PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perkembangannya, modifikasi perilaku berkembang secara pesat mulai tahun
enam puluhan. Modifikasi perilaku mulai mempengaruhi praktik-prkatik perlakuan
terhadap perilaku pada psikologi yang lain. Sebagai konsekuensinya, modifikasi perilaku
tidak lagi begitu ketat, tidak memperlakukan manusia seperti binatang eksperimen dalam
laboratorium, tetapi perlakuanya lebih manusiawi. Modifikasi perilaku banyak
mengasimilasi praktik-praktik psikologi lain. Sasaran utama tetap mengubah perilaku
lahiriah, dalam arti menghilangkan gejala-gejala kelainan, bukan hanya mencapai insight
mengenai penyebab perilaku. Telah disadari oleh para pengembangnya, bahwa
mengabaikan dasar atau penyebab perilaku adalah tindakan yang tidak masuk akal.
Namun insight mengenai dasar dan penyebab itu bukan tujuan utama dalam modifikasi
perilaku, tetapi perhatian utama pada perilaku subjek sekarang (here and now), bukan
pada saat usul perilaku.
Perilaku sebagai hasil proses belajar menyatakan bahwa sebagian besar perilaku tak
adaptif atau simtom-simtom kelainan sampai tingkat tertentu diperoleh sebagai hasil
proses belajar. Kenyataan ini ternyata tidak menjadi perdebatan, bahwa perilaku
seseorang berasal dari dasar (pembawaan) dan ajar (diperoleh dari lingkungan).
Modifikasi perilaku memanfaatkan penelitian-penelitian yang cermat mengenai caracara lingkungan mempengaruhi perilaku manusia terutama penelitian-penelitian yang
menggunakan prinsip proses belajar yang telah teruji. Perilaku tak-adaptif dapat diubah
dengan menggunakan prinsip-prinsip proses belajar. Cara-cara pengubahan disesuaikan
dengan perilkau sasaran dan dengan situasi dan kondisi serta interaksi klien dengan
lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa konsep dasar dari prosedur peneladanan atau modeling ?
2. Apa konsep dasar dari tabungan kepingan atau token ekonomi ?
3. Bagaimana bentuk pelatihan asertivitas ?
4. Bagaimana prosedur aversi ?
5. Bagaimana prosedur rileksasi ?
6. Bagaimana konsep pengelolaan diri ?
7. Bagaimana bentuk pelatihan keterampilan sosial ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar dari prosedur peneladanan atau modeling.
2. Mengetahui konsep dasar dari tabungan kepingan atau token ekonomi.
1 | Modifikasi Perilaku
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PENDAHULUAN
2.1 PENATAAN AWAL DAN TUJUAN
Sebagian besar perilaku manusia dapat diubah melalui modifikasi perilaku. Hal ini
juga bergantung pada kemampuan subjek mencerna informasi(kognitif), konpleksitas
2 | Modifikasi Perilaku
kendali gerak, kepauhan subjek pada pelaksanaan program, ketahanan subjek dalam
melaksanakan program modifikasi perilaku.
Pada umumnya penerapan modifikasi perilaku sellu berawal dari:
1. Kejelasan dalam mendefinisikan perilaku yang akan diubah (jelas dan rinci);dalam
hal ini perilaku tersebut harus dapat diamati.
2. Penetapan tujuan harus teramati, spesifik, dan dapat diukur perubahannya dari waktu
ke waktu.
Penerapan modifikasi perilaku pada anak luar biasa sangat bergantung pada kelainan
perilaku anak. Setelah mempelajari bab ini diharapkan anda:
1. Memahami prinsip pelaksanaan prosedur meneladani(modelling)
2. Menerapkan prosedur meneladani dalam mengubah perilaku anak.
3. Memahami prinsip-prinsip pelaksanaan tabungan kepingan.
4. Menerapkan prosedur tabungan kepingan dalm mengubah perilaku anak.
5. Memahami konsep dasar pelatihan asertivitas.
6. Menerapkan konsep pelatiha asertivitas dalam mengubah perilaku anak.
7. Memahami prinsip-prinsip prosedur aversi
8. Menerapkan prosedur aversi dalam mengubah perilaku anak.
9. Memahami prinsip-prinsip prosedur rilaksasi.
10. Menerapkan prosedur rilaksasi dalam mengubah perilaku anak
11. Memahami prinsip pengelolahan diri dalam mengubah perilku anak.
12. Menerapkan prosedur pengellahan diri untuk mengubah perilaku anak
13. Memahami prnsip pelatihan sosial dalam mengubah perilaku anak.
14. Menerapkan pelatihan keterampilan sosial dalam mengubah perilaku anak.
dikomunikasikan hal-hal yang menyangkut perilaku yang dicontoh. Beberapa hal tersebut
(Soetarlinah Soekadji,1983) adalah sebagai berikut :
a) Latar Belakang dan Dasar Pikiran Perilaku
Latar belakang dan dasar pikiran perilaku seyogyanya diinformasikan kepada subjek
yang diberi teladan agar ia memahami konteks kejadian dan dasar pemikirannya.
Banyak orang, terutama anak-anak dan remaja, mencontoh perilaku yang mereka
amati tanpa melihat latar belakang kejadian dan dasar pemikirannya.
b) Konsekuensi Jangka Panjang dan Lebih Luas
Konsekuensi jangka panjang dan lebih luas dari meneladani perlu diinformasikan
kepada subjek. Beberapa perilaku yang secara langsung diikuti dengan konsekuensi
hukuman bila dijadikan teladan (dicontoh) cenderung perilaku tersebut tidak diulang.
c) Pendukung yang tidak Dipamerkan
Pendukung yang tidak dipamerkan perlu diinformasikan agar tidak ditiru secara
superficial. Beberapa pengamat meniru gaya hidup seorang teladan secara superficial.
Mereka meniru bagian yang enak, tetapi enggan pada bagian lain. Efek telenovela di
acara TV menjadikan sebagian besar pemirsanya meniru secara superficial.
Selain rambu-rambu positif dan kondisi yang perlu diperhatikan dalam inplementasi
prosedur meneladani adalah efek yang timbul dari penggunaan prosedur meneladani. Ada
empat macam efek diperoleh menggunakan prosedur meneladani:
A.
B.
C.
D.
7 | Modifikasi Perilaku
Efek pelepasan perilaku subjek sering tertahan. Subjek yang telah dimiliki perilaku
baru sering tidak memanfaatkan karena berbagai hal, diantaranya karena
ketakutan,ragu-ragu,enggan. Adanya teladan dapat melepaskan perilaku ini untuk
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. Efek Menahan Perilaku
Berbeda dengan pelepasan perilaku tertahan, menahan perilaku adalah menunda
munculnya perilaku yang telah dimiliki karena mengamati konsekuensi perilaku
tersebut bila dilakukan. Perilaku yang pada awalnya dikuasai bebas atau ragu-ragu,
ditahan untuk tidak dilakukan akibat mengamati perilaku seorang teladan.
D. Efek Mempermudah Timbulnya Perilaku
Seseorang cenderung akan mudah meniru perilaku yang sudah dikuasai orang lain
mana kala orang tersebut menjadi teladan. Kekuatan teladan ini akan menjadi lebih
efektif bila orang tersebut merupakan significance others bagi orang yang
meneladaninya.
rancangan. Oleh karena itu, kualitas kepingan seyogyanya yang lenih menarik,
supaya makna hadiah dapat terpenuhi.
f. Sesuai dengan perilaku yang diinginkan; maksudnya bahwa bila perilaku yang
diinginkan telah muncul atau terjadi, maka segera diberi kepingan. Dalam hal ini
ketepatan wakti (timing) dalam memberikan dapat meningkatkan efektivitas
pelaksanaan prosedur tabungan kepingan.
g. Mempunyai makna lebih sebagai pengukuh; maksudnya bahwa kepingan yang
diperolehnya mempunyai makna sebagai pengukuh perilaku berikutnya. Misalnya:
Iwan tidak berkelahi sepanjang hari, ia sukses di hari itu maka ia mendapatkan
perangko sebagai kepingan. Perangko tersebut menjadi penguat bagi Iwan untuk
tidak berkelahi pada hari berikutnya, sehingga ia akan memperoleh tambahan satu
perangko lagi.
3. Implementasi tabungan kepingan
Pelaksanaan tabungan kepingan dibagi dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Masing-masing tahap ada hal-hal yang harus
diperhatikan agar pelaksanaan program tabungan kepingan dapat berjalan dengan
baik.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini ada empat hal yang perlu dipersiapkan (Napsiah
Ibrahim dan Rohana Aldy, 1995), yaitu (1) menetapkan tingkah laku atau kegiatan
yang akan diubah disebut sebagai tingkah laku yang akan ditargetkan; (2) menetukan
barang (benda) atau kegiatan apa saja yang mungkin dapat menjadi penukar
kepingan. Guru atau orangtua harus yakin benar bahwa kegiatan atau barang tersebut
disukai oleh anak hiperaktif pada umunya. Dalam hal ini, guru atau orang tua dapat
juga memilih barang-barang atau kegiatan dengan cara menanyakan kepada anak
barang-barang atau kegiatan apa yang disukai anak sebagai hadiah; (3) memberi nilai
taua harga untuk setiap kegiatan atau tingkah laku yang ditargetkan dnegan kepingan.
Mislanya, apabila anak menyerahkan PR (pekerjaan rumah)-nya kepada guru setiap
pagi sebelum masuk kelas, ia akan menerima 25 poin kepingan; (4) menetapkan
harga barang-barang atau kegiatan penukar (reinforcers= sebagai pengukuh) dengan
kepingan. Misalnya anak boleh menggunakan video game selama 15 menit dnegan
harga 30 kepingan.
Bagan di bawah ini contoh pembayaran kegiatan atau tingkah laku yang
ditargetkan dnegan kepingan, dan harga barang-barang atau kegiatan sebagai
10 | Modifikasi Perilaku
Kegiat
Diba No
Pendoro
an/Peri
yar
ng/Pengu
laku
Harga
kuh
(Reinfor
1.
Menyer
25 kp
ahkan
komputer
yang
selama
selesai
15 menit
perpustak
setiap
selama
kepada
25 menit
30 kp
Mendeng
menola
arkan
musik di
seseora
ruang
ng
musik
sepanja
selama
ng pagi
15 menit
di
sekolah
Mempe
roleh
nilai C
pada
Memaink
30 kp
an suling
sekolah
selama
25 menit
suatu
Melucu
tes
di
11 | Modifikasi Perilaku
25 kp
40 kp
aan
pagi
3.
30 kp
Pergi ke
kan
guru
Tidak
30 kp
akan
PR
dikerja
2.
cers)
Menggun
muka
20 kp
4.
Mempe
40 kp
kelas
roleh
selama
nilai B
10 menit
pada
suatu
5.
tes
Mempe
50 kp
roleh
nilai A
pada
suatu
6.
tes
Menunj
15 kp
uk
tangan
sebelu
m
bertany
a
Dari contoh pada bagan di atas dapat dilihat bahwa setiap tingkah laku yang ditargetkan
telah ditetapkan berapa poin kepingan yang diterima. Demikian pula dari contoh tersebut
terlihat pula setiap kegiatan (atau benda) sebagai pengukuh atau pendorong dihargai dengan
kepingan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan diawali dnegan pembuatan kontrak antara subjek dengan
terapis. Kegiatan yang sederhana, biasanya kontraknya cukup secara lisan dan
keduanya dapat saling memahami, tetapi pada kegiatan yang kompleks sering
kontrak ditulis dan ditandatangani oleh keduanya dan bahkan ada saksinya. Contoh
kontrak untuk perilaku umum dari Rosenberg, et.al. (1992).
Contoh Kontrak Tingkah Laku Umum
Ini adalah kontrak antara...................(Nama Peserta Didik)................................
dan ...................................... (Nama Guru)....................................
12 | Modifikasi Perilaku
.........................................
Tanggal
..........................................
Tanggal
..........................................
Tanggal
13 | Modifikasi Perilaku
Pada tahap awal pelaksanaan bimbingan perlu dilakukan, tetapi setelah kegiatan
berjalan beberapa kali subjek diminta melaksanakan sendiri penukaran kepingan
yang ia peroleh di tempat yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan diperlukan ketelitian dalam melaksanakan rencana, staf
pelaksana yang terlatih, dan staf pencatat kegiatan dari dekat yang merekam kegiatan
anak. Lamanya pelaksanaan bergantung kesepakatan dalam kontrak, tetapi biasanya
guru (terapis) telah menentukan sesuai dengan bobot perilaku yang akan diubah.
Dalam kaitannya dengan rambu-rambu bagi pelaksana program tabungan kepingan
(Martin dan Pear, 1992) menyarankan:
1) Pelaksana perlu menyiapkan alat merekam data, siapa yang mengambil data, dan
kapan data direkam;
2) Menentukan siapa yang akan mengelola pengukuh;
3) Menentukan jumlah kepingan yang dapat diperoleh setiap perilaku setiap subjek,
setiap hari;
4) Waspada terhadap kemungkinan hukuman; seyogyanya menggunakan sedikit
hukuman.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap ini akan diketahui faktor-faktor apa yang perlu ditambah ataupun
dikurangi dalam daftar pengukuhan ataupun pengubahan tingkah laku yang telah
dilaksanakan tersebut. Misalnya apakah nilai-nilai kepingan perlu diuji untuk setiap
tingkah laku yang akan diubah; apakah subjek tertarik atau terlibat dalam program
yang dibuat. Keberhasilan dan kekurangan dalam program yang dibuat. Keberhasilan
dan kekurangan dalam pelaksanaan didiskusikan untuk merencanakan program
selanjutnya.
Tabungan kepingan juga dapat diterapkan untuk memodifikasi perilaku anak
tunalaras yang belajar bersama dengan anak normal (integrasi). Di bawah ini contoh
program tabungan kepingan untuk anak yang mengalami gangguan tingkah laku
(agresif). Perilaku yang sering muncul adalah memukul, menolak teman sebelahnya,
bicara dengan teman dikala sedang diterangkan guru, sering melempar objek ke
udara di ruang kelas. Anak tersebut berusia 10 tahun dan belajar dalam kelas integrasi
penuh (Morris, 1985).
Contoh Program Kepingan dalam Ruang Kelas
14 | Modifikasi Perilaku
No
Kegiat
Dibay No
Pendoro
an/Per
ar
ng/Peng
ilaku
Harga
ukuh
(Reinfor
1.
Menye
25 kp 1.
cers)
Memakai
rahkan
ruang
tugas
kompute
PR
kepada
menit)
20 kp
(15
guru
setiap
2.
pagi
Setiap
10 kp 2.
Makan
loncen
siang
dengan
berbun
guru
yi
kantin
250 kp
di
Bobby
tidak
bicara
denga
n
teman,
tetap
duduk,
dan
dada
mengh
adap
ke
3.
depan
Memp
eroleh
15 | Modifikasi Perilaku
30 kp 3.
Melawak
di muka
200 kp
nilai C
kelas (15
dari
menit)
duatu
4.
tes
Memp
50 kp 4.
Mendeng
eroleh
arkan
nilai B
musik
dari
dengan
suatu
tape
tes
recorder
25 kp
(15
5.
Memp
60 kp 5.
menit)
Mendapa
eroleh
tka
nilai A
tambaha
dari
suatu
istirahat
tes
(15
40 kp
menit)
pada satu
6.
Tidak
30 kp 6.
tes
Ke
memu
perpusta
kul
kaan (15
teman
menit)
30 kp
di
dalam
kelas
selama
hari
sekola
7.
h
Angka
15 kp 7.
Memban
tu murid
tangan
kelas I
16 | Modifikasi Perilaku
250 kp
sebelu
m
bertan
ya dan
menja
wab
pertan
yaan
8.
9.
guru
Tidak
30 kp 8.
Menggu
menol
nakan
ak
kolam
seseor
renang
ang
waktu
selama
istirahat
hari
(30
sekola
menit)
h
Tidka
40 kp 9.
Di
menco
gedung
ret
olahraga
dindin
waktu
istirahat
selama
hari
sekola
10.
h
Tidak
30 kp 10.
Waktu
memb
istirahat
uang
di ruang
sampa
musik
h
melalu
i
17 | Modifikasi Perilaku
75 kp
60 kp
jendel
a
selama
hari
sekola
h
Beberapa aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam implementasi
tabungan kepingan agar efektif dikemukakan oleh Soetarlinah Soekadji (1983) antara
lain sebagai berikut:
a. Hindari Penundaan
Salah satu keunggulan tabungan kepingan diperoleh dari pemenuhan
persyaratan efektivitas pengukuhan, ialah pemberian pengukuhan dilakukan
seketika setelah perilaku sasaran muncul. Meskipun pengukuh yang sebenarnya
baru dapat diberikan kemudian, tetapi kepingan-kepingan mewakili, menandai,
merupakan isyarat, atau merupakan simbol bahwa sebagian pengukuh idaman
telah ada di tangan subjek.
Seandainya dalam contoh Tining dan Aji yang masih kecil-kecil itu harus
menunggu pemberian pengukuh sampai perjalanan usai, maka mereka akan
lupa atau bahkan sudah tidak tertarik untuk berusaha mendapatkan pengukuh
idaman mereka.
b. Berikan Kepingan Secara Konsisten
Pemberian pengukuh yang terus menerus (continuous) dan konsisten akan
mempercepat peningkatan perilaku sasaran. Pada program tabungan kepingan,
setiap kali perilaku yang telah disetujui dilaksanakan, secara konsisten diberi
imbalan kepingan sesuai dengan jumlah yang telah disepakati dalam kontrak.
Waktu pemberian kepingan perlu diperhatikan, karena bila mundur atau maju
cukup lama intensitas program berkurang.
Misalnya, dalam contoh kasus Tining dan Aji di depan, bila mereka tidak
berkelahi sepanjang pagi, setiap jam 11 mereka masing-masing mendapat satu
meterai. Selesai makan, setelah mereka makan tanpa banyak cingcong, mereka
langsung mendapat satu meterai.
c. Memperhitungkan Pengukuh dengan Harga Kepingan
Harga kegiatan dan penguat dalam nilai kepingan perlu mendapat perhatian.
Dalam perencanaan perlu dipertimbangkan banyaknya kepingan yang akan
diterima cukup untuk ditukar dnegan pengukuh idaman. Harga pengukuh yang
terlalu banyak atau dihargai terlalu tinggi, akan menimbulkan kejenuhan.
18 | Modifikasi Perilaku
Seandainya setiap meterai Tining dapat ditukar dnegan seperangkat cangkircawan-sendok, Tining paling banter hanya butuh 10 meterai, sesudah itu meterai
tidak menarik minat lagi. sebaliknya bila kepingan dihargai terlalu rendah,
sehingga program berjalan terlalu lama untuk dapat mencapai pengukuh idaman,
maka subjek akan enggan berusaha memperoleh kepingan.
Pengukuh idaman bagi Tining yang berbentuk bagian-bagian (cangkir, teko,
dan baki) lebih fleksibel daripada pengukuh idaman bagi Aji. Karena itu Aji perlu
mendapat penerangan, apa yang harus ia lakukan nanti bila ia tidak dapat
memperoleh 60 meterai. Misalnya, ia akan mendapat kesempatan lain sesudah
tiba kembali di rumah. Bila Aji diberi tahu bahwa ia tidak akan mendapat apa-apa
bila meterai yang diperoleh kurang dari 60, maka ia akan drop-out dari program
segera setelah pertama kali gagal memperoleh meterai. Lebih celaka lagi, ia akan
menganggur agar Tining sulit memperoleh meterai.
d. Persyaratan Hendaknya Jelas
Sebelum penandatanganan kontrak atau kesepakatan pelaksanaan program
tabungan kepingan, aturan yang akan dipakai harus jelas dan mudah diikuti.
Lebih baik lagi bila subjek diajak berdiskusi mengenai aturan-aturan dan
persyaratan untuk memperoleh kepingan. Kekeliruan-kekeliruan karena salah
pengertian hendaknya segera dijelaskan. Demikian juga peringatan dnegan
simbol-simbol dan dukungan perlu diberikan agar subjek ingat bahwa program
kepingan masih berjalan (ini terutama diperlukan bila jarak memperoleh
kepingan agak lama).
e. Pilih Pengukur yang Macam dan Kualitasnya Memadai
Agar pengukur idaman yang ditawarkan efektif, perlu dicocokkan macam dan
kualitasnya dengan situasi dan kondisi subjek. Bermacam-macam pengukuh
idaman dapat digunakan, misalnya berbagai benda, berbagai aktifitas yang cocok
dengan suasana maupun yang dibuat-buat (artifisial). Misalnya suatu program
kepingan dilaksanakan bagi anak-anak dalam kelas anak hiperaktif untuk
pelajaran-pelajaran menggambar. Pengukuh idaman yang dipilih dapat saja
berupa nonton sirkus, tetapi pengukuh ini tidak ada hubungannya dengan
pelajaran menggambar. Pengukuh secara artifisial semacam ini jangan dipakai
dahulu, bila ada acara yang lebih wajar dnegan suasana program yang
ditumpangi. Pengukuh yang lebih pas misalnya mendapatkan gambar karton yang
paling disukai, atau masuk ke studi gambar selama 15 menit.
19 | Modifikasi Perilaku
dengan
pengukuhannya,
dan
kepekaannya
terhadap
perilaku
dalam situasi tertentu (Walter, et.al. 1981). Klien diajarkan untuk menguasai
perilakunya dalam menghadapi perilaku yang problematik untuk meningkatkan
efektivitas kehidupan dan mencegah kecemasan.
Misalnya Ani diajak makan oleh temannya; padahal pada waktu yang sama Ani
mempunyai tugas yang lebih penting, yaitu menylesaikan PR-nya. Ani menuruti
ajakan teman dengan perasaan gundah dan bingung kalau PR-nya tidak selesai,
padahal ia ingin sekali menyelasaikan PR tersebut. Dalam kasus seperti ini Ani
berada dalam kondisi tidak asertif. Lain halnya bila Ani memberikan jawaban
Maaf, saya ada acara yang harus saya selesaikan sekarang!, dalam kasus ini Ani
dalam kondisi Asertif.
Pada masyarakat kita, perilaku tidak asertif sering kali muncul dan terbentuk
melalui tata krama yang diajarkan oleh orang tua atau masyarakat di sekitarnya. Hal
ini tampak lebih kental pada masyarakat jawa dengan berbagai ajaran tentang
sopan santun, andhap asor, tabu bila berterus terang, dan sebagainya. Pada tingkat
tertentu perilaku ini memang menjadi tidak asertif, dan akhirnya akan merugikan
dirinya sendiri.
2. Prinsip-prinsip Pelatihan Asertivitas
Menurut Getald Corey (1997), latihan asertivitas akan membantu bagi orangorang yang (a) tidak mampu mengungkapakan kemarahan dan perasaan tersinggung;
(b) menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya; (c) memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak; (d) mengalami
kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya; dan (e)
merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran sendiri.
Perilaku asertif adalah perilaku interpersonal yang melibatkan aspek kejujuran dan
keterbukaan
pikiran
dan
perasaan.
Perilaku
asertif
dilakukan
dengan
23 | Modifikasi Perilaku
tidak boleh!. Pada anak dapat dilakukan untuk menyatakan Maaf, saya tidak
mau!, Jangan diambil, itu milikku!, Todak boleh!.
b. Asertif Pujian
Asertif pujian ditandai dengan kemampuan untuk mengekspresikan perasaan
setuju, cocok, senang, mencintai, mengagumi, memuji, dan bersyukur. Perilaku ini
lebih diarahkan pada kemampuan mengapresiasikan sesuatu atau peristiwa yang
dialami dalam dirinya. Misalnya : Saya mencintaimu!; Wah, ini cocok untuk
kamu!, dsb.
c. Asertif Permintaan
Asertif permintaan merupakan ltihan untuk meminta orang lain melakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu tanpa tekanan atau paksaan. Misalnya :
Apakah Bapak mau membantu saya menjelaskan penerapan rumus matematika
ini?, dan sebagainya.
3. Implementasi Pelatihan Asertivitas
Pelatihan asertivitas menggunakan prosedur bermain. Bermain merupakan
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
kesenangan
yang
ditimbulkan
tanpa
mempertimbangkan hasil akhir, dilakukan dengan sukarela dan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar (Hurlock, 1993). Johnson dan Ershler (dalam Hendrick, 1991)
memberikan batasan bermain sebagai perilaku yang didorong oleh motivasi dari
dalam, memilih kegiatan secara bebas, berorientasi pada proses, dan mendapatkan
kesenangan dalam kegiatan tersebut.
Ada dua bentuk bermain yang sering digunakan dalam pelatihan asertivitas,
yaitu pretend play (pemain pura-pura) dan bermain peran (Purwandari dan Tin
Suharmini, 2002). Pretend play atau permainan pura-pura merupakan permainan aktif
yang dulu banyak dilakukan anak-anak. Permainan ini hampir serupa dengan
permainan sisiodrama, namun lebih menekankan pada alat permainan, misalnya
permainan pasar, dokter dan rumah sakit, kemah, perjalanan, sekolah, dan lain-lain.
Setting yang dipilih untuk permainan biasanya sesuai denga perkembangan jaman dan
minat anak. Menurut Hendrich (1991) setting sudah dikelompokkan dalam kelompok
permainan tertentu, misalnya alat-alat yang digunakan dalam permainan perjalanan
adalah tiket pesawat, peta, majalah, makanan kecil, topi untuk Pilot dan Co-Pilot.
Anak-anak yang bermain bebas berdialog mengenai tujuan penerbangan atau segala
sesuatu yang terjadi. Dari sinilah anak belajar berkomunikasi dengan yang lain,
mengungkapkan perasaan secara langsung, jujur, dan belajar berpikir mengenai
rencana perjalanan yang akan dilakukan.
24 | Modifikasi Perilaku
25 | Modifikasi Perilaku
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam prosedur aversi adalah (Corey,
1997) sebagai berikut:
a. Prosedur aversi menyajikan cara-cara menahan respons-respons maladaptive
dalam suatu periode, sehingga terdapat kesempatan untuk memperoleh tingkah
laku alternative yang adaptif dan yang akan terbukti memperkuat dirinya sendiri.
b. Prosedur aversi yang menggunakan hukuman sedapat mungkin dikurangi, bila ada
alternative lain yang lebih mengarah pada pengukuh positif. Bila terpaksa
menggunakan hukuman, hindari cara-cara yang mengakibatkan klien merasa
ditolak secara pribadi.
c. Klien dibantu agar ia mengetahui bahwa kosekuaensi-konsekuensi aversi
diasosiasikan hanya dengan tingkah laku maladaptive yang spesifik, bukan
tingkah laku pada umumnya.
Menurut Kanfer dan Phillips (1970) dan Walker, at.al. (1981) menyatakan bahwa ada
tiga paradigm prosedur aversi dasar, yaitu:
a. Hukuman: stimulus yang tidak menyenangkan diberikan dengan segera bila
munculnya respon dengan tujuan mengurangi terjadinya perilaku yang menyertai
tidak diinginkan secara khusus.
b. Melarikan diri dan menghindar: pada kondisi melarikan diri stimulus yang tidak
diingikan diakhiri pada saat terjadinya pola respon yang diinginkan telah dipilih
sebelumnya; sedangkan kondisi menghindar terjadi pada saat perilaku yang
diinginkan dan telah dipelajari mencegah munculnya perilaku yang tidak
diinginkan dan telah dipilih sebelumnya.
c. Kondisioning klasik: suatu stimulus yang tidak diinginkan dipasangkan dengan
stimulus lain yang dipilih; pada akhirnya menghasilkan stimulus lain yang
memperoleh sifat yang menyebabkan reaksi-reaksi yang tidak menyenangkan
sama dengan reaksi yang ditimbulkan oleh stimulus yang tidak diinginkan.
3. Implementasi Prosedur Aversi
Meskipun prosedur aversi dapat mengontrol perilaku dengan berbagai cara,
prosedur aversi tersebut pada dasarnya digunakan dengan dua alasan (Walker, et.al
(1981), yaitu pertama, prosedur aversi digunakan untuk mengurangi atau menghambat
perilaku yang tidak diinginkan dengan memberikan konsekuensi-konsekuensi aversi
sesuai dengan perilaku yang muncul. Kedua; prosedur aversi digunakan untuk
membuat stimulus menyenangkan menjadi kurang menarik dengan menghubungakan
stimulus itu dengan beberapa stimulus yang tidak diinginkan dan telah dipilih
sebelumnya.
27 | Modifikasi Perilaku
Walter & Grusec (1977), menyatakan bahwa hukuman dapat efektif dalam
menekan perilaku, bahkan dapat berfungsi sebagai pengukuh yang kuat. Namun
demikian, penggunaan hukuman sebaiknya dilakukan secara etis sehingga dapat
diterima oleh subjek sebagai upaya perbaikan dalam dirinya. Beberapa proble
perilaku yang berupa kecanduan alcohol, kecanduan narkotika, berjudi, agresif baik
fisik maupun verbal, serta pelupa, obisitas dapat dimodifikasi secara efektif melalui
prosedur aversi (Edi Purwanta, 1998).
2.6 PROSEDUR RILEKSASI
1. Konsep Dasar Prosedur Releksasi
Prosedur rileksasi merupakan prosedur atau teknik yang digunakan untuk
mengurangi tekanan darah dan perasaan cemas dengan melatih klien untuk dapat
santai melalui kesanggupan mengendorkan otot kapan saja mereka menghendaki.
Sasaran prosedur rileksasi adalah mengurangi tingkat kecemasan individu secara
umum, membuat senang, dan pernyataan nyaman (Walker, et.al. , 1981).
Asumsi umum yang mendasari prosedur rileksasi adalah bahwa orang dapat
terganggu oleh persoalan-persoalan yang mencemaskan dan selalu mendorong serta
mempengaruhi system saraf sentral, sehingga mempengaruhi tekanan darah. Keadaan
ini dapat berulang secara intensif, sehingga merupakan stimulus terhadap kecemasan
yang ada menjadi lebih meningkat. Untuk menguranginya dapat dilakukan dnegan
memotong siklus yang mempengaruhi kecemasan. Pemotongantersebut dapat dimulai
dengan pengendoran otot, baik partial maupun keseluruhan secara berulang-ulang.
Keadaan ini bias dilakukan dengan rileks akan menurunkan tensi secara progresif.
Turunnya tensi akan mempengaruhi system saraf sentral sehingga rasa cemas
berangsur-angsur akan berkurang.
2. Prinsip-prinsip Prosedur Rileksasi
Prosedur rileksasi telah banyak digunakan pada klien yang mengalami gangguan
dengan symptom psikosomatis, diantaranya adalah sakit kepala (migrant), ulcer
(tukak lambung), exzim. Selain itu prosedur rileksasi dapatt juga untuk membantu
sebjek yang mengalami insomnia, hiperaktif, gangguan bicara, phobia.Ada beberapa
prinsip yang perlu diperhatikan dalam penerapan prosedur rileksasi, (Walker, et.al.,
1981), yaitu:
a. Subjek perlu disadarkan akan kebutuhan rileksasi sebagai upaya untuk
mengurangi kecemasan yang selama ini dialaminya.
b. Prosedur rileksasi akan lebih efektif bila subjek mampu melakukan self-control.
28 | Modifikasi Perilaku
c. Situasi sekitar, ruangan, peralatan lain yang digunakan termasuk terapis mampu
menjamin subjek untuk bebas dalam berekspresi, sehingga subjek dapat bergerak
dengan leluasa.
d. Rileksasi dapat dilakukan bagian per bagian tubuh mulai dari yang paling mudah
dengan menggerak-gerakkan otot tangan, kaki, leher, baru secara keseluruhan.
3. Implementasi Prosedur Rileksasi
Untuk memulai latihan rileksasi, subjek dapat disuruh berbaring pada suatu kursi
atau dipan yang nyaman dan bebas dari pengaruh aktivitas lain. Situasi ruangan
dijamin sepi, dan sinar lampu tidak langsung mengenai mata. Terapis meminta subjek
untuk mulai merileksasikan kelompok otot tertentu, misalnya tangan, lengan, kaki,
muka (mata terpejam), baru secara keseluruhan. Terapis seyogyanya menggunakan
suara yang tenang, lembut, dan volume yang rendah.
Misalnya:Baiklah! Silahkan sekarang tidur telentang dengan tangan diletakkan
disamping badan, telapak tangan menghadap ke atas. Kaki membujur bebas dan mata
dipejamkan sambil menarik napas kuat dan dihembuskan dengan pelan; mata
dipejamkan, sambil tarik napas dan hembuskan dengan pelan. Coba ulangi tiga kali
Setelah mengikuti perintah, jika subjek belum rileks, perintah dapat diulangi dan
menyuruh subjek untuk lebih santai dari pada waktu pertama. Sampai subjek
mendapatkan perasaan rileks dan nyaman.
Prosedur rileksasi dapat dikombinasikan dengan prosedur modifikasi perilaku
yang lain. Prosedur ini dapat medahului prosedur yang lain atau diberikan setelah
prosedur yang lain diterapkan.
2.7 PENGELOLAAN DIRI
1. Konsep Dasar Pengelolaan Diri
Terminologi yang sama dan digunakan dalam modifikasi perilaku dan terapi dari
pengelolaan diri adalah Self Control. Pengelolaan diri dalam arti luas ialah prosedur
dimana seseorang mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri (Soertarlinah
Soerkadji, 1983). Pada prosedur ini biasanya subjek terlibat langsung minimal pada
beberapa kegiatan atau seluruh lima kegiatan (komponen) dasar yaitu : menentukan
perilaku sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan
diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektivitas prosedur
tersebut.
Pada umumnya perilaku sasaran yang dipilih mengandung suatu aspek yang
dinikmati oleh subjek. Misalnya : exhibisionis, ketagihan (kecanduan) obat-obatan
atau orang yang senang mengambil barang oranglain (kleptomani). Ada dua perilaku
yang saling bertentangan pada diri subjek, yaitu mengeluh kesengsaraan (sebab
29 | Modifikasi Perilaku
siapa yang perduli ?, selalu menyalahkan diri sendiri terus menerus : Memang
saya jelek, saya tidak tampan.
d. Perilaku yang berhubungan dengan tanggung jawab perubahan atau pemeliharaan
perilaku
harus
dipegang
sendiri.
Misalnya
menulis
sebagai
treatmen
perlu
diidentifikasi
kemungkinan
Bagi orang yang suka ngemil, diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada
persediaan makanan kecil dirumah. (Ibu-ibu biasanya membuat alasan : persedian
bagi tamu)
Bagi orang yang suka nyomot barang ditoko, diatur agar ia tidak pergi ke toko bila
perlu, dan ini pun harus dikawal oleh orang lain.
b. Mengubah lingkungan sosial sedemikian rupa sehingga lingkungan sosial ikut
mengontrol perilaku subjek, paling tidka diharapkan tidak menimbulkan godaan :
Tekad diet akan luntur bila keluarga dirumah suka kumpul-kumpul makan besar
bersama, yang bila subjek tidak ikut akan merasa tersisih dari keluarganya.
c. Mengubah lingkungan atau mengubah kebiasaan sehingga perilaku yang tidak
dikehendaki hanya dapat berlangsung atau hanya boleh berlangsung pada saat dan
tempat tertentu saja :
Bagi orang yang harus mengurangi frekuensi makan, diatur hanya makan pada saat
tertentu dan ditempat tertentu. Misalnya sehari makan dua kali pagi dirumah dan
sore jam 16.00 dirumah juga.
Banyak mahasiswa lebih berhasil belajar diperpustakaan sebab perpustakaan
berasosiasi dengan membaca dan belajar
d. Mengubah keadaan dari fisik atau fisiologis, agar menimbulkan perubahan perilaku :
Mita yang selalu terganggu keinginan berbaring sambil membaca majalah waktu
belajar, mengatur lingkungan diri sendiri demikian : pada waktu belajar ia
berpakaian lengkap sampai kaos kaki dan sepatu, seperti bila belajar diperpustakaan
sekolah.
3. Implementasi pengelolaan diri
Pengelolaan diri paling tidak ada empat tahap (Soetarlinah Soekadji, 1983) yaitu
tahap monitor diri atau observasi diri, tahap pengaturan lingkungan tahap evaluasi diri
dan tahap pemberian pengukuh, penghapusan atau hukuman.
a. Tahap Monitor atau Observasi
Dalam tahap ini subjek dengan sengaja dan cermat mengamati perilaku sendiri
dan mencatat jenis, waktu, durasi perilaku yang ada pada diri subjek yang akan
dimodifikasi. Pada tahap ini subjek kadang-kadang minta bantuan terapis untuk
memilih cara pencatatan atau perekanam perilaku yang praktis. Misalnya dapat
berbentuk format atau formulir.Pencatatan data ini penting sekali untuk melihat
perubahan dengan cermat, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan kesan bahwa
ada perubahan perilaku yang sebenarnya hanya harapan saja.
Kadang kadang pencatatan data perilaku saja sudah menimbulkan perilaku
ini berubah frekuensinya. Mungkin ini disebabkan subjek lebih menyadari
perilakunya (yang tadinya bersifat automatis), atua mungkin juga sudah ada
32 | Modifikasi Perilaku
pengukuhan atau hukuman terharap diri sendiri pada saat mencatat perubahan
perilaku. Makin cermat dalam mengobservasi perilaku dan memonitornya hasil
perilaku yang diharapkan akan lebih baik.
b. Mengatur Lingkungan
Lingkungan perlu diatur sehingga dapat mengurangi atau bahkan meniadakan
perilaku-perilaku
yang
memungkinkan
mendapatkan
pengukuhan
segera.
Strategi berteman merupakan salah satu aspek kemampuan social yang merupakan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah interpersonal dengan cara yang
efektif dan adaptif.
Lebih lanjut Wentzel dan Erdley (1993) menjelaskan bahwa strategi berteman
yang memadai meliputi lima kategori hal-hal yang harus dilakukan dalam berteman,
yaitu :
a. Inisiatif, terdiri dari mempelajari tentang temannya, memulai perilaku prososial
meliputi mengenalkan dirinya sendiri, memulai pembicaraan, melakukan kegiatan
bersama.
b. Bersikap menyenangkan, menjadi orang yang menyenangkan, ramah, dan penuh
perhatian.
c. Perilaku prososial, meliputi kejujuran dan sifat dapat dipercaya, bermurah hati,
berbagi rasa dan dapat di ajak bekerjasama.
d. Menghargai diri sendiri dan orang lain, terdiri dari menhargai orang lain dan
memiliki kebiasaan yang baik, sopan, menjadi pendengar yang baik, memiliki
sikap dan kepribadian yang positif, menjadi diri sendiri dan meningkatkan reputasi
diri.
e. Memberikan dukungan social, terdiri dari bersikap suportif, terlibat dalam aktivitas
bersama, memuji orang lain.
Strategi berteman yang tidak memadai meliputi tiga kategori hal-hal yang harus
dihindari dalam berteman, yaitu :
a. Agresi secara psikologis, yaitu menunjukkan sikap yang buruk, tidak menghargai,
berprasangka buruk, menyalahgunakan orang lain, kasar, memaki, tidak kooperatif,
mengabaikan orang lain, tidak mau berbagi rasa, merugikan reputasi orang lain
( menyebar gossip, mengkritik orang lain ).
b. Penampilan diri yang negative, terdiri dari membanggakan diri sendiri, sombong,
cemburu, sok aksi, pemberang, merusak, kejam, bermusuhan, penggerutu, marah
dalam setiap saat, merugikan diri sendiri, bertindak bodoh, cerewet, menyulut
masalah.
c. Perilaku antisocial yang negative, terdiri dari agresi secara fisik ( berkelahi,
menyerang, merusak, meludahi ), agresi verbal ( berteriak, mengusik orang lain ),
tidak jujur, tidak setia, melanggar peraturan sekolah, membolos, menggunakan
obat-obatan terlarang.
Pelatihan keterampilan social merupakan suatu prosedur pelatihan yang di buat
untuk melatih keterampilan subjek yang mempunyai perilaku menarik diri, sukar
34 | Modifikasi Perilaku
mengajarkan
kepada
individu
tentang
bagaimana
35 | Modifikasi Perilaku
36 | Modifikasi Perilaku
37 | Modifikasi Perilaku
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
38 | Modifikasi Perilaku