Pengumpulan Data
Data geologi dapat dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan di tapak proyek dan sekitarnya dengan
metoda terestrial.
Data sekunder yang meliputi peta topografi, peta geologi, dan peta
hidrogeologi akan diperoleh dari intansi yang mempunyai tugas dan fungsi
membuat dan menerbitkan peta tersebut. Peta topografi dan geologi
diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (Puslitbang
Geologi), Bandung, sedangkan peta hidrogeologi dan diperoleh dari Pusat Air
Tanah dan Geologi Lingkungan, Bandung.
1. Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan
informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan,
sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat
ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci.
Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan
panjang lereng, sehingga tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci
dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan tingkat erosi, kestabilan
lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut.
Ukuran kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu
bentuklahan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985)
KEMIRINGAN
KETERANGAN
KLASIFIKASI
USSSM* (%)
KLASIFIKASI
USLE** (%)
0-2
0-2
1-2
3-7
Lereng sangat
landai
2-6
2-7
8 - 13
Lereng landai
6 - 13
7 - 12
N
LERENG
14 - 20
Lereng agak
curam
13 - 25
12 - 18
21 - 55
Lereng curam
25 - 55
18 - 24
56 - 140
KLASIFIKASI
< 15
Lereng sangat
pendek
15 - 50
Lereng pendek
50 - 250
Lereng sedang
250 - 500
Lereng panjang
> 500
Lereng sangat
panjang
-Perbedaan ketinggian
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,
karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ketinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah
untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan,
seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan
ketinggian dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut :
50 meter
UNSUR MORFOGRAFI
Dataran rendah
100 Dataran
pedalaman
100 meter
meter
200 meter
meter
500 Perbukitan
meter
rendah
500 meter
meter
1.500 meter
meter
3.000 Pegunungan
Pegunungan tinggi
KELAS RELIEF
KEMIRINGAN
LERENG
PERBEDAAN
KETINGGIAN
(%)
(m)
Datar - Hampir
datar
0 - 2
<5
Berombak
3 - 7
5 - 50
Berombak Bergelombang
8 - 13
25 - 75
Bergelombang Berbukit
14 - 20
75 - 200
Berbukit Pegunungan
21 - 55
200 - 500
Pegunungan curam
55 - 140
500 - 1.000
pegunungan
sangat curam
> 140
> 1.000
-Kemiringan lereng
Data sekunder untuk memetakan kemiringan lereng adalah topografi
skala 1 : 50.000. Data primer berupa hasil pengukuran kemiringan lereng di
lokasi-lokasi cuplikan. Data ini diperoleh dengan melakukan pengukuran
langsung di lapangan dengan menggunakan klinometer. Dari peta topografi
selanjutnya dipetakan dengan menggunakan rumus :
L=(Ci x 100)/(s x d)
Disini :
L =lereng (dalam %)
FK
FK
1
W sin
dengan :
c'
= kohesi pada tekanan efektif
'
= sudut geser dalam pada tekanan efektif
N adalah gaya normal pada dasar segmen yang bersangkutan. Nilai W, dan
l diperoleh secara langsung untuk setiap segmen, dan c dan dapat
ditentukan di laboratorium. Gaya normal (N) ini tidak dapat ditentukan
dengan cara menghitung kesetimbangan statis (karena terdapat keadaan
statis tidak tertentu), sehingga harus dipakai suatu cara pendekatan untuk
menentukan besarnya .
Pada Metode Bishop, besarnya diperoleh dengan menguraikan gaya-gaya
lain dari arah vertikal dan dianggap bahwa resultan gaya pada batas vertikal
segmen bekerja pada arah horizontal.
Rumus umum untuk Metode Bishop adalah :
FK
1
W sin
sec
tan ' tan
1
FK
hari hujan, suhu udara) dan rancang tambang. Peta rupa bumi diperoleh dari
BAKOSURTANAL, curah hujan, hari hujan dan suhu udara diperoleh dari
Badan Meteorologi dan Geofisika sedangkan rancang tapak diperoleh dari
pemrakarsa proyek.
Data untuk mengetahui neraca air (water balance) dapat
dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengukuran di lapangan. Data sekunder yang mencakup peta
rupa bumi, peta tanah dan data curah hujan. Peta tanah diperoleh dari
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.
Analisis Data
Neraca air (water balance) tahunan di tapak proyek dihitung menurut
rumus :
P = ET + R + I
Disini :
P
= curah hujan tahunan (mm)
ET
= evapotraspirasi tahunan (mm)
R
= run off tahunan (mm)
I
= infiltrasi tahunan (mm)
Data curah hujan diperoleh dari stasiun pengamatan hujan terdekat dengan
tapak proyek. Evapotranpirasi merupakan gabungan dari transpirasi dan
evaporasi. Besarnya evapotranspirasi hutan dihitung dengan menggunakan
rumus Turc yang menyederhanakan fungsi klimatologi menjadi fungsi curah
hujan dan suhu udara tahunan. Rumus Turc adalah :
ET tahun
0,9
Disini :
ET
=
P
=
ft =
tahunan
ft
2 0 ,5