Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya penting bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup
lainnya. Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan pembangunan, telah meningkatkan
kebutuhan air. Di lain pihak, ketersediaan air dirasakan semakin terbatas, di beberapa tempat
bahkan sudah dapat dikategorikan berada dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor seperti pencemaran, penggundulan hutan, kegiatan pertanian yang mengabaikan
kelestarian lingkungan dan berubahnya fungsi daerah tangkapan air.
Air sebagai penopang pembangunan dewasa ini (bahkan sudah dirasakan sejak lama)
semakin terancam keberadaannya, baik dan segi kuantitas maupun kualitasnya. Hal tersebut sebagian
besar diakibatkan oleh ulah manusia yang kurang arif terhadap lingkungan sehingga berpengaruh
terhadap sumberdaya air, bahkan akhirnya berdampak negatif terhadap manusia sendiri.
Sumberdaya air sebagai bagian dari sumberdaya alam (natural resources), di dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1999 2004 disebutkan diarahkan sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal,
serta penataan ruang yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.
UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) menyebutkan bahwa pendayagunaan sumber daya air
harus ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pengertian yang terkandung di
dalam amanat tersebut adalah bahwa negara bertanggungjawab terhadap ketersediaan dan
pendistribusian potensi sumberdaya air bagi seluruh masyarakat Indonesia, dan dengan demikian
pemanfaatan potensi sumberdaya air harus direncanakan sedemikian rupa sehingga memenuhi
prinsip-prinsip kemanfaatan, keadilan, kemandirian, kelestarian dan keberlanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang di maksud dengan hidrologi?
2.
Bagaimana siklus hidrologi ?
3.
Unsur-unsur utama dalam siklus hidrologi ?
4.
Bagaimana hubungannya dengan siklus hidrologi dan sumber daya air ?
5.
Bagaimana masalah-masalah pengelolaan sumber daya air ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang di harapakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1.
Dapat memahamai definisi dari hidrologi itu sendiri.
2.
Dapat mengerti hubungannya dengan siklus hidrologi dan sumber daya air.
3.
Dapat mengetahui unsur unsur utama dalam siklus hidrologi.
4.
Dapat mengetahui hubungannya dengan siklus hidrologi dan sumber daya air
5.
Menambah pengetahuan tentang masalah-masalah pengelolaan sumber daya air.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrologi
Hidrosfer berasal dari kata hidros = air dan sphere = daerah atau bulatan. Hidrosfer dapat
diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi
samudera, laut, danau, sungai, gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer.

Diperkirakan hampir tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan
bumi kita ini adalah planet air.
Hidrologi berasal dari bahasa Yunani, Hydrologia, yang berarti "ilmu air". Hidrologi adalah
ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, padat, gas) pada, dalam atau diatas
permukaan tanah termasuk di dalamnya adalah penyebaran daur dan perilakunya, sifat-sifat
fisika dan kimia, serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri.
2.2 Siklus Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu tentang kehadiran dan gerakan air di alam. Pada prinsipnya,
jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus
Hidrologi adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer
(udara), ke darat dan kembali lagi ke laut, seperti digambarkan pada Gambar 2.1.

Siklus hidrologi menurut Suyono (2006) adalah air yang menguap ke udara dari
permukaan tanah dan laut, berubah menjadi awan sesudah melalui beberapa proses dan
kemudian jatuh sebagai hujan atau salju ke permukaan laut atau daratan.
Sedangkan siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah gerakan air laut ke udara,
yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan
akhirnya mengalir ke laut kembali. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Siklus atau daur merupakan suatu perputaran atau lingkaran suatu hal yang terjadi secara
terus menerus dan berkesinambungan. Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan
3

berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Daur/siklus hidrologi atau siklus air, merupakan
sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air di bumi dimana air dapat berpindah dari darat ke
udara kemudian ke darat lagi bahkan tersimpan di bawah permukaan dalam tiga fasenya yaitu
cair (air), padat (es), dan gas (uap air). Hal ini menunjukkan bahwa volume air di permukaan
bumi sifatnya tetap. Daur hidrologi merupakan salah satu dari daur biogeokimia. Siklus hidrologi
memainkan peran penting dalam cuaca, iklim, dan ilmu meteorologi. Keberadaan siklus
hidrologi sangat significant dalam kehidupan. Meskipun tetap dengan perubahan iklim dan
cuaca, letak mengakibatkan volume dalam bentuk tertentu berubah, tetapi secara keseluruhan air
tetap. Siklus air secara alami berlangsung cukup panjang dan cukup lama. Sulit untuk
menghitung secara tepat berapa lama air menjalani siklusnya, karena sangat tergantung pada
kondisi geografis, pemanfaatan oleh manusia dan sejumlah faktor lain.
Siklus hidrologi dibedakan ke dalam tiga jenis yaitu:
1. Siklus Pendek
Air laut menguap kemudian melalui proses kondensasi berubah menjadi butir-butir air
yang halus atau awan dan selanjutnya hujan langsung jatuh ke laut dan akan kembali

berulang.

Siklus pendek merupakan suatu proses peredaran air dengan jangka waktu yang relatif cepat.
Proses ini biasanya terjadi di laut. Air laut mengalami evaporasi (penguapan), karena adanya
panas dari sinar matahari. Uap air dari evaporasi naik ke atas sampai pada ketinggian tertentu
dan mengalami kondensasi sehingga terbentuk awan. Awan semakin lama semakin besar, maka
turunlah sebagai hujan di atas laut. Air yang turun ini kembali menjadi air laut yang akan
mengalami evaporasi lagi.

2. Siklus Sedang
Air laut menguap lalu dibawa oleh angin menuju daratan dan melalui proses kondensasi
berubah menjadi awan lalu jatuh sebagai hujan di daratan dan selanjutnya meresap ke dalam
4

tanah lalu kembali ke laut melalui sungai-sungai atau saluran-saluran air. Air laut mengalami
evaporasi menuju atmosfer, dalam bentuk uap air karena panas sinar matahari. Angin yang
bertiup membawa uap air laut ke arah daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air yang berasal dari
evaporasi air laut, sungai, dan danau terkumpul makin banyak di udara. Suatu saat uap air
menjadi jenuh dan mengalami kondensasi, kemudian menjadi hujan. Air hujan yang jatuh di
daratan selanjutnya mengalir ke parit, selokan, sungai, danau, dan menuju ke laut lagi.

3. Siklus Panjang
Air laut menguap, setelah menjadi awan melalui proses kondensasi, lalu terbawa oleh
angin ke tempat yang lebih tinggi di daratan dan terjadilah hujan salju atau es di pegununganpegunungan yang tinggi. Bongkah-bongkah es mengendap di puncak gunung dan karena gaya
beratnya meluncur ke tempat yang lebih rendah, mencair terbentuk gletser lalu mengalir melalui
sungai-sungai kembali ke laut. Panas sinar matahari menyebabkan evaporasi air laut. Angin
membawa uap air laut ke arah daratan dan bergabung bersama dengan uap air yang berasal dari
danau, sungai, dan tubuh perairan lainnya, serta hasil transpirasi dari tumbuhan. Uap air ini
berubah menjadi awan dan turun sebagai presipitasi (hujan). Air hujan yang jatuh, sebagian
meresap ke dalam tanah (infiltrasi) menjadi air tanah. Adakalanya presipitasi tidak berbentuk
hujan, tetapi berbentuk salju atau es. Sebagian air hujan diserap oleh tumbuhan serta sebagian
lagi mengalir di permukaan tanah menuju parit, selokan, sungai, danau, dan selanjutnya ke laut.
Aliran air tanah ini disebut perkolasi dan berakhir menuju ke laut. Air tanah juga dapat muncul
ke permukaan menjadi mata air. Siklus panjang merupakan siklus yang berlangsung paling lama
dan prosesnya paling lengkap.

2.3 Unsur-Unsur Siklus Hidrologi


Beberapa unsur dalam siklus hidrologi :
1. Presipitasi
Prespitasi yaitu uap air yang jatuh ke permukaan bumi. Sebagian besar presipitasi terjadi
sebagai hujan, tetapi di samping itu, presipitasi juga menjadi salju, hujan es (hail), kabut menetes
(fog drip), graupel, dan hujan es (sleet). Sekitar 505.000 km3 (121.000 cu mil) air jatuh sebagai
presipitasi setiap tahunnya, 398.000 km3 (95.000 cu mi) dari terjadi di atas lautan.
2. Canopy intersepsi
Pengendapan yang dicegat oleh dedaunan tanaman dan akhirnya menguap kembali ke
atmosfer daripada jatuh ke tanah.
3. Evaporasi
Penguapan dari badan air secara langsung
4. Transpirasi
Penguapan air yang terkandung dalam tumbuhan
5. Respirasi
Penguapan air dari tubuh hewan dan manusia
6. Evapotranspirasi
Perpaduan evaporasi dan transpirasi
7. Kondensasi
Proses perubahan wujud uap air menjadi titik-titik air sebagai hasil pendinginan
8. Infiltrasi
6

Air yang jatuh ke permukaan tanah dan meresap ke dalam tanah. Setelah disusupi, air
menjadi kelembaban tanah (soil moisture) atau air tanah (groundwater).
9. Perkolasi
Air yang meresap terus sampai ke kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau
groundwater.
10. Run off
Air yang mengalir di atas permukaan tanah melalui parit, sungai, hingga menuju ke laut.
Berbagai cara di mana air bergerak di seluruh negeri. Ini mencakup baik limpasan permukaan
(surface run off) dan limpasan saluran (channel run off). Karena mengalir, air dapat merembes ke
dalam tanah, menguap ke udara, atau disimpan di danau atau waduk, atau diekstraksi untuk
keperluan manusia lainnya.
Di dalam siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah
proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses berubahnya
uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang ada dipermukaan bumi
seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar 1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera
dan sisanya terjadi sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan padat (es
atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat menakjubkan. Jika terjadi
perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es yang disebut membeku (freezing), atau
sebaliknya es akan berubah menjadi air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair
tersebut dapat pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km 3 air di muka bumi berubah menjadi gas ke
dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air laut berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000
km3 setiap hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk penguapan dari
tanaman yang disebut dengan Transpiration).

Uap air yang terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi).
Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es, lama kelamaan
semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya sehingga jatuh ke bumi sebagai
hujan (precipitation). Butiran2 air atau kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara
karena amat kecil disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar 500.000
km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan.
Persebaran air yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut 97,5
%, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap air 0,001 %.

2.4 Manfaat Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi ini merupakan siklus alami yang banyak mengandung manfaat. Manfaat
siklus hidrologi diantaranya :
1. Wash Biosfer
Biosfer merupakan tempat hidup makhluk hidup tumbuhan, hewan termasuk manusia.
Biosfer terdiri dari litosfer (batuan/daratan), hidrosfer (air), dan atmosfer (udara). Dalam
perjalanannya siklus hidrologi melewati ke tiga tempat tersebut, yaitu litosfer, hidrosfer, dan
atmosfer. Air merupakan pelarut universal yang sangat baik, apa yang apa yang dilalui akan
dilarut oleh air, kecuali cairan seperti minyak. Pada saat pertama kali air mengalami siklus
hidrologi, air sungai, laut, danau, dsb mengalami penguapan. Hasil penguapan merupakan air
yang relatif bersih. Air bersih ini sebagai bahan dasar untuk mencuci biosfer. Ketika perjalanan
8

ke atmosfer, air akan melarut partikel debu, gas (NOx, SOx), aerosol, fume, fog dsb, demikian juga ketika air
menjadi titik air awan ataupun presipitasi. Semua yang ada di atmosfer dilarutkan dan diikat oleh air untuk
dibawa ke permukaan bumi, sehingga atmosfera menjadi bersih alami. Awan di atmosfer merupakan air yang
bermuatan listrik sehingga pertemuan awan yang satu dengan lainnya menimbulkan kilat maupun petir. Petir
sangat bermanfaat untuk terjadinya fiksasi sehingga terbentuk N2 yang berguna pada siklus Nitrogen. Sebelum
mencapai permukaan tanah air hujan sebagian mengenai dedaunan yang telah tertutup debu atau partikel Pb
pada tanaman di jalan raya, debu kapur pada daerah industri kapur, semen, dsb akan terbersihkan, sehingga daun
dapat melalukan fotosintesis dengan sempurna, stomata daun akan terbuka, penguapan daun menjadi tidak
terganggu. Demikian juga perlakukan terhadap atap rumah. Bentuk dan posisi daun beraneka ragam, sangat
mempengaruhi jatuhnya air hujan ke tanah. Air hujan yang jatuh ke bumi dengan kekuatan gravitasi tertentu akan
membuka sebagian tipis lapisan topsoil. Air yang jatuh di daratan sebagian mengalami perkolasi masuk dalam
tanah sebagai air tanah dan sebagian lagi sebagai air permukaan (run off). Pada saat mengalir, air akan melarutkan
unsur-unsur mineral yang terdapat pada batuan tanah. Air di permukaan akan melarutkan unsur hara pada
permukaan tanah, termasuk sisa atau kelebihan kegiatan pertanian, permukiman dan industri. Ketika air sungai
masuk daerah permukiman, air akan melarutkan limbah domestic, misalnya detergen, minyak, ekskreta, sampah,
dll. Ketika memasuki daerah pertanian sisa-sisa pupuk dilarutkan, pestisida, dsb. Masuk daerah industri akan
melarutkan limbah industri, misalnya minyak, pewarna, amoniak, dsb. Sedangkan air tanah baik air tanah bebas
ataupun air tanah tertekan mengalir menuju lautan dengan melarutkan mineral batuan yang ada pada tanah.Semua
aliran air akhirnya terhenti pada danau atau laut. Endapan-endapan mineral yang berlebihan menimbulkan air laut
penuh dengan unsur-unsur mineral, salah satunya garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin.
Bahan bawaan air lainnya akan diendapkan secara berlahan di dasar laut. Unsur-unsur hara batuan tanah akan di
dorong dengan gelombang laut menuju pantai sehingga terbentuk delta daratan yang subur. Bahan-bahan unsur
pencemaran yang terbawa air secara alaminya akan terdegradasi dengan sendiri selama tidak melebihi ambang
batas kemampuan air atau air akan melakukan mekanisme pencucuian dirinya sendiri.

2. Water Move Position


Jumlah air di bumi relatif stabil, tidak bertambah tidak berkurang, hanya posisi / tempat dan kualitasnya
yang berubah. Air secara keseluruhan yang ada di dunia sebanyak 1.362.000.000 km3, yang terdiri samudra
(97,2%), es/gleser (2,15%), air tanah (0,61%), air permukaan (0,05%), danau air tawar (0,009%), laut / danau asin
(0,008%), sungau, atmosfera, dll (0,073%).
9

Jadi air yang dapat dimanfaatkan langsung sekitar 2,8% air di dunia. Secara teoritis semua air di bumi
kondisinya statis, oleh karena panas matahari, panas bumi, tinggi rendah permukaan bumi, sehingga air bergerak
mengikuti hokum siklus hidrologi. Secara langsung siklus hidrologi memutar atau memindahkan air dari berbagai
tempat. Semula di daratan, di lautan, dipindahkan ke udara, ke tanah dsb. Pada masing-masing tempat / posisi air
memiliki kemanfaatan yang berbeda-beda, tergantung dari kemampuan manusia mendayagunakan. Menurut
Lamb James C (Juli Soemirat, 1996, 79), air yang ikut sirkulasi siklus hidrologi hanya 521.000 km3/th(0,038%
total keseluruhan air). Sirkulasi air dalam proses siklus hidrologi pada evaporasi/penguapan sebanyak 521.000
km3 /th yang berasal dari 84% evaporasi lautan dan 14% evaporasi daratan, namun ketika presipitasi yang jatuh
ke lautan 80% dan 20% jatuh ke daratan. Dibanding antara proporsi evaporasi dan presipitasi di daratan ada beda
6% atau sekitar 31.260 km3/th. Keadaan tersebut dikarenakan di daratan terdapat gunung-gunung dan bukit-bukit
dataran tinggi yang dapat menahan awan dan terjadi kondesasi serta presipitasi di daerah pegunungan, sehingga air
akan mengaliri sungai dan air bawah tanah menuju dataran rendah sampai ke laut. Di dataran rendah yang datar
dan lautan secara acak adalah seimbang antara evaporasi dan presipitasi. Kondisi kelebihan presipitasi dari
evaporasi tersebut seimbang dengan air sungai atau air bawah yang mengalir sampai menuju atau masuk ke laut.

3. Water Suply
Air yang ikut sirkulasi siklus hidrologi hanya 521.000 km3/th, yang berarti 1,427.1015 liter/hari. Bila
penduduk bumi 6 milyar dan kebutuhan air 200 liter/hari, maka akan membutuhkan air 1,2.1012liter/hari,
sedangkan air yang ikut sirkulasi sebesar 1,427.1015 liter/hari. Jadi masih ada kelebihan air yang dimanfaatkan
oleh tumbuhan dan hewan lainnya yang tidak akan mengganggu kondisi air yang sedang mengalir di sungai, air
bawah tanah, danau, dan keberadaan laut. Dalam sirkulasi hidrologi, air melalui berbagai tempat. Terutama di
daratan baik yang melalui permukaan atau bawah tanah. Berdasarkan hitungan di atas jumlah air sangat memadai
untuk memenuhi kebutuhan manusia, hewan ataupun tumbuhan. Namun memang tiap daerah berbeda-beda
kualitas dan kauntitasnya, ada kekurangan, kecukupan dan kelebihan, tetapi secara total masih sangat mencukupi.
Penduduk pegunungan tidak perlu menuju laut untuk memenuhi kebutuhan airnya, cukup menanti hujan atau
aliran permukaan atau mengambil di pancuran atau di telaga. Pendudukan perkotaan yang datar, cukup
mengambil air dari air bawah tanah atau menjernihkan dari air permukaan. Semua kebutuhan air tercukupi baik
dari segi jumlah maupun tempatnya.

10

4. Resource Life
Air merupakan kebutuhan mutlak setiap makluk hidup. Tanpa ada air mustahil ada kehidupan. Setelah
bumi terbentuk, kemudian mendingin mengkerut, mulai terbentuk air yang mengisi keriput-keriput bumi. Titik
air baru terbentuk sebagai aktifitas gunung berapi. Air saat itu masih tawar dan belum ada kehidupan.
Kemudian karena adanya panas matahari, panas bumi dan sifat air mulailah terbentuk penguapan, awan, hujan,
air tanah, sungai danau, dan laut, sehingga sempurnalah siklus hidrologi. Kehidupan pertama kali terbentuk
dari adanya petir dari pertemuan dua awan, yang mengenai permukaan air tawar, sinar ultra violet, panas dan sinar
radiasi (Hendro Darmodjo, 1984/1985, 4). Saat itu mulailah terbentuk unsur-unsur kehidupan dan akhirnya
terbentuk mahkluk sederhana di dasar air tawar. Kemudian secara evolusi terjadilah makhluk seperti sekarang
ini.Sampai sekarang air merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari suatu makhluk hidup atau kehidupan.
Suatu mikroorganisme, bijian kurang dapat berkembang atau tidak aktif dalam kondisi kering tidak ada air, ketika
air ada bijian mulai tumbuh, mikroorganisme mulai aktif. Bahkan pada litosfer yang kering kerontang, hampir
dapat dipastikan kehidupan di sana berjalan lamban, kurang beraktifitas, lambat berkembang, namun begitu ada
air semua kehidupan menunjukkan jati dirinya sebagai makhluk hidup.

5. Resource Energy
Siklus hidrologi memungkin air hujan jatuh di pegunungan atau dataran tinggi. Oleh karena gravitasi air
mengalir menuju tempat yang rendah. Perbedaan ketinggian daratan yang dilalui air akan mengakibatkan
kekuatan air untuk mengalir lebih kuat, semakin tinggi menuju ke rendah semakin kuat kekuatan air. Kekuatan
air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Pada kekuatan yang cukup oleh penduduk dimanfaatkan
untuk memutar kincir, menumbuk, sedangkan pada kekuatan yang besar dapat digunakan untuk memutar turbin
penghasil listrik yang dapat dinikmati di rumah kita saat ini.

6. Obyek Wisata
Kabut di pegunungan, air terjun, awan yang tebal, hujan gerimis, danau, aliran sungai, sungai bawah
tanah, stalaktit, stalakmit, mata air, sumur artesis, gelombang laut, semuanya merupakan bagian dari siklus
hidrologi. Keadaan itu semua terbentuk oleh adanya siklus hidrologi ribuan tahun, dan sekarang keindahannya

11

dapat dijadikan obyek wisata yang menarik. Dapat dibayangkan bila air tidak mengalir mengikuti siklus hidrologi,
semua keadaan tersebut di atas tidak akan ada.
Manfaat lain adanya siklus hidrologi diantaranya :
- Sebagai sarana transportasi aliran sungai, lautan, danau
- Untuk menjadi kelembaban atmosfer maupun litosfer
- Membentuk musim
- Mempengaruhi iklim, pergerakan udara/angin
- Menyebarkan berbagai mikroorganisme, biji-bijian, dsb.
2.5
2.5.1

Jenis-Jenis Perairan Daratan


Sungai
Sungai adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara

di laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran yang bersumber
dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan, limpasan dari anak2 sungai, dan
limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula sungai2
yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun yang amat kering. Di
Australia, sungai jenis ini disebut creek dan di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2
sungai ini berisi air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung-palung yang
kering. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap ke dalam
tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.
Besarnya volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat di bagian hulu,
sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang besar berarti debit airnya besar,
sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Iklim
Unsur iklim sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan
(Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air yang ada dalam
sungai.
Pada saat musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang
mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir. Tetapi sebaliknya,
12

pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat penguapan meningkat sehingga
debit air semakin kecil.
2. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Luas dan ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air sungai.
Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk menerima,
menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai. Contoh : hujan
yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya ke sungai, misalnya sungai Kapuas.
Bagian permukaan bumi yang menerima air hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas
disebut DAS Kapuas. Das biasanya dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan.
DAS yang luas berarti memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air
sungai yang mengalir pada DAS itu akan lebih besar.
A. Bentuk atau Tipe Sungai
Ada berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
1. Sungai Consequent Lateral, yakni sungai yang arah alirannya menuruni lereng2 asli
yang ada di permukaan bumi seperti dome, blockmountain, atau dataran yang baru
terangkat.
2. Sungai Consequent Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan
antiklinal (bagian puncak gelombang pegungungan).
3. Sungai Subsequent, yakni sungai yang terjadi jika pada sebuah sungaiconsequent
lateral terjadi erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga
sungai tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas lembahnya.
Akibatnya akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah patahan).
4. Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar yang
menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat
mengikis lapisan2 penutup dan memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga
sungai itu menempuh jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.

13

5. Sungai Antecedent, yakni sungai yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi
pangangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut
berjalan dengan lambat.
6. Sungai Resequent, yakni sungai

yang mengalir menuruni dip slope(kemiringan

patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent lateral.
Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan sering merupakan anak
sungai subsequent.
7. Sungai Obsequent, yakni sungai yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi
berlawanan dengan dip dari formasi2 patahan.
8. Sungai Insequent, yakni sungai yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata.
Sungai ini tidak mengalir mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir
dengan arah tidak tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
9. Sungai Reverse, yani sugai yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan
suatu pengangkatan, sehingga mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
10. Sungai Composit, yakni sungai yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur
geologinya. Kebanyakan sungai yang besar merupakan sungaicomposit.
11. Sungai Anaclinal, yakni sungai yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat
terangkat dan arah pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
12. Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air dari daerah yang berlawanan
geomorfologinya.
B. Pola Aliran Sungai
Ada berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
1. Pararel, adalah pola aliran yang terdapat pada suatu daerah yang luas dan miring sekali,
sehingga gradient dari sungai itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat
yang terendah dengan arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk
pada suatu coastal plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring
sekali kea rah laut.
14

2. Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat pada daerah yang mempunyai struktur
patahan, baik yang berupa patahan sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini
merupakan pola aliran siku2.
3. Angulate, adalah pola aliran yang tidak membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau
lebih besar dari 90o. di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2
patahan.
4. Radial Centrifugal, adalah pola aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru
mencapai stadium muda dan pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
5. Radial Centripetal, adalah pola aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera
dari gunung berapi atau depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi
tersebut.
6. Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk seperti trails. Di sini sungai mangalir
sepanjang lembah dari suatu bentukan antiklin dan sinklin yang pararel.
7. Annular, adalah variasi dari radial pattern. Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang
sudah mencapai stadium dewasa dan sudah timbul sungai consequent, subsequent,
resequent dan obsequent.
8. Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang atau akar tanaman. Terdapat pada daerah
yang batu2annya homogen, dan lereng2nya tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya tidak
cukup mempunyai kekuatan untuk menempuh jalan yang lurus dan pendek.

15

C.

Macam-Macam Sungai

Berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :


1. Sungai Episodik,
Yaitu sungai yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada
musim penghujan. Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan
Kalimantan.
2. Sungai Periodik,
Yaitu sungai yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim
kemarau kering tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur, Nusa
Tenggara, dan Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari
daerah2 yang hutannya sudah gundul.
Berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
1. Sungai Tadah Hujan,
Yaitu sungai yang volume airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di Pulau
Jawa.
2. Sungai Campuran atau Sungai Kombinasi,
Yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan gletser (salju yang mencair,
kemudian mengalir) oleh karena itu jika sungai mata airnya dari gletser disebut sungai
gletser. Contohnya sungai Mamberema di Irian Jaya.
D. Bagian-bagian pada daerah aliran sungai
1. Bagian Hulu Sungai
Yaitu bagian sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda,
dengan ciri2 :
Pengikisan kearah dalam atau vertikal.
Aliran airnya deras
Tebingnya curam
Tidak terjadi proses pengendapan/sedimentasi
Belum terdapat teras2 sungai.
2. Bagian Tengah Sungai
Yaitu bagian antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan
ciri2 :

Pengikisan ke arah dalam dan samping


Alirannya kurang begitu jelas
Banyak terjadi pengendapan
Terdapat teras2 sungai.
Terbentuknya pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
16

3. Bagian Hilir Sungai


Yaitu bagian sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
Pengikisan tidak terjadi
Aliran air tenang
Banyak terjadi pengendapan
Teras2 sudah tidak jelas
Sungai banyak berkelok-kelok
Terdapat beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
2.5.2

Danau
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk

mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air tanah. Keempat
sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai air pada danau. Dalam hal
demikian biasanya danau itu bersifat permanen, artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya,
jika sumber air pengisi danau itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka
danau itu umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2 tertentu
kering.
Macam-macam danau :
1. Menurut macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
a. Danau Air Asin.
Pada umumnya danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid, di mana
penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran. Kalau danau
semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar danau tersebut.
Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid yang mempunyai kadar
garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah Great Salt Lake, kadar
garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut asam), kadar garamnya 32 %.
b. Danau Air Tawar.
Danau air tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah hujan
tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan selalu
mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau terbuka.

2. Menurut terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
a. Danau Vulkanik/Kawah/Maar,
17

Yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung berapi yang menimbulkan kawah
luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi oleh air hujan dan terbentuklah
danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan Gunung Batur.
b. Danau Lembah Gletser,
Setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui gletser menjadi kering dan
diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air itu tak berhubungan dengan laut, maka
lembah itu akan menjadi danau. Contohnya: danau Michigan, danau Huron, Superior,
Erie, dan danau Ontario.
c. Danau Tektonik,
Adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang mengakibatkan
terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan yang cukup besar.
Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci dll.
d. Danau Dolina/Karst,
Adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur, sehingga membentuk
cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau ini banyak ditemukan di
daerah pegunungan kapur.
e. Danau Hempangan/Bendungan,
Adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah sungai terbendung oleh lava, sehingga
airnya menggenang dan terbentuklah danau. Contohnya danau laut tawar di Aceh dan
Tondano.
f. Danau Buatan,
Adalah danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan,
pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan, Proyek

2.5.3

Asahan dll.
Manfaat danau antara lain :
Sumber energi pembangkit tenaga listrik.
Sebagai sarana transportasi dan rekreasi.
Tempat untuk menyalurkan hobi (memancing).
Tempat budidaya ikan, udang, dan kepiting.
Sumber air minum bagi mahluk hidup.
Sumber air bagi pengairan (sawah).
Sebagai tempat olahraga,
Tempat riset dan penelitian.

Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang

merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.

18

Rawa adalah perairan yang cukup luas yang terdapat di dataran rendah dengan sumber air
dari air hujan, air laut dan atau berhubungan atau tidak berhubungan dengan sungai, relatif tidak
dalam, berdasar lumpur dan atau tumbuhan membusuk, banyak terdapat vegetasi baik yang
mengapung dan mencuat maupun tenggelam.
Rawa dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1. Rawa yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai
lahan pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang airnya
selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya sangat asam. Derajat
keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang dengan warna air kemerah-merahan.
2. Rawa yang airnya tidak selalu tergenang
Rawa jenis ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air
laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat adanya pergantian air
tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu tinggi sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa
memiliki tanah yang tidak terlalu asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.
2.5.4

Air Tanah
Air tanah adalah air yang terletak di bawah permukaan tanah di tanah pori ruang dan

dalam fraktur formasi batuan. Sebuah unit batuan atau deposit tidak dikonsolidasi disebut akuifer
ketika dapat menghasilkan kuantitas yang dapat digunakan air. Kedalaman di mana ruang pori
tanah dan rongga dalam batuan menjadi benar-benar jenuh dengan air disebut muka air . Air
tanah diisi dari, dan akhirnya mengalir kepermukaan secara alami, debit alam sering terjadi di
mata air dan rembesan, dan dapat membentuk oasis atau lahan basah . Air tanah juga sering
digunakan untuk pertanian, kota dan industri digunakan oleh membangun dan mengoperasikan
ekstraksi sumur .
Biasanya, air tanah dianggap sebagai air cair yang mengalir melalui akuifer dangkal,
namun secara teknis juga dapat mencakup kelembaban tanah, permafrost (tanah beku), air
bergerak di permeabilitas batuan dasar yang sangat rendah, dan mendalam panas bumi atau
minyak formasi air. Air tanah dihipotesiskan untuk memberikan pelumasan yang mungkin dapat
mempengaruhi pergerakan kesalahan. Kemungkinan bahwa banyak dari bawah permukaan bumi
berisi air, yang mungkin dicampur dengan cairan lain dalam beberapa kasus.
19

Sebuah akuifer adalah lapisan substrat berpori yang berisi dan transmit air tanah. Ketika
air dapat mengalir langsung antara permukaan dan zona jenuh dari suatu akuifer, akuifer tersebut
adalah bebas. Bagian lebih dalam akuifer terkekang biasanya lebih jenuh karena gravitasi
menyebabkan air mengalir ke bawah.
Substrat dengan porositas rendah yang memungkinkan transmisi terbatas airtanah dikenal
sebagai akuitar . Sebuah akiklud adalah substrat dengan porositas yang sangat rendah maka
hampir kedap air tanah. Sebuah kasus aquifer tertekan adalah akuifer yang ditutupi oleh suatu
lapisan kedap air yang relatif batuan atau substrat seperti akiklud atau akuitar. Jika tertekan
mengikuti kelas bawah dari perusahaan zona resapan air , air tanah bisa menjadi bertekanan
sebagai mengalir. Hal ini dapat membuat sumur artesis yang mengalir bebas tanpa perlu pompa
dan naik ke ketinggian lebih tinggi dari tabel air statis di bebas.
Macam-macam Air Tanah Berdasarkan Formasi Biologis :
1. Air Tanah Dangkal ( Air Tanah Freaktik )
Air tanah dangkal adalah air tanah yang terjadi dari air hujan yang meresap ke dalam
tanah dan berkumpul di atas lapisan kedap air (impermeable) yang paling dekat ke permukaan
bumi. Kedalaman air tanah freaktik pada setiap tempat berbeda-beda dan penampang air tanah
pada setiap tanah berbeda-beda.
2. Air Tanah Dalam (Air Tanah Artesis)
Air tanah dalam adalah air tanah yang berada pada lapisan batuan yang porous (lolos air).
Lapisan air tersebut berada di antara dua lapisan batuan yang tidak tembus air. Apabila seseorang
membuat sumur sampai pada air tanah dalam, maka sumur tersebut relative tidak akan
mengalami kekeringan walaupun pada musim kemarau. Air tanah dalam memungkinkan untuk
menjadi sumber air artesis, yaitu apabila mendapat tekanan yang cukup tinggi.
Macam-macam Air Tanah Berdasarkan asal-usulnya
1. Air tanah yang berasal dari atmosfer disebut meteoric water (vados water), yaitu air tanah
ber asal dari hujan dan pencairan salju.
2. Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya:
Air tanah turbir (conate water), yaitu air tanah yang tersimpan di dalam batuan

sedimen
Air tanah juvelin (juvelin water), yaitu air tanah yang bersumber dari air yang naik
dari maagma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.
20

2.6 Perairan di Laut


Tidak hanya perairan darat saja, perairan laut juga termasuk ke dalam pembahasan
hidrosfer. Menurut proses terjadinya, laut bisa di klasifikasi menjadi tiga yaitu:
1. Laut Regresi
Yaitu laut yang menyempit pada waktu zaman es, terjadi penurunan permukaan air laut.
Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul pada zaman glasial merupakan daratan.
Dangkalan Sunda merupakan bagian dari Benua Asia, sedangkan dangkalan Sahul
merupakan bagian dari Benua Australia. Pada waktu air surut ada bagian dari laut yang
masih merupakan laut karena dalamnya, laut inilah yang dinamakan laut regresi.
Contohnya Laut Banda dan Selat Makassar.
2. Laut Transgresi
Yaitu laut yang terjadi karena genangan air laut terhadap daratan akibat kenaikan tinggi
permukaan air laut yang mencapai kurang lebih 70 m pada zaman es. Inilah yang
menyebabkan dataran rendah di Indonesia Timur atau Barat tergenang air laut dan
sekarang menjadi laut dangkal. Contoh: Laut Jawa, Selat Sunda, Selat Karimata, Laut
Cina Selatan, dan Laut Arafuru.
3. Laut Ingresi
Yaitu laut yang terjadi karena dasar laut mengalami gerak menurun, dapat berupa palung
laut atau lubuk laut. Contoh: Laut Banda, Laut Flores, Laut Sulawesi, dan Laut Maluku.
Sedangkan menurut letaknya, laut di bedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Laut Tepi (sub/ocean), adalah laut yang letaknya di tepi benua dan terpisah dengan lautan
oleh adanya deretan pulau. Contohnya, Laut Jepang dan Laut Cina Selatan.
2. Laut Pertengahan (middle sea) adalah laut yang terletak di antara benua, contohnya Laut
Tengah.
3. Laut Pedalaman (inland sea) adalah laut yang terletak di tengah-tengah benua (daratan).
Contohnya, Laut Hitam dan Laut Kaspia.

Dasar laut ternyata tidak rata kedalamannya. Pada umumnya, laut di pinggir benua lebih dangkal
daripada di tengah lautan. Tingkat kedalaman dasar laut adalah sebagai berikut.
1. Zona Litoral (pesisir), yaitu daerah pantai yang terletak di antara garis pasang naik dan
pasang surut.
21

2. Zona Neritik (laut dangkal), dengan ketentuan sebagai berikut.


Bagian dasar laut sampai kedalaman 200 m.

Sinar matahari masih tembus ke dasar laut.


Pada zona ini banyak binatang dan tumbuhan laut sehingga zona ini penting artinya

bagi kehidupan manusia.


Zona ini meliputi Landas Kontinen Sunda, seperti Laut Jawa, Laut Natuna, Selat

Karimata, Selat Malaka, dan Landas Kontinen Sahul yaitu Laut Arafuru.
3. Zona Batial (wilayah laut dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.
Kedalamannya antara 2002000 m.
Sinar matahari sudah tidak tembus sampai ke dasar laut, karena itu tumbuh-tumbuhan
laut jumlahnya terbatas demikian juga binatang-binatang lautnya.
4. Zona Abissal (wilayah laut sangat dalam), dengan ketentuan sebagai berikut.
Kedalamannya antara 20005000 m.
Tekanan airnya sangat besar.
Suhu sangat rendah.
Tidak terdapat tumbuhan laut.
Binatang laut sangat terbatas.
5. Zona Hadal (wilayah laut yang paling dalam), kedalamannya lebih dari 5000 m, termasuk
palung laut dan lubuk laut.

2.7 Relief Dasar Laut

22

Bentukan relief dasar laut tersebut tersebar di empat wilayah utama, yaitu Continental
Shelf, Continental Slope, Ocean Floor, dan The Deep.

a. Paparan Benua (Continental Shelf)


Landas kontinen atau paparan benua adalah wilayah laut dangkal dengan topografi relatif
datar atau landai. Kemiringan lereng paparan benua berkisar antara 01. Kedalaman landas
kontinen umumnya tidak lebih dari 200 meter. Menurut para ahli oseanografi, landas kontinen
sebetulnya merupakan wilayah kelan jutan benua yang tertutup air laut.
Contoh landas kontinen yang terdapat di negara kita, antara lain landas kontinen Asia
(Paparan Sunda) dan landas kontinen Australia (Paparan Sahul).

b. Lereng Samudra (Continental Slope)


Lereng samudra adalah zone peralihan antara paparan dan wilayah laut dalam atau dasar
Samudra. Topografi continental slope didominasi oleh lereng yang sangat curam dengan
kedalaman antara 2001.800 m. Kemiringan lereng benua umumnya berkisar antara 5 atau
lebih.

c. Dasar Samudra (Ocean Floor)


Dasar samudra adalah zone dasar Samudra yang dalam dan merupakan wilayah terluas di
muka Bumi, yaitu sekitar 59% dari seluruh permukaan Bumi. Kedalaman dasar Samudra lebih
dari 1.800 meter sebagian besar topografi dasar samudra merupakan wilayah yang datar.

d. The Deep
The deep adalah cekungan-cekungan yang sangat dalam di dasar samudra. Pada
umumnya, topografi the deep adalah berupa lubuk (basin) dan palung (trench dan trough). Lubuk
23

laut adalah bentukan dasar samudra berupa cekungan yang relatif hampir bulat, yang terjadi
akibat peme rosotan muka Bumi karena adanya tenaga endogen. Contoh lubuk laut di perairan
Indonesia antara lain basin Banda, basin Sulu, dan basin Sulawesi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meskipun air mengalami siklus hidrologi, hal itu tidak menjamin air bersih selalu
ada.Untuk itu perlu ada upaya dan kesadaran untuk menghemat air. Hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, padat, gas) pada, dalam atau diatas permukaan
tanah termasuk di dalamnya adalah penyebaran daur dan perilakunya, sifat-sifat fisika dan kimia,
serta hubungannya dengan unsur-unsur hidup dalam air itu sendiri. Siklus Hidrologi adalah suatu
proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali
lagi ke laut
3.2 Saran
Perlu ada kesadaran dari dalam diri sendiri untuk melakukan penghematan air agar
ketersediaan air terjaga hingga masa yang akan datang.

24

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://sagulan.blogspot.com/2012/11/makalah-siklus-hidrologi.html


Anonim. 2011. http://belajargeodenganhendri.wordpress.com/2011/04/13/hidrosfer/
Anonim. 2014. http://www.zonasiswa.com/2014/07/hidrosfer-lapisan-air.html
Anonim.2013.http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/hidrosfer-pengertian-prosesmanfaat-gambar.html
Anonim.2013.http://seainazka.blogspot.com/2013/04/siklus-hidrologi-dan
pengertiannya_14.html

25

Anda mungkin juga menyukai