S
e
a
t
m
e
il
n
Proses pencernaan ini terjadi di mulut, lambung, danusus halus hingga asam amino di
angkut ke dalamdarah. Di dalam mulut terjadi pencernaan proteinsecara mekanik
dan enzimatis oleh enzim salivamenjadi polipeptida protein, selanjutnya
polipeptidaprotein di dalam lambung dikatalisis oleh enzimkelenjar lambung
(pepsin, renin) dan asam lambung(HCL) menjadi oligopeptida, proteosa, dan
peptonyang selanjutnya dikatalisis oleh cairan pankreas(tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase) cairanempedu/hati, enzim kelenjar usus
halus(aminopeptidase, dipeptidase), dan bakteri usushalus hingga menjadi asam
amino di dalam darah danlimfa.
Setelah protein diubah menjadi asam-asamamino, maka dengan proses absorpsi
melaluidinding usus, asam amino tersebut sampai kedalam pembuluh darah.
Proses absorpsi iniialah proses transpor aktif yang memerlukanenergi. Asam-asam
amino dikarboksilat atauasam diamino diabsorpsi lebih lambatdaripada asam
amino netral.
asam amino yang terdapat dalam darah berasaldari tiga sumber, yaitu absorbsi
melalui dindingusus, hasil penguraian protein dalam sel danhasil sintesis asam
amino dalam sel.
Dalam proses ini asam glutamat melepaskangugus amino dalam bentuk NH4+.
Selain NAD+glutamat dehidrogenase dapat pulamenggunakan NADP+ sebagai
aseptor elektron.Oleh karena asam glutamat merupakan hasilakhir proses
transaminasi, maka glutamatdehidrogenase merupakan enzim
yang pentingdalam metabolisme asam amino oksidase dan D-asam oksidase.
Asetil koenzim A merupakan senyawapenghubung antara metabolisme asam
aminodengan siklus asam sitrat. ada dua jalurmetabolic yang menuju kepada
pembentukanasetil koenzim A, yaitu melalui asam piruvatdan melalui
asam asetoasetat.
http://www.academia.edu/4693809/METABOLISME_PROTEIN_febri#
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi terutama di hati. Glukoneogenesis terjadi sampai batas
yang lebih terbatas di ginjal dan usus kecil di bawah beberapa kondisi.
Sintesis glukosa dari piruvat memanfaatkan banyak enzim yang sama seperti
Glikolisis. Tiga reaksi glikolisis memiliki sebuah G D besar negatif dalam arah
maju bahwa mereka pada dasarnya tidak dapat diubah (lihat catatan kuliah pada
Glikolisis ):
Heksokinase (Atau glukokinase), fosfofruktokinase, dan Piruvat kinase.
Langkah-langkah harus dilewati di Glukoneogenesis. Dua dari reaksi pintas
melibatkan reaksi hidrolisis sederhana.
Di bawah ini adalah reaksi maju dikatalisis oleh masing-masing enzim glikolisis,
diikuti dengan reaksi pintas dikatalisis oleh enzim Glukoneogenesis.
eksokinase atau glukokinase (Glikolisis) mengkatalisis:
glukosa + ATP glukosa-6-fosfat + ADP
Glukosa-6-fosfatase (Glukoneogenesis) mengkatalisis:
glukosa-6-fosfat + H 2 O glukosa + P i
Untuk bypass dari reaksi kinase Piruvat dari Glikolisis, pembelahan 2 ~ obligasi P
diperlukan. Perubahan energi bebas yang terkait dengan pembelahan satu ~ P
ikatan ATP tidak cukup untuk mendorong sintesis phosphoenolpyruvate (PEP),
karena PEP memiliki D lebih tinggi negatif G dari hidrolisis fosfat dari ATP.
Kedua enzim yang mengkatalisis reaksi untuk bypass dari reaksi kinase Piruvat
adalah sebagai berikut:
(A) Piruvat karboksilase (Glukoneogenesis) mengkatalisis:
piruvat + HCO 3 - + ATP oksaloasetat + ADP + Pi
(B) PEP Carboxykinase (Glukoneogenesis) mengkatalisis:
oksaloasetat + GTP phosphoenolpyruvate + PDB + CO 2
Glukoneogenesis masukan:
Sumber piruvat dan oksaloasetat untuk glukoneogenesis selama puasa atau
kelaparan karbohidrat adalah katabolisme asam amino terutama. Beberapa asam
amino catabolized untuk piruvat, oksaloasetat, atau prekursor ini (lihat halaman
diagram 844,. Dan halaman web pada katabolisme asam amino ). Protein otot
dapat memecah untuk memasok asam amino. Ini diangkut ke hati di mana
mereka deaminasi dan diubah menjadi masukan glukoneogenesis.
Gliserol, berasal dari hidrolisis triacylglycerols dalam sel lemak, juga merupakan
masukan yang signifikan untuk glukoneogenesis.
Glukoneogenesis jalur diringkas di bawah ini, dengan nama-nama enzim
glukoneogenesis dalam warna merah dan nama enzim glikolisis reversibel dengan
warna biru:
Glikolisis & Glukoneogenesis jalur keduanya spontan. Jika kedua jalur tersebut
secara bersamaan aktif dalam sel itu akan merupakan "siklus sia-sia" yang akan
membuang-buang energi. Secara keseluruhan, setiap jalur dapat diringkas
sebagai berikut (mengabaikan air & proton):
Glikolisis:
glukosa + 2 NAD + + 2 ADP + 2 P i 2 piruvat + 2 NADH + 2 ATP
Glukoneogenesis:
2 piruvat + 2 NADH + 4 ATP + 2 GTP glukosa + 2 NAD + + 4 ADP + 2 + 6 PDB
Pi
Glikolisis hasil obligasi 2 ~ P dari ATP.
Glukoneogenesis expends 6 ~ obligasi P dari ATP dan GTP.
Siklus sia-sia yang terdiri dari kedua jalur akan menyia-nyiakan 4 ~ obligasi P per
siklus.
Untuk mencegah limbah ini, Glikolisis dan Glukoneogenesis jalur secara timbalbalik diatur.
Lokal Kontrol meliputi pengaturan alosterik timbal balik dengan nukleotida adenin.
Fosfofruktokinase (Glikolisis) dihambat oleh ATP dan dirangsang oleh AMP.
Fruktosa-1 ,6-bisphosphatase (Glukoneogenesis) dihambat oleh AMP.
Hal ini menjamin bahwa ketika seluler ATP adalah tinggi (AMP kemudian akan
rendah), glukosa tidak terdegradasi untuk membuat ATP. Ketika ATP adalah tinggi
itu lebih berguna untuk sel untuk menyimpan glukosa sebagai glikogen.
Ketika ATP adalah rendah (AMP kemudian akan tinggi), sel tidak mengeluarkan
energi dalam sintesis glukosa.
Kontrol global dalam sel hati termasuk efek timbal balik dari kaskade AMP siklik,
dipicu oleh hormon glukagon ketika glukosa darah rendah Fosforilasi enzim dan
merupakan
lintasan
yang
digunakan
pada
sintesis
biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen pereduksi,
seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.
3. Lintasan amfibolik (persimpangan)
Lintasan
ini
memiliki
lebih
padapersimpangan metabolisme
dari
sehingga
satu
fungsi
bekerja
dan
sebagai
terdapat
penghubung
antara lintasan anabolik dan lintasan katabolik. Contoh dari lintasan ini
adalah siklus asam sitrat (Siklus Kreb).
Karbohidrat, lipid dan protein sebagai makanan sumber energi harus dicerna
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat.
Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka
glukosa tidak dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa
(disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan
energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh,
maka
karbohidrat
harus
dikonversi
menjadi
jaringan
lipid
sebagai
dipecah
menjadi
glukosa.
Selanjutnya
glukosa
mengalami
glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis,
maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus
digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa
baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru
yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sember energi utama dalam sel
Metabolisme karbohidrat merupakan pusat dari semua proses metabolisme
glukosa dimetabolisme mellui tahap oksidatif yang berlangsung secara
aerobik (dalam mitokondrio) maupun anaerobik (dalam sitosol) yang
menghasilkan pembentukan ATP (adenosin trifosfat)
METABOLISME PROTEIN TUBUH
zat padat tubuh terdiri dari protein (otot, enzim, protein plasma,
antibodi, hormon)
Protein merupakan rangkaian asam amino dengan ikatan peptide
Banyak protein terdiri ikatan komplek dengan fibril protein fibrosa
Macam protein fibrosa: kolagen (tendon, kartilago, tulang); elastin (arteri);
MACAM PROTEIN
Peptide: 2 10 asam amino
Polipeptide: 10 100 asam amino
Protein: > 100 asam amino
Antara asam amino saling berikatan dengan ikatan peptide
Glikoprotein: gabungan glukose dengan protein
Lipoprotein: gabungan lipid dan protein
ASAM AMINO
Asam amino dibedakan: asam amino esensial dan asam amino non esensial
Asam amino esensial: T2L2V HAMIF (treonin, triptofan, lisin, leusin, valin
histidin, arginin, metionin, isoleusin, fenilalanin)
Asam amino non esensial: SAGA SATGA (serin, alanin, glisin, asparadin sistein,
asam aspartat, tirosin, glutamin, asam glutamat)
TRANSPORT PROTEIN
Protein diabsorpsi di usus halus dalam bentuk asam amino masuk darah
Dalam darah asam amino disebar keseluruh sel untuk disimpan
Didalam sel asam amino disimpan dalam bentuk protein (dengan menggunakan
enzim)
Hati merupakan jaringan utama untuk menyimpan dan mengolah protein
PENGGUNAAN PROTEIN UNTUK ENERGI
Jika jumlah protein terus meningkat protein sel dipecah jadi asam amino
untuk dijadikan energi atau disimpan dalam bentuk lemak
Pemecahan protein jadi asam amino terjadi di hati dengan proses: deaminasi
atau transaminasi
Deaminasi: proses pembuangan gugus amino dari asam amino
Transaminasi: proses perubahan asam amino menjadi asam keto
PEMECAHAN PROTEIN
1. Transaminasi:
~ alanin + alfa-ketoglutarat piruvat + glutamat2.
Diaminasi:
ditangkap oleh ADP untuk menambah satu gugus fosfat menjadi ATP
Fosforilasi oksidatif adalah proses pengikatan fosfor menjadi ikatan
berenergi tinggi dalam proses rantai respirasi
Fosforilasi oksidatif proses merubah ADP ATP (dengan menngunakan
energi hasil reaksi H2 + O2 H2O + E)
SINTESIS TRIGLISERIDA DARI KARBOHIDRAT
Bila KH dalam asupan lebih banyak dari yang dibutuhkan KH diubah jadi
glikogen dan kelebihanya diubah jadi trigliserida disimpan dalam jaringan
adiposa
Tempat sintesis di hati, kemudian ditransport oleh lipoprotein ke jaringan
disimpan di jaringan adiposa sampai siap digunakan tubuh
SINTESIS TRIGLISERIDA DARI PROTEIN
Banyak asam amino dapat diubah menjadi asetil koenzim-A
Dari asetil koenzim-A dapat diubah menjadi trigliserida
Jadi saat asupan protein berlebih, kelebihan asam amino disimpan dalam
bentuk lemak di jaringan adipose
http://rtahirah.blogspot.com/2012/12/metabolisme-karbohidrat-protein-dan.html
Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol /
aseton dan asetaldehida dalam suasana basa. Iodoform adalah zat padat kuning
dengan bau yang khas. Iodoform banyak digunakan dalam bidang
kedokteran yaitu sebagai antiseptik terhadap luka-luka lecet, karena
membebaskan I2 yang dapat membunuh bakteri. Selain itu juga masih dalam
bidang kedokteran iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan
pencegah pertumbuhan bakteri.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan iodoform yaitu dengan mereaksikan
aseton, iodium dan NaOH. Reaksi ini merupakan reaksi reduksi oksidasi yakni
melibatkan kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi. Langkah pertama diambil
5 ml aseton, 5 ml air dan diambil 5 g iodium yang dimasukkan kedalam labu
erlenmeyer(pada gambar 1). Lalu dikocok untuk melarutkannya, ternyata 5 ml
aseton tidak mampu melarutkan semua iodium , terjadi larutan lewat jenuh(pada
gambar 2 dan 3). Sehingga dilakukan penambahan aseton dan air kembali
sehingga semua iodium melarut semua.
Pada percobaan yang telah dilakukan penambahan aseton dilakukan berulangulang demikian juga dengan penambahan air dengan perbandingan volume yang
sama. Setelah semua larutan melarut sempurna dengan iodium kemudian
ditambahkan NaOH 2N sedikit demi sedikit sampai terbentuk endapan
Gugus metil dari suatu metil keton aseton (menghasilkan metode pengubahan
metil keton ini menjadi asam karboksilat) di iodinasi bertahap sampai terbentuk
iodoform (CHI3) padat berwarna kuning.
Iodium (salah satu zat bakterisid terkuat) merupakan antiseptikum sangat efektif
untuk kulit utuh, maka sebagai tinktur iod banyak digunakan sebelum injeksi. Efek
sampingnya adalah sifatnya yang merangsang (nyeri bila digunakan pada luka
terbuka) warnanya coklat dan kadang terjadi dermatitis (alergi kulit), hampir
semua kuman patogen termasuk fungi, dan virus dimatikan oleh iodium.
Begitupula spora, walaupun diperlukan waktu lebih lama, larutan 2% memerlukan
2-3 jam (Tjay, Tan Thoan, 2001).
Uji yodoform merupakan uji khas untuk senyawa metil keton. Hidrogen pada
kedudukan alfa bersifat asam dan hasil penggunaannya menghasilkan anion
enolat. Selanjutnya anion enolat dapat bereaksi dengan halogen menghasilkan
senyawa halokarbonil untuk iodin. Yodoform bila kontak dengan tubuh
melepaskan yodium secara berangsur dan yodium inilah yang diharapkan bersifat
bakterisid. (Anonim, 1995).
Kloroform >Destilat yang keluar pada suhu 650C (menunjukkan bahwa titik didih
dari senyawa yang diperoleh berkisar pada 60-650C) akan ditampung dalam labu
yang tertutup tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan. Kemudian destilat
kloroform tadi dipindahkan kedalam corong pisah dan dilakukan pengeringan
dengan menambahkan CaCl2 anhidrous selama 10 menit agar air yang ada dalam
larutan kloroform terikat. Menurut teori, seharusnya sebelum penambahan
CaCl2anhidrous tidak terjadi perubahan (tidak terbentuk 2 lapisan) dan setelah
ditambahkan CaCl2anhidrous terbentuk 2 lapisan karena air telah diikat oleh
CaCl2. Kemudian filtratnya dipisahkan dengan cara dekantasi dan hasil kloroform
ini ditimbang. Namun saat praktikum, ternyata kami gagal memperoleh
kloroformnya (tidak terbentuk 2 lapisan). Banyak faktor-faktor yang menyebabkan
kegagalan dalam pembuatan kloroform, yakni banyak perlakuan penting yang
tidak kami lakukan. Disini akan kami paparkan satu persatu kesalahan dan
perlakuan yang tidak kami lakukan.
Pertama, seharusnya saat pembentukan asetil klorida (pencampuran kaporit + air
dengan alcohol) labu didinginkan dalam air karena menimbulkan panas.
Selanjutnya labu dipanaskan pada suhu 40-50 0 C selama 10 menit agar asetil
klorida yang terbentuk dapat bereaksi kembali dengan Ca(OH) 2 menghasilkan
kloroform dan endapan putih (CH3COO)2Ca menurut reaksi :
O
||
2 CCl3CCH3 + Ca (OH)2 2 CHCl3 + (CH3COO)2Ca
Waktu pemanasan tidak dapat diperpanjang karena nantinya akan mempengaruhi