Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi
Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai tunggal, dari
keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus campak hanya menginfeksi
manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan
tripsin (enzim). Ini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada
benda dan permukaan.
Virus rubela adalah virus yang menyebabkan terjadinya campak jerman
(jerman hanya simbol) yang menyerang anak-anak, orang dewasa, termasuk ibu
hamil. Virus rubela dapat menyerang bagian saraf atau otak yang kemudian
menyerang kulit ditandai dengan timbulnya bercak merah seperti campak biasa. Virus
ini berasal dari keluarga virus Togaviridae dan genus Rubivirus.
1.2.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8461/
http://www.infectionlandscapes.org/2011/07/measles-part-1-virus-diseaseand.html
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
LO.2
2.1
Campak (measles/rubeola) merupaka infeksi virus yang sangat
menular, biasanya pada masa kanak-kanak, terutama menyerang saluran
pernapasan dan jaringan retikuloendotelial, ditandai oleh erupsi papul merah.
(Dorland Ed.28)
2.2
Etiologi Campak
2.3
Epidemiologi Campak
berdasarkan laporan SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga ) tahun 1985-198. KLB
masih terus dilaporkan, di antaranya KLB di Pulau Bangka pada tahun 1971 dengan
angka kematian sekitar 12 %, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981 ( CFR =
15%), dan KLB di Palembang, Lampung dan Bengkulu pada tahun 1998. Pada tahun
2003 masih terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0 % di Semarang.
Angka kesakitan campak di Indonesia tercatat 30.000 kasus per tahun yang
dilaporkan, meskipun kenytaannya hampir semua anak setelah usia balita pernah
terserang campak. Pada zaman dahulu ada anggapan bahwa setiap anak harus terkena
campak sehingga tidak perlu diobati. Masyarakat berpendapat bahwa ini akan sembuh
sendiri jika ruam merah pada kulit sudah tinggal sehingga ada usaha-usaha untuk
mempercepat timbulnya ruam.
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring.
Respon sel limfosit T dan sel limfosit B terhadap keenam protein virus
campak dapat terdeteksi pada infeksi akut primer. Antibodi IgM akan
terbentuk dan mencapai puncaknya 7-10 hari setelah timbulnya rash,
kemudian akan menurun dengan cepat, dan menghilang 4 minggu kemudian.
Adanya IgM menunjukkan adanya infeksi campak baik karena penyakit atau
karena vaksin. Ig G akan terbentuk segera setelah timbulnya rash, dan
mencapai puncaknya setelah 4 minggu. Selanjutnya Ig G menurun, tetapi akan
tetap ada seumur hidup. Ig A juga terbentuk tetapi biasanya hanya sebentar.
Imunitas yang timbul setelah terpapar virus campak secara alami biasanya
dapat bertahan seumur hidup. Sistem imunitas tubuh harus mampu
menghambat masuknya virion ke dalam sel dan memusnahkan sel yang
terinfeksi, untuk membatasi penyebaran virus dan mencegah infeksi ulang.
Respon imunitas yang berperan menghambat masuknya virion adalah respon
humoral, dengan cara netralisasi. Selain respon imun humoral, respon imun
seluler juga memegang peranan penting yaitu dengan melibatkan sel T
sitotoksik, sel NK (Natular Killer), ADCC (Antigen Dependent Cell Mediated
Cytotoxicity) dan interaksi dengan MHC (Major Histocompatibility Complex)
kelas I. Peran antibodi dalam menetralisasi virus akan efektif, terutama untuk
virus yang bebas atau virus dalam sirkulasi. Proses netralisasi virus dilakukan
dengan beberapa cara, di antaranya menghambat perlekatan virus pada
reseptor yang terdapat pada permukaan sel, sehingga virus tidak dapat
menembus membran sel dan replikasi virus dapat dicegah. Adanya antibodi
akan membatasi penyebaran virus ke sel atau jaringan tetangganya. Antibodi
dapat menghancurkan virus dengan cara aktivasi komplemen melalui jalur
klasik atau menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis dan
dihancurkan. Antibodi dapat mencegah penyebaran virus yang keluar dari sel
yang telah hancur, namun seringkali tidak cukup mampu menetralisir virus
yang telah mengubah struktur antigennya (mutasi) dan yang telah melepaskan
diri (budding off) melalui membran sel sebagai partikel yang infeksius,
sehingga virus dapat menyebar ke dalam sel yang berdekatan secara langsung.
Meskipun antibodi berperan penting mencegah infeksi virus campak, namun
dipengaruhi juga oleh respon imun seluler, yaitu melalui mekanisme ADCC
(Antibody Dependent Cell Mediated Cytotoxicity) dan lisis komplemen
terhadap sel yang terinfeksi virus. Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa
sel limfosit T berperan besar menghilangkan infeksi virus campak. Sel
limfosit T membantu sel limfosit B menghasilkan respon antibodi (IgM, IgG
dan IgA) dan dapat bertindak secara independen menghilangkan virus
(Handayani, 2005).
Manifestasi
Viremia primer.
Viremia sekunder.
2.5
Manifestasi klinis
Stadium inkubasi
Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal
yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas
berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia
dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan
yang terdapat pada konjungtuva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium
prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena
radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul
pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik.
Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga
ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah
bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan
menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa
prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan
mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula
yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas
rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher,
lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke
punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3
munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti
oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya (Phillips, 1983).
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak
memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna
kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka
muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit
berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang
berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan
dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).
2.6
Diagnosis Campak & Diagnosis Banding Campak
Diagnosis Campak
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel
raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat
dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF),
neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan
fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu
serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan
sampel serum akut. Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau
lebih (Cherry, 2004). Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam.
Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap
kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung
menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan
peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.
Bercak koplik dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak. (Phillips,
1983).
Pemeriksaan penunjang laboratorium:
Darah tepi : jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri
Pemeriksaan antibodi IgM anti campak
Pemeriksaan untuk komplikasi :
1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.Gejala yang
timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat.Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul
dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina.Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.Tanda
patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau
membranosa (Alan R. Tumbelaka, 2002).
Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya memiliki
setengah daya tahan terhadap campak.
Campak atipikal
Didefinisikan sebagai sindroma klinik yang muncul pada orang yang sebelumnya
telah kebal akibat terpajan pada infeksi campak alamiah. Biasanya muncul pada orang
yang telah mendapat vaksin dari virus campak yang dimatikan.
2.7
Pemeriksaan
a. Anamnesis
Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1
atau 2 minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
b. Pemeriksaan fisik
2.8
Penatalaksanaan Campak
Suplemen nutrisi
Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
Anti konvulsi apabila terjadi kejang
Pemberian vitamin A.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit,
atau adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :
1
2
3
4
Hindari penularan
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan
tingkat kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap
gangguan elektrolit
Bronkopneumonia :
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu
dipantau terhadapadanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji
Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.
2.9
Komplikasi Campak
Pencegahan Campak
Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan ulangan
saat anak berusia 6 tahun. (IDAI, 2004).
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat
berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan dan
imunisasi pasif digunakan untuk pencegahan dan meringankan morbili.
(Arias, 2003)
2.10
Prognosis
Prognosis
Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan
penyulit maka prognosisnya baik (Rampengan, 1997).