Anda di halaman 1dari 10

MATERI

1.

Pengertian Afasia
Afasia adalah gangguan kemampuan berbahasa, yaitu hilangnya kemampuan
untuk

menggunakan

bahasa karena

terjadinya

cedera

pada

area

bahasa

di

otak.
Setiap orang menggunakan bahasa. Berbicara, memperoleh kata-kata yang tepat,
memahami sesuatu, membaca, menulis, melakukan isyarat adalah merupakan bagian dari
penggunaan bahasa. Ketika satu atau lebih dari penggunaan bahasa tidak lagi berfungsi
dengan baik (yang dikarenakan oleh cedera otak), maka kondisi tersebut dinamakan afasia.
Afasia A (= tidak) fasia (= bicara), berarti seseorang tidak dapat lagi mengungkapkan apa
yang dia mau. Dia tidak bisa lagi menggunakan bahasa. Selain afasia, dapat terjadi
kelumpuhan dan atau masalah-masalah sehubungan dengan :
-

Kemampuan melakukan sesuatu secara sadar.

Kemampuan mengamati situasi di sekelilingnya.

Konsentrasi, pengambilan inisiatif, dan kemampuan mengingat.


Penderita tidak dapat melakukan dua hal pada waktu yang bersamaaan.
Beberapa definisi afasia sebagai berikut :

Elizabeth J. Corwin, afasia adalah kehilangan total pemahaman atau pembentukan


bahasa.

Tikofsky, afasia merupakan suatu manifestasi dari cedera otak dalam komunikasi, yang
ditandai dengan adanya gangguan dalam kemampuan berbahasa.

Kenneth scott Wood (1971), afasia diartikan sebagai suatu kehilangan kemampuan
fungsi simbolisasi dan ekspresi akibat adanya lesi pada otak yang terjadi karena penyakit,
trauma, atau kelainan/penyimpangan dalam perkembangannya

Mildred Fredburg Berry dan Jon Eisenson (1973), afasia sebagai suatu istilah
umum,yang menunjukkan adanya kerusakan pada pusat di otak yang mengakibatkan
terganggunya aspek linguistik atau bahasa. Gangguan ini meliputi pengertian terhadap katakata, simbolisasi atau coding, dan penggunaan bahasa yang meliputi bicara, menulis, dan
membaca.

Sidiarto Kusumoputro (1977), afasia didefinisikan sebagai kehiangan kemampuan untuk


membentuk, mengungkapkan, atau mengerti suatu pembicaraan. Dengan kata lain afasia
adalah kehilangan kemampuan untuk berbahasa aktif dan pasif.

Bambang Setyono (1982), afasia adalah gangguan fungsi bahasa pasif dan atau aktif
yang terjadi akibat adanya trauma atau kerusakan di pusat bahasa otak. Gangguan funsi
bahasa ini ditandai dengan kehilangan seluruh atau sebagian dari pembentukan konsep,
pengertian, proses simbolisasi (coding), serta aspek linguistik lain di lingkungannya.
Gangguan tersebut tidak termasuk yang diakibatkan oleh adanya gangguan saraf perifer,
kelainan sensoris primer, kelainan fungsi mental, atau masalah psikiatri yang lain.

Afasia adalah suatu keadaan pada pasien sehingga ia tidak mampu berbicara.
Afasia Broca menjadikan pasien tak mampu membentuk kalimat kompleks dengan tata
bahasa yang benar. Pasien sendiri masih memiliki kemampuan pemahaman bahasa yang
baik, walaupun ada beberapa kasus di mana kemampuan pemahaman bahasa pasien ikut
menurun.
Berikut adalah contoh pasien dengan afasia Broca. Ia bermaksud menjelaskan
bagaimana ia datang ke rumah sakit untuk menjalani bedah gigi.
"Ya... ah... Senin... ng... Ayah dan Peter H... (namanya), dan Ayah.... ng... rumah sakit...
dan... ah... Rabu... Rabu, jam sembilan... dan oh... Kamis... jam sepuluh, ah dokter... dua...
dan dokter... dan ng... gigi... yah."
2.

Klasifikasi Berdasarkan Usia afasia


Berdasarkan usia afasia dapat dibedakan menjadi :

Afasia anak
Disebut afasia anak bila kelainan tersebut terjadi pada masa perkembangan baik karena
kelainan kongenital maupun kelainan yang didapat.

Afasia dewasa
Disebut dengan afasia dewasa bila kelainan terjadi pada tahap akhir perkembangan bahasa
atau penyebab terjadi setelah perkembangan dan mampu mempergunakan kaidah
linguistik.
Berikut beberapa klasifikasi afasia, ada banyak sekali jenis afasia, namun yang
disebutkan berikut merupakan jenis afasia yang sering ditemukan , yaitu:
1.

Afasia

Broca

(tidak

dapat

berbicara

lancar);

disebut

juga

afasia

ekspresif

Orang dengan afasia Broca cenderung berbicara pendek-pendek dan penuh arti karena ia
sulit memproduksi kata-kata atau kalimat. Afasia Broca cenderung berkaitan dengan
hemiparesis kiri.
2.

Afasia Wernicke (tidak dapat menyimak)


Penderita afasia Wernicke hampir merupakan kebalikan dari afasia Broca. Bila afasia Broca
dikategorikan sebagai non-fluent aphasia, maka afasia Wernicke merupakan fluent aphasia.
Orang dengan afasia jenis ini justru dapat berbicara dengan lancar, dengan kalimat-kalimat
yang panjang, namun yang dibicarakan tersebut tidak mempunyai arti atau menggunakan
kata-kata yang tidak diperlukan. Mereka bahkan bisa membuat kata-kata baru (neologisme).

3.

Afasia anomik (tidak dapat menyebut nama benda)


Individu dengan afasia ini memiliki kesulitan dengan penamaan. Pasien sulit menyebutkan
nama kata-kata tertentu, termasuk kesulitan menyebutkan jenis kata dari kata tersebut (kata
benda, sifat, dan lain-lain).

4.

Afasia konduksi (tidak dapat mengulang kalimat)


Pasien dengan afasia konduksi mengalami kerusakan pada fasciculus arcuata, bagian dari

otak yang menghubungkan informasi antara area Wernicke dan area Broca. Kemampuan
pengulangan kata atau kalimatnya sangat buruk.
5.
3.

Afasia global (gabungan dari keseluruh jenis afasia)


Penyebab Afasia
Afasia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada pusat bahasa otak. Bagian
otak yang rusak ini adalah lobus temporalis sebelah kiri dan lobus frontalis di sebelahnya.
Kedua area ini mengatur penggunaan bahasa seseorang. Kerusakan pada area-area
tersebut dapat terjadi karena :

a.

cedera otak, pendarahan otak

b.

tumor,

c.

stroke,

d.

infeksi
Berikut merupakan pusat bahasa otak :

Area Broca adalah bagian dari otak manusia yang terletak di gyrus frontalis superior
pada lobus frontalis korteks otak besar. Area ini berperan pada proses bahasa, serta
kemampuan dan pemahaman berbicara.

Area Wernicke terletak berdampingan dengan area Broca. Keduanya ditemukan hanya
pada salah satu belahan otak saja, umumnya pada bagian kiri, karena populasi manusia
kebanyakan "dominan kiri".

a.

Cedera otak
Afasia disebabkan oleh cedera otak. Penyebab cedera otak umumnya disebabkan
oleh kelainan pada pembuluh darah. Kelainan tersebut juga dinamakan pendarahan otak,
gangguan pembuluh darah otak, atau geger otak. Istilah medisnya adalah CVA Cerebro (=
otak ) Vasculair (= pembuluh darah) Accident (= kecelakaan). Penyebab lain terjadinya
afasia adalah trauma (cedera pada otak karena kecelakaan, misalnya kecelakaan lalu lintas,
jatuk di kamar mandi) yang menyebabkan cedera pada otak.

b.

Tumor
Tumor otak dimana tumor ini terletak pada otak baik benigna maupun maligna. Jika
tumor ini berada di otak, maka akan mengganggu fungsi dari sistem syaraf di otak.
Sistem syaraf merupakan sistem koordinasi atau sistem kontrol yang bertugas
menerima rangsang, menghantarkan rangsang ke seluruh tubuh dan memberikan respon
terhadap rangsangan tersebut.

c.

Stroke
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang diakibatkan oleh
gangguan suplai darah kebagian otak.
Stroke adalah gangguan perfusi otak yang diakibatkan oklusi (sumbatan), embolisme
serta pendarahan, patologi dalam otak itu sendiri bukan karrena faktor luar) yang
mengakibatkan gangguan permanen atau sementara.

Pada saat gangguan, umumnya ada penyakit lain yang mendahului terutama
penyakit kardiovaskuler (jantung, hipertensi), ganguan otak (degeneratif, atritis, penyakit
pembuluh darah tepi, paru-paru menahun, kanker, DM yang tak terkendali, dan trauma
kepala.
Akibatnya adalah gangguan suplai darah ke otak, menyebabkan kehilangan gerak,
pikiran, memori, bicara atau sensasi baik sementara maupun permanen.
d.

Infeksi
Infeksi ini terjadi karena masuknya mikroorganisme ke dalam jaringan otak.
Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus maupun jamur. Bila infeksi tadi
menyerang sistem susunan syaraf akan menimbulkan gangguan. Terjadinya infeksi tersebut
ditandai dengan timbulnya rasa sakit, kenaikan suhu badan, edema dan gangguan fungsi.
Infeksi ini dapat dibedakan atas

Meningitis, terjadinya infeksi pada meningen ini dapat terjadi karena fraktur kranii,
penyebaran secara hematogen (septikemia atau infeksi fokal) ataupun perkontiunitatum
( sinusitis, mastoiditis, otitis media akut.

Enseffalitis, merupakan infeksi jaringan otak yang umumnya disebabkan oleh virus
neuropatik, pantropik, visotropik.

Abses Serebri ini terjadi karena adanya penggumpalan nanah yang terjadi akibat adanya
infeksi. Gumpalan nanah ini akan meningkatkan tekanan intrakranial.
Berikut beberapa penyebab yang mengakibatkan afasia pada anak :
a.

Lingkungan sosial dan emosional anak


Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi danperkembangan

bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung akan menyebabkan gangguan bicara dan
bahasa pada anak, termasuk lingkungan keluarga.

b. Sistem masukan / input.


Gangguan pada sistem pendengaran, penglihatan, dan defisit taktilkinestetik dapat
menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
c. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan pada susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
interpretasi, formulasi, dan perencanaan

bahasa,

juga

aktivitas

dan kemampuan

intelektual dari anak.


d. Sistem produksi
Sistem produksi suara meliputi laring, faring, hidung, struktur mulut dan
mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap pengaturan nafas untuk berbicara,
bunyi laring, pembentukan bunyi untuk artikulasi bicara melalui aliran udara lewat laring,
faring dan rongga mulut.

Seseorang mengalami pendarahan otak jika aliran darah di otak tiba-tiba mengalami
gangguan. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara, yaitu :
-

Terjadi penyumbatan pada pembuluh darah


-

Kebocoran pada pembuluh darah.

Penyumbatan :

Disebabkan oleh penebalan dinding pembuluh darah (trombosis) atau penggumpalan darah
(emboli) yang mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Dalam hal ini terjadi serangan
otak.

Kebocoran :
Di pembuluh darah terdapat bagian yang lemah (aneurisma). Bagian tersabut dapat menjadi
berpori-pori, selanjutnya mengalami kebocoran, bahkan pecah. Dalam hal ini terjadi
pendarahan otak.
Oleh para dokter, pendarahan otak disebut CVA Cerebro Vasculair Accident atau kecelakaan
vaskuler otak. Otak kita membutuhkan oksigen dan glukoso untuk dapat berfungsi. Jika
terjadi perdarahan otak atau gangguan lainnya seperti cedera otak, tumor, stroke, infeksi
dan lain-lain sehingga terjadi penyumbatan maupun kebocoran pembuluh darah. Maka
lambat laun sel-sel otak di bagian tersebut mengalami kematian. Di otak terdapat berbagai
bagian dengan fungsi berbeda-beda. Pada kebanyakan orang, bagian untuk kemampuan
menggunakan bahasa terdapat di sisi kiri otak diantaranya area broca dan area wernicke.
Jika terjadi cedera pada bagian bahasa di otak, maka terjadi afasia.

5.

Tanda dan Gejala Afasia

Gejala afasia adalah tanda-tanda klinis yang tidak normal dari fungsi reseptif atau
ekspresif yang secara reatif mempengaruhi kemampuan komunikasi seseorang. Gejalagejala yang dapat mengarah pada diagnosa afasia adalah sebagai berikut:
1.

Ketidakmampuan berbicara spontan

2.

Ketidakmampuan membentuk kata-kata

3.

Ketidakmampuan menyebut nama suatu benda/objek

4.

Ketidakmampuan mengulang suatu frase

5.

Parafasia (mengganti huruf atau kata)

6.

Agramatisme (ketidakmampuan berbicara dengan bahasa yang baik dan baku)

7.

Produksi kalimat yang tidak lengkap

8.

Ketidakmampuan membaca dan mrnulis

9.

Ketidakmampuan untuk memahami bahasa


Para penderita afasia dapat mengalami kesulitan dalam banyak hal. Hal-hal tersebut

sebelumnya merupakan sesuatu yang biasa terjadi di kehidupannya sehari-hari seperti:


-

Melakukan percakapan berbicara dalam grup atau lingkungan yang gaduh.

Membaca buku, koran majalah atau papan petunjuk di jalan raya.

Pemahaman akan lelucon atau menceritakan lelucon.

Mengikuti program di televisi atau radio.

Menulis surat atau mengisi formulir.

Bertelepon

Berhitung mengingat angka atau berurusan dengan uang.

Menyebutkan nama-namanya sendiri atau anggota keluarga


Penderita afasia mengalami kesulitan menggunakan bahasa tetapi mereka bukan
orang tidak waras. Kebanyakan penderita afasia mendapati kehidupan mereka berbeda
sama sekali. Hal-hal sebelumnya dapat dilakukan mudah, sekarang dilakukan dengan
susah payah dan membutuhkan lebih banyak waktu. Banyak penderita afasia tidak percaya
diri dan khawatir akan masa depannya. Oleh karena itu, bantuan dan dukungan dari
lingkungan mereka merupakan hal yang sangat penting. Bertemu dengan penderita afasia
lainnya juga membantu.
Tanda-tanda bahaya terjadi afasia pada anak :
b. 4-6 Bulan

Tidak menirukan suara yang dikeluarkan orang tuanya.

Pada usia 6 bulan belum tertawa atau berceloteh..

b. 8-10 Bulan

Usia 8 bulan tidak mengeluarkan suara yang menarik perhatian.

Usia 10 bulan, belum bereaksi ketika dipanggil namanya.

9-10 bulan, tidak memperlihatkan emosi seperti tertawa atau menangis.

c. 12-15 Bulan

12 bulan, belum menunjukkan mimik.

12 bulan, belum mampu mengeluarkan suara, seperti mama,dada.

12 bulan, tidak menunjukkan usaha berkomunikasi bila membutuhkan sesuatu.

15 bulan, belum mampu memahami arti tidak boleh atau daag.

15 bulan, tidak memperlihatkan 6 mimik yang berbeda.

15 bulan, belum dapat mengucapkan 13 kata.


d. 18-24 Bulan

18 bulan, belum dapat mengucapkan 610 kata.

18-20 bulan, tidak menunjukkan ke sesuatu yang menarik perhatian.

21 bulan, belum dapat mengikuti perintah sederhana.

24 bulan, belum mampu merangkai 2 kata menjadi kalimat.

24 bulan, tidak memahami fungsi alat rumah tangga seperti sikat gigi dan telepon.

24 bulan, belum dapat meniru tingkah laku atau katakata orang lain.

24 bulan, tidak mampu menunjukkan anggota tubuhnya bila ditanya.


e. 30-36 Bulan

30 bulan, tidak dapat dipahami oleh anggota keluarga.

36 bulan, tidak menggunakan kalimat sederhana dan pertanyaan dan tidak dapat
dipahami oleh orang lain selain anggota keluarga.
f. 3-4 Tahun

3 tahun, tidak mengucapkan kalimat, tidak mengerti perintah verbal dan tidak mamiliki
minat bermain dengan sesamanya.

3,5 tahun, tidak dapat menyelesaikan kata seperti ayah diucapkan aya.

4 tahun, masih gagap dan tidak dimengerti secara lengkap.

6.

Penatalaksanaan afasia
Banyak penderita afasia pernah dirawat dalam periode tertentu di rumah sakit.
Opname di rumah sakit biasanya dilakukan setelah terjadi cedera otak. Setelah keluar dari
rumah sakit, banyak dari mereka yang masih membutuhkan penanganan lanjutan.
Penanganan afasia hampir selalu diteruskan ke ahli logopedia (=seseorang yang ahli dalam
bidang komunikasi) atau pada ahli terapi wicara.

Tindakan dalam terapi wicara. Berikut, sifat tindakan dalam terapi wicara dapat
dibedakan atas :
-

Kuratif. Tindakan terapi wicara bertujuan untuk menyembuhkan gangguan/kelainan


perilaku komunikasi, agar dapat berkomunikasi secara wajar.

Rehabilitatif atau Habilitatif. Tindakan terapi wicara bertujuan untuk memulihkan dan
memberikan kemampuan kepada penderita gangguan/kelainan perilaku komunikasi
sebagaimana kemampuan sebelum sakit atau sekurang-kurangnya mendekati kemampuan
komunikasi normal.

Preventif. Tindakan terapi wicara bertujuan mencegah terjadinya gangguan/kelainan


perilaku komunikasi, sehingga seseorang dapat tumbuh dan perkembangan secara wajar.

Promotif. Tindakan terapi wicara yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan


perilaku komunikasinya sehingga dapat meningkatkan tingkat kehidupan secara lebih
optimal.
Beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memberi semangat dalam proses
perkembangan bahasa anak :

Ekspresi kalimat seru

Mengombinasikan ekspresi verbal dengan mengarahkan atau melakukan gerak isyarat


untuk mendapatkan benda

Mengoceh selama bermain

Menirukan kata terakhir yang diucapkan anak

Menirukan suara lingkungan

Berusaha untuk bernyanyi


Apa yang dapat dilakukan, baik bagi penderita afasia maupun kita atau siapa saja
yang ingin berkomunikasi pada penderita afasia ?
Apabila Anda adalah penderita afasia :

Katakan pada orang lain bahwa Anda menderita afasia.

Pakai kartu penanda, dimana tertulis apa itu afasia.

Jika dengan berbicara tidak berhasil, coba gunakan bahasa isyarat, gambar, tulisan atau
dengan menunjuk untuk memperjelas apa yang Anda maksudkan.

Minta pertolongan pada keluarga atau teman.

Rencanakan dan siapkan di pikiran Anda atau tulis percakapan yang akan Anda lakukan.
Apabila Anda berkomunikasi dengan penderita afasia :

a.
-

Ketika Anda ingin memberitahukan sesuatu kepada penderita afasia :


Luangkan waktu khusus untuk percakapan tersebut. Duduk tenang dan buat kontak
mata.

Jika Anda merasa tidak yakin dengan percakapan tersebut, mulai dengan sesuatu yang
sederhana mengenai diri Anda. Setelah itu ajukan pertanyaan yang jawabannya ingin Anda
ketahui.

Bicaralah dengan tenang dengan menggunakan kalimat-kalimat pendek. Berikan


penekanan pada kata-kata yang paling penting.

Tuliskan kata-kata yang paling penting. Ulangi pesan yang ingin Anda sampaikan dan
berikan tulisan tersebut kepada pasien afasia. Pasien afasia dapat menggunakan tulisan
tersebut untuk membantu ingatannya atau sebagai alat bantu komunikasi.

Bantu penderita afasia mengungkapkan permasalahannya dengan menggunakan bahasa


isyarat, menggambar, atau menulis atau minta dia untuk menunjuk, memberikan isyarat,
menggambar, atau menuliskan permasalahannya. Sama-sama mencari di buku saku
bahasa atau buku percakapan.

b.
-

Ketika penderita afasia ingin memberitahukan sesuatu kepada Anda


Pertama-tama harus jelas mengenai siapa yang dibicarakan, apa yang terjadi, dan
dimana atau kapan kejadian itu berlangsung. Sangat penting bagi Anda untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat, inventif, dan sebisa mungkin dilakukan dengan sistematis. Coba
untuk selalu memberikan pertanyaan pilihan. Tuliskan pilihan yang salah satunya harus atau
dapat dipilih, berdekatan satu sama lain.
Kesabaran mengalahkan segalanya
Melakukan pembicaraan dengan penderita afasia menuntut banyak waktu dan
kesabaran. Terlepas dari tip-tip di atas, dapat terjadi bahwa pada akhirnya Anda tidak
sepenuhnya mengerti isi pembicaraan tersebut. Biarkan pembicaraan tersebut mengendap
untuk beberapa waktu dan setelah itu coba sekali lagi. Kemungkinan Anda akan lebih
berhasil.
Informasi lebih lanjut dalam berbagai bahasa, organisasi afasia nasional serta
memberikan informasi mengenai afasia dapat di peroleh di website Association
internationale aphasie (AIA) www.aphasia-international.com

Tujuan website ini adalah untuk memberikan perhatian pada afasia juga untuk menstimulasi
pendirian kelompok-kelompok kontak para penderita afasia. Ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya isolasi sosial para penderita afasia.

VI.

METODE
1.

Ceramah

2.

Tanya jawab

Anda mungkin juga menyukai

  • DEMAM BERDARAH
    DEMAM BERDARAH
    Dokumen10 halaman
    DEMAM BERDARAH
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    100% (5)
  • Daftar Pustaka Pasien Safety
    Daftar Pustaka Pasien Safety
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka Pasien Safety
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • 5 Lampiran Sap Fix
    5 Lampiran Sap Fix
    Dokumen17 halaman
    5 Lampiran Sap Fix
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN Managemant
    LAPORAN Managemant
    Dokumen11 halaman
    LAPORAN Managemant
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Kesulitan Bayi Prematur
    Kesulitan Bayi Prematur
    Dokumen2 halaman
    Kesulitan Bayi Prematur
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • POHON
    POHON
    Dokumen1 halaman
    POHON
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Rom Baru Edit
    Satuan Acara Penyuluhan Rom Baru Edit
    Dokumen10 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Rom Baru Edit
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen9 halaman
    Definisi
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • LP
    LP
    Dokumen18 halaman
    LP
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • 3 Bab Ii
    3 Bab Ii
    Dokumen23 halaman
    3 Bab Ii
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • IMA
    IMA
    Dokumen2 halaman
    IMA
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • HIV/AIDS Penyuluhan
    HIV/AIDS Penyuluhan
    Dokumen11 halaman
    HIV/AIDS Penyuluhan
    GadisMutiaraPuspitaIka
    Belum ada peringkat
  • Afasia
    Afasia
    Dokumen3 halaman
    Afasia
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Definisi Lnjutan
    Definisi Lnjutan
    Dokumen2 halaman
    Definisi Lnjutan
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PUSTAKA Asfiksia
    DAFTAR PUSTAKA Asfiksia
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR PUSTAKA Asfiksia
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Definisi Lnjutan
    Definisi Lnjutan
    Dokumen2 halaman
    Definisi Lnjutan
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Definisi Lnjutan
    Definisi Lnjutan
    Dokumen2 halaman
    Definisi Lnjutan
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • MATERI Afasia
    MATERI Afasia
    Dokumen10 halaman
    MATERI Afasia
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • MENGENALI AFASIA
    MENGENALI AFASIA
    Dokumen9 halaman
    MENGENALI AFASIA
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • 2.LP Halusinasi
    2.LP Halusinasi
    Dokumen21 halaman
    2.LP Halusinasi
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen3 halaman
    Definisi
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Latar Belakang
    Latar Belakang
    Dokumen1 halaman
    Latar Belakang
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Tabel
    Tabel
    Dokumen2 halaman
    Tabel
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Afasia
    Afasia
    Dokumen3 halaman
    Afasia
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • Tabel
    Tabel
    Dokumen2 halaman
    Tabel
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • EVALUASI
    EVALUASI
    Dokumen2 halaman
    EVALUASI
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat
  • CKD Definisi
    CKD Definisi
    Dokumen1 halaman
    CKD Definisi
    Kartika Wihdatus Syafa'ah
    Belum ada peringkat