Anda di halaman 1dari 7

3.4.

Alternatif Jalan Keluar


3.4.1. Alternatif Penyelesaian Masalah
a. Melakukan sosialisasi/penyuluhan rutin berkelompok oleh petugas puskesmas
atau kader posyandu kepada masyarakat khususnya ibu balita 1x tiap bulan
dapat mengatasi penyebab masalah berupa kurangnya pengetahuan kesadaran
dan minat ibu balita mengenai pentingnya memantau pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan penimbangan rutin tiap bulan, serta kurangnya
promosi rutin.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi perilaku
seseorang di mana dengan semakin baik pengetahuan ibu balita mengenai
manfaat penimbangan balita secara rutin akan memberikan respons yang
positif yaitu meningkatkan kehadiran penimbangan balita di fasilitas
kesehatan khususnya posyandu. Walaupun wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kecamatan Pontianak Kota berada di lingkungan perkotaan/pusat kota, namun
masih terdapat ibu balita yang pengetahuannya rendah-sedang mengenai
pentingnya penimbangan balita secara rutin. Berdasarkan hasil survei terhadap
ibu balita di 14 lingkup posyandu UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak
Kota, sebanyak 87,5% ibu balita termasuk kategori pengetahuan baik, namun
hanya 57% ibu balita berpengetahuan baik yang berpartisipasi tinggi atau aktif
dalam penimbangan balita di posyandu. Hal ini dikarenakan kurangnya
kesadaran ibu balita mengenai manfaat penimbangan balita secara rutin.
Dengan dilakukannya sosialisasi/penyuluhan rutin berkelompok, ibu balita
yang memiliki pengetahuan rendah-sedang dapat meningkat pengetahuannya
sehingga partisipasi penimbangan balita dapat meningkat. Selain itu, dengan
adanya sosialisasi secara tatap muka langsung dapat dilakukan pendekatan
intrapersonal sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran ibu balita
baik yang berpengetahuan rendah, sedang atau tinggi mengenai pentingnya

penimbangan balita secara rutin tiap bulan. Sosialisasi ini dilakukan tiap bulan
dan tidak memerlukan biaya yang besar.
b. Pembuatan dan penyebaran media promosi 3-4x tiap tahun dilakukan untuk
mengatasi penyebab masalah berupa kurangnya pengetahuan masyarakat
terutama ibu balita mengenai manfaat penimbangan balita secara rutin dan
kurangnya promosi rutin. Media promosi yang digunakan dapat berupa leaflet,
banner, spanduk atau melalui media social internet. Penyebaran media
promosi ini hanya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat saja secara
satu arah, sulit menilai pengetahuan, kesadaran dan sikap masyarakat melalui
jalan keluar ini. Jalan keluar ini hanya mendukung jalan keluar lain yang
dilaksanakan karena masalah juga tidak cepat teratasi dengan hanya
menggunakan alternatif jalan keluar ini. Biaya yang dikeluarkan untuk
kegiatan ini tidak terlalu besar.
c. Meningkatkan koordinasi puskesmas dengan kader posyandu, dinas kesehatan
kota dan pelayanan kesehatan lain di wilayah kerja puskesmas yang melayani
penimbangan balita 2x tiap tahun. Koordinasi yang baik antara kader
posyandu, puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota dapat mengatasi penyebab
masalah berupa ketimpangan data antara pencatatan dan kenyataan di
lapangan mengenai jumlah dan sebaran balita di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota. Dengan adanya umpan balik laporan
yang baik antara kader, puskesmas dan dinas kesehatan, jumlah dan sebaran
balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Kota dapat
terdata secara akurat sesuai kenyataan di lapangan sehingga dalam pencapaian
target program cakupan balita yang ditimbang (D/S) sehingga puskesmas dan
kader posyandu dapat menentukan strategi yang sesuai untuk dapat mencapai
target yang ada.
Koordinasi puskesmas dengan pelayanan kesehatan lain di wilayah kerja
puskesmas di lakukan untuk mendapatkan pendataan jumlah balita yang
dilayani/ditimbang di layanan kesehatan lain selain posyandu dan puskesmas.
Wilayah kerja puskesmas termasuk daerah perkotaan/pusat kota di mana

masyarakatnya berpendidikan tinggi dan cenderung memanfaatkan pelayanan


kesehatan seperti dokter/bidan praktek, sehingga koordinasi yang baik antar
sesama

pelayanan

kesehatan

di

wilayah

kerja

puskesmas

dapat

memaksimalkan pencatatan dan pendataan jumlah balita yang ditimbang.


Sementara itu, koordinasi antara kader posyandu dan puskesmas dilakukan
untuk mengatasi masalah tidak lengkapnya pendataan dan pencatatan status
gizi serta data balita di posyandu.
Koordinasi yang baik ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan rutin
antara puskesmas dan dinas kesehatan, puskesmas dan pelayanan kesehatan
lain di wilayah kerja puskesmas serta puskesmas dan posyandu secara berkala.
Biaya yang diperlukan untuk mengadakan pertemuan ini cukup besar.
d. Pelatihan kader posyandu berkala untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dilakukan untuk mengatasi penyebab masalah yaitu pencatatan
dan pelaporan yang tidak lengkap oleh kader dan kurangnya promosi
kesehatan pada masyarakat. Dengan adanya pelatihan berkala oleh petugas
puskesmas terhadap kader posyandu, dapat meningkatkan kualitas kader baik
secara teknik pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita yaitu
pencatatan maupun konseling/penyuluhan kepada masyarakat luas. Pelatihan
ini dilakukan dengan mengundang pemateri yang kompeten dibidang
kesehatan, komunikasi, social atau psikologi agar para kader dapat
memberikan sosialisasi/penyuluhan kepada masyrakat dengan baik. Selain itu
motivasi partisipasi kader pada kegiatan posyandu dapat ditingkatkan dengan
pertemuan rutin oleh petugas puskesmas untuk penyegaran sehingga semangat
kader tidak turun dan menghindari adanya kader yang berhenti berpartisipasi
memberdayakan posyandu. Biaya yang diperlukan cukup besar untuk
mengadakan pelatihan berkala yang mengundang pemateri berkompeten.
e. Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam memberdayakan posyandu
dilakukan dengan membuat berbagai upaya unik dan menarik untuk mengatasi
masalah kurangnya minat masyarakat terutama ibu dan balita datang ke
posyandu dan kurangnya inovasi dalam kegiatan posyandu. Jalan keluar ini

untuk mengatasi misalnya dengan mengadakan arisan posyandu yang


melibatkan keluarga yang memiliki balita, demo memasak atau kecantikan,
bazar posyandu, menyediakan mainan, membagikan cindera mata, hadiah atau
penghargaan bagi balita yang rajin menimbang di posyandu. Kegiatan ini
dapat mengatasi penyebab masalah kurangnya minat masyarakat untuk datang
ke posyandu. Jalan keluar ini dapat secara cepat meningkatkan minat dan
jumlah kedatangan ke posyandu, namun biaya yang diperlukan besar untuk
mengadakan kegiatan kreatif setiap bulannya.
f. Membuat usaha dana mandiri dan sponsorship oleh kader posyandu dapat
mengatasi masalah kurangnya inovasi dan kreativitas yang berkaitan denga
terbatasnya sumber dan jumlah dana. Usaha dana mandiri dapat dilakukan
dengan melakukan koperasi atau bazaar dimana hasil keuntungan yang ada
disisihkan untuk dijadikan sumber keuangan posyandu. Selain itu, kader juga
dapat lebih aktif mencari sponsorship yang dapat dijadikan sumber dana bagi
posyandu. Namun biaya untuk membentuk usaha dana mandiri memerlukan
biaya besar sebagai modal awal usaha.
3.4.2. Prioritas Penyelesaian Masalah
Adapun penentuan alternatif jalan keluar yang dapat dihitung dengan
menggunakan metode scoring dengan mempertimbangkan Magnitude (M),
Improtancy (I), Vulnerability (V) dan Cost (C) yang secara langsung dapat
diperhatikan pada program.
a) Efektifitas jalan keluar, yang terdiri dari M, I dan V

Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude) = M

Pentingnya jalan keluar (Importancy) = I

Sensitivitas jalan keluar (Vulnerabillity) = V


b) Biaya jalan keluar (Cost) = C
Prioritas dihitung dengan rumus :

MxIxV
C
Alternatif jalan keluar yang dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki
hasil perhitungan tertinggi. Hasil perhitungan alternatif jalan keluar yang ditawarkan
dapat diperhatikan pada tabel berikut.

Alternatif Jalan Keluar

Prioritas
Jalan Keluar:
P=(MxIxV)/C

Melakukan sosialisasi/penyuluhan rutin

15

berkelompok 1x tiap bulan


Pembuatan dan penyebaran media

2,67

promosi 3-4x tiap tahun


Meningkatkan koordinasi puskesmas

25

wilayah kerja puskesmas 2x tiap tahun


Meningkatkan inovasi dan kreativitas

12,8

dalam memberdayakan posyandu


Pelatihan kader posyandu berkala 1x tiap

15

2-3bulan
Membuat usaha dana mandiri dan

12

dengan kader posyandu, dinas kesehatan


kota dan pelayanan kesehatan lain di

sponsorship

Untuk besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude), nilai 5 diberikan


pada alternatif pemecahan masalah melakukan sosialisasi/penyuluhan rutin
berkelompok dan meningkatkan koordinasi puskesmas kader posyandu, dinas
kesehatan kota dan pelayanan kesehatan lain di wilayah kerja puskesmas dengan

karena dapat mengatasi masalah paling besar. Alternatif pemecahan masalah


pelatihan

kader

posyandu

dan

meningkatkan

inovasi

kreativitas

dalam

memberdayakan posyandu, masing-masing juga dapat menyelesaikan 2 penyebab


masalah namun tidak secara langsung mengatasi penyebab masalah sehingga diberi
nilai 4. Makin banyak penyebab masalah yang diselesaikan, maka makin besar
masalah yang dapat terselesaikan. Alternatif pemecahan masalah membuat usaha
mandiri dan sponsorship diberi nilai 3 karena besar masalah yang dapat diatasi lebih
kecil dari alternative sebelumnya dimana jalan keluar ini hanya sebagai faktor
pendukung terselesainya alternative lainnya. Sementara itu, pembuatan dan
penyebaran media diberi nilai 2 karena besarnya masalah yang dapat diselesaikan
tidak sebesar alternative pemecahan masalah sebelumnya.
Dilihat dari pentingnya jalan keluar (importancy) pemecahan masalah yang
berkaitan dengan kelanggengan masa bebas masalah, alternatif pemecahan masalah
meningkatkan koordinasi, pelatihan kader posyandu dan membuat usaha dana
mandiri merupakan jalan keluar yang penting dan diberi nilai 5. Alternatif pemecahan
masalah meningkatkan inovasi kreativitas kegiatan posyandu diberi nilai 4 karena
walaupun alternative ini penting, kelanggengan masa bebas masalah bergantung pada
bentuk inovasi yang dilakukan. Alternatif melakukan sosialisasi/penyuluhan diberi
nilai 3 karena cukup banyak faktor yang mempengaruhi pentingnya alternative ini
seperti umpan balik atau dukungan masyarakat. Sementara itu, alternative pembuatan
dan penyebaran media promosi diberi nilai 2 karena masa bebas masalahnya tidak
lama bila jalan keluar ini digunakan dan hanya sebagai pendukung alternative lain.
Dilihat dari kecepatan terselesaikannya masalah (vulnerability), alternative
pemecahan masalah membuat usaha dana mandiri dan sponsorship, meningkatkan
inovasi kreativitas dan meningkatkan koordinasi diberikan nilai 4. Ketiga alternatif
pemecahan masalah tersebut tidak diberikan angka 5 karena meskipun ketiganya
dapat sesegera mungkin menyelesaikan masalah tetapi tidak sempurna dan
memerlukan dukungan alternatif pemecahan masalah yang lain agar lebih cepat
menyelesaikan masalah. Di pihak lain, alternatif pemecahan masalah melakukan

sosialisasi/penyuluhan dan pelatihan kader diberi nilai 3 karena cukup lambat


menyelesaikan masalah akibat diperlukannya proses yang berkelanjutan. Sementara
itu, alternative pembuatan dan penyebaran media promosi kesehatan lambat
menyelesaikan masalah karena besarnya masalah yang dapat diselesaikan kecil
sehingga alternatif pemecahan masalah ini diberikan nilai 2.
Dengan mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan alternatif
pemecahan masalah (cost), penulis memberikan nilai 5 pada alternatif pemecahan
masalah membuat usaha dana mandiri dan sponsorship serta meningkatkan inovasi
dan kreativitas dalam memberdayakan posyandu karena perlunya biaya besar, nilai 4
untuk alternatif pemecahan masalah pelatihan kader posyandu dan meningkatkan
koordinasi karena biaya yang diperlukan cukup besar, dan nilai 3 untuk alternatif
pemecahan masalah melakukan sosialisasi/penyuluhan rutin dan pembuatan dan
penyebaran media promosi karena biaya yang diperlukan tidak terlalu besar.
Dari tabel matriks di atas diketahui bahwa yang mendapat nilai terbesar adalah
alternatif jalan keluar pertama, yaitu meningkatkan koordinasi puskesmas dengan
kader posyandu, dinas kesehatan kota dan pelayanan kesehatan lain di wilayah kerja
puskesmas

2x

tiap

tahun,

diikuti

melakukan

sosialisasi/penyuluhan

rutin

berkelompok 1x tiap bulan dan pelatihan kader posyandu berkala 1x tiap 2-3bulan.
Selanjutnya urutan keempat penyelesaian masalah adalah meningkatkan inovasi dan
kreativitas dalam memberdayakan posyandu, diikuti membuat usaha dana mandiri
dan sponsorship dan pembuatan dan penyebaran media promosi 3-4x tiap tahun.

Anda mungkin juga menyukai