BAB XIV
PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA
A. PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan pemerataan
penyebaran pembangunan nasional di seluruh wilayah tanah air
sehingga terjadi keselarasan laju pertumbuhan antar daerah
serta memperkuat kesatuan nasional dengan meningkatkan ikatan
ekonomi dan sosial antar wilayah. Dengan demikian diharapkan
semangat dan gairah partisipasi masyarakat untuk meningkatkan
kegiatan pembangunan di daerahnya masing-masing akan semakin
besar.
Pembangunan di daerah mencakup seluruh kegiatan pembangunan, baik kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan
oleh instansi-instansi vertikal di daerah, kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I, Pemerintah Dae rah Tingkat II dan Pemerintah Desa, maupun kegiatan-kegiatan
masyarakat. Seluruh kegiatan pembangunan tersebut perlu dikoordinasikan dan diserasikan untuk dapat mengembangkan sumber-sumber potensi yang dimiliki oleh daerah sehingga dapat
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi daerah yang bersangkutan. Di samping itu kegiatan pembangunan juga ditujukan
untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
oleh daerah. Di antara masalah-masalah tersebut yang mendapat
perhatian khusus adalah masalah yang dihadapi oleh daerahdaerah minus, daerah-daerah yang relatif terbelakang, daerah
terpencil, daerah pedesaan, daerah perkotaan, dan keserasian
antara pembangunan kota dan daerah pedesaan di sekitarnya.
Untuk meningkatkan keserasian antara pembangunan sektoral
dan regional sampai ke tingkat desa, serta merangsang partisipasi daerah dalam pembangunan, maka Pemerintah Pusat mem berikan bantuan pembangunan kepada berbagai tingkat pemerintahan daerah melalui Program Bantuan Pembangunan Desa, Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, Program Bantuan
Pembangunan Daerah Tingkat I, Program Bantuan Penunjangan
Jalan, Program Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar, Program
Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan, Program Bantuan Penghijauan dan Reboisasi, Program Bantuan Kredit Pembangunan/Pemugaran Pasar, Program Bantuan Daerah Timor Timur, dan beberapa
program lainnya. Pemberian bantuan-bantuan tersebut telah merangsang dan mendorong daerah untuk mempercepat laju pertum-
XIV/3
buhan dan perkembangan daerahnya masing-masing, dengan membangun bermacam-macam proyek baik ekonomi maupun sosial budaya yang dianggap penting oleh daerah, khususnya yang belum
atau tidak terjangkau oleh kegiatan pembangunan yang dijalankan oleh Pemerintah Pusat.
Program Bantuan Pembangunan Desa dimaksudkan untuk merangsang usaha desa yang produktif dengan jalan memanfaatkan
potensi kegotong-royongan masyarakat pedesaan yang mencakup
pembangunan prasarana produksi desa, prasarana perhubungan
desa, prasarana pemasaran desa, dan sarana-sarana penunjang
lainnya. Program bantuan tersebut tidak hanya berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, melainkan juga telah
berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
desa dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, serta
menyempurnakan organisasi pemerintahan desa. Program ini dimulai pada tahun pertama Repelita I dengan jumlah bantuan se besar Rp 100.000 untuk setiap desa. Jumlah bantuan per desa
ini dipertahankan selama Repelita I, namun karena jumlah desa
terus bertambah, maka jumlah bantuan seluruhnya naik dari
tahun ke tahun.
Selama Repelita I jumlah bantuan mencapai
Rp 26.840 juta; jumlah tersebut naik menjadi Rp 94.252 juta,
selama Repelita II, sedang dalam Repelita III jumlah bantuan
mencapai Rp 332.255 juta.
Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat II diberikan
sejak tahun kedua Repelita I (1970/71), untuk meningkatkan
partisipasi daerah dalam pelaksanaan pembangunan, memperbaiki
prasarana ekonomi pedesaan, meningkatkan perekonomian daerah
dan untuk memperluas lapangan kerja di masing-masing daerah.
Jumlah bantuan untuk setiap Daerah Tingkat II ditetapkan ber dasarkan jumlah penduduknya, dan untuk Daerah Tingkat II yang
penduduknya sangat sedikit ditetapkan suatu jumlah minimum.
Mulai tahun 1972/73 jumlah bantuan yang diberikan kepada
Daerah Tingkat II dikaitkan dengan kemampuan masing-masing
daerah dalam mengumpulkan Ipeda. Kepada Daerah Tingkat II
yang berhasil mengumpulkan jumlah Ipeda yang melampaui sasaran yang telah ditetapkan, di samping bantuan per kapita dibe rikan pula dana perangsang. Besarnya dana perangsang tersebut
disesuaikan dengan prestasi realisasi Ipeda masing-masing
Daerah Tingkat II.
Baik jumlah bantuan per kapita maupun jumlah minimum per
Daerah Tingkat II terus mengalami kenaikan, sehingga jumlah
yang selama Repelita I sebesar Rp 46.424 juta, naik menjadi
XIV/4
sebesar Rp 303.938 juta selama Repelita II, dan menjadi sebesar Rp 760.331,3 juta selama Repelita III.
Bantuan Pembangunan kepada Daerah Tingkat I diberikan
sejak tahun pertama Repelita II sebagai pengganti bantuan
yang didasarkan pada Alokasi Devisa Otomatis (ADO), dan dimaksudkan untuk mendorong usaha-usaha pembangunan di daerah
serta menyerasikan laju perkembangan antar daerah. Dana tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian yang penggunaannya ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk penunjangan
jalan dan jembatan, untuk peningkatan dan penyempurnaan irigasi, dan untuk biaya eksploitasi dan pemeliharaan pengairan,
dan bagian lainnya yang penggunaannya diarahkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kepentingan pembangunan daerah, antara lain untuk membangun proyek-proyek yang
bersifat ekonomis produktif, pengembangan daerah minus, pembangunan perkotaan, peningkatan aparatur pemerintah, pembinaan generasi muda, pembinaan golongan ekonomi lemah, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kegiatan lain yang diperlukan bagi pembangunan daerah yang bersangkutan. Juga dalam
bantuan pembangunan kepada Daerah Tingkat I ini ditetapkan
jumlah minimum.
Baik jumlah bantuan seluruhnya maupun bantuan minimum
setiap tahun dinaikkan. Jika pada tahun pertama Repelita II
jumlah bantuan adalah Rp 43.950 juta, dengan jumlah minimum
sebesar Rp 500 juta, maka pada tahun terakhir Repelita II
jumlah bantuan adalah Rp 85.674,5 juta, dan jumlah minimum
menjadi Rp 2.000 juta, sehingga jumlah bantuan selama Repeli ta II adalah sebesar Rp 317.426,8 juta. Dalam Repelita III
jumlah Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I terus dinaikkan,
dari Rp 102.222 juta pada tahun 1979/80 menjadi Rp 253.000
juta pada tahun 1983/84, sehingga jumlah bantuan selama Repelita III menjadi sebesar Rp 1.039.812 juta.
Pembangunan daerah Irian Jaya ditujukan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya rakyatnya, berupa
peningkatan prasarana fisik perhubungan darat, laut, udara;
pembangunan telekomunikasi, listrik, air minum, dan lain sebagainya; pengembangan pertanian, peningkatan kegiatan di
bidang pendidikan dan keterampilan, peningkatan kegiatan di
bidang kesehatan, dan peningkatan prasarana fisik pemerintahan. Jumlah anggaran yang disediakan selama Repelita I adalah
Rp 17.100 juta. Di samping itu tersedia bantuan PBB (FUNDWI)
sebesar US$ 30 juta berupa bantuan tehnis, peralatan, dan te naga ahli. Kegiatan pembangunan masyarakat daerah pedalaman
XIV/5
Irian Jaya dilakukan oleh suatu Task Force dengan tugas meningkatkan tata budaya masyarakat, khususnya pembangunan di
bidang sosial dan mental masyarakat pedalaman. Selama Repelita II jumlah anggaran yang disediakan untuk pembangunan daerah ini sebesar Rp 41.325,4 juta, yang terdiri dari anggaran
sektoral sebesar Rp 25.500 juta. dan Bantuan Inpres sebesar
Rp 15.825,4 juta. Sejak Repelita III, berkat kemajuan yang
telah dicapai, pembangunan Daerah Irian Jaya tidak lagi di tangani secara khusus, tetapi sudah ditangani sama seperti
daerah-daerah lain.
Pembangunan daerah Timor Timur dimulai pada tahun ketiga
Repelita II dan sampai pada akhir Repelita II telah disedia kan anggaran sebesar Rp 15.121,8 juta, yang terdiri dari
anggaran program sektoral sebesar Rp 8.150 juta. dan anggaran
program Inpres sebesar Rp 6.971,8 juta. Selama tiga tahun
tersebut kegiatan pembangunan terutama ditujukan untuk mem perlancar jalannya roda pemerintahan daerah dengan melengkapi
aparaturnya serta pembentukan instansi-instansi vertikal,
perbaikan dan peningkatan prasarana dan saran pertumbuhan
ekonomi, dan perbaikan tingkat kehidupan sosial dan budaya,
di samping kegiatan pemulihan keamanan dan ketertiban umum.
Dalam Repelita III usaha-usaha pembangunan terutama diarahkan
untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan
masyarakat secara adil dan merata. Dengan meningkatnya pelaksanaan pembangunan di segala sektor, maka anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk daerah Timor Timur terus meningkat
pula dari tahun ke tahun. Selama Repelita III alokasi anggar an sektoral adalah sebesar Rp 72.575,2 juta, dan anggaran
program Inpres sebesar Rp 68.629r3 juta, sehingga seluruhnya
berjumlah Rp 141.204,5 juta.
Program penataan ruang mencakup kegiatan penyusunan ren cana tata ruang dalam berbagai ruang lingkup, antara lain
tata ruang wilayah/daerah, tata ruang kota dan tata ruang kawasan-kawasan, dan berbagai kegiatan penunjang. Rencana tata
ruang dimaksudkan sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka pemanfaatan ruang secara optimal,
serasi, seimbang, dan lestari; sebagai alat untuk mengkoordinasikan dan menyerasikan perencanaan dan pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan, dan sebagai alat untuk mencegah atau
memperkecil kerusakan lingkungan hidup yang mungkin timbul
sebagai akibat pelaksanaan pembangunan.
Dalam Repelita I kegiatan penataan ruang wilayah/daerah
ditekankan pada penyusunan rencana tata ruang/wilayah bagi
XIV/6
XIV/7
Program agraria dilaksanakan dalam rangka menjamin terselenggaranya tertib penguasaan dan pemilikan tanah serta
pengalihan hak atas tanah untuk mewujudkan kepastian hukum atas
tanah.
Untuk kepentingan perencanaan dan koordinasi pembangunan
di daerah pada tahun 1974/75 telah dibentuk Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Bappeda) di setiap Daerah Tingkat I di
seluruh Indonesia. Selain merencanakan, Bappeda juga bertugas
mengkoordinasikan perencanaan pembangunan di daerah, mengendalikan dan memonitor pelaksanaan pembangunan proyek-proyek
nasional dan daerah di daerahnya masing-masing. Dengan pengendalian tersebut dapat diperoleh data umpan-balik yang
sangat berguna untuk mengambil langkah-langkah dan tindak
lanjut yang diperlukan bagi lancarnya pelaksanaan program/
proyek dan bagi perencanaan pembangunan selanjutnya.
Untuk mengusahakan adanya keserasian pembangunan baik
antar-sektor di satu daerah, maupun antar daerah yang bertetangga, khususnya antar daerah di dalam satu wilayah pembangunan utama, maka sejak tahun 1976/77. telah dikembangkan
forum Konsultasi Regional Bappeda di masing-masing wilayah
pembangunan utama dan Konsultasi Nasional pada tingkat nasional. Tujuan utama konsultasi ialah untuk mengusahakan adanya
keserasian pembangunan antar-daerah, dan keserasian antara
kepentingan daerah dan kepentingan nasional. Forum-forum konsultasi tersebut sangat berguna bagi pengembangan hubungan
timbal-balik baik untuk kepentingan antar-sektor, antar daerah, maupun antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Konsultasi diselenggarakan dalam rangka penyusunan rencana tahunan dan anggaran pembangunan baik daerah maupun pusat.
Peningkatan kemampuan perencanaan aparatur Pemerintah
daerah diusahakan melalui penyelenggaraan kursus-kursus perencanaan oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan lembagalembaga perguruan tinggi dan oleh Pemerintah Daerah sendiri.
Di samping itu telah pula diberikan kesempatan kepada staf
Bappeda dan pejabat-pejabat daerah lainnya untuk mengikuti
seminar, kursus dan latihan di luar negeri sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Pembangunan prasarana fisik gedung kantor kecamatan dan
kabupaten/kotamadya serta rumah-rumah jabatan camat, bupati/
Walikotamadya telah dilaksanakan sejak Repelita I dan bahkan
terus ditingkatkan. Pembangunan ini dilaksanakan secara ber-
XIV/8
tahap, disesuaikan dengan kemampuan keuangan negara dan kebutuhan di setiap daerah. Kegiatan lain dalam program ini beru pa penyediaan mobil pemadam kebakaran bagi kota-kota yang
padat penduduknya, terutama ibukota propinsi, kotamadya dan
ibukota kabupaten. Di samping itu bagi polisi pamongpraja
yang telah mengikuti kursus sebagai pembantu jaksa, disediakan kendaraan bermotor roda dua, motor tempel, dan sepeda,
untuk memperlancar roda pemerintahan.
Penelitian regional dan daerah dalam Repelita I dan II
pada umumnya diarahkan pada pemecahan masalah yang timbul di
daerah berupa penelitian terapan yang bersifat jangka pendek,
dan untuk memperoleh data dan keterangan tentang keadaan dan
masalah daerah, penduduk, potensi daerah, pemerintahan di
kota dan desa. Hasil penelitian ini akan dijadikan dasar bagi
perumusan langkah-langkah pendekatan dalam rencana pembangunan masing-masing daerah untuk disesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan daerah. Dalam Repelita III penelitian ini mencakup
kegiatan pemerintahan dalam negeri yang meliputi aspek-aspek
kelembagaan dan tatalaksana, otonomi daerah, pemerintahan dan
pembangunan desa, serta penelitian pertanahan. Dalam Repelita
IV kegiatan penelitian daerah terutama diarahkan untuk melanjutkan dan meningkatkan kegiatan-kegiatan penelitian yang menyangkut aspek-aspek pokok, antara lain penelitian dan pengembangan pemerintahan dan pembangunan di daerah, keuangan
daerah, perkotaan, desa, dan penelitian pengembangan penataan
tanah.
B. PEMBANGUNAN DESA
1. U m u m
`Sebagian besar rakyat Indonesia bermukim di daerah pedesaan. Oleh karena itu daerah pedesaan mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat besar dan strategis bagi dasar pembangunan baik di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya maupun di
bidang pertahanan dan keamanan nasional. Dengan demikian daerah pedesaan tidak hanya merupakan sumber kekuatan ekonomi,
melainkan juga merupakan dasar bagi ketahanan nasional bangsa
dan negara. Namun demikian sumber yang sangat penting bagi
kemakmuran bangsa dan negara tersebut belum dapat digali dan
dimanfaatkan seluruhnya, karena kondisi sosial, terutama pada
masa pra Repelita. Sebelum Repelita I keadaan sosial-politik
belum memungkinkan pelaksanaan pembangunan dengan sebaik-baiknya, terutama pembangunan desa. Pada waktu itu keadaan desa
XIV/9
dilaksanakan
melalui
kegiatan-kegiatan
a. Memberi bantuan pembangunan desa, dengan tujuan meningkatkan pemerataan kegiatan pembangunan dan hasil-hasilnya
ke semua desa di seluruh Indonesia dengan mendorong dan
menggerakkan potensi swadaya gotong-royong yang ada pada
masyarakat desa untuk melaksanakan pembangunan desanya.
b. Membangun dan membina sistem perencanaan pembangunan dan
pelaksanaannya secara terkoordinasi dan terpadu melalui
Sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) di wilayah
kecamatan.
c. Meningkatkan prakarsa dan peranan swadaya masyarakat desa
untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan melalui
Lembaga Sosial Desa yang kemudian disempurnakan menjadi
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). Agar supaya
LKMD berfungsi, dilaksanakan latihan Kader Pembangunan
Desa (KPD) untuk menjadi tenaga penggerak LKMD.
d. Melaksanakan penataan desa, pemukiman kembali serta pembinaan kelompok-kelompok penduduk yang masih hidup terpencil dan terpencar dengan mata pencaharian bercocok
tanam secara berpindah-pindah.
XIV/10
e.
Melaksanakan pemugaran perumahan dan lingkungan desa secara terpadu antara sektor-sektor dan antara sektor
dengan daerah di dalam rangka membantu penduduk desa yang
miskin dan tidak mampu untuk membangun atau memperbaiki
rumahnya agar memenuhi syarat-syarat kesehatan.
f.
Bantuan pembangunan desa merupakan salah satu program Pemerintah untuk mempercepat pemerataan kegiatan pembangunan di
seluruh tanah air. Bantuan ini diberikan langsung kepada setiap desa dan kelurahan, dengan maksud untuk mendorong dan
meningkatkan usaha-usaha swadaya gotong-royong masyarakat
desa/kelurahan dalam melaksanakan pembangunan desa/kelurahannya.
Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh peran serta masyarakat, termasuk di dalamnya kaum wanitanya. Untuk meningkatkan peranan kaum wanita dalam pembangunan, maka mulai
tahun 1980/81 sebagian dari bantuan desa disediakan khusus
untuk membiayai kegiatan kaum wanita dalam pembangunan yang
dilaksanakan dalam wadah PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga).
Keberhasilan pembangunan desa akan lebih dapat dirasakan,
apabila proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat desa/kelurahan yang bersangkutan.
Sehubungan dengan itu maka proyek-proyek Bantuan Pembangunan
Desa ini direncanakan, dilaksanakan, diawasi serta dipelihara
oleh masyarakat secara bergotong-royong.
Pada tahun pertama Repelita I hanya ada 44.478 buah desa
dan bantuan yang diberikan langsung kepada setiap desa/kelurahan sebesar Rp 100.000,-. Di samping itu diberikan pula
bantuan keserasian,
sehingga
seluruh
bantuan
berjumlah
Rp 4.600 juta.
Sesuai dengan laju pembangunan, maka jumlah data setiap
tahun bertambah, namun bantuan langsung yang diberikan kepada
setiap desa selama Repelita I tetap sebesar Rp 100.000,-.
Pada tahun terakhir Repelita I (1973/74) jumlah desa telah
XIV/11
XIV/12
XIV/13
TABEL XIV 1
REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DE8A
1969/70 - 1984/85
(dalam Jutaan rupiah)
No.
Propinsi
Repelita I
Repelita II
1969/70-1973/74 1974/75-1978/79
1983/84
1984/85
1.320,0
1,872,0
6.890,9
7.637,3
26.225,3
27.325,2
7.014,0
7.312,8
7.106,7
7.474,0
457,0
476,5
3.440,4
1.426,8
17.143,7
4.970,4
320,8
906,4
249,5
624,0
286,5
3.521,7
1.705,3
3.136,6
1.259,5
2.143,7
1.065,8
10.940,6
6.264,0
11.436,7
5.055,8
7.492,7
2.913,0
31.404,3
4.613,8
1.400,7
1.680,8
4.659,8
1.555,3
1.788,7
3.204,0
4.415,6
446,8
4.457,6
917,5
593,5
509,5
557,5
609,9
13.192,2
1.436,7
13.135,2
5.670,4
1.774,5
1.736,4
42.123,0
3.895,8
42.038,1
22.559,0
5.646,4
8.715,0
1.674,6
1.907,0
5.449,0
6.419,0
475,0
787,9
1.772,1
2.441,4
6.3450
7.079,7
275,9
396,4
386,3
767,5
880,7
1.094,9
1,144,2
2.585,6
2.321,1
3.576,6
3.423,3
3.551,4
9.027,7
8.540,2
948,3
1.009,3
2.570,5
2.376,5
4.856,6
8.404,1
1.418,5
2.262,0
492,2
1.364,0
474,1
-
373,5
1.394,7
2.355.7
78,3
26.840,0
94.252,0
332.255,0
91.611,0
92.882,0
550,0
166,4
-
XIV/14
Repelita III
1979/80-1983/84
3.098,7
1.411,8
2.080,0
772,0
8.806,0
11.512,5
1.031,5
11.550,7
6.036,7
1.530.7
3.225,7
1.501,7
1.767.3
1.733,0
1.913,0
1.032,5
1.415.3
2.063,0
398,2
9.806,5
11.576,3
1.031,5
11.658,5
6.138,8
1.625,5
3.184,2
1.536,1
1.770,0
1.745,8
1.924,0
1.011,0
888,1
859,0
2.397,0
2.238,0
TABEL XIV - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA
1973/74 - 1984/85
XIV/15
TABEL XIV - 3
PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMERINTAH PUSAT, BANTUAN PEMERINTAH DAERAH
DAN SWADAYA MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN DESA
1969/70 - 1984/85
(dalam ribuan rupiah)
Sumber Bantuan
Repelita I
Repelita II
Repelita III
1969/70-1973/74
1974/75-1978/79
1979/80-1983/84
1983/84
1984/85*)
26.840.000
94.252.000
332.255.000
91.611.000
92.882.000
1.680.474
1.908.252
2.302.000
283.044
71.082
34.263.552
114.688.015
234.682.000
39.294.782
20.426.713
62.784.026
210.848.267
569.239.000
131.188.826
113.379.795
Swadaya Masyarakat
Jumlah:
*) Angka sementara
XIV/16
dan
XIV/17
Agar supaya sistem UDKP itu dapat terlaksana dengan berdayaguna dan berhasilguna, maka telah dilakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemampuan aparatur pengelola pembangunan dan menghidupkan forum-forum pertemuan atau diskusi
di wilayah kecamatan UDKP yang bersangkutan. Sampai dengan
tahun terakhir Repelita III, telah dilaksanakan penataran
bagi 1.093 orang camat UDKP, penyelenggaraan kursus untuk
3.429 orang Kepala Urusan Pembangunan Desa tingkat kecamatan,
penempatan 1.183 orang TKS-BUTSI, latihan orientasi Kepala
Instansi tingkat kabupaten/kotamadya, dan latihan petugas
lapangan dan kepala desa/kelurahan meliputi 337 orang, serta
penyelenggaraan musyawarah LKMD, diskusi UDKP, temu karya
LKMD di kecamatan, dan penyelenggaraan rapat-rapat koordinasi
di tingkat kecamatan, kabupaten dan propinsi.
Hasil penelitian dan monitoring tingkat perkembangan desa
menunjukkan bahwa perkembangan desa swadaya atau swakarya
menjadi desa swasembada di wilayah kecamatan yang mengikuti
sistem UDKP lebih cepat daripada di kecamatan yang tidak mengikuti sistem UDKP.
Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dilanjutkan pemantapan keterpaduan pembangunan desa melalui sistem
UDKP. Dalam rangka itu telah diadakan latihan camat untuk
1.475 orang yang belum pernah dilatih pada Repelita III, latihan 3.821 orang staf pembangunan desa di 27 propinsi dan
latihan 660 orang kepala desa khusus di 5 propinsi.
4. Peningkatan Swadaya dan Swakarsa Masyarakat
Agar desa-desa di Indonesia secara keseluruhan merupakan
landasan bagi ketahanan nasional dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan nasional, maka setiap desa
perlu memiliki suatu lembaga yang mampu menggerakkan serta
mengembangkan swadaya dan swakarya masyarakatnya dalam hal
membuat rencana, dan melaksanakan pembangunan , desanya secara
berswadaya dan bergotong-royong. Lembaga desa yang dimaksud
adalah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), sebagai penyempurnaan dari Lembaga Sosial Desa. Melalui LKMD ini dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan peranserta masyarakat secara
aktif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Sampai dengan akhir Repelita III (1983/84) dari 66.437
buah desa telah ada 63.698 buah desa (96,0%) yang telah membentuk LKMD. Dalam perkembangannya LKMD tersebut dapat digolongkan ke dalam 3 kategori, yaitu kategori yang pasif seba-
XIV/18
XIV/19
Terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang hidup terpencil atau terisolasi dan yang berladang berpindah-pindah, telah diusahakan pemukiman kembali pada tempat baru yang dapat
menjamin kehidupan dan penghidupan yang lebih baik. Usaha itu
juga bermanfaat bagi kelestarian sumber alam dan lingkungan
hidup.
Selama Repelita I telah dimukimkan kembali penduduk sebanyak 2.108 Kepala Keluarga (KK) di 16 lokasi, selama Repelita II sebanyak 6.519 KK di 56 lokasi, selama Repelita III
sebanyak 16.169 KK di 126 lokasi, sehingga sampai akhir Repe lita III yang dimukimkan kembali adalah sebanyak 24.796 KK,
tersebar di 198 lokasi pemukiman.
Pada tahun 1984/85 telah dimukimkan kembali 1.691 KK di
20 lokasi. Di samping usaha memukimkan kembali penduduk dengan penyediaan berbagai prasarana pemukiman seperti perumahan, tempat ibadah, prasarana jalan lingkungan, dan fasilitas
lainnya, juga dilakukan pembinaan dengan memberikan lahan
untuk bertani, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Dalam Repelita
III jumlah penduduk yang telah dibina sebanyak 20.713 KK, dan
pada tahun 1984/85 telah dilaksanakan pembinaan terhadap
1.816 KK yang telah dimukimkan di 14 lokasi.
6.
Kegiatan pemugaran perumahan dan lingkungan desa dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha pembangunan dan
pemugaran rumah-rumah penduduk yang miskin yaitu mereka yang
tidak mampu membangun atau memperbaiki rumahnya agar memenuhi
syarat-syarat kesehatan. Oleh karena itu Pemerintah membantu
dan mendorong swadaya gotong-royong masyarakat desa untuk memugar atau memperbaiki rumah mereka agar memenuhi syarat-syarat kesehatan, dengan memberikan penyuluhan, bimbingan melalui latihan keterampilan dan bantuan peralatan pertukangan,
serta bantuan stimulans dalam bentuk bahan bangunan yang diperlukan.
XIV/20
dan
Perlombaan Desa yang diselenggarakan setiap tahun dimaksudkan sebagai dorongan dalam rangka mempercepat perkembangan
desa dari desa swadaya menjadi desa swakarya menuju desa swa sembada.
Dalam perlombaan tersebut diadakan penilaian terhadap seluruh desa dan dipilih desa yang memiliki prestasi ter baik dalam melaksanakan pembangunan desanya dalam jangka
waktu satu tahun. Perlombaan desa dimulai pada tingkat kecamatan kemudian naik ke tingkat kabupaten/kotamadya, dan ke
tingkat propinsi. Hadiah diberikan kepada desa pemenang perlombaan pada tingkat kabupaten/kotamadya dan propinsi untuk
juara I, II dan III. Para kepala desa/kepala kelurahan dari
desa-desa/kelurahan juara I tingkat propinsi, diundang ke
Jakarta untuk mengadakan pertemuan dan mengikuti upacara kenegaraan memperingati hari proklamasi pada tanggal 17 Agustus.
Di samping itu mereka mengikuti kegiatan lainnya untuk
peningkatan pengetahuan dan pengalaman mereka yang berguna.
bagi peningkatan pelaksanaan pembangunan desa/kelurahannya.
Selama Repelita I telah dipilih 2.286 buah desa juara
tingkat kabupaten/kotamadya dan 225 buah desa juara tingkat
propinsi, selama Repelita II dipilih juara tingkat kabupaten/kotamadya sebanyak 4.071 buah desa dan juara tingkat pro pinsi sebanyak 384 buah desa, sedang selama Repelita III di pilih desa juara tingkat kabupaten/kotamadya sebanyak 10.746
buah dan desa juara tingkat propinsi sebanyak 402 buah.
Pada tahun pertama
Repelita IV (1984/85) terpilih sebanyak 885 desa juara tingkat kabupaten/kotamadya dan 81 desa
juara tingkat propinsi.
XIV/21
XIV/22
XIV/23
XIV/24
Tingkat II. Walaupun demikian untuk mencapai keserasian antara proyek yang dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah
Tingkat II dengan program-program pembangunan nasional dan
propinsi maka penggunaan bantuan diarahkan kepada proyek-proyek yang memenuhi syarat sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
XIV/25
XIV/26
TABEL XIV - 4
REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II
1969/70 - 1984/85
(dalam Jutaan rupiah)
XIV/27
TABEL XIV - 5
HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK
BANTUAN PEMBANGUNAN TINGKAT II,
1970/71- 1984/85
Volume
Jumlah Proyek
Jalan :
Volume
Jumlah Proyek
1970/71*)
1973/74*)
1978/79
(Akhir Repelita I) (Akhir Repelita II)
1982/83*)
1983/84
(Akhir Repelita
1984/85
Km
Proyek
2.476
629
5.220
1.057
8.036
1.947
17.227
2.618
17.580
2.673
5.755
2.374
Km
Proyek
6.181
387
19.731
761
22.040
532
25.791
687
22.812
563
29.439
406
Jumlah Proyek
Km
proyek
98.668
365
128.915
526
112.394
391
47.078
413
44.316
341
25.972
250
Lain-lain :
Jumlah Proyek
Proyek
396
454
380
585
748
1.777
2.798
3.250
4.303
4.325
Jembatan :
Volume
Jumlah Proyek
Pengairan :
Volume
*) Angka diperbaiki
XIV/28
Satuan
480
3.510
XIV/29
binaan teknis maupun administratif. Untuk mengelola tugas-tugas perencanaan, koordinasi dan pengendalian pembangunan maka
telah dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Tingkat II dengan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980. Secara bertahap telah dilakukan penataan kembali satuan-satuan
organisasi menurut fungsinya masing-masing. Berangsur-angsur
tanggungjawab pimpinan proyek diserahkan kepada satuan-kerja
atau instansi teknis yang bersangkutan. BAPPEDA bertanggungjawab terhadap perencanaan umum, dinas yang bersangkutan bertanggungjawab terhadap perencanaan teknis dan pelaksanaannya.
Bagian Pembangunan bertanggungjawab terhadap pengendalian pelaksanaan proyek-proyek tersebut.
Dalam rangka usaha meningkatkan kemampuan Daerah Tingkat
II juga telah dilakukan penyederhanaan mengenai prosedur penyusunan anggaran tahunan dan sistematikanya. Dengan sistematika anggaran yang baru diharapkan Daerah Tingkat II dapat
memanfaatkan dana-dana yang tersedia sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan dalam rencana pembangunan daerah masing-masing.
Secara keseluruhan usaha peningkatan kemampuan Daerah
Tingkat II diarahkan kepada pengelolaan pembangunan secara
terbuka. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ditempatkan sedemikian rupa agar dapat selalu mengawasi pemanfaatan dana yang ada
pada sasaran-sasaran yang tepat. Di samping itu masyarakat
sendiri dapat melaksanakan fungsi pengawasan sosialnya karena
pada setiap proyek terdapat papan nama proyek yang memuat
berbagai keterangan tentang proyek tersebut.
4. Bantuan Penunjangan Jalan Daerah Tingkat II
Disadari bahwa Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II
yang diberikan atas dasar jumlah penduduk lebih menguntungkan
Daerah Tingkat II yang padat penduduknya. Agar Daerah Tingkat
II yang berpenduduk kurang padat dapat mempunyai kesempatan
pula untuk menumbuhkan dan mengembangkan kegiatan ekonomi di
daerahnya maka sejak tahun 1979/80 Pemerintah telah melaksanakan Bantuan Penunjangan Jalan Daerah Tingkat II. Dana yang
disediakan melalui bantuan ini dapat dipergunakan oleh Daerah
Tingkat II untuk membangun, meningkatkan, memperbaiki, dan
menunjang jalan dan jembatan sebagai usaha untuk membuka daerah-daerah yang masih tertutup, mempercepat perkembangan daerah transmigrasi, dan menyediakan prasarana perhubungan yang
baik untuk pembangunan perkebunan (PIR/NES) serta kegiatan
produksi lainnya.
XIV/30
Agar tujuan yang dimaksud dapat dicapai dengan sebaikbaiknya, maka melalui Bantuan Penunjangan Jalan juga telah
diselenggarakan pendidikan dan latihan tenaga Dinas Pekerjaan
Umum Daerah Tingkat II dalam rangka meningkatkan kemampuan
mereka dalam bidang teknis jalan dan administrasi proyek.
Mengenai prosedur administrasi perencanaan dan pelaksanaan serta pengawasan proyek-proyek Bantuan Penunjangan Jalan
Daerah Tingkat II umumnya mengikuti prosedur yang ditempuh
dalam penyelenggaraan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II.
Proyek-proyek dipilih dan direncanakan oleh Daerah Tingkat II.
Agar proyek-proyek tersebut serasi dengan proyek-proyek yang
dibiayai dari sumber y a n g lain dan dengan proyek-proyek
daerah-daerah tetangga maka Pemerintah Daerah Tingkat I menelaah rencana proyek-proyek tersebut. Bappeda menelaah dari
segi sosial ekonomi, sedangkan dinas Pekerjaan Umum Propinsi
menelaah segi teknisnya.
Adapun bantuan yang diterima oleh masing-masing Daerah
Tingkat II melalui Bantuan Penunjangan Jalan Daerah Tingkat
II ditentukan oleh besarnya kebutuhan untuk menunjang kegiatan produksi, pembukaan daerah baru dan penyelesaian terhadap
masalah-masalah tertentu. Sejak tahun 1984/85 alokasi per
Daerah Tingkat II juga dikaitkan dengan luas daerah dan pan jang jalan yang ada dengan maksud agar bantuan dapat lebih
diarahkan ke Daerah Tingkat II di luar pulau Jawa yang umum nya berwilayah luas yang membutuhkan biaya yang lebih besar
untuk pembangunan dan pemeliharaan prasarana perhubungannya.
Pada tahun pertama pelaksanaan Bantuan Penunjangan Jalan
Daerah Tingkat II (1979/80) disediakan bantuan sebesar Rp 13
milyar, sedangkan Daerah Tingkat II yang menerima bantuan
berjumlah 60 buah. Pada tahun-tahun berikutnya bantuan yang
disediakan terus ditingkatkan, menjadi Rp 26 milyar pada
tahun 1980/81 dan menjadi Rp 55 milyar pada tahun 1981/82.
Dengan tersedianya bantuan yang lebih besar ini maka hampir
semua Kabupaten mendapatkan bantuan. Di samping bantuan tersebut juga diberikan bantuan seperangkat peralatan untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan. Bantuan peralatan yang diberikan kepada Daerah Tingkat II sebagian dibiayai dengan
bantuan luar negeri (IBRD, ADB dan Pemerintah Jepang).
Sementara itu beberapa badan internasional telah memberikan perhatiannya terhadap usaha Pemerintah ini. Dalam tahun 1982/83 Bank Dunia mulai ikut membantu dengan menyediakan
dana sebesar Rp 3.478 juta, Rp 2.539 juta untuk tahun 1983/84,
XIV/31
dan Rp 18.428 juta pada tahun 1984/85. Perhatian juga diberikan oleh Bank Pembangunan Asia yang bersedia memberikan ban tuannya untuk usaha Pemerintah ini. Pada tahun 1983/84 telah
disediakan oleh badan internasional ini dana sebesar Rp 1.778
juta dan pada tahun berikutnya Rp 1.972 juta. Dengan dana
yang disediakan oleh Pemerintah dan bantuan Bank Dunia maka
jumlah bantuan yang tersedia
pada
tahun
1982/83 menjadi
Rp 83.578 juta. Sedang pada tahun berikutnya seluruh dana
yang tersedia dari Pemerintah, Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia berjumlah Rp 84.418 juta. Pada tahun 1984/85 jumlah
tersebut telah meningkat menjadi Rp 100.500 juta. Perincian
tentang bantuan ini dapat dilihat pada Tabel XIV-6.
Dengan dana yang disediakan oleh program Bantuan Penunjangan Jalan Daerah Tingkat II telah dilakukan pembangunan,
peningkatan, perbaikan, dan penunjangan jalan Daerah Tingkat
II, pembangunan workshop, pendidikan, bantuan peralatan, pemeliharaan alat dan kegiatan administrasi penunjang.
Sementara itu, jumlah bantuan yang disediakan pada tahun
1984/85 sebesar Rp 100.500 juta berasal dari Pemerintah sebesar Rp 80.100 juta sisanya dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia. Hasil yang diharapkan berupa pembangunan, peningkatan, perbaikan, dan penunjangan sepanjang 5.652 km dan jembatan sepanjang 14.665 m. Dengan ini maka seluruh hasil yang
telah dicapai oleh Bantuan Penunjangan jalan dapat dilihat
pada Tabel XIV-7.
XIV/32
TABEL XIV - 6
JUMLAH DAN SUMBER BANTUAN PENUNJANGAN JALAN EABUPATEN,1)
1979/80 - 1984/85
(dalam jutaan rupiah)
Sumber Bantuan
Tahun
APBN
Bank Dunia
Jumlah Bantuan
1979/802)
13.000
1980/81
26.000
1981/82
55.000
1982/83
80.100
3.478,2
83.578,2
1983/84
80.100
2.539,8
1.778,5
84.418,3
1984/85
80.100
18.428,0
1.972,0
100.500,0
334.300
24.446,0
3.750,5
362.496,5
Jumlah
13.000
26.000
55.000
1) Angka APBN
2) Program dimulai tahun 1979/80
XIV/33
TABEL XIV - 7
PERKEMBANGAN HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEK
BANTUAN PENUNJANGAN JALAN KABUPATEN,
1979/80 - 1984/85
Uraian
Satuan
RE PE L ITA
1979/80
117
1980/81
301
1981/82
725
III
1984/85
1982/83
1983/84
857
858
Jumlah Proyek
Proyek
Ja1an
Km
2.088
4.359,89
11.466
7.599,34
7.414,4
5.652
Jembatan
3.692,5
4.246,40
15.385
19.827,60
19.732,2
14.665
XIV/34
XIV/35
TABEL XIV - 8
REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I
1973/74 - 1984/85
(dalam Jutaan rupiah)
No.
P r o p i n s i
1973/741 )
Repelita II
1974/75-1978/79
Repelita III
1979/80-1983/84
406,5
7.651,7
33.459,8
4,734,2
50.855,0
1983/84
1984/85
9.000,0
11.000,0
9.000,0
11.000,0
9.000,0
470,9
34.949,5
8.287,9
04. R i a u
05. J a m b i
1.071,0
11.100,0
34.941,2
9.000,0
9.000,0
834,1
9.719,7
34.077.6
9.000,0
9.000,0
4.159,3
1.487,5
28.709,4
12.871,9
49.285,0
11.000,0
11.000,0
35,758,7
9.000,0
9.000,0
72.4
5.878,0
33.139,6
9.000,0
9.000,0
311,9
10.658,3
9.000,0
967,8
24.833,4
25.978,0
33.937,0
49.040,0
11.000,0
9.000,0
11.000,0
11.000,0
08. B e n g k u l u
09. DKI. Jakarta
10. Jawa Barat
11. Jawa
Tengah
33.334,0
9.000,0
48.923,2
11.000,0
5.917,0
33.884,1
33.010,0
50.677,6
9.000,0
11.000,0
9.000,0
11.000,0
10.959,4
5.915,0
35.113,5
33.157,0
9.000,0
9.000,0
321,0
9.000,0
9.000,0
605,1
6.458,5
33.342,9
9.000,0
824,7
33.257,1
397,0
7.297,3
6.662,5
9.000,0
9.000,0
213,9
143,5
112,6
499,1
12,6
1.388,2
1.186,7
9.000,0
9.000,0
9.000,0
6.653,7
33.117,1
33.082,0
9.000,0
9.000,0
13.139,9
36.155,0
9.000,0
9.000,0
33.007,0
9.000,0
9.000,0
9.000,0
9.000,0
9.000,0
22. B a 1 i
83,0
5.996,0
6.061,3
24,2
6.222,3
33.162,1
33.084,8
60,5
6.270,5
33.220,8
9.000,0
9.000,0
9.000,0
92,7
6.101,3
83.337,0
9.000,0
9.000,0
71,4
-
5.750,0
33.337,0
9.000,0
9.000,0
3.500,0
-
33.000,0
-
9.000,0
-
9.000,0
-
20.551,8
317.426,6
1.039.812,0
253.000,0
253.000,0
1)
2)
XIV/36
dengan itu maka dana bantuan ini dibagi dalam dua bagian,
sebagai berikut :
a. Bagian yang ditetapkan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan pemeliharaan dan eksploitasi pengairan, peningkatan
dan penyempurnaan irigasi, serta penunjangan jalan dan
jembatan, dan pembangunan jembatan baru.
b. Bagian yang diarahkan, dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat ekonomis produktif, pembangunan
daerah minus, pengembangan perkotaan, proyek-proyek lain
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk
pembinaan generasi muda, serta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur Daerah.
Dengan pembagian tersebut diharapkan akan tercapai keselarasan antara kepentingan pembangunan dan kepentingan pemeliharaan berbagai proyek yang telah dibangun.
Bersamaan dengan pola kebijaksanaan tersebut, sejak
tahun 1974/75 dilakukan pula berbagai usaha pembinaan administrasi pembangunan agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna, hal tersebut meliputi antara lain pembinaan kepegawaian, penyusunan rencana Daftar Usulan Proyek Daerah/DUPDA, penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(RAPBD) dan Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA).
Penyusunan rencana proyek dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) diusahakan melalui proses
usulan dari bawah (bottom up planning) sehingga proyek-proyek
yang tertuang dalam APBD tersebut adalah sesuai dengan kebu tuhan dan aspirasi masyarakat di daerah.
Proyek-proyek yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) yang telah disahkan, kemudian dituangkan dalam Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA) sebagai
dasar untuk pelaksanaan.
Untuk tahun 1984/85 anggaran Program Bantuan Pembangunan
Dati I ini adalah sebesar Rp 2 5 3 milyar, yang terdiri dari
dana yang ditetapkan penggunaannya sebesar Rp 74.614,06 juta
dan dana yang diarahkan penggunaannya sebesar Rp 1 7 8 . 3 8 5 , 9 4
juta. Yang pertama digunakan untuk penunjangan jalan dan jembatan sebesar Rp 34.522,56 juta, untuk perbaikan dan pening katan irigasi, Rp 9.359,5 juta dan untuk eksploitasi dan pemeliharaan pengairan sebesar Rp 3 0 . 7 3 2 , 0 juta. Perincian
XIV/37
3. Pengembangan wilayah
Tujuan utama Program Pengembangan Wilayah adalah meningkatkan secara langsung pendapatan anggota masyarakat yang relatif miskin. Untuk mencapai tujuan tersebut telah dilaksanakan berbagai proyek pembangunan yang sederhana yang dapat menyentuh penghidupan masyarakat tersebut, berupa peningkatan
keterampilan, penyediaan prasarana dan pemberian kredit permodalan, dengan cara yang sangat sederhana agar dapat diikuti
oleh mereka.
XIV/38
TABEL XIV - 9
JUMLAH BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
MENURUT DAERAH TINGKAT I DAN JENIS KEGUNAAN.
1984/85
(dalam ribu rupiah)
Bantuan Yang Ditetapkan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
Daerah Tingkat I/
Propinsi
XIV/39
Perbaikan dan
Peningkatan
Irigasi
Eksploitasi dan
Pemeliharaan
Pengairan
Jumlah
Bantuan
yang
Diarahkan
Keseluruhan
1.000.000
1.200.000
1.190.000
1.500.000
1.560.000
2.000.000
1.200.000
1.130.000
1.219.100
1.670.000
400.000
750.000
735.000
1.800.000
1.0001000
1.365.000
1.250.000
1.900.000
1.000.000
2.500.000
1.003.460
1.800.000
2.500.000
1.300.000
800.000
750.000
600.000
450.000
675.000
600.000
350.000
550.000
350.000
300.000
680.000
260.000
75.000
200.000
85.000
350.000
227.500
1.550.000
400.000
525.000
382.000
450.000
300.000
950.000
1.800.000
1.450.000
800.000
450.000
1.050.000
750.000
1.262.000
220.000
3.650.000
4.731.000
500.000
4.750.000
520.000
500.000
500.000
589.000
650.000
600.000
1.650.000
250.000
1.050.000
1.275.000
500.000
110.000
75.000
100.000
2.550.000
3.450.000
3.315.000
2.900.000
2.360.000
3.600.000
2.300.000
2.692.000
220.000
5.549.100
6.401.000
1.160.000
5.500.000
1.330.000
2.300.000
1.700.000
2.039.000
2.250.000
2.727.500
4.200.000
2.750.000
2.453.460
3.600.000
3.382.000
1.410.000
1.325.000
1.150.000
6.450.000
7.550.000
5.685.000
6.100.000
6.640.000
7.400.000
6.700.000
6.308.000
8.780.000
5.450.900
7.675.000
7.850.000
9.000.000
9.000.000
34.522.560
9.359.500
30.732.000
74.614.060
178.385.940
253.000.000
4.599.000
7.840.000
5.500.000
7.670.000
6.700.000
7.300.000
6.961.000
6.750.000
6.272.500
4.800.000
6.250.000
6.546.540
5.400.000
5.618.000
7.590.000
9.000.000
11.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
11.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
11.000.000
11.000.000
9.000.000
11.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
9.000.000
TABEL XIV - 10
BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I
MENURUT JENIS PENGGUNAAN
1973/74 - 1984/85
1973/74 1)
(Akhir
U r a i a n
1974/75 2)
Repelita I )
1978/79
(Akhir
Re pe li ta I I )
12.216.512,
23.727.553
2.750.032
6.989.000
3.615.000
Jumlah :
1)
20.552.800
1982/83
1984/85
(Tahun I
Repelita
III)
Repelita I V )
77.674.00
0
34.720.00
0
77.188.000
74.614.060
35.080.000
34.522.560
6.771.517
11.719.00
0
9.213.000
9.359.500
5.851.480
9.967.036
31.235.00
0
32.895.000
30.732.000
31.733.488
61.946.897
175.326.0
00
175.812.00
0
178.385.940
43.950.000
85.674.450
253.000.0
00
253.000.00
0
253.000.000
1983/84
(Akhir
Tujuan kedua adalah meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah baik Pemerintah Daerah Tingkat I, maupun Pemerintah Daerah Tingkat II dalam merencanakan, mengendalikan,
dan memonitor pelaksanaan serta mengadakan evaluasi dampak
pembangunan tersebut pada masyarakat, melalui pelaksanaan kegiatan di lapangan.
Tujuan ketiga adalah mengisi kesenjangan dalam kegiatankegiatan pembangunan yang belum terlaksana atau belum ter jangkau oleh berbagai kegiatan/proyek yang telah ada. Melalui
program ini kesenjangan tersebut dapat diisi sehingga keseluruhan pembangunan dalam wilayah yang bersangkutan saling berkaitan dan saling menunjang sehingga dapat memberikan manfaat
yang optimal bagi masyarakat di daerah yang bersangkutan.
Program ini mulai dilaksanakan pada tahun 1978/79, yaitu
pada tahun terakhir Repelita II dengan memilih lokasi di Propinsi Daerah Istimewa Aceh dan Jawa Tengah. Berdasarkan pengalaman di dua daerah tersebut, kemudian program ini diperluas ke daerah-daerah Jawa Timur, Bengkulu, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Selatan.
Di setiap Propinsi Daerah Tingkat I dipilih beberapa kabupaten daerah tingkat II, dan pada kabupaten daerah tingkat
II yang terpilih di beberapa kecamatan yang relatif ketinggalan. Pada kecamatan yang terpilih, diadakan penelitian yang
intensif terhadap keluarga-keluarga yang dianggap memerlukan
bantuan, serta jenis bantuan yang perlu diberikan. Dengan
cara demikian diharapkan bantuan tersebut betul-betul dapat
bermanfaat dan dapat menjangkau anggota masyarakat yang paling memerlukan, dan secara langsung meningkatkan pendapatan
mereka.
Program Pengembangan Wilayah ini mendapat bantuan dari
beberapa negara dan lembaga-lembaga internasional baik berupa
bantuan teknik maupun bantuan proyek, dalam bentuk hibah dan
pinjaman. Program ini pada tahun 1978/79 meliputi hanya 2
Propinsi Daerah Tingkat I yaitu Daerah Istimewa Aceh dan Jawa
Tengah, mencakup di dalamnya 5 Kabupaten, dan melaksanakan 96
proyek dengan biaya sebesar Rp 1.349,5 juta. Selama Repelita
III program ini telah meliputi 37 Kabupaten Daerah Tingkat II
di 10 propinsi dengan jumlah proyek sebanyak 1.836 buah serta
menyerap dana sebesar Rp 45.535,5 juta. Pada Tabel XIV-11
dapat dilihat perkembangan program pengembangan wilayah mulai
tahun 1978/1979, selama Repelita III dan tahun pertama Repelita IV (1984/185). Pada tahun pertama Repelita IV (1984-1985)
XIV/41
TABEL XIV - 11
Daerah Tingkat I /
Propinsi
Repelita I I I
1979/80 - 1983/84
1978/79
Jumlah
Anggaran
(jutaan)
Jumlah
Kabupaten
Jumlah
Proyek
Jumlah
Anggaran
(jutaan)
Jumlah
Kabupaten
1984/85
Jumlah
Proyek
Jumlah
Anggaran
(jutaan)
Jumlah
Kabupaten
Jumlah
Proyek
1.
545,0
34
3.467,0
273
300,0
62
2.
Jawa Tengah
804,5
62
4.749,3
438
750,0
102
3.112,5
168
250,5
41
3.712,5
230
600,0
78
2.812,5
185
200,0
42
3.362,5
93
400,0
43
3.575,8
176
550,3
24
Bengkulu
4.
Jawa Timur
5.
Kalimantan Selatan
6.
7.
Jawa Barat
8.
2.812,0
113
550,0
27
9.
10.426,5
62
961,5
13
7.504,9
81
450,0
20
45.535,5
37
1.819
5.012,3
45
452
10.
Sumatera Barat
Jumlah:
XIV/42
1.349,5
96
program ini meliputi 45 Kabupaten Daerah Tingkat II di 10 Propinsi, dengan jumlah proyek sebanyak 452 . buah, dan menelan
biaya sebesar Rp 4.912,3 juta.
Negara dan lembaga internasional yang membantu adalah
Amerika Serikat, Republik Federasi Jerman, Belanda, dan Bank
Dunia. Melalui program ini Pemerintah Daerah dapat secara
langsung menarik manfaat bantuan luar negeri baik yang berupa
proyek maupun yang berupa bantuan teknik. Dengan demikian
dapat ditingkatkan pula kemampuannya dalam merencanakan, mengendalikan, memonitor serta mengevaluasi dampak manfaat berbagai kegiatan pembangunan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah.
E. PEMBANGUNAN DAERAH IRIAN JAYA DAN TIMOR TIMUR
1. U m u m
Dengan bergabungnya Daerah Irian Jaya dan Timor Timur ke
dalam wilayah Republik Indonesia, maka segera dilaksanakan
kegiatan pembangunan di kedua daerah tersebut. Tujuannya antara lain adalah agar secara bertahap masyarakat kedua daerah
tersebut dapat ditingkatkan taraf hidupnya dan dapat menikmati hasil pembangunan seperti yang telah dialami oleh rakyat
daerah-daerah lainnya di seluruh Indonesia. Pembangunan daerah Irian Jaya dan Timor Timur dilaksanakan secara khusus
dengan maksud agar kedua daerah tersebut dapat segera mangejar ketinggalannya dari daerah-daerah lain.
Semenjak Repelita I sampai dengan Repelita II kebijaksanaan pembangunan daerah Irian Jaya terutama ditujukan untuk
meningkatkan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya rakyatnya,
antara lain melalui pembangunan prasarana fisik perhubungan,
pengembangan pertanian, peningkatan kegiatan pembangunan di
bidang pendidikan dan kesehatan, serta kegiatan pemerintahan
lainnya. Dengan berhasilnya pembangunan ekonomi, sosial dan
budaya yang telah dilaksanakan dalam Repelita I dan Repelita
II, maka mulai Repelita III penanganan pembangunan daerah
Irian Jaya tidak lagi dilakukan secara khusus, melainkan sama
seperti daerah-daerah lainnya. Hal ini sejalan dengan semakin
meningkatnya kemampuan daerah di dalam melaksanakan pembangunan.
Pembangunan daerah Timor Timur mulai dilaksanakan dalam
tahun anggaran 1976/77, setelah daerah tersebut secara resmi
XIV/43
XIV/44
TABEL XIV - 12
ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I TIMOR TIMUR,
1976/77 - 1984/85
(ribuan rupiah)
XIV/45
XIV/46
XIV/47
XIV/48
Di bidang pertanian, dalam Repelita II peningkatan produksi pertanian, khususnya pangan, telah diusahakan melalui
perbaikan sistem pertanian tadah hujan menjadi pertanian sa wah irigasi. Untuk maksud di atas telah diutamakan pembangunan dan pengembangan irigasi di daerah Maliana yang mempunyai
potensi pertanian yang cukup luas dan baik. Di samping itu
guna menunjang peningkatan produksi pertanian telah dilaksanakan pengiriman PPL, PPS, dan sejumlah alat-alat pertanian
berupa pacul, garpu, parang, bibit, dan pupuk.
Usaha-usaha perluasan areal pertanian, intensifikasi,
serta perbaikan dan pembangunan irigasi telah ditingkatkan
selama Repelita III. Luas areal pertanian pangan telah meningkat dari 13.798 ha pada tahun 1979 menjadi 21.530 ha pada
tahun 1983. Dalam periode yang sama produksi pangan meningkat
dari 15.921 ton menjadi 52.556 ton, dan produksi jagung dari
31.360 ton menjadi 50.265 ton. Usaha-usaha yang dilakukan un tuk meningkatkan produksi ternak belum sepenuhnya berhasil,
namun demikian secara berangsur-angsur telah dilakukan usaha
ke arah perbaikan melalui pembibitan ternak unggul serta vak sinasi.
Dalam tahun 1984/85, usaha-usaha di bidang pertanian di
Propinsi Timor Timur menunjukkan hasil yang cukup menggembi rakan. Luas areal produksi pangan telah meningkat menjadi
35.249 ha dengan produksi 59.293,9 ton.
Sampai dengan akhir Repelita II di bidang perhubungan
telah dilaksanakan perbaikan prasarana dan sarana perhubungan
laut, udara dan darat. Usaha di bidang perhubungan laut yang
utama adalah perbaikan pelabuhan Dili. Dalam perhubungan udara antara lain telah dimulai pembangunan lapangan terbang Ko moro, perbaikan lapangan terbang 0ekussi, Same dan Suae, dan
perbaikan telekomunikasi.
Dalam Repelita III telah selesai dilaksanakan pembangu nan lapangan terbang Komoro beserta sarana keselamatan penerbangannya untuk dapat didarati pesawat Fokker F-28 penuh.
Frekuensi penerbangan Garuda ini telah meningkat menjadi 7
kali dalam seminggu, di samping penerbangan dari Merpati dan
perusahaan-perusahaan penerbangan lainnya. Di bidang perhu bungan laut telah selesai diperbaiki pelabuhan Dili dengan
penambahan fasilitas untuk memperlancar bongkar-muat barang
serta sarana keselamatan pelayaran. Dalam peningkatan di
bidang pos dan giro telah selesai dibangun kantor pos pusat
di Dili serta beberapa kantor pos pembantu di daerah-daerah.
X1V/49
XIV/50
pedesaan, dalam Repelita III jumlah Station Relay telah meningkat menjadi 7 buah. Pembangunan Puspenmas sebanyak 4 buah
juga telah selesai dilaksanakan. Dengan demikian dalam tahun
1984/85 operasi penerangan dapat dilaksanakan dan ditingkatkan dengan menggunakan berbagai sarana penerangan yang telah
tersedia.
Di bidang keagamaan, dalam Repelita II telah dilaksanakan perbaikan gereja Katolik, gereja Protestan, mesjid, aula
pertemuan rohaniawan, rumah jabatan rohaniawan. Dalam Repelita III jumlah perbaikan sarana beribadah semakin ditingkatkan
lagi. Demikian pula dalam tahun 1984/85 terus dilaksanakan
bantuan perbaikan dan pembangunan prasarana keagamaan sebanyak 31 buah antara lain dengan pemberian bantuan pembangunan
gereja Katedral Dili, pembangunan mesjid, pembangunan gereja
Katolik dan Protestan. Di samping itu dilaksanakan penataran
guru agama sebanyak 130 orang serta pengadaan buku agama sebanyak 10.200 buah. Bantuan kepada rohaniawan untuk tahun
1984/85 disediakan bagi 75 orang rohaniawan.
Pelayanan di bidang kelistrikan telah menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Selama Repelita II dan Repelita
III pembangunan sarana kelistrikan telah mengalami kenaikan.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi para pengrajin dan industri kecil telah diusahakan dengan memberikan
penyuluhan serta pendidikan keterampilan di bidang industri
pertanian rakyat, pembuatan bahan-bahan industri perabotan
rumah, dan lain sebagainya. Dengan demikian tahap demi tahap
diharapkan industri kecil akan berkembang dengan pesat di semua kabupaten.
Peningkatan telah terlihat pula di bidang perdagangan.
Secara
berangsur-angsur
kegiatan
perdagangan
antar-pulau
telah berkembang dengan meningkatnya volume dan jenis komoditi yang diperdagangkan, antara lain kepi, kopra, kemiri,
dan komoditi lainnya. Demikian pula stabilnya harga kebutuhan
9 bahan pokok sangat berpengaruh terhadap lancarnya perdagangan.
F. PENATAAN RUANG
1. U m u m
Setiap kegiatan atau usaha pembangunan memerlukan ruang
sebagai tempat kegiatan dan potensi yang terdapat padanya se-
XIV/51
bagai modal. Selanjutnya setiap kegiatan mempunyai banyak alternatif lokasi yang cocok dan sebaliknya setiap lokasi dapat
cocok untuk berbagai macam kegiatan. Karena tidak semua kegiatan dapat dilakukan sekaligus dalam satu ruang yang cocok
tersebut, maka terjadilah persaingan antar-kegiatan dalam pemanfaatan ruang serta potensi yang terdapat padanya. Di samping itu ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu dijauhkan
agar tidak mengganggu dan merugikan kegiatan lainnya. Sebaliknya ada kegiatan-kegiatan tertentu yang perlu berdekatan
satu sama lain, agar supaya saling menunjang atau saling me lengkapi. Sehubungan dengan itu maka diperlukan adanya kegiatan penataan ruang untuk mengurangi sebanyak mungkin terjadinya persaingan dalam pemanfaatan ruang beserta segala potensi yang terdapat padanya, untuk mengurangi kemungkinan
terganggunya suatu kegiatan oleh kegiatan-kegiatan lain di
sekitarnya, atau
untuk meningkatkan hubungan antara kegiatan-kegiatan yang saling menunjang atau saling melengkapi. Kegiatan ini merupakan usaha dalam rangka pengarahan dan pe ngendalian pembangunan secara spasial, menuju pemanfaatan
ruang dan potensi yang terdapat padanya secara efisien dan
optimal.
Kegiatan program penataan ruang mencakup beberapa kegiatan pokok yaitu penyusunan rencana tata ruang dalam berbagai
ruang lingkup, antara lain tata ruang wilayah/daerah, tata
ruang kota dan tata ruang kawasan-kawasan, dan kegiatan penunjang seperti pelaksanaan studi potensi wilayah/kota, penyusunan masukan bagi pengaturan tata ruang, dan peningkatan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan khususnya pemerintahan
kota. Rencana tata ruang tersebut dimaksudkan sebagai berikut:
(1) sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan nasional,
yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dalam rangka pemanfaatan ruang secara optimal, serasi, seimbang, dan lestari;
(2)
XIV/52
XIV/53
XIV/54
XIV/55
1. U m u m
Pembangunan yang dilaksanakan selama Repelita I sampai
dengan Repelita III mempunyai kaitan yang erat dengan masalah
penggunaan dan persediaan tanah. Masalah yang timbul dalam
pelaksanaan pembangunan sering disebabkan antara lain oleh
adanya pertentangan kepentingan penggunaan tanah sebagai akibat semakin terbatasnya persediaan tanah. Namun demikian
usaha yang telah ditempuh selama ini untuk mengendalikan
penggunaan, penguasaan, pemilikan dan pengalihan hak atas
tanah, telah dapat mengurangi kesenjangan tersebut dan ber-
XIV/56
XIV/57
XIV/58
TABEL XIV - 13
PERKEMBANGAN HASIL PELAKSANAAN PEMETAAN PENGGUNAAN TANAH
MENURUT PROPINSI DAERAH TINGKAT I,
1969/70 - i984/85
(dalam km 2)
No.
Daerah Tingkat I/
Propinsi
1. D.I. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Sumatera Barat
4. R i a u
5. J a m b i
6. Sumatera Selatan
7. L a m p u n g
8. Bengkulu
9. DKI Jakarta
10. Jawa Barat
11. Jawa Tengah
12. D.I. Yogyakarta
13. Jawa Timur
14. Kalimantan Barat
15. Kalimantan Selatan
Repelita I 1)
Repelita II 2)
Repelita III 2)
72.800
14.515
15.375
17.040
38.160
2.880
6.000
27.790
10.400
16.950
28.536
28.320
6.320
4.320
7.500
11.700
20.800
64.329
21.520
140
9.520
42.564
31.520
4.480
7.840
23.260
17.490
19.200
8.720
1.600
16.060
24.190
18.060
5.180
3.040
5.200
34.361
22.640
4.800
5.566
9.040
-
43.550
23.946
25.680
5.360
5.360
49.920
24.251
2.500
16.596
14.160
3.080
3.440
3.440
1.400
760
46.710
13.713
32.120
1.160
5.600
1983/84
2)
1984/85
3)
20
7.800
89.897
35.040
2.720
800
91.000
18.665
11.920
2.080
2.240
7.800
29.881
11.680
2.720
400
75.400
25.235
99.540
2.260
7.360
52.000
640
960
3.900
9.494
88.154
5.420
5.280
2.160
2.080
31.560
17.431
24.460
1.740
320
44.970
13.300
2.260
1.600
3.900
20.090
5.972
12.940
1.820
1.040
15.640
12.548
26.160
2.240
7.300
24. B a 1 I
25. M a l u k u
25.260
9.325
3.120
3.400
1.600
32.500
-
1.786
5.360
4.400
1.600
72.024
71.900
1.300
1.600
4.680
1.920
5.440
705.030
745.248
607.866
90.180
93.200
XIV/59
1. U m u m
Kegiatan pembangunan yang bertambah meningkat dan bertambah meluas menuntut adanya aparatur pemerintah yang dapat
XIV/60
IV/61
kadang-kadang masih sementara. Namun demikian ada juga Pemerintah Daerah yang membentuk unit perencanaan dengan berbagai
nama yang sifatnya sudah tetap dan membantu Gubernur Kepala
Daerah dalam perencanaan pembangunan di daerahnya. Untuk
lebih memantapkan dan meningkatkan perencanaan pembangunan di
daerah dan sekaligus menjadi landasan hukum bagi unit-unit
perencanaan tersebut di daerah, maka dengan Surat Keputusan
Presiden No.15 tahun 1974 dibentuklah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) di setiap Propinsi sebagai badan
staf yang langsung membantu Gubernur Kepala Daerah dalam hal
perencanaan pembangunan di Daerah.
Sejak Repelita II peranan pemerintah daerah tingkat II
dalam pembangunan semakin besar, dana pembangunan yang dikelola dan harus dipertanggungjawabkan juga semakin meningkat,
maka sudah sangat dirasakan perlunya adanya badan perencanaan
yang lebih sempurna. Oleh sebab itu maka Keppres No. 15 tahun
1974 tersebut diatas disempurnakan dengan Keppres No. 27
tahun 1980 pada permulaan Repelita III. Berdasarkan Keppres
tersebut di samping Bappeda Tingkat I dibentuklah Bappeda
Tingkat II di semua Kabupaten/Kotamadya, dengan tugas utama
membantu Kepala Daerah di bidang perencanaan pembangunan di
daerah tingkat II.
Untuk lebih meningkatkan keserasian dan keselarasan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan antara rencana pembangunan nasional dan daerah dan antara sektoral dan regional, maka setiap tahun diadakan forum konsultasi regional
Bappeda dan forum konsultasi nasional Bappeda. Forum konsultasi tersebut diselenggarakan dalam rangka penyusunan rencana
tahunan dan anggaran tahunan, baik daerah maupun pusat. Selain mengkoordinasikan perencanaan pembangunan di daerah,
Bappeda juga bertugas melakukan pengendalian/monitoring pelaksanaan proyek-proyek pembangunan nasional di daerah. Kegiatan tersebut dapat memberikan data dan informasi sebagai
umpan balik yang sangat penting, baik bagi pelaksanaan maupun
perencanaan pembangunan selanjutnya.
Dalam usaha meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan
tugas-tugas tersebut maka secara bertahap diadakan pendidikan
dan latihan bagi para staf perencana Bappeda Tingkat I dan
Tingkat II selama Repelita II, Repelita III dan tahun pertama
Repelita IV. Kegiatan-kegiatan tersebut ada yang dilaksanakan
di pusat dan di daerah dan ada pula yang dilakukan diluar
negeri.
XIV/62
XIV/63
an pembangunan daerah, latihan keterampilan manajemen, latihan manajemen proyek, latihan tata guna tanah dan latihan
teknik perencanaan yang sampai dengan tahun pertama Repelita
IV telah diikuti oleh kurang lebih sebanyak 3.569 orang peserta.
Untuk meningkatkan mutu dan menyempurnakan pelaksanaan
pendidikan dan latihan bagi pegawai-pegawai di lingkungan
Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah telah dilakukan
penelitian-penelitian untuk mendapatkan data dan informasi
mengenai kebutuhan kursus dan latihan yang diperlukan, di
samping bagi pemantapan struktur lembaga-lembaga di lingkungan Badan Pendidikan dan Latihan seperti APDN, IIP dan Akademi
Agraria.
Untuk itu, hal-hal yang tidak dapat diselesaikan dalam
Repelita III akan dilanjutkan dan diselesaikan dalam Repelita
IV, seperti antara lain pelaksanaan pendidikan dan latihan
kedinasan yang berorientasi kepada kebijaksanaan nasional di
bidang kepegawaian, penetapan civil effect setelah mengikuti
pendidikan/latihan, latihan pra-jabatan dan perkaderan, serta
pemindahan pegawai dan lain sebagainya.
Selain itu usaha penyempurnaan program pendidikan dan
latihan yang lebih terpadu dan terarah antara lembaga-lembaga
pendidikan dan latihan di dalam lingkungan Badan Pendidikan
dan Latihan dengan segenap unsur yang ada di dalam lingkungan
Departemen Dalam Negeri ditingkatkan lagi. Untuk mencapai
sasaran-sasaran tersebut Badan Diklat mengadakan kerjasama
dengan lembaga-lembaga pendidikan di luar lingkungan Departemen Dalam Negeri, yaitu dengan Perguruan Tinggi/Universitas,
serta memanfaatkan sebaik-baiknya bantuan teknik luar negeri
untuk memperoleh tenaga-tenaga ahli, dan alih teknologi dalam
berbagai bidang ilmu administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Dalam rangka meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan
keuangan daerah, sejak tahun 1982/83 telah diselenggarakan
Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi aparat keuangan di daerah
Tingkat II (pimpinan biro keuangan dan pimpinan dinas pendapatan daerah) seluruh Indonesia. Sampai dengan angkatan ke-VI
(bulan Oktober 1984) telah berhasil dilatih 256 orang. Di
samping itu diadakan pula Latihan Keuangan Daerah jangka panjang (9 bulan) yang angkatan pertamanya telah di mulai pada
bulan Januari 1985 yang diikuti oleh 19 orang peserta. Latihan Keuangan Daerah ini diselenggarakan dalam rangka kerjasama
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Inggris.
XIV/64
4.
Penyempurnaan
tahan
Pembangunan
Prasarana
Fisik
Pemerin-
XIV/65
TABEL XIV - 14
PERKEMBANGAN PENYEMPURNAAN PRASARANA FISIK
PEMERINTAH (PAMONG PRAJA), 1)
1969/70 - 1984/85
(buah)
XIV/66
oleh bangunan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan bangunan yang dibangun kemudian.
Di samping bantuan pembangunan gedung kantor serta rumah
jabatan telah disediakan pula dana untuk pengadaan meubelair,
namun karena dianggap dapat disediakan sendiri oleh Daerah
maka sejak Repelita III pengadaannya dihentikan.
Alat kantor yang masih disediakan dananya adalah untuk
alat komunikasi yang berbentuk EPABX, baik untuk Daerah
Tingkat II maupun untuk kecamatan. Alat tersebut disediakan
mengingat karena Perum Telekomunikasi (telepon) belum dapat
menjangkau ke seluruh kecamatan di daerah-daerah.
Untuk keperluan hubungan yang cepat antara Departemen
dan Propinsi serta Kabupaten tertentu telah disediakan pula
alat telekomunikasi tersebut di Pusat (Departemen).
Sejak Repelita I
telah dibangun secara
ria Propinsi dan Sub
pinsi serta kabupaten
XIV/67
I. PENELITIAN DAERAH
1. U m u m
Sejalan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan kegiatan
pembangunan di tanah air, maka perlu makin ditingkatkan usaha
ke arah keserasian dan keterpaduan dalam kegiatan pembangunan. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah
ternyata menghadapi berbagai masalah yang meliputi antara
lain masalah-masalah pembinaan politik dalam negeri, pemerintahan umum dan otonomi daerah, pembinaan struktur organisasi
pemerintahan kota, pembinaan pemerintahan dan pembangunan
desa, pembinaan administrasi, kelembagaan dan tata laksana;
pertanahan, dan masalah lain yang berkaitan dengan usaha pe nyelenggaraan pembangunan.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas, perlu
dilakukan berbagai kegiatan penelitian yang hasilnya dapat
digunakan sebagai bahan untuk perumusan kebijaksanaan serta
pemecahan masalah, dan sebagai bahan evaluasi dan pengendalian pelaksanaan tugas Departemen Dalam Negeri. Untuk keperluan
ini telah dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri pada pertengahan tahun 1975.
Sejak didirikannya hingga sekarang telah banyak dilakukan berbagai kegiatan penelitian, baik yang dilaksanakan sendiri oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam
Negeri maupun yang dilaksanakan dalam kerja sama dengan pihak
lembaga penelitian pada perguruan tinggi, ataupun dengan tenaga-tenaga ahli dalam masing-masing bidang.
Kegiatan penelitian yang dilakukan selama ini dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni kegiatan penelitian yang menyangkut masalah pemerintahan daerah dan kegiatan penelitian
yang menyangkut masalah pertanahan.
2. Penelitian tentang Masalah Pemerintahan Daerah
Dalam pelaksanaannya penelitian tentang masalah pemerintahan daerah ini dibagi dalam empat kelompok yang masing-ma sing dilaksanakan sebagai satu proyek. Keempat kelompok kegiatan penelitian tersebut adalah; penelitian dan pengembangan
pemerintahan dalam negeri, penelitian dan pengembangan pemerintahan desa, penelitian struktur organisasi pemerintahan
kota dan penelitian dan pengembangan otonomi daerah.
XIV/68
XIV/69
XIV/70
XIV/71