari pengobatan GH ini ditemukan pada 1 tahun
pertama pengobatan dimana dapat meningkatkan pertumbuhan sampai 95th
persentil.
Selain dengan GH recombinan tersebut, dapat juga diberikan IGF-I yang
sudah digunakan di USA. IGF-I ini diberikan subkutan dua kali perhari. Akan
tetapi perlu diperhatikan resiko hipoglikemi pada pemberian IGF-I ini, yang dapat
dikurangi dengan pemberian makanan atau snack setelah pengobatan. Pada
kondisi tertentu, penggunaanya dapat lebih efektif dari GH. Beberapa kondisi ini
17
terkait dengan etiologi yang sudah disebutkan sebelumnya. Pada anak dengan
defisiensi
hormonal
yang
multipel,
penggantian
hormon
juga
harus
IGF-1 rekombinan juga dapat digunakan sebagai terapi untuk pasien dengan
defisiensi GH. Obat ini diberikan secara subkutan dua kali sehari. Pada beberapa
keadaan penggunaan IGF-1 lebih berguna dibandingkan penggunaan GH.
Kondisi-kondisi tersebut meliputi, individu dengan kelainan reseptor GH dan gen
STAT56 dan pasien dengan desifiensi GH berat yang membentuk antibodi
terhadap GH yang diberikan sebelumnya. Karena dapat menimbulkan
hipoglikemia maka sebaiknya pemberian IGF-1 harus disertai dengan pemberian
makan atau snack.
Respon terhadap terapi GH yang suboptimal dapat disebabkan oleh :
1. Komplians yang rendah
2. Cara penyediaan dan teknik injeksi GH yang tidak benar
3. Hipotiroid subklinik
4. Adanya penyakit sistemik
5. Terapi glukokortikoid yang berlebih
6. Riwayat radiasi pada leher
7. Lempeng efifisis yang sudah menutup
8. Produksi anribodi anti-GH
9. Diagnosis GHD yang tidak tepat
selama gametogenesis atau pembentukan gamet atau pun pada tahap awal
pembelahan zigot. Sindrom Turner sering disebut juga sindrom Ullrich-Turner,
sindrom Bonnevie-Ullrich, sindrom XO, atau monosomi X. Sindrom Turner
terjadi pada 1 dari setiap 2.500 anak perempuan, sindrom memanifestasikan
dirinya dalam beberapa cara.
Manifestasi klinis
Gejala umum dari sindrom Turner meliputi:
Perawakan pendek
Rambut Rendah
Rendah-set telinga
Reproduksi sterilitas
Kuku kecil
Coarctation aorta
Horseshoe ginjal
valgus (berbalik-out siku), kuku terbalik lembut, lipatan palmar dan kelopak mata
terkulai. Kurang umum adalah tahi lalat berpigmen, gangguan pendengaran, dan
langit-langit tinggi-arch (rahang sempit). Sindrom Turner memanifestasikan
20
dirinya berbeda di setiap wanita dipengaruhi oleh kondisi, dan tidak ada dua
individu akan berbagi gejala yang sama.
Diagnosis
Sindrom Turner dapat didiagnosis dengan amniosentesis selama kehamilan.
Kadang-kadang, janin dengan sindrom Turner diidentifikasi oleh temuan USG
abnormal (cacat jantung yaitu, kelainan ginjal, hygroma kistik, asites). Meskipun
risiko kekambuhan tidak meningkat, konseling genetik sering direkomendasikan
bagi keluarga yang memiliki kehamilan atau anak dengan sindrom Turner. Tes
kariotipe atau analisis kromosom, analisis komposisi kromosom individu
merupakan tes pilihan untuk mendiagnosis sindrom Turner.
Penanganan
Perawatan Hampir semua gadis dan wanita dengan sindrom Turner
membutuhkan perawatan medis yang berkelanjutan dari berbagai spesialis. Check
up rutin dan perawatan yang tepat dapat membantu sebagian besar penderita bisa
relatif lebih sehat dan hidup mandiri.
2.8. SINDROM CUSHING
Sindrom Cushing (Cushing sydrome) adalah sekumpulan gejala dan tanda
klinis akibat meningkatnya kadar glukokortikoid (kortisol) dalam darah. Pada
tahun 1932 Harvey Cushign pertama kali melaporkan sindrom ini dan
menyimpulkan bahwa penyebab primer sindrom ini adalah adenoma hiofisis,
sehingga penyakit ini disebut penyakit cushing (Cushing disease). Beberapa tahun
kemudia dilaporkan bahwa sindrom seperti ini ternyata juga bisa disebabkan oleh
penyebab lain selain adenoma hipofisis, dan sindrom ini disebut sindrom cushing
Meskipun sindrom cushing jarang dijumpai pada masa anak-anak, namun
sindrom ini dapat terjadi pada semua usia bahkan pada bayi baru lahir.
Peningkatan pemakaian preparat glukokortikoid dalam pengobatan, diduga
menyebabkan meningkatnya angka kejadian sindrom Cushing pada.
21
peningkatan
kadar
hormon
adrenokortikotropik
dan
kadar
glukokortikoid dalam darah. Yang termasuk dalam sindrom ini adalah adenoma
hipofisis dan sindrom ACTH ektopik
Pada tipe ini tidak ditemukan adanya pengaruh sekresi ACTH terhadap
sekresi glukokortikoid, atau hipersekresi glukokortikoid tidak dibawah pengaruh
jaras hipotalamus-hipofisis.
Pada tipe ini ditemukan peningkatan kadar glukokortikoid di dalam darah,
sedangkan kadar ACTH menurun karena mengalami penekanan. Yang termasuk
dalam sindrom ini adalah tumor adrenokortikal, hiperplasia adrenal nodular, dan
iatrogenik .
Tumor adrenokortikal
Tumor adrenokortikal primer seperti adenoma ataupun karsinoma yang
mensekresi
glukokortikoid
secara
berlebihan,
menyebabkan
kadar
Iatrogenik
Pemberian obat-obatan glukokortikoid dalam jangka waktu lama dapat
hiperglukokortikoid
pada
sindrom
Cushing
menyebabkan
sindrom Cushing ini terjadi redistribusi lemak yang khas. Gejala yang bisa
dijumpai adalah obesitas dengan redistribusi lemak sentripetal. Lemak terkumpul
di dalam dinding abdomen, punggung bagian atas yang membentuk buffalo hump,
dan wajah tampak bulat seperti bulan dengan dagu ganda.
Pengaruh hiperglukokortikoid terhadap tulang menyebabkan peningkatan
resorpsi matriks protein, penurunan absorpsi kalsium dari usus, dan peningkatan
ekskresi kalsium dari ginjal. Akibatnya terjadi hipokalsemia, osteomalasia, dan
retardasi
pertumbuhan.
Peningkatan
ekskresi
kalsium
dari
ginjal
bisa
menyebabkan urolitiasis.
Pada
keadaan
hiperglukokortikoid
dapat
terjadi
hipertensi,
namun
Wajah bulat
Dagu ganda
Sifat plerotik
Bufallo hump
Hipertensi
Urolitiasis
24
Hirsutisme
Tumbu jerawatan
Diagnosis
Diagnosis
sindrom
Cushing
memerlukan
tiga
tahapan:
kecurigaan
Tumor adrenokortikal
Pada kasus adenoma adrenal bisa dilakukan tindakan bedah (unilateral
adrenalectomy), selanjutnya diberikan glukokortikoid sampai fungsi adrenal
kontralateral normal. Pada kasus karsinoma adrenal yang telah mengalami
26
metastasis atau telah dieksisi sebagian, dapat diberikan preparat adrenolitik seperti
mitotane.
Prognosis
Sindrom Cushing yang tidak diobati biasanya fatal. Hal ini bisa disebabkan
oleh tumor penyebabnya sendiri seperti pada sindrom ACTH ektopik dan
karsinoma adrenal, atau oleh hiperglukokortikoid beserta penyulitnya seperti
hipertensi, tromboemboli, dan keadaan mudah terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam skenario 5 ini, kelompok kami membahas mengenai hubungan
hormon pertumbuhan dengan suatu keadaan patologisnya. Dilihat dari tanda-tanda
27
pasien diskenario yang rata-rata memiliki tinggi badan dibawah normal dan
memiliki
ciri-ciri
keterlambatan
pertumbuhan
organ
reproduksi
dan
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo dkk 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV,
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Fauci et.al. 2008. Harrison's
Seventeenth
Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH. 2003. Current Medical Diagnosis and
Therapy. Ed 2. McGraw-Hill Companies, Inc
Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
Price SA dan Wilson LM 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6, Volume 2, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Robbins, Cotran, Kumar, 2007, Buku Ajar Patologi Edisi 7, Volume 2, Jakarta:
EGC.
Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6.
Jakarta: EGC
29