Kondusi
Jika suatu plat dengan tebal t memiliki beda temperatur permukaanya
TS1 > TS2 dengan luas penampang
frontal A = p x l maka jumlah kalor yang
mengalir dari 1 ke 2 adalah :
Q kond = k.A.
(TS1.TS2)/t.
(4.1)
Dimana konduktifitas termal (k)
tergantung bebab plat tersebut.
Konveksi
Jika suatu plat dengan
luas permukaan A=p x l dengan
temperatur
dilewati
permukaan
fluida
Ts
dengan
suatu bahan Rkond = t/k dan Rkonv = l/h. Dengan pendekatan tersebut, jika
panas mengalir melalui dinding yang berlapis dengan berbagai konvigurasi
maka besarnya laju perpindahan panasnya dapat ditentukan. Contoh : suatu
dinding kapal dengan konvigurasi sebagai berikut,
Dinding luar tercelup air laut dengan koefisien konveksi h sehingga
R=l/h, dinding luat tersebut dari plat baja dengan tebal t dan konduktifitas
termal k sehingga R=t/k, lapisan kedua merupakan rongga udara dengan
tebal t dan konduktifitas termal k sehingga R=t/k, lapisan ketiga isolasi
gelas wol dengan tebal t dan konduktifitas termal k sehingga R=t/k,
lapisan keempat hard flex dengan tebal t sehingga R=t/k, dinding dalam
ruangan menghadap ke udara luar dengan koefisien konveksi h. Tahanan
total dinding tersebut adalah :
Rt
= R+R+R+R+R+R
= l/h+t/k+t/k+t/k+t/k+l/h .(4.7)
Mo.cp.o.(To,2-To,1)
Ma.cp.a.(Ta,2-Ta,1)
.(4.12)
Dimana cp adalah panas spesifik, dari penelitian terlihat bahwa
perpindahan panas pada setiap titik berubah-ubah. Sehingga rumus 4.10 tidak
mungkin diaplikasikan karena
Langkah Percobaan :
1. Buka katub k dan perhatikan F2 jika aliran pertahankan pada posisi
debit maksimal.
2. Aktifkan alat uji dengan memutar switch power dan menekan tombol
on.
3. Periksa switch selector untuk melihat apakah indicator temperatur
berjalan normal atau tidak.
4. Jika tidak normal laporkan ke laboran.
5. Pertahankan posisi F2 pada debit 200 1/jam atau sesuai perhitungan
atau dengan mengatur katup k.
6. Lakukan pemvariasian F1 dari (1,2,3,4,.10) 1/jam catat seluruh
temperatur pada setiap debitnya.
7. Ulangi pengujian 1 s.d 6 dengan F1 konstan 8 1/min dan lakukan
pemvariasian debit air F2 (270 s.d 150) 1/hr atau sesuai petunjuk
dosen.
F2
F1
(L/Hour)
(L/Min)
T1
T1
(C)
(C)
T2
T2
(C)
(C)
T3
T3
(C)
(C)
T4
T4
(C)
(C)
T5
T5
(C)
(C)
11
200
5
46
52
44
49
41
42
34
33
35
36
22
220
6
46
49
44
47
41
42
34
33
36
34
240
7
47
48
44
46
41
42
34
34
36
35
44
260
8
47
46
45
44
41
41
34
34
37
35
55
270-maks
9
46
45
44
43
41
41
34
34
37
35
33
F1
F2
(L/Min)
(L/Hour)
8
200
Pengolahan Data
A. Pada saat F2 Tetap (Pada Posisi 200 L/Hour)
1. Menghitung Laju Aliran Masa Oli
Mo1 =
= 0,0718 Kg/s
Mo2 =
= 0,0861 Kg/s
Mo3 =
= 0,1005 Kg/s
Mo4 =
= 0,1149 Kg/s
Mo5 =
= 0,1292 Kg/s
= 0,0552 Kg/s
x 100% = 27,54%
C2 =
x 100% = 15,36%
C3 =
x 100% = 22,47%
C4 =
x 100% = 34,30%
C5 =
x 100% = 57,79%
= 0,115 Kg/s
= 0,0552 Kg/s
Ma2 =
= 0,0608 Kg/s
Ma1 =
= 0,0663 Kg/s
Ma1 =
= 0,0718 Kg/s
Ma1 =
= 0,0746 Kg/s
x 100% = 34,30 %
C2 =
x 100% = 62,42 %
C3 =
x 100% = 57,23 %
C4 =
x 100% = 59,39 %
C5 =
x 100% = 76,23 %
KESIMPULAN
1. Praktikum Heat Plate Exchanger adalah untuk mengetahui sistem transfer
panas (heat transfer) dengan cara konduksi dan konveksi. Panas dari engine
dipindahkan ke minyak pelumas (oil) kemudian panas dari oil dipindahkan ke
air.
2. Pada praktikum ini yang menjadi variable adal F1 (flow rate oil) dan F2 (flow
rate air), jika F1 bernilai konstan maka F2 yang dinaikkan, dan sebaliknya jika
F2 konstan maka F1 yang dinaikkan, hal ini untuk mengetahui nilai LMTD
(log mean temperature different).
3. Dari data praktikum nilai LMTD yang paling bagus dengan nilai efisiensi
paling besar adalah saat nilai F1 konstan pada 8 L/min dan nilai F2 270 (pada
posisi maksimal) , hal ini karena perpindahan panasnya bagus, di sini oli
mentransfer panas ke air yang volumenya lebih banyak sehingga oli cepat
dingin dan beda temperaturnya tinggi.