Anda di halaman 1dari 7

Tiga Perkara Yang Diridhai Allah Subhanahuwataala

Oleh : R. Muhammad Pandu K (20090310021)


KHOTBAH JUMAT

Maasyiral muslimin rahimakumullah,


Segala puji bagi Allah Subhanahu wataala, Rabb yang telah mengutus kepada kita sebaikbaik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wataala
semata

yang

memiliki

al-asmaul

husna.

Saya

juga

bersaksi

bahwa

Nabi

Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah hamba dan utusan-Nya yang telah
menyampaikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama
yang jelas.

Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat telah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan
pun kecuali umat ini telah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sahabatnya, dan kaum
muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah, Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu
wataala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang
bersaudara. Yaitu bersaudara karena iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih
sayang, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melakukan amar
maruf nahi mungkar.
Jamaah jumah rahimakumullah, Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah
meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sahabat Abu Hurairah z dari
Nabi Shallallahu alaihi wasallam bahwa beliau bersabda,














Sesungguhnya Allah Subhanahu wataala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari
kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wataala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah
Subhanahu wataala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang
yang Allah telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian.
(Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian),
banyak

bertanya,

dan

membuang-buang

harta.

(HR.

Ahmad

dan

Muslim)

Hadirin rahimakumullah, Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan
bahwa Allah Subhanahu wataala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya
seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama
adalah agar kita memperbaiki akidah dengan memurnikan ibadah hanya untuk

Allah Subhanahu wataala dan berlepas diri dari berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara
pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah merupakan ondasi yang dibangun di atasnya
amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat
amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai
di sisi Allah Subhanahu wataala. Oleh karena itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak
pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,


Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf:
59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wataala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum
muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib
bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam dan para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah
serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri
bahwa berbeda dan berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti
diperbolehkan. Allah Subhanahu wataala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi
perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,



Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.
(an-Nisa:59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda.
Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari
dirinya sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Jamaah Jumah rahimakumullah, Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat

orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita dilarang untuk mengikuti jalan mereka
sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wataala,


Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi
dan Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wataala berfirman,

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah
datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat
siksa yang berat.
(Ali-Imran:105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru
perpecahan adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan
akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang
satu, yaitu dengan kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah
n, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam
banyak permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam
menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah
dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta
fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.

Khotbah ke 2

Maasyiral muslimin rahimakumullah,


Adapun perkara ketiga yang Allah Subhanahu wataala ridha untuk kita menjalankannya
adalah menegakkan nasihat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan
untuknya ataupun membantunya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa
yang dimaksud adalah penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan memiliki
wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang
lainnya. Allah Subhanahu wataala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah
dalam perkara yang maruf serta untuk tidak melanggar aturan yang telah ditetapkannya
selama tidak bertentangan dengan syariat Allah Subhanahu wataala. Begitu pula orangorang yang mengemban amanat atau tugas dari penguasa, seperti para pegawai pemerintahan
atau yang semisalnya, wajib bagi mereka untuk menjalankan tugas tersebut dengan sebaikbaiknya. Tidakboleh baginya untuk memanfaatkan tugas yang diembannya sebagai

kesempatan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku
tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat adalah
karunia Allah Subhanahu wataala yang sangat besar. Tidak bisa dibayangkan apa yang akan
terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan
ketakutan akan menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan
menjadi sebab kebaikan ketika masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya.
Maka dari itu, sungguh hal ini merupakan prinsip-prinsip yang sangat penting untuk
dipahami dan diamalkan. Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini.
Kandungannya

akan

mendatangkan

mengamalkannya dalam kehidupannya.

kebaikan

yang

besar

jika

kaum

muslimin

Anda mungkin juga menyukai