Anda di halaman 1dari 5

EFEK SLEEP LATENCY DAN SLEEP DURATION PADA PENGGUNAAN OBAT SEDATIV-HIPNOTIK

TERHADAP MENCIT (Mus musculus)


Yuni Astika, Dian Megawati Amin P., Armala Sahid Pajarrai, Muliawati, Hermina P. Noejin
Muhammad Ikhwan Syam
Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Telah dilakukan praktikum mengenai pengaruh obat luminal, Diazepam dan interaksinya dengan
obat lain terhadap mencit (Mus musculus). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek sleep latency dan
sleep duration dari setiap obat maupun kombinasi obat yang digunakan. Adapun bahan-bahan obat yang
dikombinasi yaitu Rifampisin, Kafein, Jus Anggur. Waktu sleep latency terbanyak diperoleh pada perlakuan
Diazepam intraperitonial yang dikombinasi luminal secara peroral sedangkan waktu sleep duration terlama
didapatkan pada perlakuan Diazepam intraperitonial.
Kata kunci : Hipnotik, Sedatif, Diazepam, Luminal, Sleep latency, Sleep duration
PENDAHULUAN
Hipnotik sedatif adalah istilah untuk
obat-obatan yang mampu mendepresi sistem
saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang
memiliki aktifitas moderate yang memberikan efek
menenangkan,
sementara
hipnotik
adalah
substansi
yang
dapat
memberikan
efek
mengantuk dan yang dapat memberikan onset
serta mempertahankan tidur. Sedatif menekan
reaksi
terhadap
perangsangan,
terutama
rangsangan emosi tanpa menimbulkan kantuk
yang berat. Hipnotik menyebabkan tidur yang sulit
dibangunkan disertai penurunan refleks hingga
kadang-kadang kehilangan tonus otot. Pemakaian
sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat
menenangkan, dan dalam dosis besar dapat
membuat orang yang memakainya tertidur. Obatobat hipnotik sedatif ini diproduksi untuk
keperluan dunia medis yaitu pengobatan. Karena
daya kerja obat-obatan tersebut sangatlah keras,
sehingga penggunaannyapun harus diawasi dan
melalui resep dokter.
Ansietas adalah perasaan takut yang
tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika
merasa cemas, individu merasa tidak nyaman
atau takut atau mungkin memiliki firasat yang
berlebihan dan terkadang tidak diketahui
mengapa emosi yang mengancam tersebut
terjadi. Ansietas berbeda dengan takut. Takut adalah
penilaian intelektual dari stimulus yang mengancam dan
obyeknya jelas. Individu tersebut dapat menggambarkan
sumber dari rasa takut. Ansietas dapat merupakan
suatu sumber
kekuatan dan
energinya dapat
menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau
konstruktif.
Anestesi adalah suatu tindakan menahan
rasa sakit ketika melakukan pembedahan
(operasi) dan berbagai prosedur lainnya yang
menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Anestesi Lokal
dan Anestesi Umum. Pada anestesi lokal hilagnya

rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran,


sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa
sakit disertai hilang kesadaran. Setiap obat
anestesi mempunyai variasi tersendiri bergantung
pada jenis obat, dosis yang diberikan, dan
keadaan secara klinis. Anestetik yang ideal akan
bekerja
secara
tepat
dan
baik
serta
mengembalikan kesadaran dengan cepat segera
sesudah pemberian dihentikan.
Penggolongan obat hipnotik-sedatif :
1. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan ansiolitik yang
paling banyak digunakan, terdapat 20 derivat
benzodiazepin. Pada umumnya benzodiazepin
menimbulkan hasrat tidur bila diberikan dalam
dosis tinggi pada malam hari dan memberikan
efek menenangkan (sedasi) dan mengurangi
kecemasan pada pemberian dalam dosis rendah
pada siang hari.
Mekanisme Kerja :
Pengikatan GABA ke reseptornya pada
membran sel akan membuka saluran klorida,
meningkatkan efek konduksi klorida. Aliran ion
klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi
lemah menurunkan potensi postsinaptik dari
ambang letup dan meniadakan pembentukan
kerja potensial. BDZ terikat pada sisi spesifik dan
berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah
tetapi dekat reseptor GABA. Reseptor BDZ
terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar
dengan neuron GABA. Pengikatan BDZ memacu
afinitas reseptor GABA untuk neurotransimitter
tersebut sehingga kanal klorida lebih sering
terbuka.

Benzodiazepin ini memperlihatkan efek


yaitu menurunkan ansietas, bersifat sedatif dan
hipnotik, antikonvulsan, pelemas otot.
Lama kerja Benzodiazepin terbagi atas tiga yaitu
kerja lama ( 1 - 3 hari) contohnya klorazepat,
klordiazepoksid, diazepam, flurazepam ; kerja
sedang (10 20 jam) contohnya alprazolam,
estazolam, lorazepam, temazepam ; dan kerja
singkat ( 3 8 jam) contohnya oksazepam dan
triazolam.
2. Antagonis Benzodiazepin
Flumazenil merupakan antagonis reseptor
GABA yang dapat mengembalikan efek
benzodiazepin secara cepat. Obat ini hanya dapat
diberikan secara intravena. Efek terjadi cepat dan
singkat dengan waktu paruh kira-kira satu jam.
Flumazenil memudahkan kembali terjadinya efek
putus obat pada pasien yang mengalami
ketergantungan obat atau menyebabkan kejang
jika benzodiazepin digunakan. Pusing, mual,
muntah, dan agitasi adalah efek samping yang
terjadi.
3. Barbiturat
Barbiturat mengganggu transpor natrium dan
kalium melewati membran sel. Ini mengakibatkan
inhibisi aktivitas sistem retikular mesensafalik.
Transmisi polisinaptik SSP dihambat. Barbiturat
juga meningkatkan fungsi GABA memasukkan
klorida ke dalam neuron, meskipun obatnya tidak
terikat pada reseptor. Efek golongan barbiturat
yakni depresi SSP, depresi pernapasan dan
induksi enzim.
Lama kerja golongan obat barbiturat ini
terbagi tiga yaitu kerja panjang (1 2 hari)
contohnya fenobarbital ; kerja singkat (3 - 8 jam)
contohnya
pentobarbital,
sekobarbital,
amobarbital ; dan kerja sangat singkat (20 menit)
contohnya tiopental.
Adapun Luminal berupakan golongan dari
fenobarbital dengan penggunaan terapi dengan
gejala bangkitan, status epilepsy,sedasi sedang,
serta merupakan antikonvulsi lini pertama; hanya
garam natriumnya yang diberikan secara
parenteral; 25% diekskresi utuh di urin.
4. Non-barbiturat
Alkohol memberikan efek anti ansietas dan
sedatif, tetapi potensi peracunannya lebih banyak
dari keuntungannya. Etanol adalah depresan
SSP, memberikan sedasi dan akhirnya hipnosis
dengan
dosis
yang
ditingkatkan.
Etanol
menyebabkan kurva dosis respons yang dangkal,
karena itu sedasi terjadi dalam dosis yang sangat
luas. Alkohol sinergistik dengan obat-obat desatif

lain dan dapat menyebabkan depresi SSP hebat


dengan anti histamin atau barbiturat.
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah gelas ukur,
kalkulator, kanula, labu Erlenmeyer, lap kasar,
spidol, spoit 1 ml, stopwach, timbangan analitik.
Bahan-bahan yang digunakan adalah API, Cafein,
CCl4 Diazepam, Jus anggur, Luminal dan
Rifampisin.
Hewan Uji
Hewan yang digunakan adalah mencit
(Mus musculus). Jumlah Mencit yang digunakan
40 ekor, dengan berat 20-40 gram. Perlakuan
kepada hewan uji pada praktikum ini adalah
mencit dipuasakan selama 1 hari dan ada mencit
yang dirusak hatinya dengan cara diinduksi
menggunakan larutan CCl4 dalam olive oil selama
3 X dalam seminggu.
Perlakuan pada Kelompok Percobaan
Hewan dipuasakan selama 1 hari. Hewan
coba kelompok 1 diberi luminal secara peroral,
kelompok 2 diberi Diazepam secara intra
peritonial + Luminal secara peroral dan diinduksi
CCl4 , kelompok 3 diberi Diazepam secara intra
peritonial + luminal secara peroral, kelompok 4
diberi Diazepam secara intra peritonial, kelompok
5 diberikan Diazepam secara intra peritonial +
Coffein peroral, kelompok 6 diberikan Rifampisin,
kelompok 7 diberikan Jus Anggur, kelompok 8
diberikan API (Air Pro Injeksi) secara
intraperitonial.
Pengamatan
Dari setiap kelompok mencit yang
digunakan adalah 5 ekor dengan perlakuan yg
sama sesuai kelompok. Pada percobaan ini di
amati sleep latency dan sleep duration.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan beberapa
perlakuan terhadap mencit. Setelah perlakuan,
diamati sleep latency yaitu waktu setelah
pemberian obat di mana hewan coba mulai
tenang hingga tertidur dan sleep duration yaitu
waktu setelah hewan coba sudah tidak bergerak
lagi (tertidur) dari tiga replikasi hewan coba
mencit.

kelomp
sleep
sleep
ok
latency
duration
1
688.2
1002.8
2
1260
863
3
684
2530.4

4
5
6
7
8

721
445
665.6
665.6
0

1584.6
423.8
784.2
1671.4
0

kepada hewan coba di peroleh jumlah sleep


latency 20 menit dan sleep durationnya 141 menit
48 detik. Untuk uji yang sama dengan di atas
tetapi pada uji ini dilakukan induksi CCl 4 diperoleh
jumlah sleep latency 52 menit dan sleep duration
56 menit 40 detik.

3000
2500
2000
1500
kelompok sleep latency sleep duration
1000
500

Kelom
pok
1
2
3
4
8

Sleep
Latency
917
1240
400
426
0

Sleep
Duration
812.67
1138.33
2836
1700
0

0
1

3000
2500

Pada pemberian luminal tunggal secara


per oral diperoleh total sleep latency 34 menit 40
detik dengan sleep duration 41 menit 5 detik.
Sedangkan pada pemberian diazepam
tunggal secara intra peritonial total sleep latency
yang di dapatkan yaitu 21 menit 17 detik dan
sleep duration selama 106 menit 23 detik. Ini
menunjukkan bahwa diazepam memberikan efek
hipno-sedatif yang lebih baik dari pada luminal.

Kelomp
ok
3
5
6
7
8

Sleep
Latency
400
720
1109.33
150.33
0

Sleep
Duration
3145.33
662
1169
1275.67
0

4000
3000
Kelompok
2000
1000
Sleep Duration
0
3
5

Sleep Latency

Pada uji ini yang merupakan kontrol positif yaitu


pemberian diazepam secara intra peritonial
kemudian setelah 30 menit di berikan luminal

Kelompok

2000

Sleep
Latency

1500

Sleep
Duration

1000
500
0
1

Pada uji yang menggunakan diazepam secara


intra peritonial dikombinasi cafein secara per oral
kemudian setelah 30 menit diberikan luminal
secara per oral di peroleh hasil total sleep latency
36 menit dan sleep
duration 33 menit 6 detik. Kemudian dengan
pemberian obat yang sama tetapi dikombinasi
rifampisin diperoleh hasil 30 menit kemudian
diberikan luminal, total sleep latency dan sleep
duration adalah 32 menit dan 18 menit. Obat
diazepam yang dikombinasi jus anggur diperoleh
sleep latency yaitu 14 menit 21 detik dan total
sleep duration 63 menit 41 detik. Pada uji yang
menggunakan API tidak di peroleh sleep latency
dan sleep duration.
Menurut pustaka, kombinasi diazepam
dengan jus anggur, rifampisin, dan Cafein
mempercepat waktu sleep duration sedangkan
mencit yang telah dirusak hatinya, dapt
memperlama waktu sleep duration nya. Namun,
hasil dari praktikum tidak sesuai dengan pustaka
diakibatkan oleh beberapa faktor kesalahan yaitu
mencit yang diinduksi CCl4 hatinya belum rusak,
kesalahan saat pengamatan dll.
KESIMPULAN

Waktu sleep latency terbanyak diperoleh


pada perlakuan Diazepam intraperitonial yang
dikombinasi luminal secara peroral sedangkan
waktu sleep duration terlama didapatkan pada
perlakuan Diazepam intraperitonial.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Farmakologi dan Terapeutik.


2011. Farmakologi dan Terapi edisi 5. Jakarta:
Universita Indonesia.
2. Mycek. J. Mary. 2001. Farmakologi Ulasan
Bergambar Edisi 2. Jakarta:Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai