Nama
Nama :
Umur :
:
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Umur
Nama Ayah
Umur
Alamat
Masuk RS Tanggal
ANAMNESIS
Dokter
Ruang
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
: pusing
RM.01.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PEMERIKSAAN
Nama :
Umur :
Ruang
JASMANI
1. PEMERIKSAAN
Kesan umum
: baik
Kesadaran
: compos mentis
Vital Sign
o TD
:
o Nadi
:
o Suhu badan
:
o Pernafasan
:
Pemeriksaan Kepala
o Mata palpebra
o konjungtiva
o sklera
o Leher
Pemeriksaan Tenggorokan
: Edema (-/-)
: Anemis (-/-)
: Ikterik (-/-)
: Inn teraba (-)
Pemeriksaan Telinga
oKelainan (-/-)
oNyeri tekan (-/-)
oSerumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung
o Secret (-/-)
o Epitaksis (-/-)
DIAGNOSIS &
RENCANA TERAPI
Nama :
Umur :
Ruang
DIAGNOSIS BANDING
RENCANA PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Penunjang
RM.02.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Hasil
Satuan
gr %
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
%
Nilai Normal
11.8 15.0
4.5 12.5
4.40 5.90
150 400
40 52
DIAGNOSIS KERJA
PENATAKLAKSANAAN
Medikamentosa
Edukasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Epistaksis atau perdarahan hidung seringkali dapat menjadi berat, berubah menjadi kasusgawat
darurat dan memerlukan tindakan segera. Epistaksis biasanya terjadi tiba-tiba. Perdarahan
mungkin banyak, bisa juga sedikit. Penderita selalu ketakutan sehingga
merasa perlu
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
dorsal. 4). A. faringeal ascenden. Kutup atas tonsil diperdarahi oleh a. faringeal ascenden dan a.
palatina descenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus
dari faring. Aliran balik dari pleksus vena disekitar kapsul tonsil, vena lidah, dan pleksus
faringeal.
C. Kelenjar Limfe
Aliran getah bening dari tonsil akan menuju rangkaian rangkaian getah bening profunda (deep
jugular node) bagian superior dari m. sternokleidomastoideus, selanjutnya kekelenjar dan
akhirnya menuju ductus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan
sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.
D. Tonsilitis Kronis
1. Definisi
Tonsilitis kronis adalah suatu peradangan kronis jaringan tonsil palatina, akibat serangan
tonsilitis akut berulang yang mengalami proses penyembuhan yang tidak sempurna. Tonsil
dapat mengalami hipertrofi dan atrofi karena peradangan kronis pada parenkim, disamping
itu kripta tonsil berisi detritus karena peradangan kronis.
2. Etiologi
Berdasarkan etiologinya tonsilitis kronis dapat dibagi menjadi dua, yaitu tonsilitis spesifik
dan non spesifik. Tonsilitis spesifik dapat disebabkan oleh difteri, tubercolusa, angina
vincent, mononukleosis, agranulomatosis dan gumma sifilis. Tonsilitis non spesifik
disebabkan oleh bakteri aerob seperti group A beta hemolytic streptococcus, haemophphilus
influenza, streptococcus pneumoniae, streptococcus epidermidis, moraxella catarrhalis dan
staphylococcus
aureus
dan
anaerob
seperti
bacteroides
sp,
peptococcus
sp,
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
satu mekanisme awal dari kronisitas tetapi ini dipengaruhi oleh lingkungan, faktor host,
penggunaan antibiotik yang lama, diet.
Adanya inflamasi dan integritas dari epitelium kripta yang hilang menyebabkan
terjadinya kriptitis dan obstruksi kripta, sehingga terjadi statis debris dan persistensi dari
antigen dan bakteri yang multiplikasi dari antigen. bakteri yang multiplikasi ini dapat
menyebabkan terjadinya infeksi kronis.
Karena proses peradangan yang berulang maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan
parut yang akan mengalami pengkerutan sehingga kripta melebar. Secara klinis kripta ini
tampak terisa oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil. Dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris.
4. Manifestasi klinis
Tonsilitis kronis mempunyai gejala dan tanda : riwayat sakit menelan yang berulang, tonsil
fibrosis atau hipertrofi, adanya detritus pada kripte yang melebar, plika anterior hiperemi,
pembesaran kelenjar limfe regional. Berdasarkan gambaran klinis tonsilitis kronik, Mawson
membagi dalam 3 bentuk yaitu: 1) Tonsilitis kronis folikularis (lakunaris) dengan gambaran
menonjol berupa detritus dalam kripte tonsil. Keluhan penderita dapat berupa tidak enak di
daerah mulut, halitosis, nafas berbau, rasa tidak enak ditenggorokan. 2) Tonsilitis kronik
hipertrofi (parenkhimatosa) tonsil yang membesar ini dapat memberikan gejala klinis yaitu
suara menjadi berat, gangguan menelan dan gangguan pernafasan. 3) Tonsilitis kronik
fibrotik adalah tonsil yang mengecil akibat fibrotik atau atrofi, keluhan dapat berupa nyeri
telan. Secara klinis keadaan tersebut jarang ditemukan berdiri sendiri, biasanya kombinasi
antara folikularis dan hipertrofi atau atrofi tonsil.
Kriteria Persentase Pembesaran Tonsil
Klasifikasi ukuran satandarisasi dengan persentase diukur dengan proporsi rasio tonsil dengan
orofaring (dari medial kelateral) seperti gambar di bawah :
RM.05.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
5. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang dengan pemeriksaan patologi anatomi. Diagnosis pasti tonsilitis kronik dapat
dilihat dari perubahan histopatologik. Pada gambaran histopatologis. Dari tonsilitis akut
menunjukkan pembengkakan, disintegrasi, nekrosis, ulserasi epitel permukaan tonsil,
eksudasi dan infiltrasi sel-sel polimorfonuklear. Kejadian ini akibat toksin dari kuman
penyebabnya. Kripte tonsil ini berisi eksudat sehingga terbentuk membran. Bila keadaan ini
makin berat akan terjadi kerusakan jaringan parenkim tonsil.
RM.06.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Pada tonsilitis kronik terjadi penyembuhan tonsilitis akut yang tidak sempurna, kuman
patogen bersarang di tonsil dengan virulensi yang relatif lebih rendah. Kripte tonsil akan
terisi detritus yang merupakan masa seperti keju yang terdiri dari epitel yang rusak
bercampur dengan kristal, kolesterol, lemak, lekosit dan kuman-kuman penyeba.
Secara histopatologis pembesaran tonsil tidak hanya terjadi hipertrofi tetapi juga terjadi
hiperplasi yang secara mikroskopik terdapat peningkatan ukuran dan jumlah folikel
germinativum, infiltrasi sel limfosit dan peningkatan aktifitas sel-sel diseluruh jaringan
disertai adanya mitosis. Disamping itu juga dijumpai adanya gambaran terbentuknya
jaringan ikat yang pada orang dewasa relatif lebih banyak bila dibandingkan pada anakanak. Kadang-kadang juga terlihat adanya pembentukan kristal keratin.
6. Terapi
a. Konservatif
Pada tonsilitis kronis dan hiperplasi tonsil yang menyebabkan obstruktif, percobaan
terapi dengan antibiotik efektif terhadap mikroorganisme produksi beta-laktamase
(amoksilin clavulnate atau klindamisin) selama 3 sampai 6 minggu mungkin bermanfaat
mengurangi kebutuhan untuk operasi tonsil pada sekitar 15 % pada anak-anak.
Tonsilektomi bila dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronis, gejala
obstruksi, serta curiga keganasan.
b. Pembedahan
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat perbedaan
prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat itu. Dulu
tonsilektomi diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronis dan berulang. Saat ini indikasi
yang lebih utama adalah obstruksi jalan nafas dan hipertrofi tonsil.
Keadaan kegawatan seperti adanya obstruksi jalan nafas, indikasi tonsilektomi
sudah tidak diperdebatkan lagi (indikasi absolut). Namun indikasi relatif tonsilektomi
pada keadaan non kegawatan dan perlunya batasan usia pada keadaan ini masih
diperdebatkan. Sebuah kepustakaan menyebutkan bahwa usia tidak menentukan boleh
tidaknya dilakukan tonsilektomi.
i. Indikasi Absolut
RM.07.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi berupa peritonsil abses, ke daerah
sekitarnya berupa rinitis kronis, sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis,
artritis, miositis, nefritis.
8. Prognosis
Prognosis pada kasus tonsilitis baik apabila tidak didapatkan komplikasi baik komplikasi
tonsilitis maupun komplikasi pembedahan.
RM.09.