Akhir 2009
Cinta merupakan bagian dari kehidupan, tanpa cinta apalah artinya hidup? Tanpa
cinta hitam dunia akan tetap terlihat hitam, sinar matahari akan tetap terasa
begitu panas, sinar rembulan tak lebih dari sekedar menerangi malam dan
indahnya pelangi tak akan pernah lebih dari sekedar warna di langit biru.
Perbedaan mengajarkan kita untuk lebih mengenal arti cinta, belajar untuk
memperjuangkan cinta diantara perbedaan itu, belajar untuk lebih menghargai
perbedaan dan mengajarkan kita untuk berani mengambil keputusan dengan latar
belakang perbedaan yang begitu kuat nyata.
Dia datang menghidupkan rasa yang lama mati, memberi arti dan menemaniku
menulis lembar kehidupan yang masih kosong. Dia memberikanku cinta yang
belum pernah aku dapatkan dari laki-laki lain, memberikanku rasa deg-degan
saat harus berada didekatnya dan membuat hariku terasa lebih indah. Semakin
aku bisa menerimanya semakin aku menyadari betapa besar perbedaan antara
kami berdua. Sampai tiba saatnya aku harus mendengar langsung dia memintaku
untuk menjadi kekasihnya, memintaku untuk tetap berada disampingnya dan
mengatakan dengan sungguh-sungguh bahwa dia mencintai dan menyayangiku.
Seperti tersambar petir rasanya diriku, namun lembut seperti sutra membelai
wajahku. Sekali lagi perbedaan itu sejenak menggoyahkan pikiranku. Tapi, hati
tak dapat berdusta sekalipun begitu keras pikiran mencoba menggendalikan hati.
Aku juga mencintainya, sungguh mencintainya.
2010
Lembaran hidup untuk tahun yang baru siapku isi dengan cerita indah dan aku
ingin menulis cerita indah itu bersamanya. Mungkin terlihat bodoh, seperti anak
remaja yang sedang dimabuk cinta, tapi itulah yang sedang kami rasakan. Dalam
waktu singkat menjalin hubungan dengannya betapa dia mengajarkanku banyak
hal, menerimaku apa adanya dan mencintaiku lebih dan lebih setiap harinya.
Kami menjalani semua dengan menjadikan komunikasi sebagai yang utama,
menjadikan cinta dasar dari semua tindakan kita dan selalu meminta Tuhan
menuntun hubungan kita. Keyakinan kami memang berbeda, kami menyebut Dia
dengan cara yang berbeda, kami duduk di tempat ibadah yang berbeda, tapi satu
yang kami berdua yakini, Dia yang kami sembah adalah sama. Kedua orang tua
kami begitu berbesar hati dan menerima hubungan kami, kami syukuri itu. Kami
menganggap restu mereka sebagai doa dan meminta mereka juga mendoakan yang
terbaik untuk hubungan kami. Hampir setahun berjalan tak pernah sekalipun aku
merasa kecewa dan menyesal dengan keberadaannya, dengan cinta kita. Sampai
pada penghujung tahun dia memintaku untuk menjadi tunangannya.
Akhir 2010
Aku mengalami dilema besar, gundah gulana, senang dan sedih dan tak tahu
harus berbuat apa. Aku ingin melakukan itu tapi aku sadar semakin aku
melangkah jauh langkah itu tak dapat kuhentikan. Aku tak ingin terggelam
terlalu dalam, aku bisa mati. Tapi aku sangat menyayangi dia, aku sangat
mencintai dia, namun aku sangat menghormati kedua orang tuaku. Aku tahu sulit
bagi mereka menerima hubungan kami dan aku juga tahu mereka begitu berusaha
untuk tidak mengecewakanku. Aku butuh waktu dan kubiarkan diriku menyendiri
untuk beberapa hari.
2011
Awal tahun yang suram.
Tak lagi ada semangat hidupku, rasanya tak ada lagi alasan untuk bisa menikmati
hidup seperti sebelumnya.
Siang itu kuterima voicenote darinya. Kubuka dan kudengar. Entah bagaimana,
tapi hanya air matalah yang bisa mewakili perasaanku mendengar kirimannya itu.
Dia memainkan lagu indah namun pedih rasanya mendengar itu.
Hidup bagai deretan tuts piano, ada hitam dan ada yang putih. Aku berusaha
memahami
maksud
semua
peristiwa
yang
terjadi,
karena
hitam
pun
Februari 2011
Semangat hidup belum juga kembali dan hubunganku dengannya, kami berdua
mencoba semampu kami menjalin hubungan sebagai seorang teman, yaaa teman,
hanya sebatas teman, bahkan tak lebih dari sebelumnya seperti kami baru
pertama kenal. Hari ke-14 di bulan itu kejutan datang menghampiriku. Seikat
bunga mawar putih kesukaanku kutemukan di teras depan rumah, di dalamnya
ada selembar kertas.
Hai,
Maaf mengejutkanmu.
Aku hanya ingin bilang, Happy Valentine.
Semua siap, diriku, hati dan pikiranku, kupastikan semua siap tanpa cacat.
Layaknya pasangan yang ingin memulai kencan pertama, aku begitu gugup
kembali kurasakan kegugupan yang dulu aku rasakan saat ingin kencan pertama
kali dengannya.
kuat dan yakin dengan cinta kami dan semakin percaya bahwa jodoh atau
tidaknya kami nanti Tuhanlah yang menentukan. Amin.
P.L