Anda di halaman 1dari 15

LEARNING TASK SISTEM IMUN HEMATOLOGI

(SLE, ANEMIA, DIC, MYELOMA MULTIPLE)


Kasus 3 (SGD 5&6)
Tn W, 50 tahun datang dengan keluhan nyeri pada punggung skala 6 (skala 0-10) badan
terasa lemas, batuk yang tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu dengan dahak yang
sulit dikeluarkan.Pasien terdiagnosis Myeloma multiple sejak 1 th yang lalu. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan TD 100/60 mmHg, RR=24 x/mnt, nadi= 110x/mnt, S=38C,
konjungtiva anemis Hb 7 g/dL, LED 35 mm/jam, Adanya protein bence jones dalam urin,
kalsium darah 18 mEq/L. Pasien selalu bertanya kapan ia bisa sembuh dari penyakitnya.

Pertanyaan: Buatkan konsep dasar penyakit, Pathway dan asuhan keperawatan sesuai kasus
diatas.

PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana sebuah clone dari sel plasma
yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di sumsum tulang dan menghasilkan
sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang terkumpul di dalam darah atau air kemih.
Multiple myeloma (myelomatosis, plasma cell myeloma, Kahler's disease) merupakan
keganasan sel plasma yang ditandai dengan penggantian sumsum tulang, kerusakan
tulang, dan formasi paraprotein.
Multiple myeloma adalah kelainan darah yang berhubungan dengan limfoma dan
leukimia karena biasanya timbul dalam sumsum tulang.
Multiple myeloma adalah penyakit sel plsma maligna yang menginfiltrasi tulang dan
jaringan-jaringan yang lemah yang terjadi pada pria dan wanita dan biasanya menyerang
pada usia pertengahan dan lanjut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa multiple myeloma adalah suatu kanker sel plasma dimana
sebuah clone dari sel plasma yang abnormal berkembang biak, membentuk tumor di
sumsum tulang dan menghasilkan sejumlah besar antibodi yang abnormal, yang
menginfiltrasi tulang dan jaringan-jaringan yang lemah yang terjadi pada pria dan wanita
dan biasanya menyerang pada usia pertengahan dan lanjut.
2. Epidemiologi
Ada sekitar 45.000 orang di Amerika Serikat hidup dengan multiple myeloma, dan
American Cancer Society memperkirakan bahwa sekitar 14.600 kasus baru myeloma
didiagnosa setiap tahun di Amerika Serikat.Multiple myeloma adalah kanker darah kedua
yang paling umum (10%) setelah limfoma non-Hodgkin. Ini mewakili sekitar 1% dari
semua kanker dan 2% dari semua kematian akibat kanker. Meskipun usia puncak onset
multiple myeloma adalah 65 sampai 70 tahun, statistik baru menunjukkan baik
meningkatnya insiden dan usia dini onset. Multiple myeloma mempengaruhi laki-laki
dan sedikit lebih dari wanita. Afrika Amerika dan penduduk asli Kepulauan Pasifik
memiliki kejadian yang dilaporkan tertinggi penyakit ini di Amerika Serikat dan Asia
yang terendah. Hasil studi terbaru menemukan kejadian myeloma menjadi 9,5 kasus per
100.000 orang Amerika Afrika dan 4,1 kasus per 100.000 Kaukasus Amerika. Antara
Afrika Amerika, myeloma adalah salah satu dari 10 penyebab utama kematian
kanker.

3. Etiologi
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple myeloma. Ada beberapa penelitian yang
menunjukan bahwa faktor-faktor risiko tertentu meningkatkan kesempatan seseorang
akan mengembangkan penyakit multiple myeloma, diantaranya :
Umur diatas 65 tahun : Tumbuh menjadi lebih tua meningkatkan kesempatan
mengembangkan multiple myeloma. Kebanyakan orang-orang dengan myeloma
terdiagnosa setelah umur 65 tahun. Penyakit ini jarang pada orang-orang yang
lebih muda dari umur 35 tahun.
Ras (Bangsa) : Risiko dari multiple myeloma adalah paling tinggi diantara orangorang Amerika keturunan Afrika dan paling rendah diantara orang-orang Amerika
2

keturunan Asia. Sebab untuk perbedaan antara kelompok-kelompok ras belum


diketahui.
Jenis kelamin : Setiap tahun di Amerika, kira-kira 11.200 pria dan 8.700 wanita
terdiagnosa dengan multiple myeloma. Tidak diketahui mengapa lebih banyak
pria-pria terdiagnosa dengan penyakit ini.
Sejarah perorangan dari monoclonal gammopathy of undetermined significance
(MGUS) : MGUS adalah kondisi yang tidak membahayakan dimana sel-sel
plasma abnormal membuat protein-protein M. Biasanya, tidak ada gejala-gejala,
dan tingkat yang abnormal dari protein M ditemukan dengan tes darah.
Adakalanya, orang-orang dengan MGUS mengembangkan kanker-kanker
tertentu, seperti multiple myeloma. Tidak ada perawatan, namun orang-orang
dengan MGUS memperoleh tes-tes laborat regular (setiap 1 atau 2 tahun) untuk
memeriksa peningkatan lebih lanjut pada tingkat protein M.
Sejarah multiple myeloma keluarga : Studi-studi telah menemukan bahwa risiko
multiple myeloma seseorang mungkin lebih tinggi jika saudara dekatnya
mempunyai penyakit ini.
Banyak faktor-faktor risiko lain yang dicurigai sedang dipelajari. Para peneliti telah
mempelajari apakah terpapar pada kimia-kimia atau kuman-kuman tertentu (terutama
virus-virus), yang mempunyai perubahan-perubahan pada gen-gen tertentu, memakan
makanan-makanan tertentu, atau menjadi kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko
mengembangkan multiple myeloma.
4. Patofisiologi
Sel-sel darah dibentuk dari sel-sel di sumsum tulang yang disebut stem cells. Stem cells
yang matang berubah menjadi sel darah yang mempunyai perannya masing-masing. Sel
darah putih membantu mengatasi infeksi. Ada beberapa tipe sel darah putih.Sel plasma
adalah sel darah putih yang membentuk antibodi. Antibodi adalah bagian dari sistem
imun yang bekerja bersama system imunitas lainnya membantu melindungi tubuh dari
kuman dan substansi yang merugikan. Masing-masing sel plasma membentuk antibodi
yang berbeda. Normalnya tubuh membentuk lima tipe imunoglobulin yang berbeda yaitu
IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda
terhadap sistem imun. Masing-masing tipe imunoglobulin terdiri atas empat rantai
protein, 2 rantai berat (panjang) dan 2 rantai ringan (lebih pendek). Rantai berat terdiri
dari satu dari lima tipe yang cocok dengan tipe produk imunoglobulin yaitu: gamma
(IgG), mu (IgM), alpha (IgA), epsilon (IgE) dan delta (IgG). Rantai ringan terdiri dari
satu dari dua tipe yaitu kappa dan lambda. Dengan sel plasma, dua rantai berat dari satu
tipe dan dua rantai ringan dari satu tipe akan bersatu membentuk satu imunoglobulin
utuh. Masing-masing partikel sel plasma hanya akan menghasilkan satu tipe
imunoglobulin. 1,6
Pada pasien MM, sel plasma hanya memproduksi satu tipe imunoglobulin utuh dalam
jumlah yang banyak atau memproduksi secara berlebihan hanya satu tipe rantai ringan,
jarang dari rantai berat, imunoglobulin ini disebut protein monoklonal atau protein M.
Protein M yang dihasilkan ini selanjutnya disebut rantai ringan bebas atau protein Bence
Jones. Kelebihan protein Bence Jones ini dilepas ke dalam aliran darah karena
merupakan molekul yang relatif kecil, protein ini disaring oleh ginjal dan diekskresikan
3

ke dalam urin sehingga protein Bence Jones dapat dideteksi dalam darah dan urin. Sel-sel
plasma yang abnormal disebut sel myeloma. Sel-sel myeloma ini terkumpul di sumsum
tulang, menyebabkan kerusakan pada tulang.Sel plasma yang terkumpul di beberapa
tulang disebut multiple myeloma, bila hanya pada satu tulang disebut plasmacytoma
soliter.1
Tipe myeloma pada seorang pasien sering mengarah pada tipe protein yang dihasilkan,
apakah imunoglobulin utuh atau rantai ringan. Pasien dengan myeloma IgG dan IgA
yang paling sering ditemui, tipe IgG sekitar 60-70% myeloma dan tipe IgA sekitar 20%
myeloma. Kasus dengan myeloma IgE dan IgD jarang dilaporkan. Beberapa pasien
mungkin mempunyai hubungan dengan IgM namun kondisi ini mungkin berhubungan
dengan makroglobulinemia Waldenstrom.
5. Pathway
(Terlampir)
6. Klasifikasi
Multiple myeloma: pasien dengan mieloma multiple adalah klasifikasi pertama yang
tidak mengalami gejala (asimtomatik), yang disebut smoldering (menyala kecil) atau
simtomatik (aktif).
Multiple Myeloma Classifications
Asymptomatic Myeloma (Smoldering) Symptomatic Myeloma (Active)
Membutuhkan penambahan satu atau lebih
hal berikut dengan protein M dan Sel Plasma
Serum protein M > sampai 3.0
Penyakit tulang (lesi litik atau
g/dL
osteoporosis atau osteopenia dengan
dan/ atau
fraktur kompresi)
Sumsum tulang klonal sel
plasma > 10 %
Tidak ada gejala
Penimbunan kalsium (>11.5 g/dL)
tidak terkait jaringan atau organ
Anemia (hemoglobin, <10 g/dL atau
gangguan atau gejala
2 g < normal)
Insuficiensi ginjal (serum kreatinin >
2 mg/dL)
7. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik multiple mieloma sangat bervariasi. Keluhan dan gejalanya
berhubungan dengan masa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek
fisikokimiawi, imunologik, dan hurmonal produk yang dibuat dan disekresi oleh sel
plasma ini. Gejala tersebut meliputi:
1. Nyeri tulang biasanya ditulang belakang, tulang pinggang dan kepala. Sesuai dengan
perjalanan multiple mieloma, hal ini dimulai dari pemakaian tulang terus-menerus
kerusakan ini bisa menyebabkan rasa nyeri, kelemahan dan patah tulang.
2. Anemia (jumlah darah merah menurun), selama sel mieloma terus bertambah banyak,
mereka menekan jumlah sel darah merah, menyebabkan kelemahan dan fatik.
3. Merasa sangat haus, sering terkena infeksi dan demam, serta kehilangan berat badan.
4

4. Gangguan ginjal, akibat kerusakan dan kelebihan jumlah produksi protein oleh sel
mieloma dan tingginya kadar kalsium dalam darah yang menyebabkan rusaknya
tulang.
5. Venous thromboembolism (VTE), pasien dengan multiple mieloma adalah yang
paling riskan terkena VTE. Resiko ini meningkat oleh karena beberapa penggunaan
agen terapi seperti thalidomide dan lenalidomide. Profilaksis mungkin bisa menjadi
tepat untuk menghindari VTE.
6. Hyperviscosity, paling jarang ditemukan di bandingkan karakteristik di atas. Jika
kadar immunoglobulin darah meningkat, viskositas darah juga meningkat. Hal ini
dapat merubah mental status disebabkan sumbatan pembuluh darah dan menurunnya
aliran darah ke otak. Hemoragik retinal, perdarahan mukosa dan gejala
kardiopulmonari, seperti napas pendek dan nyeri dada, dapat terjadi. Jika bertambah
parah, hiperviskositas dapat menjadi kegawatdaruratan yang membutuhkan
penanganan cepat.
7. Gambaran lain adalah makroglosia, sindrom saluran karpal dan diare akibat penyakit
amiloid. Pada sekitar 2% kasus terdapat sindrom hiperviskositas disertai dengan
purpura, perdarahan, gangguan penglihatan, gejala sistem saraf pusat, neuropati serta
gagal jantung.
8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pengukuran immunoglobulin monoklonal merupakan standard untuk diagnosis,
prognosis dan manajemen multiple myeloma. Kurang tepatnya diagnosis pasien myeloma
simtomatik berakibat penundaan terapi sistemik. Oleh karena itu, studi komprehensif dari
pemeriksaan radiologis, deteksi free dan konfirmasi histopatologi dari beberapa alternatif
pemeriksaan waktu sangat diperlukan. Pemeriksaan histopatologi diperlukan untuk
membantu penegakan diagnosis multiple myeloma. Pasien ini diperiksa
immunohistokimia CD20, sitokeratin, dan Leucocyte Common Antigen (LCA). CD20
diekspresikan baik oleh semua sel B pada semua tahapan perkembangan kecuali tahap
awal dan akhir. CD20 adalah penanda sel permukaan yaitu suatu antigen spesifik
diferensiasi sel B yang diekspresikan oleh sel B matur dan pada kebanyakan pemeriksaan
sebelumnya sesuai dengan suatu non lymphoma non-Hodgkin sel B tapi tidak
diekspresikan pada sel B progenitor awal atau sel plasma matur. Pemeriksaan sitokeratin
dilakukan untuk mengkonfirmasi keterlibatan epitel jaringan, tumor atau komponen
tumor. Selain itu juga untuk mengidentifikasi metastase karsinoma di limfonodi, sumsum
tulang atau pada potong beku dengan immunohistokimia. Pemeriksaan
immunohistokimia lain yang dilakukan adalah pemeriksaan leukocyte common antigen
(LCA). Marker ini didapatkan di membran leukosit. Pada jaringan nonneoplastik, LCA
dapat diidentifikasi di limfosit B dan T, namun juga immunoreaktif untuk sel plasma dan
histiosit. Pada kasus multiple myeloma, hanya populasi minor yang menunjukkan sel
plasma dengan LCA positif.
9. Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan myeloma multiple biasanya memperlihatkan anemia normokromik
normositik yang dapat menjadi makrositik. Hemoglobin biasanya kurang dari 10g/dL,
dan hematokrit biasanya kurang dari 30%. Morfologi sel darah merah umumnya biasa,
dengan pengecualian pembentukan rouleaux akibat dilapisinya eritrosit oleh protein; hal
ini juga berperan menyebabkan peningkatan mencolok laju endap darah. Laju endap
5

darah yang lebih dari 100 mm/jam sering dijumpai pada myeloma multiple. Pada
awalnya, hitung sel darah putih dan hitung trombosit tidak menurun, tetapi seiring
dengan perkembangan penyakit atau akibat pemakaian kemoterapi dapat terjadi
pansitopenia. Beberapa pasien memperlihatkan gambaran darah leukoeritroblastik, dan
kadang-kadang tampak sel plasma di daerah perifer (apabila jumlahnya melebihi 5%
disebut leukemia sel plasma).
Aspirat sumsum tulang biasanya memperlihatkan sumsum yang sangat hiperselular
disertai banyak sel plasma dalam semua tahap pematangan. Yang khas adalah sel plasma
abnormal dengan nucleolus yang cekung (punched out) yang sangat mencolok. Dapat
ditemukan sel plasma binukleus. Pada myeloma multiple, sel plasma membentuk lebih
dari 20% populasi sel sumsum tulang, dan sumsum tulang mungkin hamper seluruhnya
terisi oleh sel plasma ganas.
Apabila terjadi insufisiensi ginjal, kadar kreatinin dan nitrogen urea darah akan
meningkat, selain asam urat, yaitu produk penguraian nukleotida purin. Kalsium serum
akan sangat meningkat karena resorpsi. Apabila kadar mikroglobulin beta 2meningkat,
prognosis lebih buruk. Elektroforesis protein serum biasanya memperlihatkan protein
monoclonal (M). biasanya tonjolan M lebih besar daripada 2 g/dL, tetapi kadar ini
bergantung pada tipe myeloma yang ada. Myeloma rantai-ringan tidak menyebabkan
penonjolan M serum, tetapi rantai ringan monoclonal hanya ditemukan dalam urin. Dapat
dilakukan uji-uji tambahan untuk membuktikan adanya krioglobulin atau hiperviskositas.
Frekuensi paraprotein monoclonal pada myeloma multiple adalah sebagai berikut:
a)
IgG52%
b)
IgA25%
c)
Bence-Jones (myeloma rantai ringan)22%
d) Lain-lain1%
Imunoelektroforesis dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe protein, dan
imunodifusi atau nefelometri digunakan untuk mengukur jumlah absolute
immunoglobulin. Protein dapat diidentifikasi dalam urin, dan jumlahnya diukur dalam
specimen 24 jam. Kadang-kadang dijumpai kadar protein urin 24 jam yang lebih dari 4
g; dalam hal ini kita harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengendapan
rantai-ringan di jaringanamiloidosisyang berkaitan dengan sindrom nefrotik.
Pemeriksaan sedimen urin mungkin mengungkapkan adanya silinder protein hialin atau
kristal asam urat. (Ronald A. Sacher, Richard A. McPherson, 2004).
10. Kriteria Diagnosis
Diagnosa Multiple Myeloma menurut kriteria Durie dan Salmon ditegakkan bila
memenuhi paling sedikit satu kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau 3 kriteria minor
dimana harus meliputi kriteria minor nomor 1 dan 2. Kriteria mayor meliputi :
1. Plasmasitoma pada biopsi jaringan
2. Plasmasitosis 30% sel plasma pada sum-sum tulang
3. Monoclonal globulin spike pada elektroforesa protein (Ig G >35 g/l, Ig A >20 g/l,
ekskresi light chain pada elektroforesa urin 1,0 g/24 tanpa ada amyloidosis).
Kriteria minor meliputi :
1. Plasmasitosis dengan sel plasma 10-30% pada sum-sum tulang
2. Terdapat monoclonal globulin spike, tetapi dengan kadar di bawah yang tersebut
diatas
6

3. Lytic bone lesions


4. Kadar normal Ig M<500 mg/l, Ig A <1 g/l, atau Ig G < 6 g/l. 1,2
11. Penatalaksanaan
Pengobatan mieloma multipel pada umumnya menggunakan kemoterapi, sedangkan
radioterapi hanya sebagai terapi adjuvan. Kemoterapi bisa mengakibatkan terjadinya
trombositopenia, anemia, dan leukopenia. Pengobatan dengan radioterapi hanya untuk
mengurangi rasa nyeri dan memperlambat atau mengurangi fraktur patologis.
12. Komplikasi
Komplikasi multiple myeloma termasuk:
a. Anemia
b. Rentan terhadap infeksi
c. Gagal ginjal
d. Amiloidosis (akumulasi amiloid dalam organ atau jaringan). Ini adalah salah satu
penyebab gagal ginjal pada pasien dengan MM

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku,
alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, sumber informasi, diagnosa masuk, riwayat
keluarga
Pengkajian 11 Pola Gordon :
7

I.

II.

III.

IV.

V.

VI.
VII.

VIII.

IX.
X.

XI.

Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan:


- Tanyakan pada klien bagaimana penanganan prtama saat klien merasa sakit
- Tanyakan obat-obatan apasajakah yang di gunakan klien untuk mengatasi
sakit yang di alami
- Tanyakan pada klien apakah klien sudah mengetahui tentang penyakit yang di
alaminya
Pola nutrisi dan metabolisme, cairan dan elektrolit:
- Tanyankan pada klien sebelum sakit makan berapa kali sehari, dan setelah
sakit berkurang porsinya atau sebaliknya
- Tanyakan pada klien mengenati kebutuhan cairan/minum sebelum dan sesudah
sakti apa berkurang atau tidak, ukur sesuai dengan kebutuhan cairan manusia
- Tanyakan pula pengeneluaran metabolism dari bab/bak, keringat,air mata,dll.
Pola eliminasi:
- Tanyakan BAB klien dalam sehari berapa kali dan tanyakan pula bagaimana
konsistensi faeses klien, warna faeses, bau. Sesuaikan dengan kadar normal
- Tanyakan BAK klien dalam sehari berapa kali dan ukur pengeluaran urine
serta tanyakan bagaimana warna urine dan bau urine
Pola aktivitas dan Latihan:
- Tanyakan sebelum masuk rumah sakit apa saja aktivitas yang di lakukan klien
di rumah
- Tanyakan setelah masuk rumah sakit apa penyakitnya mengganggu aktivitanya
dan tanyakan apakah klien dapat beraktivitas dengan baik
Pola istirahat dan tidur:
- Tanyakan pada klien sebelum masuk rumah sakit biasanya klien tidur siang
atau tidak, dan tanyakan berapa jam tidur siang
- Tanyakan sebelum MRS pukul berapa klie tidur malam dan pukul berapa
bangun di pagi hari
- Tanyakan setelah MRS bagaimana tidur siang dan tidur malam klien
- Tanyakan kualitas dan kuantitas tidur klien SMRS ataupun MRS
Pola persepsi dan kognitif:
- Kaji pengetahuan akan penyakit yang di alaminya
- Kaji rasa nyeri dengan mengukur skala nyeri 1-10
Pola persepsi diri dan konsep diri:
- Tanyakan pada klien bagaimana ia memandang gambaran dirinya, apakah
setelah sakit ada perubahan pada gambaran dirinya
Pola peran dan hubungan
- Tanyakan pada klienbagaimana perannya dirinya sebelum sakit dan apakah
setelah sakit peran itu digantikan atau malah klien tetap berperan meski dalam
keadaan sakit
Pola seksualitas dan reproduksi:
- Tanyakan pada klien apakah klien sudah berkeluarga
- Tanyakan berapa jumlah anak dan jenis kelamin anaknya
Pola toleransi coping- stress:
- Tanyakan pada klien upaya apa saja yang dilakukan untuk mengalihkan
penyakitnya
- Kaji kondisi emosional klien sehari-hari
- Kaji apakah klien merasa ansietas, gelisah, takut akan penyakitnya
Pola tata nilai dan kepercayaan
8

Tamyakan pada klien agama apa yang dianut oleh klien, serta kepercayaannya
kepada tuhan
- Tanyakan apakah penyakitnya mengganggu ibadah klien
2. Diagnosa Keperawatan
Analisa data
Data
Interpretasi Masalah
Masalah
Keperawatan
DO:
Wajah pasien tampak
meringis
nyeri pada punggung
skala 6 (skala 0-10)
adanya sikap pasien
melindungi
daerah
nyeri di punggung
DS :
Pasien
melaporkan
nyeri pada penggung

Myeloma multipel

Nyeri akut

pertumbuhan kanker

Menimbulkan kompresi pada


sumsum tulang

Terjadi stimuli noksius

Melepaskan mediator kimiawi dan


merangsang saraf nosiseptor

Mengaktifasi reseptor dan impuls


saraf elektrokimia pada eferen
primer

Impuls noseseptor dihantarkan


menuju kornu posterior medulla
spinalis

Impuls melampaui ambang,


dipersepsikan di pusat
somatosensoris

Nyeri
akut

DS: batuk yang tidak


kunjung sembuh sejak
2 minggu yang lalu
dengan dahak yang
sulit dikeluarkan.
DO:
RR=24 x/mnt
Adanya suara napas
tambahan
Pasien tampak batuk
tidak efektif

Myeloma multipel

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Terjadi keganasan pada sel plasma

Normal: sel plasma menghasilkan


antibody

Terjadi penurunan antibodi

Mikroorganisme mudah masuk ke


dalam tubuh

Mikroorganisme bisa didapatkan


memalui udara

Akibat penyakit terjadi penurunan


fungsi proteksi pada jalan nafas

Mikroorganisme leluasa masuk ke


saluran nafas

Terjadi penumpukan
mikroorganisme

10

Mengakibatkan penghasilan dahak


namun tidak dapat dikeluarkan

Terjadi reflek batuk

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

DS: pasien mengatakn


badannya terasa lemas
Pasien mengatakan
perasaan lelah
DO: pasien tampak
lesu
Pasien terlihat kurang
energi

Myeloma multipel

Keletihan

Rusaknya sistem hematopoetik


pada sumsum tulang

Terjadi penekanan pada sumsum


tulang

Terjadi kerusakan pembuluh darah

Trombositopeni

Terjadi pendarahan

Penurunan kadar hemoglobin

Anemia

11

LED meningkat

Melemahnya kondisi tubuh


Keletihan

DO:
peningkatan suhu tubuh
S=38C, takikardi
nadi= 110x/mnt,

Myeloma multipel

Hipertemi

Terjadi keganasan pada sel plasma

DS:
Pasien mengatakan
badannya terasa panas

Normal: sel plasma menghasilkan


antibody

Terjadi penurunan antibodi

Mikroorganisme mudah masuk ke


dalam tubuh

Rentan terhadap terjadi infeksi

Terjadi pelepasan zat pirogen dari


dalam lekosit

Zat pirogen masuk ke otak dan


bekerja langsung pada area
preoptika hipotalamus

Zat pirogen merangsang pelepasan


12

asam anaktidonat

Peningkatan sintesis PGE-2

Peningkatan suhu tubuh

Hipertemi

DS: pasien gelisah dan


khawatir pasien selalu
bertanya kapan ia bisa
sembuh dari
penyakitnya,

Myeloma multipel
Kurangnya pengetahuan terhadap
penyakit

Terjadi kekambuhan pada penyakit

Pengungkapan rasa khawatir


terhadap penyakit
Ansietas

Diagnosa Berdasarkan Prioritas


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada punggung, skala nyeri 6 (skala 0-10), Wajah pasien tampak
meringis. adanya sikap pasien melindungi daerah nyeri di punggung
2. Ketidakefektifan bersihan jalann napas berhubungan dengan mukus dalam jumlah
berlebih ditandai dengan batuk yang tidak kunjung sembuh sejak 2 minggu yang lalu
dengan dahak yang sulit dikeluarkan, RR=24 x/mnt, adanya suara napas tambahan,
pasien tampak batuk tidak efektif
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
S=38C, takikardi nadi= 110x/mnt, Pasien mengatakan badannya terasa panas

13

4. Keletihan berhubungan dengan status penyakit ditandai dengan pasien mengatakan


badan terasa lemas, lesu, pasien mengatakan perasaan lelah, pasien tampak lesu,
pasien terlihat kurang energy
5. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan pasien gelisah dan
khawatir pasien selalu bertanya kapan ia bisa sembuh dari penyakitnya,
3. Perencanaan
(Terlampir)

Daftar Pustaka
Bulecheck, Gloria N., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.
Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsevier
Jonson, Marion. 2012. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fifth Edition. St.
Louis, Missouri : Mosby Elsevier

14

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 20122014. Jakarta : EGC
American Cancer Society. How is multiple myeola staged? [homepage on the
internet]. c2010 [updated 2009 Mei 15, cited 2010 Feb 19]. Available from:
http://www.cancer.org/docroot/cri/content/cri_2_4_3x_how_is_multiple_myeloma_s
taged_30.asp
Chen LP, Sun TH, Hsieh PP, Yen LJ, Lin SJ, and YU MS. Case Report Diagnostic
Pitfalls of Nonsecretory Intact and Myeloma Manifesting as Multiple Foci of
Periosseous Plasmacytomas. Journal of the Chinese Medical Association. 2011;
74(10): 464-468.
Maloney DG. Anti-CD20 Antibody Therapy for B-Cell Lymphomas. The New
England Journal of Medicine. 2012; 366: 2008-2016.
Pernick
N.
Stains
Cytokeratin
AE1/AE3.
(Online)
2013.
http://www.pathologyoutlines.com/topic/stainsae1ae3.html [diakses tanggal 15 Mei
2014].
Kurtin PJ and Pinkus GS. Leukocyte Common Antigen-A Diagnostic Discriminant
between Hematopoietic and Non Hematopoietic Neoplasms in Paraffin Sections
Using Monoclonal Antibodies: Correlation with Immunologic Studies and
Ultrastructural Localization. Human Patholology. 1985; 16(4): 353-365.

15

Anda mungkin juga menyukai