Anda di halaman 1dari 11

BIODIESEL TEKNOLOGI BIOMASSA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Hutan, gunung, sawah
dan lautan adalah potensi yang dimiliki Indonesia yang tersebar di seluruh penjuru tanah
air. Indonesia juga menyandang beberapa nama yang diakui oleh dunia seperti jambrut
khatulistiwa , negara agraris dan negara maritim. Salah satu kekayaan alam yang
memiliki nilai penting bagi bangsa ini adalah kekayaan energi.
Kekayaan energi yang dimiliki Indonesia tidak hanya berkaitan dengan jumlahnya saja
tapi juga keberagamannya. Indonesia memiliki sumber energi konvensional (fosil) dan
non konvensional (terbarukan). Oleh karena itu, tidaklah bijak jika Indonesia hanya
bergantung pada salah satu dari sumber energi tersebut, yaitu pada energi fosil seperti
Bahan Bakar Minyak (BBM).
Energi fosil memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat diproduksi kembali, oleh
karena itu seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk maka akan menyebabkan
keterbatasan dalam penyediaannya. Sehingga energi alternatif pengganti energi fosil
terus dicanangkan pemerintah. Salah satu energi alternatif yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan di Indoensia adalah energi biomassa. Dengan memanfaatkan tumbuhtumbuhan seperti kelapa sawit, jarak pagar, tebu, singkong, alga dll maka dapat
dihasilkan bahan bakar yang merupakan energi terbarukan. Proses produksi bahan bakar
ini meliputi proses termofisika, termokimia, dan biokimia. Proses yang akan dibahas
pada makalah ini adalah proses konversi biomassa secara termokimia.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami konsep konversi termokimia biomassa
2. Mampu memberikan contoh mengenai proses konversi termokimia biomassa seperti
proses pembuatan biodiesel
3. Mengetahui keunggulan dari biodiesel

II. PEMBAHASAN

2.1 Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang
berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan bahan bakar fosil).
Sumber-sumber biomassa yang paling umum adalah bahan bakar kayu, limbah dan
alkohol. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan karena tanaman dapat kembali
tumbuh pada lahan yang sama. Kayu saat ini merupakan sumber yang paling banyak
digunakan untuk biomassa. Di Amerika Serikat, misalnya, hampir 90% biomassa berasal
dari kayu sebagai bahan bakar.
Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi bentuk
yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa, konversi kimia dari
biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa. Biomassa adalah sumber energi
terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa adalah sumber energi yang benar-benar
ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita harus menggunakan biomassa atau tidak telah
menimbulkan banyak kontroversi di beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan
bahwa biomassa dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran
kayu), bahkan lebih besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik
berbahan bakar batubara.
Di sisi lain, para pendukungnya mengatakan bahwa konsep biomassa berkelanjutan
relatif mudah dicapai dengan menerapkan peraturan yang sangat ketat mengenai bahan
yang digunakan dan bagaimana mereka dibakar. Biomassa dianggap sebagai karbon
netral, ini berarti biomassa mengambil karbon dari atmosfer pada saat tanaman tumbuh,
dan mengembalikannya ke udara ketika dibakar. Karena itulah, setidaknya menurut teori,
terjadi siklus karbon tertutup tanpa peningkatan kadar karbon dioksida (CO2) di
atmosfer.

2.2 Pengertian Biodiesel


Biodisel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai
panjang asam lemak, yang dipakai sebagai enegil alternative bagi bahan bakar dari mesin
diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Senyawa utamanya adalah ester. Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan
untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam
lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel

memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan petrodiesel (solar) dari minyak bumi, dan
dapat menggantikannya dalam banyak kasus.
Namun, itu lebih sering digunakan
sebagai penambah untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petro murni
ultra rendah belerang yang rendah pelumus.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia
merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat menggantikan diesel petro pada mesin
sekarang ini.
Bahan baku biodiesel yang dikembangkan bergantung pada sumber daya alam yang
dimiliki suatu negara, minyak kanola di Jerman dan Austria, minyak kedelei di Amerika
Serikat, minyak sawit di Malaysia, dan minyak kelapa di Filipina Indonesia mempunyai
banyak sekali tanaman penghasil minyak lemak nabati, diantaranya adalah kelapa sawit,
kelapa, jarak pagar, jarak, nyamplung, dan lain-lain. Beberapa tanaman yang potensial
untuk bahan baku biodiesel dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Beberapa tanaman penghasil minyak di Indonesia
Nama latin

Nama Indonesia

Nama lain (daerah)

Elaeis guineensis

Kelapa sawit

Sawit, kelapa sawit

Ricinus communis

Jarak (kastroli)

Kaliki, jarag (Lampung)

Jatropha curcas

Jarak pagar

Ceiba pentandra

Kapok

Randu (Sunda, Jawa)

Chalopyllum inophyllum

Nyamplung

nyamplung

Ximena americana

Bidaro

Bidaro

(Sumber : Pusat Penelitian Energi ITB)


Agar dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar, biodiesel harus mempunyai
kemiripan sifat fisik dan kimia dengan minyak solar. Salah satu sifat fisik yang penting
adalah viskositas. Sebenarnya, minyak lemak nabati sendiri dapat dijadikan bahan bakar,
namun, viskositasnya terlalu tinggi sehingga tidak memenuhi persyaratan untuk
dijadikan bahan bakar mesin diesel. Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dengan
minyak solar disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar


Sifat fisik / kimia

Biodiesel

Solar

Komposisi

Ester alkil

Hidrokarbon

Densitas, g/ml

0,8624

0,8750

Viskositas, cSt

5,55

4,6

Titik kilat, oC

172

98

Angka setana

62,4

53

Energi yang dihasilkan

40,1 MJ/kg 45,3 MJ/kg

(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)


Dibandingkan dengan minyak solar, biodiesel mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan utamanya adalah emisi pembakarannya yang ramah lingkungan karena
mudah diserap kembali oleh tumbuhan dan tidak mengandung SOx.
Tabel 3 perbandingan emisi pembakaran biodiesel dengan solar
Senyawa emisi

Biodiesel

Solar

SO2, ppm

78

NO, ppm

37

64

NO2, ppm

CO, ppm

10

40

Partikulat, mg/Nm3

0,25

5,6

Benzen, mg/Nm3

0,3

5,01

Toluen, mg/Nm3

0,57

2,31

(Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)


2.2.1 Senyawa Pembentuk Biodiesel
2.2.1.1 Trigliserida
Minyak atau lemak adalah substansi yang bersifat non soluble di air (hidrofobik) terbuat
dari satu mol gliserol dan tiga mol asam lemak. Minyak atau lemak juga biasa dikenal
sebagai trigliserida (Sonntag, 1979).
2.2.1.2 Asam Lemak Bebas
Selain mengandug trigliserida, minyak lemak nabati juga mengandung asam lemak
bebas (free fatty acid), fosfolipid, sterol, air, odorants, dan pengotor-pengotor lainnya. Di
antara kandungan-kandungan tersebut yang perlu diperhatikan ialah asam lemak bebas.
Asam lemak bebas merupakan pengotor yang tidak boleh ada dalam reaksi
transesterifikasi. Asam lemak bebas bereaksi dengan basa (katalis reaksi transesterifikasi)
membentuk sabun dan air. Selain itu, reaksi transesterifikasi menghasilkan produk
samping berupa gliserin. Sabun sulit dipisahkan dari gliserin, sehingga adanya asam
lemak bebas dalam reaksi transesterifikasi dapat menyebabkan kesulitan dalam
pemisahan produk.
2.2.1.3 Alkohol
Alkohol digunakan sebagai reaktan dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi.
Alkohol yang sering digunakan adalah metanol, etanol, propanol, dan isopropanol.
Dalam skala industri, metanol lebih banyak digunakan karena harganya lebih murah
daripada alkohol yang lain.
Alkohol diumpankan dalam reaksi esterifikasi maupun transesterifikasi dalam jumlah
berlebih untuk mendapatkan konversi maksimum. Pemakaian alkohol yang berlebih
tentu saja menambah biaya produksi pembuatan biodiesel, oleh karena itu alkohol sisa di
daur ulang.

2.2.1.4 Katalis
Seperti reaksi kimia pada umumnya, pada reaksi esterifikasi dan transesterifikasi
ditambahkan katalis untuk mempercepat laju reaksi dan meningkatkan perolehan.
(i) Katalis Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi berjalan baik jika dalam suasana asam. Katalis yang sering digunakan
untuk reaksi ini adalah asam mineral kuat, garam, gel silika, dan resin penukar kation.
Asam mineral yang banyak dipakai adalah asam klorida, asam sulfat, dan asam fosfat.
Asam klorida banyak dipakai untuk skala laboratorium, namun jarang dipakai untuk
skala industri karena sangat korosif. Asam fosfat jarang digunakan sebagai katalis karena
memberikan laju reaksi yang relatif lambat. Asam sulfat paling banyak digunakan dalam
industri karena memberikan konversi tinggi dan laju reaksi yang relatif cepat.
Selain asam mineral, katalis yang sering dipakai adalah resin penukar kation.
Keunggulan katalis ini adalah fasanya yang padat sehingga pemisahannya lebih mudah
dan dapat dipakai berulang. Selain itu, ester yang terbentuk tidak perlu dinetralkan.
Namun, resin penukar kation merupakan katalis yang mahal dibandingkan dengan asam
mineral.
(ii) Katalis Reaksi Transesterifikasi
Katalis yang sering digunakan untuk reaksi transesterifikasi yaitu alkali, asam, atau
enzim. Penggunaan enzim masih belum umum dibandingkan alkali dan basa karena
harganya mahal dan belum banyak penelitian yang membahas kinerja katalis ini.
Alkali yang sering digunakan yaitu natrium metoksida (NaOCH3), natrium hidroksida
(NaOH), kalium hidroksida (KOH), kalium metoksida, natrium amida, natrium hidrida,
kalium amida, dan kalium hidrida (Sprules and Price, 1950). Natium hidroksida dan
natrium metoksida merupakan katalis yang paling banyak digunakan. Natrium metoksida
lebih efektif dibandingkan natrium hidroksida (Fredman et. al., 1984; Hartman, 1956)
tetapi harganya lebih mahal dan beracun. Untuk perbandingan molar alkohol dan asam
lemak 6:1, perolehan ester untuk NaOH 1% dan NaOCH3 0,5% hampir sama setelah
direaksikan selama 60 menit Namun, pada perbandingan molar alkohol dan asam lemak
3:1, katalis natrium metoksida menunjukkan hasil yang lebih baik (Fredman et. al.,
1984).
Kalium hidroksida (KOH) mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan katalis
lainnya. Pada akhir proses, KOH yang tersisa dapat dinetralkan dengan asam fosfat
menjadi pupuk (K3PO4) sehingga proses produksi biodiesel dengan katalis KOH tidak
menghasilkan limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, KOH dapat dibuat
dari abu pembakaran limbah padat pembuatan minyak nabati.
Asam yang dapat digunakan diantaranya asam sulfat (H2SO4), asam fosfat, asam klorida,
dan asam organik. Katalis asam yang paling banyak banyak dipakai adalah asam sulfat.
Pada kondisi operasi yang sama, katalis alkali jauh lebih cepat daripada katalis asam
(Fredman et. al., 1984). Alkali dapat memberikan perolehan yang tinggi untuk waktu

reaksi sekitar 1 jam sedangkan asam baru memberikan perolehan ester yang tinggi
setelah bereaksi selama 3-48 jam. Pada alkali perolehan ester akan memuaskan untuk
perbandingan molar alkohol dan asam lemak 6:1 sedangkan pada asam baru memberikan
perolehan ester yang memuaskan untuk perbandingan molar alkohol dan asam lemak
30:1. Tetapi, katalis alkali tidak mengizinkan adanya kandungan asam lemak bebas
dalam jumlah besar pada reaktan karena akan terjadi reaksi penyabunan. Oleh karena itu,
untuk minyak nabati yang banyak mengandung asam lemak bebas dan air maka
penggunaan katalis asam patut dipertimbangkan.
2.2.1.5 Pengotor
Pengotor yang ada dalam biodiesel diantaranya gliserin, air, dan alkohol sisa. Pemisahan
pengotor dilakukan untuk mendapatkan biodiesel yang memenuhi kriteria untuk
dijadikan bahan bakar.
(a) Gliserin
Gliserin dan ester membentuk dua fasa yang tidak saling larut. Gliserin yang berada di
lapisan bawah karena densitasnya lebih besar dari ester. Pemisahan gliserin dari ester
dapat dilakukan dengan cara dekantasi.
Gliserin merupakan produk samping proses pembuatan biodiesel yang bernilai
ekonomis tinggi yang dapat dijual dalam keadaan mentah (crude glycerin) atau gliserin
yang telah dimurnikan. Pemurnian gliserin akan lebih sulit jika terbentuk sabun hasil
reaksi asam lemak bebas dengan basa.
(b) Air
Salah satu produk samping reaksi esterifikasi adalah air. Air harus dihilangkan sebelum
reaksi transesterifikasi. Pemisahan air ini dapat dilakukan dengan penguapan atau
menggunakan absorber. Pemisahan air dengan penguapan lebih banyak dilakukan dalam
industri biodiesel karena lebih murah.
Air menjadi sulit dipisahkan jika terdapat sabun hasil reaksi asam lemak bebas dengan
basa. Air akan berikatan dengan sabun dan gliserin sehingga pemisahannya menjadi sulit.
2.2.2 Reaksi Pembuatan Biodiesel
Ester dapat dibuat dari minyak lemak nabati dengan reaksi esterifikasi atau
transesterifikasi atau gabungan keduanya.
2.2.2.1 Reaksi Esterifikasi
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi antara asam lemak bebas dengan alkohol
membentuk ester dan air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi endoterm, sehingga
memerlukan pasokan kalor dari luar. Temperatur untuk pemanasan tidak terlalu tinggi
yaitu 55-60 oC. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan sebelum atau sesudah reaksi
transesterifikasi. Reaksi esterifikasi biasanya dilakukan sebelum reaksi transesterifikasi
jika minyak yang diumpankan mengandung asam lemak bebas tinggi (>0.5%). Dengan

reaksi esterifikasi, kandungan asam lemak bebas dapat dihilangkan dan diperoleh
tambahan ester.

2.2.2.2 Reaksi Transesterifikasi


Reaksi Transesterifikasi sering disebut reaksi alkoholisis, yaitu reaksi antara trigliserida
dengan alkohol menghasilkan ester dan gliserin.
Trigliserida bereaksi dengan alkohol membentuk ester dan gliserin. Kedua produk reaksi
ini membentuk dua fasa yang mudah dipisahkan. Fasa gliserin terletak dibawah dan fasa
ester alkil diatas. Ester dapat dimurnikan lebih lanjut untuk memperoleh biodiesel yang
sesuai dengan standard yang telah ditetapkan, sedangkan gliserin dimurnikan sebagai
produk samping pembuatan biodiesel. Gliserin merupakan senyawaan penting dalam
industri. Gliserin banyak digunakan sebagai pelarut, bahan kosmetik, sabun cair, dan
lain-lain.
2.2.2.3 Rute-Rute Proses Pembuatan Biodiesel
Pembuatan biodiesel dengan bahan baku minyak berasam lemak bebas tinggi akan
menimbulkan banyak rute karena diperlukan satu reaksi atau lebih dan pemisahannya.
Berikut ini gambaran singkat mengenai rute-rute pembuatan biodiesel.
2.2.2.4 Rute I (transesterifikasi esterifikasi )
Pada rute ini, pembuatan ester alkil dari minyak nabati dilakukan dengan dua reaksi,
transesterifikasi dan esterifikasi.
Asam lemak bebas dalam minyak lemak nabati direaksikan dengan basa membentuk
sabun. Semua asam lemak bebas dikonversi menjadi sabun, sehingga minyak nabati yang
masuk reaktor transesterifikasi bebas asam lemak bebas. Reaksi transesterifikasi dapat
dilakukan satu tahap atau dua tahap, pada reaksi dua tahap dilakukan pemisahan gliserin
di tengah-tengah reaksi, hal ini dilakukan agar kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan,
sehingga konversi yang diperoleh lebih tinggi.
Hasil yang diperoleh dari keluaran reaktor transesterifikasi adalah ester, gliserin, sabun,
dan pengotor. Ester dipisahkan dari produk dan sabun diubah kembali menjadi asam
lemak bebas dengan pengasaman. Asam lemak dapat diubah menjadi ester alkil dengan
reaksi esterifikasi.
Asam lemak bebas bereaksi dengan alkohol menjadi ester dan air. Pada reaksi ini
digunakan katalis asam, dapat berupa katalis homogen (cair) atau heterogen (padat).
Katalis padat dapat memudahkan dalam proses pemisahan produk karena dapat disaring
untuk kemudian dipakai kembali. Selain menghasilkan ester, reaksi esterifikasi juga
menghasilkan produk samping berupa air.
Ester hasil reaksi esterifikasi masih bercampur dengan pengotor-pengotor sehingga
harus dimurnikan. Pengotor paling banyak adalah gliserin. Gliserin mempunyai massa
jenis yang lebih besar daripada ester sehingga fasa gliserin berada di bawah,

pemisahannya dapat dilakukan dengan dekantasi. Gliserin dapat dimurnikan lebih lanjut
dan menjadi produk samping yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Biodiesel hasil reaksi
esterifikasi dicampurkan kembali dengan biodiesel hasil reaksi transesterifikasi.
Biodiesel yang dihasilkan masih berupa produk mentah sehingga perlu dimurnikan.
Pemurniannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pencucian menggunakan
air atau pemurnian dengan penukar ion (penukar anion untuk mengikat asam dan
penukar kation untuk mengikat basa yang tersisa dari reaksi transesterifikasi). Pencucian
dilakukan untuk menghilangkan garam, alkohol, dan pengotor yang larut dalam air.
Rute ini tidak sesuai untuk memproduksi biodiesel dari minyak lemak nabati yang
mengandung asam lemak bebas tinggi karena memerlukan bahan baku berupa asam dan
basa relatif lebih banyak.
2.2.2.5 Rute II (esterifikasi transesterifikasi)
Seperti pada rute I, Rute ini juga menggunakan dua reaksi, yaitu esterifikasi dan
transesterifikasi, namun pada rute ini reaksi esterifikasi dilakukan sebelum reaksi
tranesterifikasi. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan asam lemak bebas sekaligus
menambah perolehan biodiesel. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan dengan katalis
homogen maupun heterogen. Esterifikasi dengan katalis homogen menghasilkan produk
yang bersifat asam sehingga sebelum reaksi transesterifikasi, kelebihan asam ini harus
dinetralkan terlebih dahulu. Penetralan dapat dilakukan dengan penambahan basa atau
menggunakan resin penukar anion. Penetralan menggunakan basa menghasilkan garam
yang dapat menjadi pengotor, hal ini tidak terjadi pada penetralan menggunakan penukar
ion.
Reaksi esterifikasi menghasilkan produk samping berupa air. Air harus dipisahkan
sebelum reaksi transesterifikasi. Pemisahan ini dapat dilakukan dengan penguapan atau
menggunakan absorber.
Umpan masuk reaktor transesterifikasi berupa trigliserida, ester, dan pengotor.
Trigliserida direaksikan dengan metanol menghasilkan ester dan gliserin. Reaksi
transesterifikasi dapat dilakukan dua tahap untuk mendapatkan konversi tinggi. Pada
reaksi dua tahap, pemisahan gliserin dilakukan diantara kedua reaksi. Pemisahan gliserin
ini berguna untuk menggeser kesetimbangan ke kanan sehingga konversinnya menjadi
lebih tinggi.
Reaksi transesterifikasi menghasilkan produk samping berupa gliserin. Ester dan gliserin
tidak saling larut sehingga dapat dipisahkan dengan dekantasi. Fasa ester dimurnikan
lebih lanjut untuk mendapatkan biodiesel yang sesuai dengan standard mutu yang
disyaratkan. Fasa ester masih mengandung pengotor-pengotor, seperti : sisa katalis,
garam, metanol, dan pengotor lainnya. Pemurnian fasa ester alkil dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu pencucian dengan air atau menggunakan penukar ion.

2.2.2.6 Rute III (esterifikasi dengan metanol superkritik)

Metanol superkritik adalah metanol yang berada pada kondisi diatas temperatur dan
tekanan kritiknya, yaitu 350 oC dan 30 MPa. Esterifikasi dengan metanol superkritik
mempunyai beberapa keunggulan yaitu waktu yang diperlukan untuk mencapai konversi
yang diinginkan jauh lebih kecil daripada dengan cara konvensional dan proses
pemisahan produknya lebih mudah karena tidak menggunakan katalis, sehingga tidak
ada pengotor berupa katalis sisa. Namun, esterifikasi ini juga mampunyai kelemahan
yaitu kondisi operasi harus pada temperatur dan tekanan tinggi.
2.2.2.7 Status-quo teknologi
Produksi biodiesel telah dikembangkan secara komersial di Eropa dan Amerika Utara,
dan produksinya terutama berdasarkan metode katalis alkali. Namun, untuk limbah
minyak kualitas rendah, kombinasi proses dengan katalis asam telah dikembangkan
dengan teknologi mereka sendiri yang tidak diungkapkan. Karena jumlah bahan baku
yang terbatas di Jepang, pengembangan teknologi baru diharapkan dapat menangani
limbah minyak kualitas rendah untuk dikonversi menjadi biodiesel berkualitas tinggi.
Keunggulan Biodiesel
Keunggulan biodesel adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai angka setana yang tinggi (diatas 50)
yaitu : bilangan yang menunjukkan kualitas pembakaran bahan bakar atau bilangan
yang menunjukkan kecepatan bakar bahan bakar didalam ruang mesin. Semakin
tinggi angaka setana waktu tunda pembakaran semakin pendek.
2. Tidak mengandung sulfur dan benzena.
3. Dapat digunkan untuk semua motor diesel tanpa modifikasi.
4. Dihasilkan dari sumber daya terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya
terjamin , dapat diperbaharui dan biodegradable.
5. Biodiesel dapat dicampur dengan solar, biodiesel pada campuran 20% dengan solar
dapat mengurangi partikel 30%, CO2 sebanyak 21%, dan karbohidrat total 47 %
.Biodiesel 100% dapat menurunkan emisi CO2 sampai !00%, emisi SO2 sampai
100%, emisi CO antara 10 50 % , emisi HC antara 10 50 %, (Tritoatmodjo, R.
1995).
6. Viscositasnya tinggi sehingga mempunyai sifat pelumas yang baik dari pada solar
sehingga memperpanjang umur pakai mesin.
7. Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun.
8. Mempunyai titik kilat yang tinggi sehingga lebih aman dari bahya dari
kebakaran pada saat disimpan dan maupun pada saat didistribusikan.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis
yang berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan bahan
bakar fosil).
2. Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi bentuk
yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa, konversi kimia dari
biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa.
3. Termokimia merupakan penerapan termodinamika untuk kimia. Konversi biomassa
secara termokimia salah satunya adalah produksi biodiesel.

Anda mungkin juga menyukai