Anda di halaman 1dari 10

1

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

Pengukuran Laju Kecernaan Pakan Secara In Vitro Pada


Ikan Mas (Cyprinus carpio)

JENIS KEGIATAN :
PKM AI

Diusulkan oleh :
1.
2.
3.

Daniyal Humaidy
Fahrulsyah
Zewita Maria

C24052976
C34052632
C24060700

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2009

2005
2005
2006

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


1. Judul

: Pengukuran Laju Kecernaan Pakan Secara in Vitro


Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

2. Bidang Kegiatan

: ( ) PKM-AI

( ) PKM-GT

4. Ketua Pelaksana Kegiatan


a. Nama Lengkap

: Daniyal Humaidy

b. NIM

: C24052976

c. Departemen

: Manajemen Sumberdaya Perairan

d. Universitas/Institut

: Institut Pertanian Bogor

e. Alamat Rumah dan No Tel./HP

: Babakan Lio no:36, Dramaga-Bogor


08989529557

5. Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis : 3 orang


6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar

: Ali Mashar, S.Pi

b. NIP

: 132324380

c. Alamat Rumah dan No. Tel./HP

: Jl. Cendrawasih Blok EE 6 No 4


Taman Pagelaran Ciomas
0251-8637506/08158982519

Bogor, 1 April 2009


Menyetujui,
Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan

(Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc)


NIP. 131 841 730

Ketua Pelaksana Kegiatan

(Daniyal Humaidy)
NRP.C24052976

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

Dosen Pembimbing

(Prof.Dr.Ir.Yusuf Sudo Hadi, M.Agr)


NIP. 130 422 692

(Ali Mashar, S.Pi)


NIP. 132 324 38

PENGUKURAN LAJU KECERNAAN PAKAN SECARA IN VITRO PADA


IKAN MAS (Cyprinus Carpio)

Daniyal Humaidy (2005), Fahrulsyah (2005), dan Zewita Maria (2006)


Instittut Pertanian Bogor Dramaga, Bogor

ABSTRAK

Pencernaan makanan pada ikan berperan penting dalam siklus


reproduksi dan pertumbuhannya. Proses pencernaan makanan di dalam sistem
organ pencernaan ikan bertujuan untuk menghasilkan zat-zat sari makanan untuk
diserap oleh tubuh. Pada proses perncernaan ini diperlukan enzim untuk
membantu proses pencernaan kimiawi seperti pepsis, papain, brolin, dan pankreas.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui jenis enzim apakah
yang paling baik dalam proses pencernaan protein dan lemak dalam lambung pada
organisme akuatik (ikan) secara in vivo dan in vitro.
Enzim pepsin diperoleh dari mukosa lambung ikan, enzim papain
diperoleh dari ekstrak pepaya, enzim brolin diperoleh dari buah nanas. Yang
sudah membusuk, dan emzim pankreas diperoleh dari pankreas ayam.
Uji pencernaan protein secara in vitro dengan cara menggunakan enzim
pepsis, papain, brolin dan pankreas untuk melarutkan potongan daging ikan dalam
tabung reaksi dan satu tabung lagi untuk kontrol. Hasil uji ini akan diamati tingkat
kekeruhannya yang menandakan laju pencernaan enzim tersebut dalam satuan
NTU (Netelson Tubidity Unit). Uji pencernaan lemak secara in vitro dengan
menggunakan perlakuan larutan empedu, larutan kuning telur dan kontrol.
Hasil pengukuran kecernaan pakan ikan, enzim yang paling baik tingkat
kecernaannya adalah enzim bromelin dengan tingkat kekeruhan 490 NTU.
Sedangkan larutan yang paling baik untuk mengemulsikan lemak adalah larutan
empedu. Bahan vortivikasi yang paling baik adalah bromelin dan cairan empedu
Kata kunci: in vitro, pencernaan, protein, lemak

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pengetahuan mengenai pencernaan makanan sangat dibutuhkan dalam


mengkaji pola nutrisi makanan pada makhluk hidup termasuk ikan, karena pakan

memiliki peran yang sangat penting baik dalam produksi maupun


pertumbuhannya. Semakin cepat pakan ikan dicerna, maka penyerapan sari
makanan akan semakin mudah diserap oleh tubuh.
Pencernaan adalah sebuah proses metabolisme di mana suatu makhluk
hidup memproses sebuah zat makanan dan kemudian dengan cara kimia atau
mekanik zat - zat makanan tersebut dirubah menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi
pada organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel, biasanya pada hewan (Affandi,
2002).
Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam
kebanyakan hewan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses bertingkat-tingkat
dalam sebuah sistem pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan
organisme lain (Affandi, 2002).
Proses pencernaan ini berlangsung pada saluran pencernaan dan untuk
berlangsungnya proses pencernaan ini dibutuhkan cairan digestif (enzim, HCl,
bikarbonat, air dan lain-lain) dan energi, selama proses ini perubahan sifat dan
bentuk zat makanan terjadi karena berbagi enzim yang terkandung dari berbagai
cairan pencerna. Dimana setiap enzim mempunyai tugas khusus untuk menyaring
dan bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis
lainnya.
Dari pentingnya proses pencernaan ini berkaitan dengan penyederhanaan
zat makanan oleh enzim dan proses fisiologis yang terjadi pemahaman terhadap
proses ini dibutuhkan, apalagi jika dihubungkan dengan kegiatan budidaya
perikanan.

TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bahan apakah yang
paling baik dalam proses pencernaan protein dan lemak pada organisme akuatik
(ikan) secara in vitro dan mengetahui bahan vortivikasi yang paling baik dalam
komposisi pakan ikan.

METODOLOGI

Waktu dan tempat

Pratikum Fisiologo Hewan Air dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 10


Mei 2008, pukul 10.00-13.00 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan
Air, departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan, gelas ukur,
tabung reaksi, alat bedah, mortar, turbiditymeter, gelas piala/enlemeyer, kertas
pH, kertas saring, pipet, lap/tisu dan alat tulis. Sedangkan bahan yang digunakan
pada praktikum ini adalah ikan, pepaya, nanas, pankreas ayam, HCl, NaOH,
akuades, emulsifikator (Cairan empedu ikan dan kuning telur).

Metode kerja

Penyiapan crude enzim

Dalam pembuatan enzim pepsin, pertama lambung ikan atau usus ayam
dibedah dan dibersihkan isinya dan dibilas dengan akuades. Kemudian
dihamparkan ditempat datar. Selanjutnya bagian dalam atau permukaan
lambung/usus dikerik dengan sendok kecil sehingga bagian mukosanya terambil,
lapisan mukosa yang terambil dikumpulkan dan ditambahkan air secukupnya dan
diaduk rata, kemudian enzim disaring dengan kertas saring.
Enzim papain yang digunakan sudah dalam bentuk powder, kemudian
dilarutkan dalam akuades dengan perbandingan 1:9.
Enzim bromelin berasal dari buah nanas. Nanas yang sudah rusak
dihancurkan dengan blender, kemudian disaring dan diambil cairannya,
supernatan siap digunakan sebagi enzim.
Enzim pankreas diambila dari pankreas ayam. Setelah dibersihkan,
pankreas tersebut dihancurkan dengan mortar/ blender dan ditambahkan air
didalamnya dengan perbandingan1:9. kemudian disaring dan bila perlu
disentrifuse lalu diambil supernatannya, supernatan yang diambil adalah ekstrak
enzim yangdidalamnya terkandung protease yang aktif pada pH netral.

Pencernaan protein secara in vitro dengan menggunakan berbagai jenis enzim

Lima buah tabung reaksi disiapkan, masing-masing tabung dimasukan


potongan daging ikan, kemudian ditambah 1cc ekstrak enzim dan 1-2 cc air
sehingga daging dalam tabung terendam. HCl dan NaOH ditambahkan sehingga
pH dalam tabung tersebut dalam kondisi optimal untuk aktifitas masing-masing
enzim. Tabung reaksi dikocok setiap 15 menit sekali selama 60 menit, setelah itu
isi tabung reaksi dikeluarkan dan disaring, hasil saringan dimasukkan kedalam
tabung reaksi yang baru dan bersih. Tingkat kekeruhan diamati dengan alat
turbiditymeter dan dicatat dalam satuan NTU (Netelson Tubidity Unit).

Pencernaan lemak secara in vitro dengan menggunakan enzim penkreatik

Pembuatan enzim pankreas, pankreas ayam dihancurkan dengan


mortal/blender lalu ditambahkan air dengan perbandingan 1:9. cairan tersebut
disaring dan diambil hasil saringannya, bila perlu cairan di sentrifuse. Supernatan
yang diperoleh merupakan ekstrak enzim yang mengandung protease yang aktif
pada pH netral.
Emulsifikator disiapkan dengan cara kantong empedu ikan atau ayam
diambil cairannya dan dikumpulkan dalam wadah yang disediakan. Kuning telur
ayam dipisahkan dari putih telurnya, kemudian dihancurkan dan dimasukan ke
dalam wadah yang disediakan.
Pengukuran laju pencernaan lemak secara in vivo. Tiga buah tabung
reksi disiapkan. Tabung pertama digunakan sebagai kontrol yaitu air akuades,
pada tabung kedua dan ketiga secara berturut-turut diisikan cairan empedu dan
kuning telur. Setiap tabung dimasukkan 1 cc minyak. Masing-masing pada setiap
10 menit sekali dikocok dan dicatat apakah cepat / tidak cepat memisah selama 60
menit.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Hasil pengukuran pencernaan protein.


Perlakuan
Kekeruhan (NTU)
Kontrol A
40
Kontrol B
150
Bromelin
490
Pankreas
220
Pepsin
90
Papain
350

Gambar 1. Diagram hasil pencenaan protein


Tabel 2. Pengelmusian lemak (minyak)
Perlakuan
waktu/perlakuan
(menit)
Empedu kuning telur Kontrol
10
++
+
20
++
+
30
++
+
40
++
+
50
++
+
60
++
+
Ket: (-) tidak mengalami pencampuran
(+) mengalami pencampuran dan memisah kembali
(++) mengalami pencampuran dan lama memisah

Pembahasan

Pengukuran pencernaan protein

Enzim merupakan unit fungsional dari metabolisme sel yang bekerja


degan urutan-urutan yang teratur. Enzim mengkatalis ratusan reaksi secara
bertahap dengan menguraikan molekul-molekul sel dari prekursor
sederhana.diantara sejumlah enzim yang berpartisipasi dalam metabolisme
terdapat sekelompok khusus enzim pengatur yang dapat mengenali berbagai
respon metabolik dan mengubah kecepatan katalitiknya sesuaidengan respon yang
diterima melalui berbagai aktifitasnya dan sistem koordinasi yang baik
(Khoirunnisa, 2002).

Dalam pencernaan enzim memiliki fungsi yang sangat penting dalam


penyederhanaan makanan, Menurut Fujaya (2002) pencernaan protein menjadi
asam animo dipercepat oleh enzim protease, lipid menjadi asam lemak oleh
esterase dan lipase, sedangkat karbohidart menjadi glukosa oleh karbohidrase,
bahan-bahan yang bebentuk sederhana ini yang diserap usus.
NTU adalah satuan tingkat kekeruhan yang prinsip kerjanya banyaknya
cahaya yang diterima sensor, semakin besar kekeruhan maka intensitas cahaya
yang diterima sensor sedikit. Adapun cara kerja alat ini adalah sampel dilewati
cahaya, sensor akan menerima cahaya yang melewati sampel, jika kekeruhan
tinggi maka cahaya yang diterima sensor kecil (Effendi, 2003). Pada tabel 1 dan
grafik 1, dapat kita lihat bahwa kekeruhan terbesar ada pada bromelin, dengan
nilai sebesar 490 NTU, hal ini menjelaskan bahwa enzim yang banyak
menghidrolisa protein adalah bromelin, yang diindikasikan dengan kekeruhan
tersebut. Bromelin mampu memecah molekul-molekul protein menjadi bentuk
asam animo (Kuntoro, 1979 dalam Indrawati, 1983 dalam Wijiati, 2000). Hal ini
disebabkan karena enzim bromelin mempunyai sisi aktif yang mengadung thiol
(SH) sehingga mampu memecah molekul-moleku protein menjadi bentuk asam.
Selain itu dilihat dari komposisi pembuatan enzim tersebut yang terbuat dari buah
nanas yang banyak mengandung serat-serat sehingga serat-serat tersebut kurang
tersaring dan hasil saringan yang banyak mengandung serat itu dipakai untuk
indikator pencernaan protein. Namun hal itu juga disebabkan karena dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu,dan adanya inhibitor( Fox, 1982 dalam
Khoirunnisa, 2002). Kekeruhan kedua yang besar terdapat pada enzim papain
yaitu 350 NTU, karena enzim papain terdiri atas 212 residu asam amino yang
aktif pada kisaran pH 5,0 8,0 dan suhu 50OC hingga 60OC, sehingga dapat
melarutkan sari makanan dan kekeruhannya hampir sama dengan enzim bromelin.
Sedangkan untuk nilai kekeruhan terkecil terdapat pada pepsin, dengan nilai
sebesar 90 NTU karena pepsin sangat aktif pada pH rendah (pH 1,0) ketika
hampir semua enzim lain inreaktif (Khoirunnisa, 2002).

Pengekulsian lemak

Emulsifikator merupakan bahan untuk menstabilkan cairan emulsi,


dimana pengertian dari emulsi itu sendiri adalah suatu campuran yang terdiri dari
dua bahan tidak bisa bercampur, dengan satu bahan (fasa tersebar) tersebar di
dalam fasa yang lain (fasa selanjar) (Anonima 2008).
Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat
sebagai asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah
besar garam-garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi
yang sangat penting dalam proses emulsifikasi lemak (Anonimb 2008).
Pada tabel 2, larutan empedu mudah mengalami pencampuran dengan
lemak, sedangkan larutan kuning telur mudah mengalami pencampuran dan
pemisahan lebih cepat daripada larutan empedu. Kuning telur dapat stabil karena
lemak dalam telur berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung dengan air
sehingga menjadi lebih mudah dicerna hal ini disebabkan karena sepertiga kuning
telur merupakan glicerida asam lemak yang mudah dicerna lambung dan dapat

diserap dengan baik oleh usus halus. Sedangkan pada cairan empedu yang
mengandung zat anorganik dan beberapa zat organik seperti asam empedu,
bilirubin dan kolesterol serta adanaya asam empedu sebagai emulgator maka
lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel kecil sehingga luas
permukaan lemak menjadi lebih besar tetapi sulit diserap oleh usus tersebut
(Rosmawati, 2004). Pengemulsian kontrol dan minyak tidak mengalami
pencampuran.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Protein dan lemak merupakan zat makanan yang sangat penting dalam
tubuh dan diproses secara kimia dalam tubuh, dimana hasil akhirnya adalah asam
animo dan asam lemak.
Enzim pencernaan berperan sebagai alat bantu pencernaan secara
kimiawi. Bahan yang paling baik untuk pencernaan protein pada ikan adalah
enzim bromelin, karena enzim bromelin mampu memecah molekul-molekul
protein menjadi bentuk asam animo.
Emulsifikator merupakan bahan untuk menstabilkan cairan emulsi,
pengemulsian lemak oleh empedu adalah emulsifikator yang paling baik
dibandingkan kuning telur.
Bahan vortivikasi yang paling baik untuk meningkatkan laju kecernaan
protein dan lemak dalam pakan ikan adalah enzim bromelin buah nanas dan cairan
empedu.

Saran

Perlu adanya pengujian perbandingan laju kecernaan pakan yaitu dengan


metode laju kecernaan pakan secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.Emulsi,http://ms.wikipedia.org/wiki/Emulsi [18 Oktober 2008]


Anonim.2008.Pankreas.http://www.medicastore.com/nutracare/isienzym.php?isi_
enzym=fisio_cerna [18 Oktober 2008]

10

Effendi Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Bogor: Kanisius
Fujaya Yushinta. 2002. Fisiologi Ikan: Dasar Pengembangan Teknologi
Perikanan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan
Nasional.
Khairunnisa Herli Maryani. 2002. Pengaruh Penggunaan Papain dalam
Meningkatkan Kecernaan Protein Kedelai Secara IN VITRO. [Skripsi]
Bogor: Fakultas Perternakan, Institut Pertanian Bogor.
Rosmawati, 2005. Hidrolisis Pakan Buatan oleh Enzim Pepsin dan Pankreatin
untuk Meningkatkan Daya Cerna dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy Lac.). [Tesis] Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Wijiati Fitri. 2000. Studi Tentang Karakteristik Tepung Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata) Hasil Reksi Hidrolisis/Plastein Dengan Enzim Bromelin/Pepsin
Dan Bromelin/Tripsin. [Skripsi] Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai