Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan
menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. E. Hagni
Wardoyo Sp.MK dr. Rina Sp.P sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami
dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses
tutorial ini.
Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangankekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena
kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat
menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
1
Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
BAB I : PENDAHULUAN.... 3
1.1. Skenario... 3
1.2. Learning Objective (LO)......3
1.3. Mind Map 4
BAB II : PEMBAHASAN ... 5
BAB III : PENUTUP 30
Daftar Pustaka... 31
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1. SKENARIO 8
aduuuuhhh....ujian!!!
Ujian sudah dekat, semua mahasiswa tingkat awal mulai mempersiapkan diri.
Salah seorang mahasiswa merasa sulit tidur dua hari ini. Deretan buku dan catatan
pun belum tersentuh dari rak buku kamarnya. Dia tidak tahu harus memulai baca
dari mana. Di dalam pikirannya terlintas so little time, so much to read!.
Hari ujian pun tiba, dengan persiapan apa adanya dia berangkat untuk mengikuti
ujian. Begitu soal dibagikan, keringat dingin bermunculan, jantungnya berdetak
lebih kencang, perutnya mulas, dan tengkuknya terasa tegang. Namun dia tetap
memaksakan diri untuk menjawab soal ujian. Setelah ujian selesai, dia merasa
dapat menjawab soal ujian dengan cukup baik, beban pikirannya terasa terangkat,
dan keluhannya mulai berkurang.
BAB II
PEMBAHASAN
menghadapi stresor. Reaksi psikologis fight or flight dan reaksi fisiologis. Tanda
fisik : curah jantung meningkat, peredaran darah cepat, darah di perifer dan
gastrointestinal mengalir ke kepala dan ekstremitas. Banyak organ tubuh
terpengaruh, gejala stres mempengaruhi denyut nadi, ketegangan otot dan daya
tahan tubuh menurun
Fase alarm melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh seperti
aktivasi hormon yang berakibat meningkatnya volume darah dan akhirnya
menyiapkan
individu
untuk
bereaksi.
Hormon
lainnya
dilepas
untuk
meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk menyiapkan energi untuk
keperluan adaptasi, teraktivasinya epinefrin dan norepinferin mengakibatkan
denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran darah otot. Terjadi pula
peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan
respons melawan atau menghindar. Respon ini bisa berlangsung dari menit
sampai jam. Bila stresor masih menetap maka individu akan masuk ke dalam fase
resistensi.
b.
pemecahan
masalah
serta
mengatur
strategi.
Tubuh
berusaha
Respon stress muncul bertahap sesuai staging yang disebut dengan General
Adaptation Syndrome (GAS), yang terdiri dari:
a. Alarm Stage
Pada tahap ini tubuh merespon stres dengan sekresi hormon sebagai
persiapan untuk menghadapi stresor
a. Stimulasi simpatis dan medula adrenal
b. Sekresi ACTH, kortisol, somatotropin
c. Peningkatan aktifitas tiroid
b. Resistance Stage
Pada tahap ini tubuh mulai berusaha mengembalikan fungsi homeostasis
a. Penurunan aktifitas simpatis dan adrenal
b. Usaha pengembalian homeostasis
c. Resistance Stage
a. Pembesaran struktur limfatik
b. Manifestasi disfungsi/ gangguan target organ
c. Depresi psikologik
Hawari 2001 dalam Sriati mengatakan bahwa Dr. Robert J. an Amberg dalam
penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut :
a. Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya
disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1) Semangat bekerja
besar, berlebihan (over acting); 2) Penglihatantajam tidak sebagaimana
biasanya; 3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,
namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
b. Stres tahap II
Dalam tahapan ini dampak/respon terhadap stresor yang semula
menyenangkan sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan
energi yang tidak lagi cukup sepanjang hari, karena tidak cukup waktu
untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud antara lain dengan tidur yang
cukup, bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
mengalami defisit.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut: 1) Merasa letih sewaktu
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V,
yang ditandai dengan hal-hal sebagai berikut: 1) Kelelahan fisik dan
mental yang semakin mendalam (physical danpsychological exhaustion);
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana; 3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastrointestinaldisorder); 4) Timbul perasaan ketakutan, kecemasan yang
semakin meningkat, mudah bingung dan panik.
f. Stres Tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami serangan
panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
mengalami stres tahap VI ini berulang dibawa ke Unit Gawat Darurat
bahkan ICCU, meskipun pada akhirnya dipulangkan karena tidak
ditemukan kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres tahap VI ini adalah
sebagai berikut: 1) Debaran jantung teramat keras; 2) Susah bernapas
(sesak dan megap-megap) 3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan
keringat bercucuran; 4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan 5)
Pingsan atau kolaps (collapse). Bila dikaji maka keluhan atau gejala
sebagaimana digambarkan di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan
fisik yang disebabkan oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh,
sebagai akibat stresor psikososial yang melebihi kemampuan seseorang
untuk mengatasinya.
2.3. MANAJEMEN STRES
Mekanisme koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan
dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang
melelahkan atau melebihi sumber individu.
Mekanisme koping
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi pengalaman yang
mengganggu equilibirium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami
perubahan hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri
secara negatif. Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku
9
dan
berusaha
untuk
memperbaikinya.
h. Positive Reappraisal (Emotion focused)
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang
dihadapi.
12
13
Hipotalamus merupakan sebuah organ yang terdiri dari sel-sel tak sadar.
Suatu sel tak mengetahui berapa lama manusia harus tidur; ia tak dapat
menghitung berapa seharusnya suhu tubuh. Sel tak dapat mengambil keputusan
terbaik berdasarkan informasi yang ada, dan tak dapat membuat sel lain yang
berjauhan letaknya dalam tubuh menjalankan keputusan itu. Namun, sel-sel dalam
hipotalamus bertindak dalam cara yang luar biasa sadar demi menjamin bahwa
keseimbangan yang dibutuhkan dalam tubuh terjaga.
Hipotalamus berperan mensintesis dan mensekresikan hormon-hormon
berikut:
14
15
adenohipofisis
dan
hipofisis
posterior
yang
dikenal
sebagai
neurohipofisis. Diantara kedua bagian ini terdapat daerah kecil yang relatif
avaskular yang disebut sebagai pars intermedia.
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon atau sinyal
saraf yang berasal dari hipotalamus. Sekresi dari kelenjar hipofisis posterior diatur
oleh sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan berakhir pada hipofisi
posterior. Sebaliknya, sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon atau
faktor pelepas dan faktor penghambat yang disekresikan kedalam kedalam
hipotalamus sendiri selanjutnya dijalarkan ke hipofisis anterior melalui pembuluh
darah porta hipotalamus-hipofisis. Didalam kelenjar hipofisis anterior, hormon
16
pelepas dan hormon penghambat bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur
sekresi kelenjar tersebut.
Hipotalamus menerima sinyal-sinyal dari hampir semua sumber yang
mungkin dalam sistem saraf. Jadi bila seseorang mendapatkan rangsangan nyeri,
maka sebagian sinyal nyeri itu akan dijalarkan ke hipotalamus. Demikian juga,
bila seseorang menderita depresi atau kegembiraan yang sangat kuat maka
sebagian sinyal itu akan dijalarkan ke hipotalamus. Rangsangan penghidu yang
merupakan bau yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan akan
menjalarkan komponen sinyal yang kuat langsung melewati amigdala ke
hipotalamus. Bahkan konsentrasi bahan makanan, air, elektrolit, dan berbagai
hormon yang berada didalam darah dapat merangsang atau menghambat berbagai
bagian hipotalamus. Jadi hipotalamus merupakan pusat pengumpul informasi
mengenai kesehatan dalam tubuh, dan sebaliknya sebagian besar dari informasi ini
digunakan untuk mengetur sekresi sebagian besar hormon hipofisis yang sangat
penting.
17
tubuh
Gonadotropin, hormon perangsang lutein (LH) dan hormon perangsang
folikel (FSH), mengatur pertumbuhan gonad sesuai dengan aktivitas
reproduksinya.
Prolaktin (PRL) meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan produksi
air susu.
Kelenjar hipofisis anterior merupakan kelenjar yang mempunyai banyak
sekali pembuluh darah dengan sinus kapiler yang sangat luas disepanjang sel-sel
kelenjar. Hampir semua darah yang memasuki sinus ini mula-mula akan melewati
ruang kapiler pada bagian bawah hipotalamus. Darah kemudian melewati
pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis kecil kesinus hipofisis anterior.
Eminensia mediana merupakan bagian paling bawah dari hipotalamus yang
dibagian inferiornya berhubungan dengan tangkai hipofisis. Arteri kecil
menembus kedalam substansia eminensia mediana dan kemudian pembuluhpembuluh darah tambahan yang lain kembali ke permukaan eminensia, bersatu
untuk membentuk pembuluh-pembuluh darah porta hipotalamus-hipofisis.
Neuron-neuron khusus didalam hipotalamus mensintesis dan mensekresi
hormon pelepas hipotalamus dan hormon penghambat yang mengatur sekresi
hormon hipofisis anterior. Neuron-neuron ini berasal dari berbagai bagian
hipotalamus dan mengirimkan serat-serat sarafnya menuju ke eminensia mediana
jaringan hipotalamus yang menyebar menuju ke tangkai hipofisis. Bagian ujung
serat-serat saraf ini berbeda dengan ujung serat saraf umum yang ada di sistem
saraf pusat dimana fungsi serat ini tidak menghantarkan sinyal-sinyal yang berasal
dari satu neuron ke neuron yang lain namun hanya mensekresi hormon pelepas
dan hormon penghambat hipotalamus saja kedalam cairan jaringan. Hormonhormon ini segera diabsorpsi kedalam kapiler sistem porta hipotalamus-hipofisis
dan langsung diangkut kesinus kelenjar hipofisis anterior.
Hormon pelepas dan hormon pengahambat berfungsi mengatur sekresi
hormon hipofisis anterior. Untuk sebagian besar hormon hipofisis anterior yang
penting adalah hormon pelepas, tetapi untuk prolaktin sebagian besar hormon
19
perangsang tiroid.
Hormon-pelepas kortikotropin
adrenokrtikotropin (ACTH).
Hormon pelepas hormon pertumbuhan (GHRH) yang menyebabkan
pelepasan
hormon
(CRH)
pertumbuhan,
dan
yang
menyebabkan
hormon
penghambat
pelepasan
hormon
20
21
dibentuk
didalam
nukleus
paraventrikel.
Masing-masing
nukleus
dapat
hipofisis anterior. Target kerja hormon ini adalah seluruh sel tubuh.
Kalsitonin
22
b.
Efek fisiologis
23
Efek Permisif
Kortisol sangat penting karena sifat permisifnya. Sebagai contoh, kortisol
harus ada dalam jumlah yang adekuat agar katekolamin dapat memicu
vasokontriksi. Seseorang yang tidak memiliki kortisol jika tidak diobati dapat
mengalami syok sirkulasi pada situasi-situasi stres yang memerlukan
vasokonstriksi luas yang segera.
Peran dalam adaptasi terhadap stress
Kortisol berperan penting dalam adaptasi terhadap stres. Stres dapat
terjadi dalam bentuk fisik (trauma, pembedahan), kimia (penurunan pasokan
oksigen), fisiologis (olahraga berat, nyeri), psikologis atau emosi (rasa cemas,
ketakutan), dan sosial (konflik pribadi, perubahan gaya hidup). Semua jenis
stres adalah perangsang kuat untuk sekresi kortisol.
Walaupun peran pasti kortisol dalam adaptasi terhadap stres belum
diketahui, penjelasan berikut mungkin memadai walaupun masih bersifat
spekulatif. Manusia primitif atau hewan yang terluka atau menghadapi situasi
yang mengancam nyawa harus menunda makan. Efek kortisol yang
menyebabkan perubahan dari simpanan protein dan lemak menjadi
penambahan simpanan karbohidrat dan peningkatan ketersediaan glukosa
darah akan membantu melindungi otak dari malnutrisi selama periode puasa
terpaksa ini. Di samping itu, asam-asam amino yang dibebaskan oleh
penguraian protein akan dapat digunakan untuk memperbaiki jaringan yang
rusak apabila terjadi cedera fisik. Dengan demikian terjadi peningkatan
ketersediaan glukosa, asam amino, dan asam lemak untuk digunakan apabila
diperlukan.
Proses sintesis hormon adrenal
24
Hormon epinefrin disintesis pada kelenjar adrenal bagian medula oleh sel-sel
kromafin. Sel target epinefrin adalah sel saraf dari semua reseptor simpatis di
seluruh tubuh.
Proses sintesis
Epinefrin disintesis dari norepinefrin dalam sebuah jalur sintesis yang terbagi
atas keseluruhan katekolamin, termasuk L-dopa, dopamine, norepinefrin, and
epinefrin. Epinefrin disintesis melalui metilasi terhadap amin pangkal primer pada
norepinefrin oleh feniltanolamin N-metiltransferase (PNMT) dalam sitosol neuron
adrenergik dan sel-sel medula adrenal (sel kromafin). PNMT hanya terdapat pada
sitosol sel-sel medula adrenal. PNMT menggunakan S-adenosilmetionin (SAMe)
sebagai ko-faktor yang menyumbangkan gugus metil pada norepinefrin,
membentuk epinefrin. Karena norepinefrin diaktifkan oleh PNMT dalam sitosol,
pertama norepinefrin harus diubah di luar granula sel kromafin. Hal ini bisa
terjadi via katekholamin-H+ penukar VMAT1. VMAT1 juga bertanggung jawab
mentransport epinefrin yang baru disintesis dari sitosol kembali ke dalam granula
sel kromafin untuk persiapan pelepasan.
Jalur biosintetik utama :
Fenilalanintirosindopadopaminnorepinefrin epinefrin.
Tirosin dioksidasi menjadi dopa, dan mengalami dekarboksilasi menjadi
dopamin, yang dioksidasi menjadi norepinefrin. Norepinefrin dimetilasi menjadi
epinefrin. Hasil akhir biosintesis epinefrin dan norepinefrin atau disebut
katekolamin dapat berupa dopamin pada jaringan-jaringan tertentu (misalnya
paru, usus, hati) di sana zat tersebut bereaksi sebagai hormon lokal.
Norepinefrin terbentuk melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi tirosin, dan
epinefrin melalui metilasi norepinefrin. Feniletanolamin-N-metiltransferase
(PNMT), enzim yang mengkatalisis pembentukan epinefrin dari norepinefrin,
ditemukan dalam jumlah cukup banyak hanya di otak dan medula adrenal. PNMT
medula adrenal diinduksi oleh glukokortikoid, dan walaupun diperlukan jumlah
relatif besar, konsentrasi glukokortikoid dalam darah yang mengalir dari korteks
ke medula cukup tinggi. Setelah hipofisektomi, konsentrasi glukokortikoid darah
ini turun dan sintesis epinefrin menurun.
25
Epinefrin yang ditemukan dalam jaringan di luar medula adrenal dan otak
sebagian besar diserap dari darah dan bukan disintesis in situ. Yang menarik,
epinefrin kadar rendah kembali muncul dalam darah beberapa waktu setelah
adrenalektomi bilateral, dan kadar ini diatur seperti yang disekresi oleh medula
adrenal.
Fungsi Hormon Adrenalin/Epinefrin
Secara umum:
1. Memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh.
2. Memicu reaksi terhadap efek lingkungan, seperti suara yang tinggi,
intensitas cahaya, dll.
Secara khusus :
1. Memacu aktivitas cor/jantung
2. Menaikkan tekanan darah
3. Mengerutkan otot polos pada arteri
4. Mengendurkan otot polos bronkiolus
5. Mempercepat glikolisis
6. Pengeluaran keringat dingin
7. Rasa keterkejutan/syok
8. Mengatur metabolisme glukosa saat stres
9. Memengaruhi otak yang akan mengakibatkan :
a. Indera perasa menjadi kebal terhadap rasa sakit
b. Kemampuan berfikir dan ingatan meningkat
c. Pulmo akan menyerap oksigen lebih banyak
d. Banyak menghasilkan sumber energi dari proses glikolisis
10. Mencegah efek penuaan dini
11. Melindungi dari penyakit Alzheimer, penyakit jantung, kanker payudara,
kanker ovarium dan osteoporosis.
Efek Biologis Hormon Adrenalin
1) Mineralokortikoid
26
27
Sekresi hormon ini terjadi dengan meningkatan kerja sistem pernafasan yang
mengakibatkan paru-paru bekerja ekstra untuk mengambil oksigen lebih banyak
hingga meningkatkan juga peredaran darah di seluruh bagian tubuh mulai dari
otot-otot hingga ke otak, dan peningkatan tersebut disebutkan beberapa riset bisa
naik mencapai 300% melebihi batas normal. Akibatnya, bukan jantung saja yang
dapat terasa berdebar, namun keseluruhan sistem tubuh termasuk pengeluaran
keringat juga akan meningkat dengan cepat. Aliran darah di kulit akan berkurang
untuk dialihkan ke organ lain yang lebih penting sehingga orang-orang yang
menghadapi stress biasanya gampang berkeringat, dimana dalam pengertian awam
sering disebut keringat dingin. Sekresi ini menaikkan konsentrasi gula darah
dengan menaikkan kecepatan glikogenolisis di dalam hepar. Rangsangan sekresi
epinefrin bisa berupa stres fisik atau emosional yang bersifat neurogenik.
Faktor yang berfungsi mengatur sekresi epinefrin, antara lain :
a. Faktor Saraf : Bagian medula mendapat pelayanan dari saraf otonom. Oleh
karena itu sekresinya diatur oleh saraf otonom
b. Faktor kimia: Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah
mempengaruhi sekresi hormon tertentu.
c. Komponen non hormonal
Epinefrin segera dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut atau
waspada.
Saat
tubuh
mengalami
ketegangan
yang
parah,
hipotalamus
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 22. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC
30
Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6.
Jakarta: EGC
31